• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) 109

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL Tahun 2019 (Halaman 135-144)

BAB VI KEUNGGULAN DAN POTENSI EKONOMI SERTA TANTANGAN FISKAL

7.3 PENANGANAN STUNTING OLEH PEMERINTAH

7.3.2 Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) 109

Merujuk pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 61/PMK.07/2019 tentang Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa Untuk Mendukung Pelaksanaan Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi, TKDD untuk mendukung pelaksanaan kegiatan intervensi stunting terintegrasi terdiri dari:

1) Dana Alokasi Khusus Fisik, yang terdiri atas: a. Bidang Kesehatan

b. Bidang Air Minum c. Bidang Sanitasi

2) Dana Alokasi Khusus Nonfisik, yang terdiri atas:

Tabel 7.5. Pagu dan Realisasi Kegiatan Pendampingan, Koordinasi dan Duktek per Satker/OPD Provinsi Sumut Tahun 2019 (Rupiah)

b. Bantuan Operasional Keluarga Berencana 3) Dana Desa

7.3.2.1. Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik

DAK Fisik untuk mendukung pelaksanaan pencegahan stunting, yang terdiri dari DAK Fisik Bidang Kesehatan, DAK Fisik Bidang Air Minum dan DAK Fisik Bidang Sanitasi, dengan pagu senilai Rp1.029.385.257.000 dengan realisasi senilai Rp935.184.887.436 atau dengan persentase sebesar 91%. Rincian pagu dan realisasi adalah sebagai berikut:

Sumber Aplikasi : OMSPAN

Berdasarkan kabupaten/kota pelaksana DAK Fisik, rincian nilai realisasi adalah sebagai berikut :

Tabel 7.7Realisasi DAK Fisik yang Mendukung Pelaksanaan Pencegahan Stunting per Kabupaten/Kota

Daerah Pagu Realisasi Daerah Pagu Realisasi

KAB. NIAS BARAT 72.469.759.000 71.908.903.918 KAB. HUMBANG HASUNDUTAN

21.931.593.000 18.798.566.063 KAB. NIAS SELATAN 63.008.861.000 57.358.041.753 KAB. PADANG

LAWAS UTARA

19.919.764.000 17.977.859.234 KAB. N I A S 60.622.035.000 57.364.126.058 KOTA

TANJUNGBALAI

19.780.394.000 16.800.013.120 KOTA MEDAN 55.503.424.000 48.924.344.118 KAB.

LANGKAT* 19.357.380.000 16.271.842.749 KOTA PADANG SIDEMPUAN 53.887.991.000 52.291.943.064 KOTA B I N J A I 19.250.452.000 16.185.343.438 KAB. LABUHANBATU 51.877.655.000 43.386.870.284 KAB. D A I R I 19.242.306.000 17.343.856.473 KAB. MANDAILING NATAL 49.749.379.000 39.611.670.852 KAB. PAKPAK BARAT 19.141.208.000 18.203.961.017 KAB. NIAS UTARA * 48.297.348.000 47.154.644.973 KAB. TAPANULI

TENGAH 19.104.667.000 18.558.511.335 KOTA PEMATANGSIANTAR 41.547.543.000 35.930.678.272 KAB. TOBA SAMOSIR 18.002.053.000 15.543.036.411 KAB. SERDANG BEDAGAI 39.627.803.000 38.404.766.103 KAB. PADANG LAWAS * 17.145.342.000 16.888.549.827 KAB. DELISERDANG 37.241.124.000 31.785.957.013 KAB. ASAHAN 16.635.177.000 14.424.123.095 KAB. SIMALUNGUN * 31.786.268.000 30.571.408.264 KOTA GUNUNG

SITOLI * 16.030.706.000 15.517.552.045 KAB. LABUHAN BATU SELATAN 29.036.257.000 27.184.073.039 KAB. SAMOSIR 15.254.919.000 12.641.212.419 KAB. TAPANULI UTARA 27.091.598.000 26.454.306.093 KOTA SIBOLGA 14.177.388.000 12.586.660.990

