• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pihak yang Berhak Mengajukan dan Pihak Yang Berwenang Memberikan Penangguhan Penahanan

Dalam dokumen HUKUM ACARA PIDANA 002 (Halaman 173-179)

UPAYA PAKSA DALAM HUKUM ACARA PIDANA

1. Pihak yang Berhak Mengajukan dan Pihak Yang Berwenang Memberikan Penangguhan Penahanan

Dalam pengajuan penangguhan penahanan Menurut Pasal 31 KUHAP, bahwa dalam hal penangguhan penahanan dapat dilakukan, yaitu:

(1) Atas permintaan tersangka atau terdakwa, penyidik atau penun tut umum atau hakim, sesuai dengan kewenangan masing-masing, dapat mengadakan penangguhan penahanan dengan atau tanpa jaminan uang atau jaminan orang, berda-sarkan syarat yang ditentukan12.

(2) Karena jabatannya penyidik atau penuntut umum atau hakim sewaktu-waktu dapat mencabut penangguhan penahanan dalam hal tersangka atau terdakwa melanggar syarat sebagai-mana dimaksud dalam ayat (1).

12 Penjelasan Pasal 31 ayat (1) KUHAP, bahwa ”yang dimaksud dengan “syarat yang ditentukan” ialah wajib lapor, tidak keluar rumah atau kota. Masa penangguhan penahanan dari seorang tersangka atau terdakwa tidak termasuk masa status tahanan.

Jadi pihak yang berhak mengajukan permintaan penangguhan penahanan adalah tersangka atau terdakwa sendiri, atau keluarga tersangka/terdakwa; sedangkan pihak yang bewenang memberikan pepangguhan penahanan hádala penyidik atau penuntut umum atau hakim sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

Masa penangguhan penahanan ini tidak termasuk masa status tahanan, oleh karena itu padaa saat hukuman dijatuhkan kemudian, maka masa penangguhan penahanan tidak dipotongkan atau dikurangi.

1. Jaminan Penangguhan Penahanan (1) Jaminan Uang

Apabila penangguhan diterima dengan jaminan uang atau orang sebagaimana menurut Pasal 23 jo Pasal 31 ayat (1) KUHAP, maka diadakan-lah perjanjian antara pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaannya, dengan tersangka/ terdakwa atau penasihat hukumnya, deserta syarat-syaratnya.

Apabila jaminan berupa uang, maka uang jaimnan harus jelas disebutkan dalam perjanjian, dan besarnya ditetapkan oleh pejabat yang berwenang, dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 35 PP No. 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan KUHAP, yaitu:

(1) Uang jaminan penangguhan penahanan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan tinggkat pemeriksaan, disimpan di kepaniteraan pengadilan negeri. (2) Apabila tersangkut atau terdakwa melarikan diri dan setelah

lewat waktu 3 (tiga) bulan tidak ditemukan uang jaminan tersebut menjadi milik negara dan disetor ke Kas Negara.

Mengenai nilai uang yang dijadikan jaminan, tidak ada ketentuan secara jelas tentang berapa besarannya nilai uang yang dijadikan jaminan, maka besarnya nilai uanh jaminan ditentukan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat

pemeriksaannya.

Dalam menentukan besarnya uang jaminan itu ditetapkan oleh pejabat yang berwenang, sesuai dengan tingkat pemeriksaan (lihat Pasal 35 ayat (1) KUHAP). Pejabat yang berwenang, yang dimaksud oleh pasal tersebut, adalah:

1. Penyidik di tingkat penyidikan;

2. Penuntut Umum di tingkat penuntutan; dan 3. Hakim di tingkat pemeriksaan di pengadilan.

Kemudian uang jaminan itu disimpan di kepaniteraan Pengadilan Negeri, dan apabila tersangka/terdakwa melarikan diri dan setelah lewat 3 bulan tidak ditemukan, maka uang jaminan itu menjadi milik Negara dan disetor ke Kas Negara. Namun apabila setelah lewat waktu 3 bulan tersangka/ terdakwa tertangkap, maka uang jaminan itu tidak dapat diminta kembali olehnya, sedangkan kepada tersangka/ terdakwa yang tidak melarikan diri, maka apabila perkaranya sudah selesai dan putusannya telah berkekuatan hukum tetap, maka uang jaminan itu dikembalikan kepadanya.

