• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.13 Pendekatan dan Metode Studi 1.13.1 Pendekatan dan Metode Studi

Studi ini didasari oleh pemikiran bahwa perubahan lahan yang terjadi disebabkan oleh kuatnya pengaruh permintaan pasar industri terhadap penawaran lahan dalam kompetisi lahan. Berdasarkan pemikiran ini, maka tahap awal yang dilakukan adalah meneliti kondisi pasar lahan di zona industri Palur yang menentukan preferensi lokasi industri dan karakteristik kebutuhan lahan untuk industri.

Pendekatan studi ini didasarkan pada pengertian tentang preferensi pengaruh demand/permintaan lahan untuk aktifitas industri yang dibandingkan dengan supply/ketersediaan lahan. Dasar pendekatan studi dalam penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Chapin (1979), dimana pertumbuhan lahan dipengaruhi oleh keterkaitan atau interaksi antara tiga sistem, yaitu sistem aktifitas, pengembangan dan lingkungan. Sistem aktifitas diasumsikan sistem permintaan lahan sebagai pembentuk faktor demand dan sistem pengembangan serta lingkungan mewakili pembentuk faktor supply. Dengan adanya pasar, kedua aktifitas tersebut bertemu dan harga lahan ditetapkan sebagai standar nilai lahan. Setiap aktifitas kota memiliki nilai harga lahan yang berbeda-beda, tergantung dari potensi yang dimiliki lahan tersebut terhadap permintaan aktifitas dan kemampuan membayar suatu lokasi. Nilai lahan yang tertinggi akan mengalahkan penawaran dalam kompetisi nilai lahan dan akan mendapatkan lokasi lahan.

Harga lahan akan dipertimbangkan dengan kebijakan arahan penggunaan lahan kota. Proses pasar menyesuaikan arah rencana penggunaan lahan sepanjang bisa mengakomodasi permintaan pasar. Pada kenyataannya, rencana penggunaan lahan tidak mempertimbangkan kecenderungan pasar dan kekuatan pasar cukup kuat mempertahankan penggunaan lahan eksisting sehingga rencana tersebut diabaikan. Di sisi supply, harga lahan mencerminkan keuntungan komparatif antar lokasi-lokasi yang ada. Elemen-elemen keuntungan komparatif terdiri dari karakteristik penawaran suatu lahan. Elemen utama keuntungan komparatif dalam penelitian ini adalah aksesibilitas dan tingkat pelayanan. Keduanya dibentuk oleh sistem pengembangan yang membangun sarana dan prasarana. Idealnya,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

pengembangan tersebut disesuaikan dengan arahan rencana penggunaan lahan agar pembangunannya dapat efektif dan dapat mempermudah arahan pengembangan sistem pertumbuhan aktifitas. Untuk lebih jelas dalam mengetahui keterkaitan antar tiga sistem aktifitas tersebut dapat diilihat pada bagan berikut.

Sistem Pengembangan

Sumber : Wijaya, 1999 dan hasil modifikasi

Gambar 1.3

Proses Perubahan Penggunaan Lahan SUPPLY SIDE

DEMAND SIDE

Proses kompetisi penggunaan lahan (penyebab perubahan fungsi lahan) Perkembangan kota

Pertumbuhan ekonomi Pertambahan penduduk

Meningkatnya aktifitas kota

· Produksi

· konsumsi

Pembentuk penggunaan lahan kota

· Komersial

· Perumahan

· Industri

· dll

Kemampuan daya beli lokasi Kebutuhan untuk industri

· Aksesibilitas dan aspek lokasi

· Fasosum

· Ekonomi/nilai lahan

· Kebijakan pemerintah Kebutuhan akan ruang dan lokasi

Perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi

lahan industri

Perubahan harga lahan

Sistem lingkungan · Kondisi fisik · Lokasi lahan Karakteristik penawaran suatu lahan Kebijakan pengembangan ·Peruntukan lahan ·peraturan Pengembangan ·Sarana ·prasarana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Dalam penelitian ini ada beberapa analisis yang akan diulas berkaitan dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Di bawah ini akan diuraikan beberapa analisis yang akan dilakukan beserta metode pendekatan studi yang dilakukan.