Bidang DAK Fisik Nilai Pagu (Rp) Nilai Realisasi (Rp)

Persentase Realisasi

DAK Reguler Bidang Air Minum 51.273.864.000 45.805.945.502 89,3%

DAK Penugasan Bidang Air Minum 40.613.578.000 35.764.789.147 88,1%

DAK Afirmasi Bidang Air Minum 3.135.257.000 3.127.109.606 99,7%

DAK Reguler Bidang Sanitasi 35.271.434.000 34.753.525.998 98,5%

DAK Penugasan Bidang Sanitasi 34.947.702.000 32.023.892.499 91,6%

DAK Afirmasi Bidang Sanitasi 16.385.302.000 16.371.365.999 99,9%

DAK Reguler Bidang Kesehatan 445.750.053.000 391.961.276.287 87,9%

DAK Penugasan Bidang Kesehatan 31.647.001.000 29.569.940.284 91,7%

DAK Afirmasi Bidang Kesehatan 96.310.738.000 95.164.648.879 98,8%

Jumlah 1.029.385.257.000 935.184.887.436 90,8%

Tabel 7.6. Tabel Pagu dan Realisasi DAK Fisik yang Medukung Pelaksanaan Pencegahan

stunting per Bidang Provinsi Sumut Tahun 2019

Tabel 7.7. Realisasi DAK Fisik yang Mendukung Pelaksanaan Pencegahan Stunting per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumut Tahun 2019 (Rupiah)

KOTA

TEBINGTINGGI

26.101.038.000 22.760.216.449 KAB. BATUBARA

13.716.520.000 10.513.848.110 KAB. KARO 25.352.966.000 23.635.364.097 KAB. TAPANULI

SELATAN

12.063.412.000 11.650.013.038 SUMUT 25.092.964.000 20.772.847.529 KAB. LABUHAN

BATU UTARA

10.337.963.000 9.779.776.193

Sumber : Aplikasi OMSPAN * = Daerah prioritas

7.3.2.2. Dana Alokasi Khusus (DAK) Nonfisik

DAK Nonfisik untuk mendukung pelaksanaan pencegahan stunting, yang terdiri dari Bantuan Operasional Kesehatan dan Bantuan Operasional Keluarga Berencana, mempunyai pagu senilai Rp721,88 miliar dan terealisasi senilai Rp531,91 miliar atau sebesar 88 persen. Rincian pagu dan realisasi adalah sebagai berikut:

Tabel 7.8. Pagu dan Realisasi DAK Nonfisik yang Mendukung Pelaksanaan PencegahanStunting Di Provinsi Sumut Tahun 2019

Bidang DAK Nonfisik

Nilai Pagu Nilai Realisasi Persentase

Realisasi 2018 2019 2018 2019 2018 2019 Bantuan Operasional Kesehatan 558.103.055.000 596.872.694.000 490.586.485,745 444.813.163.284 88% 75% Bantuan Operasional Keluarga Berencana 113.779.380.000 125.009.181.000 104.905.700.154 87.099.785.491 92% 70% Jumlah 671.882.435.000 721.881.875.000 595.492.185.899 531.912.948.775 89% 74% Sumber : Aplikasi SIMTRADA

7.3.2.3. Dana Desa

Menunjuk pada Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 16 Tahun 2018 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019, dipetakan menu kegiatan Dana Desa terhadap peraturan menteri diatas yang sesuai dengan kegiatan pencegahan stunting, dengan rincian pemetaan tersebut ada pada lampiran.

Dari hasil pemetaan tersebut, didapatkan data realisasi penggunaan dana desa per tanggal 30 Januari 2020 adalah senilai Rp351,33 miliar. Rincian per Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :

Sumber : Aplikasi OMSPAN

Analisa mengenai pencegahan stunting pada Provinsi Sumut akan dikategorikan dalam kelompok sebagai berikut :

7.4.1. Capaian Prevalansi Stunting

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) oleh Kementerian Kesehatan tahun 2013 serta 2018, dimana hasil tahun 2013 tersebut menjadi dasar kebijakan dari pencegahan stunting, dan hasil BPS tahun 2019, menunjukkan bahwa terdapat dinamika prevalansi stunting di Provinsi Sumut.