Lebih lanjut tentang prosedur dan tata cara penangguhan penahanan dengan jaminan uang sebagaimana yang dirumuskan dalam angka 8 huruf a Lampiran Keputusan Menteri kehakiman RI No. 14.PW.07.03/1983.

(2) Jaminan Orang

Demikian pula apabila jaminan berupa orang, maka identitas orang yang menjadi jaminan tersebut secara jelas dicamtumkan dalam perjanjian, dengan ketentuan sebagaimana diatur Pasal 36 KUHAP, bahwa apabila terjadi sesuatu atas tersangka atau terdakwa, yaitu:

(1) Dalam hal jaminan itu adalah orang dan tersangka atau terdakwa melarikan diri maka setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan tidak ditemukan, penjamin diwajibkan membayar uang yang jumlahnya telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan.

Negera melalui panitera pengadilan negeri.

(3) Apabila penjamin tidak dapat membayar sejumlah uang yang dimaksud ayat (1) jurusita menyita barang miliknya untuk dijual lelang dan hasilya disetor ke Kas Negara melalui panitera pengadilan negeri.

Masalah penangguhan penahanan bentuknya mirip dengan perjanjian perdata, sebab penangguhan harus dibuatkan suatu perjanjian bersyarat dibarengi dengan prestasi dan tegen prestasi. sejalan dengan itu telah dirumuskan dalam angka 8 huruf a Lampiran Keputusan Menteri Kehakiman No. 14.PW.07.03/1983, yang berbunyi “dalam hal ada permintaan untuk menangguhkan penahanan yang dikabulkan, maka diadakan perjanjian antara pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan dengan tersangka atau penasihat hukumnya beserta sayarat-syaratnya.

Dalam hal penangguhan penahanan dengan jaminan orang, maka yang menjadi penjamin dalam hal ini sebaiknya adalah keluarga terdekat dari tersangka/terdakwa sendiri, seperti orang tua, anak, istgri, suami dan lain-lain.Hal ini guna menghindarkan diri dari ancaman Pasal 221 KUHPidana, apabila kemudian ternyata tersangka/ terdakwa melarikan diri (Pasal 221 ayat (2) KUHPidana). Demikian juga kepada penasihat hukum dari tersangka/ terdakwa hendaknya tidak menjadi penjamin, karena ia tidak kebal terhadap ketentuan Pasal 221 KUHPidana.

Apabila tersangka/terdakwa melarikan diri dan lewat 3 bulan tidak dapat ditangkap kembali, maka penjamin wajib membayar sejumlah uang yang jumlahnya telah ditentukan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan tingkat pemeriksaan (Pasal 36 PP No. 27 tahun 1983 tentang pelaksanaan KUHAP). Apabila si penjamin tidak dapat membayar sejumlah uang yang ditetapkan itu, maka Juru Sita akan menyita barang miliknya untuk dijual lelang dan hasilnya akan diseter ke Kas Negara melalui Panitera Pengadilan Negeri.

lebih lanjut diatur dalam angka 8 huruf c, f dan j Lampiran Keputusan Menteri kehakiman No.M.14. PW.07.03/ 1983 tentang tata cara pelaksanaan jaminan dengan uang.

Bahwa disamping perjanjian yang dibuat tersebut diatas, maka baik jaminan uang atau jaminan orang biasanya harus mencamtumkan syarat, bahwa:

1. Tersangka atau terdakwa tidak akan melarikan diri;

2. Tersangka atau terdakwa tidak akan menghilangkan barang bukti;

3. Tersangka atau terdakwa tidak akan mengulangi perbuatannya;

4. Tersangka atau terdakwa bersedia memenuhi panggilan untuk kepentingan pemeriksaan (dalam semau tingkat pemeriksaan) atau tidak mempersulit jalan pemeriksaan atau persidangan.

