• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA, MIKROBA ENDOFIT : LAWAN ATAU KAWAN ?

I. Studi Kimia Tumbuhan Obat Indonesia

1. Lasang, Myrica esculenta Buch. Ham ex. D.Don (Myricaceae)

Tumbuhan “Lasang” (nama daerah di Ruteng, P. Timor, Nusa Tenggara Timur) adalah salah satu dari kekuarga Myricaceae dan banyak digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan diuretik. Hasil isolasi dan pemurnian senyawa kimia dari ekstrak etilasetat memberikan 6 senyawa triterpenoid yaitu mirikanol (1; 0,53 %); mirikanon (2; 0,004 %); mirikolal (3; 0,001 %); mirikadiol (4; 0,001 %); dan asam betulat (5; 0,003 %). Sedangkan dari ekstrak air diperoleh senyawa mirikanol 5-O-β-D-glukopiranosida (6; 0,037 %). Hasil uji farmakologi keenam senyawa kimia tersebut diperoleh bahwa senyawa mirikanol (1) mempunyai aktivitas sebagai lymphocyte blastogenic transformation sebesar 10 βg/ml, dan mirikanol 5-O-β-D- glukopiranosida sebagai leucocyte migration inhibitor sebesar 100

βg/ml (Simanjuntak, dkk, 1992; Simanjuntak, 1995a).

2. Warrt, Pongamia pinnata (L.) Pierre (Papilionaceae)

Tumbuhan Pongamia pinnata, (Papilionaceae) di daerah Larantuka, P. Flores, Nusa Tenggara Timur disebut “Warrt” dan secara tradisional bagian kulit batang tumbuhan ini setelah direbus, diminum oleh para ibu yang baru melahirkan. Penelitian ekstrak etilasetat dari kulit batang Warrt memberikan senyawa pongapinon A (7; 0,038 %) dan pongapinon B (8; 0,01 %). Hanya senyawa kimia pongapinon A yang mempunyai aktivitas sebagai penghambatan pada produksi interleukin-1 “inhibitory activity upon interleukin-1 production” sebesar IC50 = 2,5 µg/ml (Kitagawa, et al., 1992).

3. Dekar, Caeasalpinia major Dandy ex Excell (Fabaceae)

Tumbuhan obat Dekar (nama daerah di Ruteng, Flores, Nusa Tenggara Timur) berdasarkan informasi yang peroleh digunakan sebagai tonikum, anticacing, pegal-pegal dan sakit punggung. Hasil penelitian diperoleh bahwa dari ekstrak etilasetat mengandung senyawa kimia furano diterpen tipe kasan yaitu caesaldekarin a 9; 0,86 %), b (10; 0,05 %), c (11; 0,06 %), d (12; 0,01 %), e (13; 0,06 %) dan caesaldekarin f (14; 0,09 %), dan 1 senyawa fitoaleksin yang dinamakan sebagai 12-oksi-7-okso-sandara kopimaradiena (15; 0,09 %) Penamaan senyawa baru sebagai caesaldekarin ini adalah Caesal berasal dari nama genus tumbuhan caesalpinia, dekar dari nama lokal di Flores. Di antara senyawa ini caesalekarin a yang berpotensi sebagai penghambatan pada

Prosiding Seminar Nasional Kimia 2011

µg/ml (pada konsentrasi 80%) (Kitagawa, et al., 1994a; Kitagawa, et al., 1996; Simanjuntak, 1995b; Simanjuntak, 1996a; Simanjuntak, 2002a).

4. Gonggang, Bhetsa paniculata Arn. (Celastraceae)

Di Bengkulu, tumbuhan ini dikenal sebagai Gonggang yang secara tradisional digunakan untuk pencegahan muntah-muntah dan diare. Hasil penelitian studi kimia diperoleh bahwa ekstrak etilasetat bagian kulit batang Gonggang memberikan 3 senyawa triterpenoid glikosida baru yang dinamakan sebagai gonggangnosida A (16; 0,03 %), B (17; 0,036 %) dan C (18; 0,04 %) dan asam kuinovak (19, 0,045 %). Potensi kandungan kimia dari tumbuhan ini belum dilaporkan (Ohashi, et al., 1994).

5. Sungkei, Peronema canescens Jack (Verbenaceae)

Sungkei, Peronema canescens di Curup, Bengkulu digunakan secara tradisional sebagai obat anti malaria. Isolasi dan penentuan struktur kimia dari ekstrak etil asetat bagian daun tumbuhan Sungkei memberikan tujuh (7) senyawa baru diterpen tipe klerodan yaitu peronemin A2 (20; 0,005 %); A3 (21; 0,01 %); B1 (22; 0,01 %); B2 (23;

0,04 %); B3 (24; 0,03 %); C1 (25; 0,04 %); D1 (26; 0,003 %). Sedangkan

dari ekstrak air diperoleh 2 senyawa kimia yang bukan baru yaitu akteosida (27; 0,026 %) dan flavonoid glikosida (28; 0,012 %). Hasil uji farmakologi terhadap semua kandungan senyawa kimia tersebut yang diperoleh bahwa peronemin C1 mempunyai aktivitas sebagai antimalaria

sebesar IC50 = 13,1 µM (83%) dan peronemin A3 sebesar IC50 = 118 µM

(83%) (Kitagawa, et al., 1994b; Simanjuntak, 1996b).

