PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT (PMKS) BERWAWASAN LINGKUNGAN MELALUI PEMANFAATAN LIMBAH
PENDAHULUAN Latar belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional, terutama sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara.Pada tahun 2007, perkebunan kelapa sawit menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan 3,30 juta kepala keluarga petani, serta memberikan
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2011
dunia, posisi nomor 2 ditempati Malasya dengan produksi 39 %. Pada tahun 2010 produksi minyak sawit global diperkirakan mencapai 46 juta ton dengan luas area 12 juta Ha.
Pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) merupakan industri yang sarat dengan residu pengolahan. Menurut Naibaho (1996) PMKS hanya menghasilkan 25-30% produk utama berupa 20-23% CPO dan 5-7% inti sawit (kernel). Sementara sisanya sebanyak 70-75% adalah residu pengolahan berupa limbah. Jenis limbah PMKS berupa limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Jumlah limbah cair yang dihasilkan PMKS di Indonesia mencapai 28,7 juta ton/tahun. (Isroi, 2008 dalam Siregar, 2009). Sedangkan limbah padat mencapai 15,20 juta ton. Limbah cair dari PMKS sebelum diolah (inlet) mempunyai BOD (Biological Oxygen Demand) mencapai 30.000-40.000 mg/L. Bila limbah tersebut masuk ke perairan akan berpotensi menimbulkan pencemaran karena akan meracuni biota dan mikroorganisme perairan. Limbah padat akan menghasilkan bau yang tidak sedap, sedangkan limbah gas dihasilkan dari gas metan merupakan gas rumah kaca. Saat ini gerakan untuk memperbaiki kualitas lingkungan sangat intensif, sehingga semua pembangunan- termasuk pabrik minyak kelapa sawit- harus memasukkan faktor lingkungan.
Paper ini akan membahas pemanfaatan kembali (reuse) limbah PMKS untuk mewujudkan pembangunan PMKS yang berwawasan lingkungan.
Tujuan
a. Untuk mengetahui jenis dan potensi limbah sawit
b. Untuk mengetahui pemanfaatan limbah sawit menjadi bahan yang bernilai ekonomis
c. Menjadikan pabrik minyak kelapa sawit berwawasan lingkungan.
Perumusan masalah
Industri kelapa sawit yang menghasilkan CPO dan turunannya memberi dampak positif terhadap perekonomian Indonesia. Industri
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2011
sebaliknya bagaimana upaya agar limbah dijadikan sebagai potensi, bukan sesuatu yang dapat mencemari lingkunga.
PEMBAHASAN
Pembangunan Berkelanjutan
Pengertian pembangunan berkelanjutan menurut Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 adalah upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, social, ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraaan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Definisi tersebut diatas sesuai dengan UU No. 18 tahub 2004 pasal 2 dan pasal 4 yang mengatakan pembangunan perkebunan diselenggarakan berdasarkan azas manfaat dan berkelajutan, keterpaduan, kebersamaan ,keterbukaan serta berkeadilan; dan mempunyai fungsi: 1) ekonomi meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat; 2) ekologi peningkatan konservasi tanah, menyerap karbon, penyedia oksigen, dan penyangga hutan; 3) social budaya sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
Pabrik Minyak kelapa Sawit (PMKS) dan Produk Bersih
Produk bersih adalah suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan (Alamsyah, 2000). Erningpraja (2004) mengatakan Proroduk bersih diperlukan sebagai cara untuk mengharmonisasikan upaya perlindungan lingkungan hidup dengan kegiatan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu upaya untuk mengasilkan produk bersih sama dengan penerapan pembangunan berkelanjutan.karena penerapan produksi bersih dapat: a. Memberikan peluang keuntungan ekonomi, sebab di dalam produksi
bersih terdapat strategi pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction dan in-process recycling) yaitu mencegah terbentuknya limbah secara dini yang dapat mengurangi biaya investasi untuk pengolahan dan pembuangan limbah.
b. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pengurangan limbah, daur ulang, pengolahan, dan pembuangan yang aman
c. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui penerapan proses produksi dan penggunaan bahan
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2011
e. Mencegah atau memperlambat terjadinya degradasi lingkungan dam memanfaatkan sumberdaya alam melalui penerapan daur ulang limbah di dalam proses.
Karakteristik limbah PMKS
Limbah PMKS pada umumnya mengandung komponen utama adalah bahan organik. Berbeda dengan bahan industri lain non pangan pada umumnya adalah bahan anorganic. Jenis limbah PMKS dibagi atas
3 bagian yaitu: 1) limbah cair; 2) Limbah padat; dan 3) Limbah gas. 1. Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan PMKS berasal dari stasiun klarifikasi (sludge water dari drab 70-75%), stasiun rebusan 15-20%, dari hidrosiklon 5-10%, dan dari air cucian pabrik. Jumlah air buangan tergantung pada sistem pengolahan, kapasitas olah pabrik, dan keadaan peralatan klarifikasi.
2. Limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh PMKS dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: tandan kosong sawit (TKS), serat (fiber), cangkang (shell), dan lumpur.
a. Tandan kosong sawit
Limbah ini diperoleh dari dari stasiun penebahan (threser) yang kemudian diangkut untuk ditimbun dalam penampungan sementara TKS
b. Serat (fiber)
Limbah ini diperoleh dari proses pengempaan yang dilakukan di stasiun kempa. Setelah mengalami pengempaan dan pencacahan di cake breaker conveyer (CBC) maka serat di bawa ke pericarper untuk dihisap oleh fiber cyclone dan digunakan sebagai bahan bakar. Jumlah serat pada TBS adalah 8-11%.
c. Cangkang
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2011
3. Limbah gas (emisi)
Emisi meruapakan sumber polutan yang berbentuk partikel-partikel padat berupa abu terbang yang berasal dari proses pembakaran serat dan cangkang . Abu ini sangat berbahaya bagi pernapasan manusia , bila partikel padat ini terakumulasi dalam tubuh manusia sampai 300-600 mikro gr/M3 dapat menyebabkan bronchitis.
Pemanfaatan limbah
Berdasarkan karakteristik limbah seperti telah dijelaskan di atas bahwa limbah PMKS mengandung bahan organic dan mineral. Limbah tersebut dapat dimanfaatkan dengan melakukan pengolahan lebih lanjut sehingga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Pengolahan limbah akan bermafaat bukan hanya untuk mencegah pencemaran terhadap lingkungan tetapi dapat juga untuk meningkatkan pendapatan usaha perkebunan sawit. Hal ini sekaligus untuk mewujudkan industry PMKS dengan zero waste.
a. Sebagai bahan pembuatan kompos
Pengomposan (composting) merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai hara dan menurunkan volume TKS (Harada et.al dalam Darnoko et,al, 1993). Dengan demikian biaya transportasi per unit hara yang tinggi pada aplikasi TKS secara langsung dapat dikurangi. Disamping itu pemanfaatan TKS sebagai bahan baku kompos dapat mengurangi permasahan akibat menumpuknya TKS di pabrik, memberi tambahan keuntungan pada PMKS dari penjualan kompos, dan menurunkan biaya penggunaan pupuk organ (Darnoko, et al,2003). Proses pembuatan kompos dari TKS adalah: 1) Pencacahan; 2) Pembentukan tumpukan;3) Pembalikan;4) Penyiraman denga LPCKS; dan pengeringan dan pengemasan (Erningpraja dan Darnoko, 2005). Kompos yang matang ditandai dengan nisbah C/N sebesar 10 %. Untuk mempercepat proses pengomposan maka bebrapa usaha yang dapat dilakukan dengan menambah kotoran sapi, kambing, dan ayam ( Thambirajah et. Al, 1995 dalam Darnoko, 2003). Sedangkan Goenadi et.al (1998) dalam Darnoko (2003) melakukan pengomposan TKS dengan menambah inokulum . PPKS medan melakukan pengomposan TKS dengan menambah urea.
b. Pemanfaatan bahan membuat biogas
Limbah cair PMKS dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk membuat gas bahan bakar. Secara alami limbah cair yang
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2011
maka limbah cair PMKS dialirkan ke dalam suatu bioreactor tempat terjadinya fermentasi. Gas metan yang dihasilkan dialirkan atau dipompa ke tangki penampungan atau langsung dialirkan ke rumah penduduk sesuai dengan pemanfaatannya. Potensi biogas yang dihasilkan dari 600-700 kg limbah cair PMKS dapat diproduksi sekitar 20 m3 gas metan (Siregar, 2009). Karena limbah cair PMKS di Indonesia mencapai 28,7 juta ton/tahun dan limbah padat 15,2 juta ton/tahun. Dari limbah tersebut dapat menghasilkan biogas 90 juta m3, yang setara dengan 187,5 milyar ton gas elpiji. Jumlah biogas ini dapat memenuhi kebutuhan gas satu milyar KK (kepala keluarga) selama setahun.