2. Tata cara Pengeluaran Tahanan karena penangguhan Penahanan

Tata cara pengeluaran tahanan karena penangguhan penahanan, sebagai-mana diatur dalam Pasal 25 Peraturan Menteri kehakiman No.M.04. UM. 01.06/ 1983 tentang tata cara pengeluaran tahanan karena penangguhan penahanan, yaitu: a. pengeluaran tahanan karena penangguhan penahanan harus

berdasarkan surat perintah pengeluaran tahanan dari instansi yang menahan;

b. Kepala RUTAN, harus:

Meneliti surat perintah pengeluaran tahanan dari instansi

yang menahan;

Membuat berita acara pengeluaran tahanan dari RUTAN,

dan menyampaikan tembusan kepada isntansi yang menahan;

Mencatat surat-surat penangguhan penahanan dan

mengambil sidik jari, tiga jari tengah dari tangan kiri tahanan yang bersangkutan ke dalam register yang disediakan;

dokter RUTAN, dan menyampaikan kepada isntasni yang menahan dan kepada tahanan itu sendiri;

Menyerahkan barang-barang milik tahanan yang ada dan

ditipkan kepada RUTAN dengan berita acara dan mencatat dalam register yang disediakan.

3. Pencabutan Penangguhan Penahanan

Apabila pihak yang berwenang melakukan penahanan menurut Pasal 20 KUHAP, yaitu “untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas perintah penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan untuk kepentingan penuntutan, penuntut umum berwenang melakukan penahanan atau penahanan lanjutan, dan untuk kepentingan pemeriksaan hakim di sidang pengadilan dengan penetapannya berwenang melakukan penahanan, maka sebaliknya pencabutan penangguhan penahanan juga hádala wewenang penyidik pembantu, penyidik, penuntut umum dan hakim.

Namun dalam pencabutan penangguhan penahanan tidaklah dapat dilakukan secara sewenang-wenang, sebab dalam pencabutan penangguhan penahanan haruslah ada dasar alasannya untuk memberi kelayakan bagi mereka untuk bertindak mencabut kembali penangguhan penahanan. Hal ini telah diperingatkan Pasal 31 ayat (2) KUHAP, bahwa “karena jabatannya penyidik atau penuntut umum atau hakim sewaktu-waktu dapat mencabut penangguhan penahanan dalam hal tersangka atau terdakwa melanggar syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)”. Dalam arti bahwa sepanjang terdakwa/ tersangka tidak melanggar syarat-syarat penangguhan penahanan, maka tidak ada alasan bagi pejabat yang bersangkutan untuk bertindak melakukan pencabutan penangguhan penahanan.

(13) Pengurangan atau Pemotongan masa Penahanan

Masa pengurangan atau pemotongan masa penahanan hanya dapat diberikan pada pengalihan jenis penahanan (tahanan rumah atau kota) sebagaimana diatur Pasal 21 ayat (4) dan (5) jo Pasal 22 KUHAP, sebagai berikut:

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. (ayat (4)).

2. penahanan di rumah tahanan negara, pengurangannya sama dengan jumlah masa penahanan, yaitu 1 hari masa penahanan harus dikurangi secara berbanding 1 hari dengan 1 hari.

3. Penahanan kota, pengurangan masa penahanannya sama dengan 1/5 X jumlah masa penahanan kota yang telah dijalani, misalnya penahanan kota selama 50 hari, maka jumlah pengurangan masa penahanan hádala 1/5 X 50 hari.

4. penahanan rumah, pengurangan masa penahanannya sama dengan 1/3 X jumlah masa penahanan kota yang telah dijalani, misalnya penahanan kota selama 50 hari, maka jumlah pengurangan masa penahanan hádala 1/3 X 50 hari.

3. PENGGELEDAHAN

Dalam dokumen HUKUM ACARA PIDANA 002 (Halaman 173-179)