6. Pegeu buang, Brucea javanica (L.) Merr. (Simaroubaceae)

Tumbuhan Brucea javanica di Bengkulu disebut sebagai Pegeu buang (Jawa Barat, Ki Pahit), secara tradisional digunakan untuk antimalaria. Hasil studi kimia yang telah dilakukan terhadap ekstrak aseton buah Pegeu buang diperoleh 3 senyawa triterpenoid baru yaitu bruceajavanin A (29; 0,006 %); dihidrobruceajavanin A (30; 0,003 %),

Prosiding Seminar Nasional Kimia 2011

7. Upa-upa, Coscinum fenestratum (Gaertn) Colebr. (Menispermaceae)

Tumbuhan Coscinum fenestratum (nama lokal : upa-upa di Palangka Raya, Kalimantan Tengah) yang berdasarkan informasi digunakan untuk pengobatan penyakit kuning dan malaria. Hasil penelitian studi kimia terhadap bagian akar tumbuhan upa-upa ini adalah senyawa benzilisokuinolin, berbin (33, 0.05 %) yang mempunyai potensi sebagai anti malaria (Simanjuntak, 1998a).

8. Kayu ular, Strychnos lucida R.Br. (Loganiaceae)

Di daerah Sumbawa, Nusa Tenggara barat tumbuhan ini dikenal sebagai tumbuhan Kayu ular yang secara tradisional digunakan untuk anti racun ular dan demam. Hasil isolasi dan elusidasi struktur kimia yang telah dilakukan, Kayu ular mengandung senyawaan alkaloid, kolobrin N-oksida (34; 0,001 %); striknin N-oksida (35; 0,003 %); brusin N-oksida (36; 0,001 %) dan brusin (37; 0,001 %) yang berpotensi sebagai obat anti malaria dan anti kanker. (Simanjuntak, 1998b); Rachmat, dkk. 2002).

9. Secang, Caesalpinia sappan L. (Caesalpinaceae)

Secang, Caesalpinia sappan adalah salah satu bahan dari jamu- jamuan yang banyak digunakan untuk analgesik, anti inflamasi. Hasil isolasi dari ekstrak etilasetat kulit batang secang memberikan senyawa baru turunan brazilin (38; 0,063 %) dan brazilin (39; 0,0045 %). Hasil uji toksisitas diperoleh bahwa senyawa turunan brazilin mempunyai daya toksik sebesar IC50 = 63,1 ppm (Simanjuntak, 2002b).

10. Benalu Teh, Scurrula atropurpurea (Bl.) Dans. (Loranthaceae)

Benalu teh (scurrula spp) sangat populer untuk masyarakat Indonesia yang secara komersial banyak dijual dan diyakini dapat mengobati penyakit kanker. Studi kimia dan farmakologi terhadap benalu teh (Scurrula atropurpurea) dan daun teh (Thea sinensis) yang dikoleksi dari Gunung Mas, Puncak telah dilakukan. Hasil isolasi dan penentuan struktur kimia dari ekstrak etil asetat pada seluruh bagian benalu teh memberikan beberapa senyawa asam-asam lemak seperti asam (z)-9-oktadekanoat (40; 0,02 %); asam (z,z)-oktadeka-9,12- dienoat (41; 0,004 %); asam (z,z,z)-oktadeka-9,12,15-trienoat (42; 0,006 %); asam oktadeka 8,10-diynoat (43; 0,04%), asam (z)-oktadeka-12-en- 8,10-diynoat (44; 0,07 %); asam oktadeka 8,10,12-triynoat (45;

Prosiding Seminar Nasional Kimia 2011

dan empat senyawa flavan, (+)-katekin (52; 0,01 %); (-)-epikatekin (53; 0,0001 %); (-)-epikatekin-3-O-galat (54; 0,0016 %), (-)-epigallokatekin- 3-O-galat (55; 0,636 %); (+)-gallokatekin (56; 0,0004 %) dan (-)- epigallokatekin (57; 0,0017 %). Hasil uji farmakologi terhadap sel kanker untuk semua senyawa hasil isolasi dari benalu teh dapat disimpulkan bahwa ada kemungkinan senyawa asam lemak yang berikatan rangkap 3 juga berperan di dalam menghambat pertumbuhan sel kanker. Perbandingan kandungan senyawa kimia dan hasil uji farmakologi tanaman teh (Thea sinensis) dan benalu teh (Scurrula atropurpurea) dapat dilihat pada Tabel 2 (Ohashi, et al., 2003; Winarno, et al., 2003a; Winarno, et al., 2003b; Simanjuntak, et al., 2004a).

11. Mahkota dewa, Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl. (Thymelaceae)

Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) yang pada awalnya dijauhi karena dianggap sebagai tanaman beracun, kini semakin banyak dicari orang baik dalam bentuk mentah maupun hasil olahannya. Wahyoedi melaporkan bahwa Mahkota dewa dengan kadar yang tepat berhasil mengatasi beberapa penyakit seperti kanker, diabetes mellitus, lever dan stroke (Wahyoedi, 2003). Hasil studi kimia dan farmakologi terhadap buah tumbuhan ini diperoleh bahwa ekstrak n-heksan mengandung asam-asam lemak seperti asam palmitat, asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat; ekstrak etilasetat mengandung senyawa steroid seperti β-sitoterol; stigmasterol dan sikloargentenol (58; 0,001 %) Sedangkan dari ekstrak n-butanol diperoleh benzofenon (59; 0,001 %), dan dari ekstrak air adalah benofenon glikosida (60; 0,05 %) dan beberapa senyawa karbohidrat. Hasil uji farmakologi menunjukkan bahwa senyawa benzofenon mempunyai toksik yang paling tinggi sebesar 0,37 ppm (Tambunan & Simanjuntak, 2006; Soeksmanto, dkk.,2007; Simanjuntak, 2008);.