• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

1. Pendidikan Karakter

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II pada penelitian ini membahas tentang empat sub bab yaitu kajian pustaka, penelitian yang relavan, kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan uraian hasil pengkajian peneliti terhadap berbagai referensi yang dijadikan acuan dalam penelitian. Kajian pustaka misalnya dapat mengkaji beberapa hal sebagai berikut.

1. Pendidikan Karakter

a) Karakter

Ki Hadjar Dewantara (dalam Suparno, 2015: 28) mengungkapkan bahwa karakter atau watak adalah panduan daripada segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda khusus untuk membedakan orang yang satu dengan orang yang lain. Artinya, karakter itu terjadi karena suatu perkembangan dasar yang terpengaruh oleh pengajaran. Jika perkembangan seseorang tergantung pada bakat awalnya dan pengaruh pendidikan yang dialaminya akan menjadi suatu watak yang tetap pada diri seseorang. Berarti, pendidikan memegang peran yang dapat mempengaruhi karakter atau watak seseorang.

Koesoema (dalam Suyadi, 2013: 6) mengungkapkan bahwa karakter atau akhlak merupakan ciri khas seseorang yang bersumber dari

bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak lahir. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa karakter seseorang itu menjadi ciri khas tersendiri bagi setiap individu. Dimana ciri khas seseorang, dapat dibentuk atau diperoleh dari lingkungan ataupun seperti saat masih kecil, bawaan lahir atau keluarga lainnya. Hal tersebut dapat membantu seseorang dalam pembentukan karakter atau akhlak.

Karakter menurut Zubaedi (dalam Syamsul, 2013: 29) meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang baik, kapasitas intelektual seperti kritis dan alasan moral. Perilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya. Artinya karakter seseorang akan terbentuk karena kebiasaan-kebiasaan yang memang sudah dilakukan. Contohnya saja seperti sikap yang diambil dalam menghadapi suatu masalah atau keadaan. Nantinya karakter itu sendiri, akan melekat pada diri seseorang dan orang lain juga dapat lebih mudah menilai karakter seseorang.

Berdasarkan dari tiga pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa, karakter merupakan ciri khas dari seseorang. Dimana setiap seseorang memiliki ciri khas sendiri, dan melekat pada dirinya. Karakter seseorang akan terbentuk dari sejak lahir, bawaan, dan akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, keluarga dan pendidikan yang seseorang dapatkan. Karakter seseorang juga akan terlihat pada bagaimana cara seseorang

menghadapi suatu keadaan, dan bagaimana cara seseorang berbicara dengan orang lain.

b) Pengertian pendidikan karakter

Lickona (dalam Suyadi, 2013: 6) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter mencakup tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Dengan demikian, pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan secara sadar, terencana dalam mengetahui kebaikan, melakukan kebaikan, dan mencintainya. Ketiga unsur pokok tersebut perlu diperhatikan agar tidak hanya sebagai pengetahuan saja, namun juga dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Elkind dan Sweet (dalam Zubaedi 2011: 15) character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical value (pendidikan karakter adalah usaha sengaja (sadar) untuk membantu manusia memahami, peduli tentang, dan melaksanakan nilai-nilai etika inti). Artinya, pendidikan karakter merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk membantu seseorang memahami, peduli dan mampu melaksanakan nilai-nilai etika yang dianggap penting atau inti.

Karakter sebagaimana yang diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara adalah “ngerti-ngerasa-ngelakoni” (mengerti, merasakan, melakukan). Hal tersebut selaras dengan pendapat menurut Tilaar (dalam Larasati, dkk, 2014: 5) yang mengungkapkan bahwa pendidikan karakter merupakan bentuk pendidikan dan pengajaran yang menitikberatkan pada perilaku dan

tindakan siswa dalam mengapresiasikan dan mengimplementasikan nilai-nilai karakter ke dalam tingkah lakunya sehari-hari.

Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah usaha dan proses untuk belajar mengambil keputusan dengan bijak dan harus berakhir pada berkembangnya suatu pemahaman dan juga perubahan perilaku yang awalnya baik menjadi semakin lebih baik. Selain itu, pada akhir proses juga diharapkan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari dan membawa pengaruh untuk orang-orang yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Pada pendidikan karakter juga ada tiga unsur pokok yaitu mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan, dan melakukan kebaikan. Hal tersebut perlu diperhatikan, agar tidak hanya sebagai pengetahuan saja namun juga dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

c) Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter menurut Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Kementerian Pendidikan Nasional, (dalam Laraswati, 2014: 7), yang ditetapkan Kementerian Pendidikan Nasional meliputi: 1) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebgai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, 2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious, 3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa sebagai generasi penerus bangsa, 4) Mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan, dan

5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

Sementara itu menurut Mulyasa (dalam Ariani, 2014: 6), jika tujuan pendidikan karakter yaitu untuk meningkatkan kualitas mutu, proses, dan hasil pendidikan dimana harus mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak yang mulia bagi peserta didik secara utuh dan seimbang yang sesuai dengan kompetensi kelulusan pada tiap-tiap satuan pendidikan. Jika dilihat tujuan pendidikan karakter menurut Novan (2013: 70) dalam setting sekolah yaitu ada tiga diantaranya: 1) menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan; 2) mengoreksi perilaku peserta didik yang belum sesuai dengan nili-nilai karakter yang dikembangkan pada suatu satuan pendidikan; 3) membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab bersama.

Penjelasan dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari pendidikan karakter yaitu untuk mengembangkan potensi, kebiasaan dan perilaku, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab, menjadi manusia yang mandiri, dan mampu mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah. Selain itu tujuan dari pendidikan juga memperbaiki nilai yang belum sesuai dan meningkatkan kualitas nilai-nilai yang sudah baik agar tercapai karakter yang utuh, menjadi manusia yang memiliki kualitas baik. Dalam satuan pendidikan tujuan pendidikan karakter yaitu, sebagai wadah dimana di dalamnya terjadi adanya pengembangan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan kehidupan,

memperbaiki perilaku peserta didik yang belum sesuai, dan membangun kerja sama yang baik dengan orang tua dan masyarakat lingkungan sekolah.

Dokumen terkait