Grafik 7.2 Tingkat Prevalansi Stunting pada Provinsi Sumut

Sumber : BPS (2019), Riskesdas (2013, 2018), depkes.go.id (2019)

22,7 15,4 9,3 12,5 13,21 19,8 17,8 15,1 16 19,18 37,2 29 27,54 29,6 30,8 27,67 2013 2015 2016 2017 2018 2019

Sangat Pendek Pendek Nasional

Kab/Kota Realisasi Kab/Kota Realisasi

Kab Deli Serdang 47.208.968.200 Kab Nias Barat 10.045.176.117

Kab Mandailing Natal 33.808.390.980 Kab Tapanuli Utara 7.992.161.000

Kab Tapanuli Tengah 29.071.868.000 Kab Asahan 7.875.846.586

Kab Langkat * 20.859.620.715 Kab Humbang Hasundutan 7.527.654.047

Kab Nias Selatan 20.401.770.357 Kab Labuhan Batu Utara 7.119.900.751

Kab Simalungun * 17.376.085.413 Kab Nias Utara * 6.959.799.808

Kab Padang Lawas * 13.978.692.700 Kab Dairi 6.764.353.016

Kab Toba Samosir 13.737.050.355 Kab Samosir 6.236.899.997

Kab Tapanuli Selatan 13.327.156.696 Kab Labuhan Batu 5.584.095.120

Kab Karo 13.275.895.998 Kota Gunungsitoli 5.225.761.448

Kab Batubara 12.632.507.355 Kab Nias 5.222.731.569

Kab Labuhan Batu Selatan 12.235.669.294 Kab Pakpak Bharat 3.480.860.376

Kab Padang Lawas Utara 10.124.788.097 Kota Padang Sidempuan 3.204.774.613

Kab Serdang Bedagai 10.056.711.861

7.4. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Tabel 7.9. Realisasi Dana Desa Mendukung Pencegahan Stunting per 30 Januari 2020 Di 27 Kab/Kota Penerima Dana Desa di Provinsi Sumut

Sumber : Riskesdas (2013, 2018)

Sumber : Riskesdas (2013, 2018)

Walaupun terdapat penurunan tingkat prevalansi stunting dari tahun 2013 ke tahun 2018 sebesar 24%, namun data menunjukkan perkembangan yang tidak menggembirakan. Setelah tingkat prevalansi terus turun hingga tahun 2016, hingga sebesar 24,4%, kemudian tingkat prevalansi meningkat terus hingga pada tahun 2018 menjadi 32,39%, walaupun hal yang sama juga terjadi untuk tingkat prevalansi stunting secara nasional.

Berdasarkan daerah prioritas pencegahan stunting yang terdiri dari 5 (lima) kabupaten/kota, semuanya menunjukkan penurunan tingkat prevalansi stunting kecuali Kab Nias Utara. Penurunan tingkat prevalansi tertinggi dicapai oleh Kab Langkat sebesar 43%. Untuk Kab Nias Utara, terdapat peningkatan prevalansi stunting sebesar 6%. Dari ke lima daerah tersebut pada tahun 2018, Kab Langkat dan Kab Simalungun yang tingkat prevalansi stunting nya berada di bawah tingkat prevalansi Provinsi Sumut. Terhadap 3 (tiga) daerah prioritas lainnya yaitu Kab Nias Utara, Kab Padang Lawas dan Kota Gunungsitoli, mempunyai selisih prevalansi stunting yang besar dengan tingkat prevalansi Provinsi Sumut dan tingkat nasional. Untuk Kab. Nias Utara diperlukan penurunan prevalansi stunting sebesar 44%, untuk Kab Padang Lawas sebesar 23% dan untuk Kota Gunungsitoli sebesar 20%.