1.13.1.1 Analisis Perubahan Luas Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri

Analisis ini merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui luasan lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi lahan industri. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode analisis peta/overlay peta. Menurut Sutanto (1986) dalam Maulana (1999:17), terdapat empat cara untuk mendeteksi perubahan penggunaan lahan dengan menggunakan analisis peta, yaitu dengan membandingkan:

1. Sumber data lama dengan data baru 2. Peta lama dengan sumber data baru

3. Peta lama dengan sumber data lama dan sumber data baru 4. Peta lama dengan peta baru

Pendeteksian perubahan penggunaan lahan suatu daerah, kawasan atau wilayah dapat dilakukan dengan menerapkan salah satu metode di atas atau gabungan dari beberapa metode (Sutanto, 1986 dalam Maulana, 1999:17). Pada penelitian ini digunakan metode yang ketiga yaitu membandingkan peta lama dengan sumber data lama dan sumber data baru. Hal ini disebabkan karena belum dibuatnya peta baru tetapi data-data lama dan baru telah tersedia.

1.13.1.2 Analisis Proses Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri

Analisis ini merupakan analisis yang menjelaskan bagaimana proses/tahapan perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri bisa terjadi. Dalam analisis ini akan mengkaji aspek manajemen lahan yang merupakan paduan dari tiga sistem, yaitu sistem aktifitas, pengembangan dan lingkungan. Sistem aktifitas dikategorikan sebagai sistem permintaan lahan dan kedua sistem lainnya mewakili sistem penawaran lahan. Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode analisis kualitatif deskriptif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

1.13.1.3 Analisis Faktor Permintaan dan Penawaran yang Mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Menjadi Lahan Industri

Analisis ini merupakan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan di zona industri Palur yang dilihat dari sisi permintaan dan penawaran. Metode yang digunakan dalam analisis ini yaitu metode Analisis Faktor. Analisis faktor adalah teknik statistika yang berguna untuk mengelompokkan kriteria-kriteria atau variabel-variabel menjadi beberapa faktor (Davies, 1984 dalam Teknik Kuantitatif untuk Arsitektur dan Perancangan Kota Disetai Contoh-contoh). Dasar bagi pengelompokkan itu adalah korelasi antar variabel. Variabel-variabel yang saling berkorelasi cukup kuat akan dikelompokkan ke dalam sebuah faktor. Jika sebuah variabel atau lebih berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dikeluarkan dari analisis faktor.

Metode Analisis Faktor digunakan untuk mendukung analisis faktor-faktor perubahan penggunaan lahan dari sisi permintaan (pengusaha) dan dari sisi penawaran (pemilik lahan). Proses pengolahan dengan menggunakan metode Analisis Faktor dalam studi ini dilakukan secara terpisah antara sisi pengusaha dan sisi pemilik lahan. Hal ini disebabkan karena adanya jumlah sampel/data, sehingga analisis yang dilakukan juga dipisahkan. Namun pada akhirnya akan dikaitkan pada sub bab terakhir yang merupakan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan secara keseluruhan.

Alat uji yang digunakan pada tahap ini adalah Kaiser Meyer Oitkin Measure of Sampling Adequacy (MSA) dan Bartlett’s Test of Sphericity (BTS). Kaiser Meyer Oitkin measures of sampling adequacy(MSA) yaitu ukuran tingkat korelasi antar dua variabel yang dapat diwakili oleh variabel-variabel lainnya. kriteria tingkat korelasi sehingga model cukup baik adalah KMO MSA ≥ 0,5. Jika angka MSA yang dihasilkan di atas 0,5 maka kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut sebagai variabel terpilih. Sedangkan dari angka-angka MSA di bawah 0,5 pada tahap selanjutnya harus dilakukan proses reduksi (proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data yang diperoleh). Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

tahap tersebut, nilai terkecil akan dikeluarkan dari pemilihan variabel. Tahap ini dilakukan secara terus menerus hingga tidak ada lagi variabel yang memiliki angka MSA di bawah 0,5.

