• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL Tahun 2019 (Halaman 46-51)

BAB II PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

3.2 PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT REGIONAL

Grafik 3.1.Realisasi Penerimaan Perpajakan SumutTahun 2019

Grafik 3.2. Perkembangan Realisasi Pajak Dalam Negeri Tahun 2018 dan Tahun 2019 di Provinsi

Sumut Per Jenis Pajak

memberikan tekanan terhadap ekonomi Indonesia sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi lambat dan cenderung menurun. Perlambatan ekonomi berimbas kepada penurunan pendapatan pribadi maupun badan sehingga berdampak pada perolehan PPh Non Migas.

Disamping pelaksanaan PMK nomor PMK-39/PMK.03/2018 terkait percepatan restitusi, PPN mampu tumbuh positif sebesar 4,52 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. Kebijakan percapatan restitusi pada Tahun 2019 mengakibatkan peningkatan restitusi sebesar 31,69 persen dari Tahun 2018. Peningkatan PPN ini ditopang dengan kenaikan PPN Dalam Negeri (DN) yang berarti bahwa meningkatnya pasar tenaga kerja dan konsumsi masyarakat pada Provinsi Sumut ditengah dinamika ekonomi global.

Untuk PPh Migas mengalami penurunan sebesar 14,07 persen jika dibandingkan dengan tahun 2018. Penurunan ini tidak lepas dari dampak gejolak ekonomi global juga dirasakan oleh sektor-sektor ekonomi yang berhubungan erat dengan perdagangan internasional. Sektor Industri Pengolahan, sektor Pertambangan, dan sektor Perdagangan merupakan sektor-sektor yang penerimaannya terdampak signifikan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Efek menurunnya harga-harga komoditas sepanjang 2019 juga turut andil menjadi tambahan penurunan penerimaan dari sektor Pertambangan yang berdampak bagi penerimaan PPh Migas.

Penerimaan dari PBB Mengalami peningkatan sebesar 2,99 persen jika dibandikan dengan tahun 2019. Peningkatan PBB ini disumbang peningkatan penerimaan dari sektor Bangunan (PBB) sektor Perkebunan, Perhutanan dan Pertambangan (P3). Dan untuk pajak lainnya mengalami penurunan sebesar 32,53 persen jika dibandingkan dengan tahun 2018.

b. Pajak Perdagangan Internasional

Untuk penerimaan Pajak Perdagangan Internasional, bea masuk memberikan kontribusi yang paling besar yaitu sebesar Rp777,13 miliar atau 97,41 persen dari total penerimaan Pajak Perdagangan Internasional. Sedangkan penerimaan Bea Keluar hanya memberikan kontribusi sebesar Rp20,66 miliar atau 2,59 persen dari total penerimaan Pajak Perdagangan Internasional. Penerimaan Pajak Perdagangan

Internasional tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 30,22 persen dari Rp1,00 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp797,79 miliar pada tahun 2019.

Penurunan ini terjadi pada Bea Masuk maupun Bea Keluar. Kinerja penerimaan Bea Masuk mengalami tekanan sejak awal tahun, dimana pada bulan Mei 2019 mulai mengalami perlambatan dan terus berlanjut hingga akhir tahun 2019. Kondisi tersebut merupakan imbas perlemahan kinerja impor Provinsi Sumut yang lebih rendah dibandingkan tahun 2018. Sedangkan untuk kinerja penerimaan Bea Keluar terimbas aktifitas ekspor komoditas pertambangan, terutama konsentrat tembaga, yang tidak lebih baik dibanding kinerja tahun lalu.

c. Kinerja Perpajakan

Untuk melihat sejauh mana tingkat kepatuhan dari para wajib pajak dalam pembayaran pajak di suatu daerah, selain dari total realisasi pajak juga harus dilihat perkembangan jumlah PDRB di daerah tersebut. Tax Ratio suatu daerah merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak dibandingkan dengan PDRB suatu daerah. Rasio itu digunakan untuk menilai tingkat kepatuhan pembayaran pajak oleh masyarakat dalam suatu daerah. Perkembangan tax ratio di Provinsi Sumut terlihat pada Grafik 3.4.

Berdasarkan Grafik 3.4 tax ratio Provinsi Sumut dari tahun 2015 s.d. 2019 trennya mengalami penurunan. Secara ideal kenaikan PDRB diiringi dengan kenaikan pajak, tetapi kenyataannya kenaikan PDRB pada Provinsi Sumut tidak diiringi dengan kenaikan penerimaan pajak.

Grafik 3.3. Perkembangan Pajak Perdagangan Internasional di Provinsi Sumut

Sumber: LKPP UAPPAW, BPS (diolah)

Tax ratio tertinggi terjadi pada tahun 2016 dan mengalami penurunan di tahun-tahun berikutnya. Tahun 2019 tax ratio menurun sebesar 28 basis jika dibandingkan dengan tahun 2018. selain dari tekanan eksternal dari perlambatan pertumbuhan ekonomi global, tax ratio ini juga dapat mengindikasikan bahwa tidak terdapat peningkatan tingkat kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak di Provinsi Sumut tahun 2019 dibandingkan tahun sebelumnya.

3.2.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Pemerintah Pusat di Provinsi Sumut

Selain optimalisasi sektor pajak, salah satu langkah kebijakan fiskal di bidang pendapatan negara adalah optimalisasi PNBP. PNBP di Sumut terbagi menjadi dua jenis penerimaan, yaitu Pendapatan BLU, dan PNBP Lainnya.