Baik secara nasional maupun secara Provinsi Sumut, tingkat prevalansi stunting yang meningkat terus dari tahun 2016 hingga tahun 2018 menjadi tantangan pada pencegahan stunting. Sesuai dengan Sasaran Pokok Pembangunan Nasional (RPJMN) 2015-2019, ditetapkan bahwa target prevalensi stunting adalah sebesar 28%. Dengan prevalensi stunting di tahun 2018 pada Provinsi Sumut sebesar 32,39%, maka untuk mencapai target tersebut diupayakan penurunan sebesar 14%.

Dengan kegiatan pencegahan stunting yang dimulai secara terintegrasi pada tahun 2018 dan terus menerus, diharapkan akan terjadi penurunan prevalansi stunting pada tahun 2019. Hal tersebut sudah terbukti yaitu dengan tingkat prevalansi stunting secara

55,48 54,86 54,83 52,32 34 31,64 42,89 57,93 40,37 28,43

Kab Langkat Kab Padang Lawas Kab Nias Utara Kota Gunungsitoli Kab Simalungun

Riskesdas 2013 Riskesdas 2018

Sumut (Riskesdas 2018) Nasional (Riskesdas 2018)

nasional yang mencapai tingkat 27,67%4, sehingga terdapat penurunan dari tahun 2018 yaitu sebesar 10%. Namun tingkatan prevalansi tersebut belum memenuhi standar WHO yaitu sebesar 20%. Diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dari semua pemangku kepentingan untuk mencapai penurunan prevalansi stunting tersebut. Karena pencegahan stunting merupakan permasalahan yang multi-dimensional dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

7.4.2.Kegiatan Pencegahan Stuting Terintegrasi

Kegiatan pencegahan stunting sudah dilakukan secara terintegrasi. Pemerintah pusat dan daerah telah mengalokasikan sumber daya dalam kegiatan tersebut. Kumulasi pembiayaan dalam kegiatan pembiayaan pencegahan stunting adalah sebagai berikut :

Tabel 7.10Kumulasi Pembiayaan Pencegahan Stunting

Tergambar dari pembiayaan pencegahan stunting di atas, bahwa pelaksanaan pencegahan stunting dilaksanakan oleh semua pemangku kepentingan mulai dari Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah hingga perangkat/masyarakat desa. Porsi terbesar pada saat ini ada pada pembiayaan melalui DAK Nonfisik sekitar Rp532 miliar dan melalui DAK Fisik sekitar Rp685 miliar, sehingga DAK Fisik merupakan komponen pembiayaan terbesar. Terhadap dana desa, belum dapat dipastikan jumlah realisasi finalnya karena data realisasi Dana Desa masih bergerak hingga penyaluran tahap II Dana Desa tahun 2020.

Dari performa realisasi, rata-rata realisasi cukup memuaskan, persentase realisasi sebagai berikut:

1. Belanja Pemerintah Pusat,

persentase realisasi tertinggi : 99 persen, terendah : 83 persen 2. DAK Fisik

persentase realisasi tertinggi : 99 persen, terendah : 88 persen 3. DAK Nonfisik 4

K/L

• Satker Vertikal

• Rp291 M

• Dekon/TP

• Rp132 M

DAK Nonfisik

• BOK

• Rp445 M

• BOKB

• Rp87 M

DAK Fisik

• Kesehatan

• Rp517 M

• Air Minum

• Rp85 M

• Sanitasi

• Rp83 M

Dana Desa

• Rp351 M

Grand Total : Rp1,991 Triliun

persentase realisasi tertinggi : 75 persen, terendah : 70 persen

sehingga rata-rata performa realisasi diatas 90 persen kecuali pada DAK Nonfisik dimana rata-rata realisasinya adalah 74 persen. Faktor hambatan dalam penyaluran DAK Nonfisik adalah sebagai berikut :

1. SK penetapan pengelola keuangan terlambat

2. Pemanfaatan SILPA memerlukan pembahasan dengan DPRD

3. Lemahnya koordinasi internal BPKAD dengan Dinkes, pada saat pelaporan menunggu lengkap dari semua OPD.

4. Benturan regulasi pusat dan daerah.

5. Lemahnya koordinasi BPKAD dalam pelaporan penyaluran dana.

Untuk dana desa, data realisasi pemanfaatan untuk mencegah stunting, belum semuanya terinput pada aplikasi OMSPAN dikarenakan penginputan data pada desa masih berlangsung hingga penyaluran dana desa tahap II tahun 2020.