Bartlet’st Test of Sphercity (BTS) yaitu test statistik terhadap matriks korelasi dari data apakah merupakan matrik identitas atau bukan. Sedangkan kriteria uji statistiknya adalah membandingkan nilai BTS dengan nilai signifikasinya. Apabila nilai BTS > nilai signifikasinya maka matriks korelasinya disebut matriks identitas.

Setelah menguji variabel dengan mencari nilai/angka MSA dan nilai BTS untuk mencari variabel terpilih, tahapan selanjutnya adalah ekstraksi faktor utama. Pada tahap ekstraksi faktor ini mencakup hasil perhitungan yang terdiri dari nilai komunal (communalities), nilai total variansi (total variance explained), matrik komponen (component matrix), dan grafik scree plot.

Nilai komunal menunjukkan hubungan variabel dengan faktor yang akan terbentuk. Semakin kecil nilai komunal, maka hubungannya semakin lemah. Hubungan variabel tersebut dapat dijelaskan dengan besaran persentase ekstraksi variabel.

Perhitungan nilai total variansi menunjukkan jumlah faktor yang terbentuk, yang dapat dilihat dari nilai eigenvalues. Nilai eigenvalues itu sendiri menunjukkan kepentingan relatif masing-masing varians. Nilai eigenvalues di atas 1 dapat digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk. Sedangkan nilai eigenvalues di bawah 1 tidak digunakan dalam menghitung jumlah faktor yang terbentuk. Jumlah faktor yang terbentuk ini dapat juga dilihat pada grafik scree plot.

Pada perhitungan matrik komponen, diperoleh nilai/angka faktor loading yang menunjukkan besar korelasi antara suatu variabel dengan faktor yang terbentuk. Jika nilai faktor loading/nilai korelasinya besar, maka variabel termasuk dalam komponen faktor yang terbentuk tanpa memperhatikan tanda positif dan negatif. Nilai faktor loading tersebut harus di atas 0,55. Jika nilai faktor loading di bawah 0,55 maka variabel tersebut tidak secara nyata masuk ke dalam faktor dan perlu dilakukan rotasi faktor.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Rotasi faktor dimaksudkan agar dapat diperoleh faktor-faktor yang tidak saling berkorelasi. Proses ini dilakukan untuk memperjelas apakah faktor yang terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan faktor lain. Proses rotasi ini merupakan kelanjutan dari ekstraksi faktor yang dilakukan sebelumnya, di mana faktor loading tiap variabel pada masing-masing faktor yang semula kecil semakin diperkecil, dan faktor yang besar akan semakin diperbesar. Rotasi akan terus dilakukan jika masih terdapat variabel yang berada di bawah angka pembatas yang ditetapkan yaitu 0,55.

Tahapan yang selanjutnya adalah penamaan faktor. Tidak ada ketentuan secara khusus dalam memberikan nama faktor-faktor yang telah dihasilkan. Penamaan faktor biasanya disesuaikan dengan kesamaan karakteristik dari masing-masing komponen variabel yang membentuknya. Pada dasarnya tahap penamaan faktor tidak terlalu diutamakan. Hal yang ditekankan adalah bagaimana cara mendekati esensi/intisari dari variabel-variabel yang terpisah dan mengidentifikasi abstraksi yang lebih mendalam untuk menghasilkan jalan cerita yang lebih komplit untuk melukiskan subyek yang diteliti, dan mungkin jalan cerita tersebut memberi pengembangan hipotesis lain yang dapat diteliti dalam lingkup penelitian yang serupa (Kachigan, 1986:393-394).