Sumber : Aplikasi OMSPAN (diolah)

Realisasi PNBP Provinsi Sumut selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan. Tercatat peningkatan sebesar 70,47 persen sejak tahun 2015. Peningkatan ini disumbang oleh meningkatnya pendapatan BLU tiap tahunnya. Sedangkan PNBP

2015 2016 2017 2018 2019 PDRB 521.954,95 571.722,01 626.062,91 684.275,44 741.192,69 Realisasi Pajak 23.068,73 27.087,98 26.641,25 20.231,95 19.758,75 Tax Ratio 4,42 4,74 4,26 2,96 2,67 4,42 4,74 4,26 2,96 2,67 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 0,00 100.000,00 200.000,00 300.000,00 400.000,00 500.000,00 600.000,00 700.000,00 800.000,00 dal am pe rs e n dal am m ili ar ru pi ah 2015 2016 2017 2018 2019 BLU 479.833.158.854 459.287.268.227 637.500.600.817 728.773.923.507 906.504.777.108 PNBP Lainnya 641.829.965.013 670.229.046.683 1.175.047.132.886 1.099.121.423.513 1.005.621.445.978 Penerimaan SDA 0 0 0 0 0 Total 1.121.663.123.867 1.129.516.314.910 1.812.547.733.703 1.827.895.347.020 1.912.126.223.086 Grafik 3.4. Perkembangan Tax Ratio Provinsi Sumut

Lainnya, sebagai jenis PNBP dengan kontribusi penerimaan terbesar, mengalami penurunan sejak 3 (tiga) tahun terakhir. Tercatat pada tahun 2019 total realisasi PNBP Lainnya dari sebesar Rp1,00 triliun, turun dari Rp1,09 triliun pada tahun 2018. Penurunan PNBP lainnya ini disebabkan salah satunya penurunan yang signifikan pendapatan PNBP dari sektor Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi. Penerimaan PNBP yang berasal dari pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) tidak terlihat pada grafik dikarenakan pendapatan dari retribusi pengelolaan SDA langsung disetorkan ke kantor pusat Kementerian/Lembaga.

Tabel 3.2. Perkembangan Realisasi PNBP Lainnya

Sumber: LK UAPPAW (diolah)

Sementara untuk PNBP lainnya pada Tabel 3.2. di atas terlihat bahwa terjadi penurunan penerimaan PNBP Lainnya pada tahun 2019 sebesar 10,25 persen jika dibandingkan dengan tahun 2018. Penurunan terjadi di sebagian besar jenis PNBP lainnya. Penerimaan pendapatan administrasi dan penegakan hukum walaupun mengalami penurunan sebesar 7,69 persen pada tahun 2019, tetapi tetap memiliki kontribusi terbesar yaitu sebesar 33,04 persen atau terbesar dibandingkan jenis PNBP Lainnya. Pendapatan tersebut didominasi oleh pendapatan pelayanan polisi 1 yaitu penerbitan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) , pendapatan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), penerbitan Surat Izin Mengemudi (SIM) serta pendapatan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB). Hal tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan untuk kendaraan baik roda 2 dan 4 atau lebih masih sangat tinggi di Provinsi Sumut.

1. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Organisasi (Bagian Anggaran / Kementerian / Lembaga)

Grafik 3.6. Perkembangan Pagu dan Jumlah Satker Tahun 2019

Sumber : Aplikasi MEBE (diolah)

Pada tahun 2019, yang merupakan tahun terakhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019, belanja pemerintah pusat akan dilakukan secara realistis untuk menjaga iklim investasi tetap kondusif. Belanja pemerintah pusat yang produktif akan diarahkan untuk mendorong peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), penguatan program perlindungan sosial, percepatan pembangunan infrastruktur, serta reformasi birokrasi. Adapun alokasi alokasi belanja tahun 2019 di Provinsi Sumut berjumlah Rp32,16 triliun dengan rincian alokasi belanja Pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga) sebesar Rp24,10 triliun dan alokasi Transfer DAK Fisik dan Dana Desa sebesar Rp8,06 triliun. Alokasi Belanja Kementerian/Lembaga tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 0,18 persen jika dibandingkan dengan tahun 2018 sedangkan alokasi Transfer DAK Fisik dan Dana Desa tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar 13,09 persen jika dibandingkan dengan tahun 2018. Grafik 3.6 menunjukkan bahwa tahun 2019 perkembangan pagu dan jumlah DIPA memiliki tren meningkat. Peningkatan pagu mulai terjadi pada bulan April seiring dengan melakukan revisi DIPA penambahan pagu yang diproses oleh eselon I. Sedangkan untuk kenaikan jumlah DIPA satker, yang tertinggi terjadi dari bulan Mei ke Juni dan total penambahan DIPA dari bulan Januari s.d. Desember berjumlah 48 DIPA.

30,02 30,02 30,02 30,64 30,85 30,86 30,92 30,87 31,22 31,62 31,62 31,62 952 952 952 952 965 985 985 986 998 1.000 1.000 1.000 920 930 940 950 960 970 980 990 1.000 1.010 29,00 30,00 31,00 32,00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

d al am satu an d al am tr ili u n r u p iah

Pagu Jlh DIPA Petikan

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL Tahun 2019 (Halaman 46-51)