7.4.3. Alokasi Pembiayaan Pada Daerah Prioritas

Pada skema pembiayaan melalui DAK Fisik, dengan komponen terdiri dari DAK Fisik Bidang Kesehatan, DAK Fisik Bidang Air Minum dan DAK Fisik Bidang Sanitasi, rata-rata pagu per daerah adalah senilai Rp30,27 miliar. Dari kelima daerah prioritas, yaitu (1) Kab. Langkat, (2) Kab. Padang Lawas, (3) Kab. Nias Utara, (4) Kota Gunungsitoli dan (5) Kab. Simalungun, hanya 2 (dua) daerah yang pagu penyalurannya diatas tingkat rata-rata yaitu Kab. Nias Utara dan Kab. Simalungun. Perlu dicermati bahwa terdapat perbedaan selisih yang cukup besar, antara pagu daerah dengan tingkat rata-rata, baik diatas maupun dibawah rata-rata, yaitu Kab. Nias Utara, Kab. Langkat, Kab. Padang Lawas dan Kota Gunungsitoli. Secara keselurahan kabupaten/kota di Provinsi Sumut, hanya 12 (dua belas) kabupaten/kota yang pagu penyalurannya diatas rata-rata.Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk kabupaten/kota yang berada diatas rata, mempunyai selisih dengan tingkat rata-rata yang cukup lebar. Namun bila data dari 12 (dua belas) kabupaten/kota tersebut disandingkan dengan data prevalansi stunting dari Riskesdas tahun 2018, dapat diketahui bahwa 8 (delapan) dari 12 (dua belas) kabupaten/kota tersebut mempunyai tingkat prevalansi stunting juga diatas tingkat rata-rata Provinsi Sumut.

Tabel 7.11. Kabupaten/Kota dengan Pagu di atas Rata-rata Provinsi

Kabupaten/Kota Pagu Prevalansi

Stunting

KAB. N I A S 60.622.035.000 61,33

KAB. MANDAILING NATAL 49.749.379.000 48,31

KAB. NIAS BARAT 72.469.759.000 45,86

KAB. NIAS UTARA 48.297.348.000 45,46

KAB. NIAS SELATAN 63.008.861.000 45,16

KOTA PADANG SIDEMPUAN 53.887.991.000 39,83

KAB. LABUHANBATU 51.877.655.000 36,37

KAB. SERDANG BEDAGAI 39.627.803.000 35,99

KAB. SIMALUNGUN 31.786.268.000 28,43

KOTA MEDAN 55.503.424.000 27,02

KAB. DELISERDANG 37.241.124.000 25,68

KOTA PEMATANGSIANTAR 41.547.543.000 20,52

Sumber : Aplikasi OMSPAN, Riskesdas (2018)Rata-rata prevalansi Prov. Sumut : 32.39

7.4.4. Capaian Output

Berdasarakan data dana desa per 30 Januari 2020, capaian output dana desa yang mendukung pencegahan stunting adalah sebagai berikut :

Tabel 7.12. Capaian Output Dana Desa Dalam Mencegah Stunting per 30 Januari 2020

Penyuluhan dan Pelatihan Bidang Kesehatan (untuk Masyarakat Tenaga

Kesehatan Kader Kesehatan dll) 12534 org

Pemeliharaan Sarana/Prasarana Posyandu/Polindes/PKD 192 unit

Pemeliharaan Sumber Air Bersih Milik Desa (Mata Air/Tandon Penampungan Air

Hujan/Sumur Bor dll) 2418 unit

Pemeliharaan Sambungan Air Bersih ke Rumah Tangga (pipanisasi dll) 26821 m

Pemeliharaan Fasilitas Jamban Umum/MCK umum dll 698 unit

Pemeliharaan Fasilitas Pengelolaan Sampah Desa/Permukiman (Penampungan Bank

Sampah dll) 581 unit

Pemeliharaan Sistem Pembuangan Air Limbah (Drainase Air limbah Rumah Tangga) 9562 m