1.13.2 Kebutuhan Data

Kebutuhan data berisi uraian data yang akan diperlukan dalam analisis. Kebutuhan data tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

1.13.2.1 Data Primer

Data primer ini diperolah dari pengamatan langsung di lapangan, angket/kuisioner dan wawancara dengan informan terkait. Sasaran data primer adalah pengusaha dan pemilik lahan pertanian. Sasaran pengumpulan data primer melalui kuisioner bagi para pengusaha ditujukan untuk mengetahui latar belakang para pengusaha dalam pemilihan lokasi industri di zona industri Palur. Sedangkan bagi pemilik lahan pertanian, data primer diperoleh melalui pembagian kuisioner yang berkaitan dengan kepemilikan lahan pertanian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

1.13.2.2 Data Sekunder

Jenis data ini diperoleh melalui studi literatur atau studi pustaka yang berkaitan dengan kecenderungan perkembangan wilayah studi untuk memperoleh gambaran awal mengenai lokasi industri di wilayah studi dan untuk memperjelas permasalahan yang akan dibahas selanjutnya.

Data sekunder ini misalnya dokumen Rencana Tata Ruang Kawasan Palur, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Karanganyar, Monografi Kecamatan Jaten, data-data tentang perindustrian dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Koperasi Kabupaten Karanganyar, peraturan-peraturan terkait sektor industri, peta-peta pendukung dan sumber ilmiah mengenai zona industri Palur.

Tabel 1.1 Kebutuhan Data Jenis Analisis Metode Analisis Kebutuhan Data Sumber Analisis luas perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri Analisis peta/ overlay peta

Peta rencana penggunaan lahan Bappeda

Peta penggunaan lahan eksisting Bappeda, digitasi dan plot kondisi eksisting Persebaran dan lokasi industri Disperindagkop Karakteristik fisik dan harga lahan BPN

Sarana dan prasarana Monografi Kecamatan

Analisis proses perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri Analisis kualitatif diskriptif

Karakteristik aktifitas sosial ekonomi yang berkembang

Bappeda Pengaturan bentuk penanganan

perkembangan industri Arahan pengembangan zona industri Palur

Karakteristik segmen pasar yang berkembang Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi lahan industri

Analisis faktor Varibel-variabel penentu perubahan penggunaan lahan dari sisi

permintaan terkait pertimbangan industri memilih lokasi industri

Kuisioner kepada pengusaha dan pemilik lahan

Varibel-variabel penentu perubahan penggunaan lahan dari sisi

penawaran terkait karakteristik sosial ekonomi masyarakat petani yang menjual lahan (pendapatan, pendidikan, pekerjaan)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

1.13.3 Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data terdiri dari inventarisasi kebutuhan data, baik data sekunder (data berbentuk peta, laporan atau dokumen yang tersedia di beberapa instansi atau perpustakaan), maupun data primer (diperoleh langsung dari beberapa pengusaha/instansi yang terkait dan masyarakat).

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik mendekati sumber informasi dengan jalan tanya jawab kepada narasumber/informan yang tinggal di zona industri Palur. Wawancara juga dilakukan terhadap pimpinan dan staf Bappeda, Disperindagkop, BPN, kantor Kecamatan Jaten, kantor Kelurahan Ngringo, Kelurahan Sroyo, Kelurahan Brujul, Kelurahan Jetis dan Kelurahan Dagen, serta lembaga terkait lainnya.

2. Observasi Langsung

Observasi merupakan usaha yang dilakukan untuk memperoleh informasi tambahan tentang apa yang dilihat, didengar dan diperhatikan pada saat di lapangan yaitu di zona industri Palur yang terdiri dari lima desa, termasuk dalam teknik ini adalah pengambilan gambar.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data dari sumber buku literatur (buku referensi), laporan/penelitian terkait sebelumnya (seperti skripsi atau jurnal) dan data-data instansional yang diperoleh dari lembaga pemerintahan (seperti dokumen RTRW Kabupaten Karanganyar, RTRK Palur, RTRK-RDTRK IKK Jaten, Monografi Kelurahan, UU dan peraturan-peraturan terkait).

