• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Akhlak dan Akhlak dalam Budaya Jawa 1. Pengertian dan Dasar Pendidikan Akhlak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan dengan budi pekerti, kelakuan.54 Sedangkan dalam ilmu psikologi, kata akhlak dikenal dengan sebutan moral yang berasal dari bahasa Latin yang berarti kehidupan, adat istiadat, atau kebiasaan.55

54 Quraisy Shihab, Yang Hilang Dari Kita AKHLAK, (Tangerang Selatan: Lentera Hati, 2017), hlm. 3.

55 Mohammad Ali, PSIKOLOGI REMAJA Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:

PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 136.

Akhlak juga biasa disamakan dengan kata etika. Dimana etika sendiri memiliki arti sistem nilai dalam pandangan sosiologi.

Yaitu nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan hidup atau sebagian pedoman penilaian baik-buruknya perilaku manusia, baik secara individual maupun sosial dalam suatu masyarakat.56 Dari pengertian tersebut dapat kita ambil contoh misalnya adalah etika Jawa. Etika Jawa berlaku bagi masyarakat Jawa. Dan etika yang dilakukan oleh masyarakat Jawa belum tentu sama dengan apa yang diterapkan oleh masyarakat Sunda atau yang lainnya. Maka dari itu etika atau sistem nilai yang dijadikan sebagai patokan atau dasar dari suatu tatanan masyarakat berbeda-beda.

Seperti halnya dalam sosiologi, ilmu akhlak juga menerangkat bahwa akhlak memiliki makna yang sama dengan etika. Dimana makna etika dalam ilmu akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan sesuatu yang boleh dilakukan atau tidak dilakukan oleh manusia.57 Dalam penerapan kehidupan sehari-hari, etika dilakukan oleh manusia guna memberikan sikap sopan santun sesuai dengan norma sosial yang ada dalam masyarakat tersebut. Dan seperti yang kita ketahui bahwa etika di setiap kelompok masyarakat berbeda satu dengan yang lainnya. Bisa jadi etika kita diangap buruk oleh suatu tatanan masyarakat tertentu karena etika yang kita anggap benar ternyata sangat bertentangan dengan etika yang seharusnya dilakukan dalam masyarakat tersebut.

56 J. Sudarminta, Etika Umum Kajian Tentang Beberapa Masalah Pokok dan Teori Etika Normatif, (Yogyakarta: Kanisius, 2015), h. 3.

57 Ahmad Amin, ETIKA (Ilmu Akhlak), (Jakarta: PT Karya Unipress, 1988), hlm. 3.

Begitu pula dengan etika, moral yang dikenal dalam ilmu psikologi pun memiliki arti yang sama. Dimana moral merupakan tatanan perilaku yang memuat nilai-nilai tertentu untuk dilakukan individu dalam hubungannya dengan individu, kelompok, atau masyarakat.58

Sekarang, bagaimana kita mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh seseorang itu adalah baik atau buruk. Bila kita berfikir secara kasat mata, kebaikan dan keburukan dapat kita nilai masing-masingnya sesuai sudut pandang dari si penilai. Namun ada pula kebaikan dan keburukan yang dinilai mutlak bahwa itu adalah sesuatu yang baik atau sesuatu yang buruk. Semisal, ada seorang pembunuh, maka sudah jelas bahwa perbuatan itu adalah hal buruk. Sebuah dosa besar dan akan dimasukkan ke dalam neraka jahannam. Begitu pula apabila ada seseorang yang berbuat jujur dan menegakkan keadilan. Maka perbuatan orang tersebut sudah pasti dipandang baik oleh orang lain.

Kembali kepada pertanyaan sebelumnya, bagaimana cara kita memandang hal baik dan buruk ? Ulama Mu’tazilah menegaskan bahwa yang baik adalah apa yang dianggap akal baik dan yang buruk adalah yang buruk dalam pandangan akal.59 Sesuai dengan penjelasan yang telah dipaparkan, pandangan dari ulama Mu’tazilah ini dapat diterima oleh akal kita. Dimana dalam memandang suatu hal, kita akan berfikir menggunakan akal.

Namun, pandangan baik dan buruk kita pasti sesuai dengan keadaan budaya sekitar kita. Kita akan mengatakan bahwa

58 Mohammad Ali, PSIKOLOGI REMAJA Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:

PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 144.

59 Quraisy Shihab, Yang Hilang Dari Kita AKHLAK, (Tangerang Selatan: Lentera Hati, 2017), hlm. 55.

mencium telapak kaki orang tua adalah tabu, tetapi bagi masyarakat di India mencium telapak kaki orang tua adalah sebuah penghormatan kepada mereka. Seperti halnya apabila kita mencium tangan orang tua, mungkin di masyarakat lain yang tidak terbiasa dengan mencium tangan orang tua, kegiatan tersebut akan dipandang aneh dan mengganggu.

Pandangan baik buruk perilaku seseorang dapat dilihat pula dari bentuk tanggung jawabnya atas segala perilaku yang ia lakukan. Dengan penunjukan tanggung jawab yang baik, maka orang tersebut akan dianggap memiliki akhlak yang baik pula.