c. Pemanfaatan sebagai pakan ternak
Berdasarkan hasil penelitian limbah sawit mulai dari pelepah dengan daunnya, tandan kosong, serat perasan buah, solid membrane,lumpur sawit, dan bungkil sawit dapat dijadikan sebagai bahan membuat pakan ternak baik sebagai bahan baku utama atau sebagai filller
Serat sisa perasan buah sawit merupakan serabut berbentuk seperti benang. Bahan ini mengandung protein kasar sekitar 4% dan serat kasar 36% (lignin 26%). Dari komposisi kimia yang dimiliki, bahan ini mempunyai kandungan gizi yang setara dengan rumput. Penggunaan serat perasan buah sawit dalam ransum sapi telah diteliti oleh Hutagalung et al. (1986). Bahan ini mempunyai nilai kecernaan sekitar 47%. Penggunaan serat perasan dalam ransum sapi disarankan sekitar 10% dari konsumsi bahan kering. Serat perasan ini kurang disukai oleh ternak sapi, oleh karena itu perlu pengolahan agar bahan ini dapat digunakan secara optimal. Proses fermentasi temyata dapat meningkatkan palatabilitas bahan ini (Suharto, 2004). Perlakuan amoniasi telah dilaporkan dapat meningkadm pertambahan bobot badan sapi bila dibandingkan dengan yang tidak di proses (Hutagalung et al., 1986), Rossi dan Jamarun (1997) melaporkan serat sawit dapat
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2011
bungkil inti sawit, dedak, urea dan garam. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa formula yang terbaik adalah carnpuran pakan yang terdiri dari pelepah sawit 60%, lumpur sawit 18%, bungkil inti sawit 18% dan dedak 4%. Dengan perlakuan ird, temak sapi Bali yang digunakan dapat mencapai rata-rata pertambahan bobot badan 0,52 kg/e/h
d. Sistem integrasi sapi kelapa sawit (SISKA)
Pada saat ini beberapa perkebunan sudah mulai merintis pengintgrasian beternak sapi dengan budidaya kelapa sawit. Secara sederhana integrasi sapi kelapa sawit ini adalah memanfaatkan limbah sawit sebagai bahan baku pakan, sebaliknya kotoran ternak dan urine dikembalikan ke kebun sebagai pupuk atau kompos. Perkebunan PPKS Bukit sentang Langkat telah menggunakan pelepah daun sawit sebagai pakan ternak sebanyak 150 ekor sapi. Hasilnya ternyata dapat meningkatkan bobot sapi hampir 1 kg/ hari dengan jumlah ransum 8 kg/hari. Sedangkan kotoran sapi yang digunakan sebagai pupuk dapat menghemat pemakaian pupuk anorganic sebesar 50%. Demikian juga Perkebunan Agricinal di Benkulu, telah melakukan keterpaduan antara kebun sawit dengan sapi. Melalui SISKA ini beberapa permasalahan dapat diatasi sekaligus yaitu: 1) perkebunan diuntungkan karena limbah yang dihasilkan PMKS menjadi bahan yang bernilai ekonomis dan tidak mencemari lingkungan. 2) peternak sapi diuntungkan karena dapat menghemat biaya pakan. Antara perkebunan dengan peternak terjadi hubungan yang saling menguntungkan (dalam ilmu lingkungan hubungan seperti itu disebut simbiose mutualisme) . Hubungan yang mutualisme merupakan wujud dari pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan Indonesia akan swasembada daging sapi pada tahun 2014 dan mewujudkan PMKS yang berkelanjutan, maka model beternak sapi SISKA dapat dijadikan sebagai pilihan. Memang SISKA ini masih memerlukan kajian yang lebih dalam dan komprehensif agar invenstor lebih percaya bahwa model SISKA sangat propektif.
KESIMPULAN
Pabrik Minyak Kelapa sawit (PMKS) merupakan industry yang sarat dengan residu. PMKS hanya menghasilkan 25-30 % produk utama berupa 20-23 % CPO dan 5-7 % inti sawit. Limbah PMKS mengandung bahan organic sehingga sangat potensial mencemari lingkungan bahkan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2011
mengolah limbah menjadi produk yang berdaya guna. Misalnya mengolahnya menjadi: kompos, pakan ternak, dan produk biogas. Industri PMKS dengan mereuse limbah menjadi produk yang berdaya guna merupakan contoh pembangunan yang berkelanjutan, pembangunan yang memasukkan lingkungan dan social/budaya sebagai unsur yang perlu diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
Darnoko, Z. Pulungan, dan I. Anas. 1993. Pembuatan Pupuk Organik dari Tandan kosong sawit. Buletin PPKS 1(1), 89-99
Darnoko, et al. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa sawit dan Produk Turunannya. Pusat penelitian kelapa sawit, Medan.
Elisabeth, J. dan S.P. Ginting. 2004. Pemanfaatan hasil samping industri kelapa sawit sebagai bahan pakan ternak sapi potong. In.: Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Pros. Lokakarya Nasional. Hal. 110-119. Dept. Pertanian, Pemda Prov. Bengkulu dan P.T. Agricinal. Bengkulu.
Erningpraja, L. 2004. Pengelolaan Limbah Pabrik kelapa sawit Yang Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian kelapa sawit, Medan
Hutagalung, R.I., M.D. Mahyuddin, B.L. Braithwaite, P. Vijchulata and S. Dass. 1986. Digestibility and performance of cattle fed palm kernel cake and ammoniated palm pressed fiber under intensive system. Proc. 8h Ann. Conf. MSAP. pp. 87-9 1. Universiti Pertanian Malaysia, Selangor
Naibaho, P. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa sawit. Pusat penelitian Kelapa Sawit, Medan.
Siregar, P. 2009. Produksi Biogas melalui pemanfaatan Limbah Cair kelapa Sawit dengan Digester Anaerob.uwityangyoyo. wordpress.com/2009/04/11 [10 Maret 2010].
Suharto. 2004. Pengalaman pengembangan usaha. system integrasi sapi-kelapa sawit di Riau. Pros. Lokakarya Nasional. Hal. 57-63. Dept. Pertanian, Pemda rov. Bengkulu dan P.T. Agricinal. Bengkulu.
Prosiding Seminar Nasional Kimia 2011