4. Kuisioner

Kuisioner adalah daftar pertanyaan yang disusun oleh peneliti yang akan ditujukan untuk dijawab oleh narasumber/responden. Dalam penelitian ini, yang akan menjadi responden/narasumber adalah perusahaan untuk menggali faktor demand dan pemilik tanah untuk menggali faktor supply, serta masyarakat di zona industri Palur.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

1.13.4 Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diamati dalam penelitian, atau dengan kata lain, sampel adalah individu yang diselidiki dalam penelitian. Sampel diperlukan untik mengefisiensikan waktu, tenaga dan biaya. Dalam studi ini, sampel dibutuhkan untuk penyebaran kuesioner kepada responden (pengusaha dan petani). Hasil penyebaran kuisioner kepada responden melalui sampel dapat dianggap mewakili kondisi seluruh populasi di wilayah studi.

Teknik sampling yang digunakan adalah Sampel Quota. Dalam pemilihan subyek-subyek sampelnya, diambil anggota-anggota sampel sedemikian rupa sehingga sampel tersebut benar-benar mencerminkan ciri-ciri dari populasi yang sudah dikenal sebelumnya. Sampel ini selalu melandaskan diri pada informasi-informasi dan pengetahuan yang telah diperoleh dan dicek mengenai ciri-ciri khusus satu populasi. Informasi tadi sudah bersifat tetap, jelas dan tidak diragukan. Subyek-subyek yang dipilih menjadi anggota sampel itu mempunyai sifat-sifat yang dimiliki oleh populasi tempat sampel untuk ditarik (Kartono, 1996:148).

Dalam penentuan jumlah sampel, yang diambil pada prinsipnya tidak ada peraturan-peraturan yang ketat untuk secara mutlak menentukan berapa persen sampel tersebut harus diambil dari populasi. Dalam studi ini, populasi sampel pengusaha dan sampel pemilik lahan pertanian diasumsikan bersifat relatif homogen. Setelah diketahui homogen atau tidaknya populasi, kemudian dihitung besarnya populasi dengan menentukan perbandingann dan perimbangan riil dari jumlah masing-masing kategori faktor-faktor tadi (Kartono, 1996:135).

1. Untuk Industri

Sampel yang diambil untuk industri adalah sebanyak 41 perusahaan. Sampel ini diambil berdasarkan perhitungan proporsi dari jumlah keseluruhan industri yang ada di zona industri Palur. Jumlah sampel responden pengusaha tidak dibedakan berdasarkan jenis industrinya (dianggap homogen) dan sampel yang diambil tidak berdasarkan unit per desa mengingat sebaran industri per desa tidak sama.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 20 f= 0 : (Singarimbun, 1989:22) n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = derajat kecermatan (0,1) = ú + 1 = 70 70.0,1 + 1 = 41 responden

2. Untuk pemilik lahan pertanian

Sampel yang diambil untuk masyarakat pemilik lahan pertanian sebanyak 30, sedangkan kuisioner yang disebarkan untuk mayarakat dibagi secara merata untuk lima desa, sehingga masing-masing desa ada 6 sampel. Sampel sebanyak 30 tersebut berdasarkan pertimbangan minimal sampel distribusi normal yaitu 30 (Sudjana, 1992:32). Hal ini mengingat terbatasnya data mengenai pemilik lahan pertanian yang menjual lahannya untuk kepentingan industri. Ciri-ciri dari populasi dianggap homogen yaitu responden merupakan pemilik lahan pertanian yang bertempat tinggal dan yang pernah menjual lahan pertaniannya untuk kepentingan industri, di lokasi pengambilan sampel.