Seperti yang dikatakan dalam ungkapan orang Indonesia, yaitu kalau dikatakan bahwa orang yang melakukan kekacauan sebagai orang yang tidak bertanggung jawab, maka yang dimaksud adalah bahwa perbuatan yang dilakukan orang tersebut secara moral tidak dapat dipertanggung jawabkan, mengingat perbuatan tersebut tidak dapat diterima oleh masyarakat.60 Maka dapat dipahami pula bahwa seseorang yang memiliki tanggung jawab yang baik, maka orang tersebut memiliki akhlak yang baik. Karena tanggung jawab merupakan salah satu akhlak yang terpuji.

Dari beberapa cara pandang baik dan buruk tersebut, dapat disimpulkan bahwa pandangan baik dan buruk bisa kita gantungkan pada akal kita yang mengatakan apakah hal tersebut baik atau buruk, dan pandangan kita tersebut pasti dipengaruhi oleh keadaan masyarakat dan budaya dimana kita berada.

Selanjutnya, kini setelah mengerti akhlak itu mencakup hal kebaikan, maka kita perlu menanamkan kepada seseorang

60 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia Edisi Revisi, (Depok: Raja Grafindo Persada, 2013), h. 113.

bagaimana untuk bersikap yang baik, memiliki sopan santun dan etika dalam masyarakat yang dia ada di dalamnya. Dan bagaimana kita dapat membentuk akhlak tersebut ? Akhlak yang baik dapat timbul dalam diri seseorang apabila dia dibiasakan oleh lingkungan sekitarnya dengan perbuatan yang baik pula. Dari pembiasaan itu lah seseorang akan melakukan hal kebaikan dari apa yang telah dia biasa lakukan. Dalam Islam pembiasaan yang seperti ini disebut dengan kata takhalluq yaitu, memaksakan diri dan membiasakannya untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang.61 Apabila seseorang sudah terbiasa dalam melakukan kebaikan, maka tanpa dimintapun dia akan melakukan hal tersebut.

Seseorang yang sudah terbiasa jujur, pasti akan merasakan kejanggalan dalam dirinya apabila dia melakukan suatu kebohongan meskipun hanya sedikit.

Dengan membicarakan akhlak, tentu kita akan membahas mengenai suatu kepribadian dalam diri seseorang. Bagaimana kepribadian tersebut terbentuk dalam diri seseorang. Untuk itu, dalam suatu hadis berikut:

ةَمَلَس ىِبَأ ْنَع ّي ِرْه ُزلا ْنَع ِبْئَذ ىِبَأ نْبِإ اَنَثَدَح ,ُمَدَأ اَنَثَدَح : ُهْنَع ُالله َي ِض َر َة َرْي َرُه ىِبَأ ْنَع ,نَمْح َّرلا ِدْبَع ْنِب ْوُل ْوَم ُّلُك

د

َِا َر ِّصَنُي ْوَأ ِهَِاَس ِّجَمُي ْوَأ ِهَِاَدِّوَهُي ُها َوَبَأَف ِة َرْطِفْلا ىَلَع ُدَل ْوُي ْوَأ ِه

ْنِم اَهْيِف ى َرَت ْلَه َةَمْيِهَبْلا ُجِتْنَت ِةَمْيِهَبْلا ِلَثَمَك ِهَِاَس ِّجَمُي )ىراخبلا هاور( ؟ َءاَعْدَج

61 Quraisy Shihab, Yang Hilang Dari Kita AKHLAK, (Tangerang Selatan: Lentera Hati, 2017), hlm. 91.

”Setiap anak yang lahir hakikatnya adalah fitrah, maka kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani. Sebagaimana permisalan hewan, apakah kalian melihat pada anaknya ada yang terpotong telinganaya ?” (HR. Bukhori)62

Seperti yang telah disebutkan dalam hadits tersebut bahwa pada dasarnya Tuhan hanya memberikan fitrah kebaikan pada setiap anak yang lahir. Sedangkan perbuatan buruk yang dilakukan setelah tinggal dalam lingkungan faktor dari lingkungan tersebut. Di sisi lain, Tuhan mengizinkan keburukan terjadi adalah agar manusia tahu apa makna kebaikan itu sendiri.63 Bahkan ulama Islam seperti Ibnu Sina, Al Ghazali dan ulama Islam lainnya berpendapat bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan, dan perjuangan keras dan sunggung-sungguh.64 Maka dari itu, pembentukan karakter, atau akhlak lebih baik dilakukan sejak sedini mungkin. Agar watak yang dimiliki oleh seseorang memang sudah tertanam dan ia sudah terbiasa melakukan suatu kebaikan sejak dini.

Mengenai pendidikan akhlak, Al Ghazali mengatakan sebagai berikut yang dikutip oleh Abuddin Nata:

ْو َل َك

ََا ِت ْا َلْ

ْخ َل ُق َل ْق َب َت ُل َتلا َغ َر ُّي َب ِل َط َل ِت َو ْلا َص َو ا َيا َم ْلا َو ِعا َظ

َو

Dokumen terkait