Pembangunan/Rehabilitasi/Peningkatan Sumber Air Bersih Milik Desa (Mata

Air/Tandon Penampungan Air Hujan/Sumur Bor dll)** 6166 unit

Pembangunan/Rehabilitasi/Peningkatan Sumber Air Bersih Milik Desa (Mata

Air/Tandon Penampungan Air Hujan/Sumur Bor dll)** 3 unit

Pembangunan/Rehabilitas/Peningkatan Fasilitas Jamban Umum/MCK umum dll ** 2655 unit

Pembangunan/Rehabilitasi/Peningkatan Sistem Pembuangan Air Limbah (Drainase Air

limbah Rumah Tangga)** 98927 m

Sumber : OMSPAN (diolah)

Dari data tersebut diatas, sektor infrastruktur merupakan sektor dengan porsi terbesar dalam pelaksanaan Dana Desa untuk mencegah stunting. Data tersebut belum merupakan data final dikarenakan penginputan realisasi Dana Desa masih akan berlangsung hingga penyaluran Dana Desa tahap II Tahun 2020.

Stunting merupakan masalah gizi kronis terutama pada balita yang dalam jangka pendek mengakibatkan gangguan kesehatan yang akan mempengaruhi proses tumbuh kembang dan dalam jangka panjang akan mempengaruhi menurunnya proses kognitif, prestasi belajar dan secara tidak langsung akan merugikan perekonomian akibat dari SDM yang tidak produktif. Dari pembahasan tersebut diatas, kesimpulan yang dapat diperoleh adalah :

1. Pemerintah telah melaksanakan pencegahan stunting secara terintegrasi dimana pada Provinsi Sumut telah direalisasikan dana hampir sebesar Rp2 triliun. Pembiayaan tersebut untuk pelaksanaan kegiatan pencegahan stunting yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah hingga perangkat/masyarakat desa.

2. Pembiayaan sebagian besar dialokasikan pada kegiatan intervensi sensitif, dimana untuk kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan terutama untuk peningkatan akses kualitas pelayanan gizi serta kesehatan dan peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi.

3. Pencegahan stunting pada Provinsi Sumut menghadapi tantangan yang cukup berat karena tingkat prevalansi stunting yang terus meningkat dari tahun 2016 hingga tahun 2018 pada tingkat prevalansi 32,39 persen. Tantangan tersebut adalah untuk menurunkan tingkat prevalansi untuk dibawah tingkat nasional pada tahun 2019 yaitu sebesar 27,67 persen dan tingkat ideal menurut WHO yaitu sebesar 20 persen. 4. Besaran alokasi pembiayaan terkait dengan pencegahan stunting tidak mencerminkan apakah daerah tersebut merupakan daerah prioritas pencegahan stunting atau tidak.

Atas pembahasan dan kesimpulan tersebut diatas, dapat diberikan rekomendasi sebagai berikut :

1. Pengalokasian pembiayaan pencegahan stunting, terutama pada bidang kesehatan, penyediaan air bersih dan sarana sanitasi, memperhatikan tingkat prevalansi stunting daerah tersebut. Untuk daerah prioritas pencegahan stunting dan atau dengan tingkat prevalansi stunting yang tinggi, sekiranya dapat dialokasikan pembiayaan pencegahan stunting diatas tingkat rata-rata provinsi.

2. Agar Dana Desa dapat dimanfaatkan untuk pencegahan stunting di desa secara maksimal, perangkat desa dan tokoh masyarakat desa perlu disosialisasikan menganai intervensi stunting oleh OPD terkait dan atau Pendamping Desa. Hal tersebut diperlukan agar penyusunan kegiatan pada APBDes dan atau Musyawarah Pembangunan Desa, sedapat mungkin mendukung pencegahan stunting.

Mandailing Natal | Baju Adat

PENUTUP

Dalam dokumen KAJIAN FISKAL REGIONAL Tahun 2019 (Halaman 135-144)