• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Kedelai di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Review Penelitian Terdahulu

2.5.2 Penelitian Kedelai di Indonesia

Analisis dampak kebijakan ekonomi terhadap industri komoditi kedelai di Indonesia oleh Kumenaung (1994) bertujuan membentuk model permintaan dan penawaran komoditi kedelai Indonesia, dapat melihat perubahan kesejahteraan para pelaku ekonomi karena adanya kebijakan ekonomi. Kebijakan ekonomi melalui kebijakan peningkatan harga dasar petani, peningkatan tarif impor terkait quota impor dan peningkatan harga impor kedelai. Menggunakan model persamaan simultan 3SLS disimpulkan bahwa produksi kedelai Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan kedelai yang terus meningkat, dimana kebutuhan kedelai dalam negeri 35 persen masih berasal dari impor, nilai tukar dan pendapatan per kapita, serta jumlah penduduk. Kebijakan tarif impor dan quota impor mempengaruhi perdagangan luar negeri, namun permintaan kedelai di dalam negeri tidak terpengaruh. Luas areal tanaman kedelai dipengaruhi oleh harga kedelai, harga jagung, tingkat suku bunga, tingkat upah pada usahatani kedelai dan harga faktor produksi kedelai, luas lahan dan mempengaruhi jumlah produksi kedelai.

Ketika harga kedelai domestik meningkat, maka jumlah permintaan kedelai dalam negeri akan menurun terhadap kedelai lokal, dan akan membuat permintaan terhadap kedelai impor meningkat dengan catatan harga kedelai impor lebih murah. Penyelesaian simultan persamaan-persamaan regresi rekursif dibakukan oleh Budiwinarto (1999) menggunakan analisis lintas dengan sistem rekursif atau one way causal, yang merupakan analisis regresi linier dengan peubah-peubah baku, dengan konteks persamaan simultan yang digunakan adalah 2SLS dan 3SLS.

2)

Agroclipping. 2012. Soybean Supplies Could Get Tight [Article]. http://www.agroclipping.com.ar/2012/03/28/Soybean-supplies-could-get-tight/

Secara ringkas hasilnya adalah bahwa peubah pendapatan rumahtangga memberikan pengaruh yang besar baik pengaruh langsung terhadap total pengeluaran maupun pengaruh tak langsung terhadap peubah endogen lainnya,

yaitu pengeluaran pangan dan non pangan, nilai konsumsi pangan, dan saldo. Sedangkan rantai hubungan yang paling lemah adalah rantai hubungan peubah banyaknya anggota rumahtangga yang mempengaruhi secara tak langsung terhadap peubah endogen yaitu pengeluaran pangan dan non pangan, nilai konsumsi pangan dan saldo.

Pendekatan sistem persamaan simultan yang dilakukan dalam penelitian dampak kebijakan produksi dan perdagangan terhadap permintaan dan penawaran kedelai di Indonesia oleh Hadipurnomo (2000) menggunakan model

overidentified dengan model pendugaan yaitu 2SLS. Secara ringkas hasilnya

adalah bahwa respon luas areal panen lebih besar daripada respon produktivitas terhadap perubahan harga produsen, harga benih, harga pupuk, upah tenaga kerja dan harga pestisida. Areal panen dan produktivitas bersifat responsif terhadap intensifikasi produksi. Impor hanya responsif dalam jangka pajang terhadap tarif impor, tetapi kurang responsif baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek terhadap harga pedagang besar, harga impor, nilai tukar Rupiah, GNP dan dalam jangka pendek terhadap tarif impor. Kebijakan produksi berdampak lebih besar pada perubahan luas areal panen, produktivitas dan produksi, terutama di wilayah potensial luar Pulau Jawa daripada di Pulau Jawa. Penerapan intensifikasi produksi dan peningkatan harga dasar berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani (produsen kedelai) dan industri (konsumen kedelai). Penghapusan subsidi pupuk atau benih dan kombinasi keduanya berdampak pada penurunan kesejahteraan petani dan industri. Peningkatan kuota impor berdmpak pada peningkatan kesejateraan industri, tetapi menurunkan kesejateraan petani. Sebaliknya, penerapan tarif impor berdampak pada penurunan kesejahteraan industri tetapi meningkatkan kesejahteraan petani. Penghapusan tarif impor berdampak pada peningkatan kesejahteraan industri, tetapi menurunkan kesejahteraan petani, yang mana penurunan kesejahteraan petani itu dapat mengkombinasi penghapusan tarif impor dengan peningkatan harga dasar.

Penelitian oleh Simatupang, Marwoto dan Swastika (2005) mengenai Pengembangan Kedelai dan Kebijakan Penelitian di Indonesia yang menggunakan metode OLS menyimpulkan bahwa proyeksi konsumsi kedelai mengalami peningkatan dari 2.35 juta ton pada tahun 2009 menjadi 2.71 juta ton pada tahun 2015 dan 3.35 juta ton pada tahun 2025. Jika sasaran produktivitas rata-rata nasional 1.5 t/ha bisa dicapai, maka kebutuhan areal tanam diperkirakan sebesar 1.81 juta ha pada tahun 2015 dan 2.24 juta ha pada tahun 2025.

Analisis efisiensi usahatani kedelai oleh Fauziyah (2007) menggunakan metode OLS memberikan gambaran tentang rata-rata pengaruh beberapa variabel bebas terhadap produksi kedelai, diantaranya luas lahan yang berpengaruh secara signifikan terhadap produksi, dimana hasilnya adalah jika luas lahan bertambah 1 persen, maka produksi kedelai akan bertambah sebesar 0.95 persen. Sedangkan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai, karena jika persentase tenaga kerja ditambah, produksi kedelai relatif tetap, justru varietas kedelai yang berpengaruh terhadap produksinya. Penambahan jumlah bibit tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai, karena walaupun jumlah bibit ditambah 1 persen, maka produksi kedelai hanya bertambah sekitar 0.09 persen. Namun penambahan pupuk urea akan membuat produksi kedelai menurun, ketika pupuk urea ditambah 1 persen justru akan mengurangi produksi kedelai sekitar 0.2 persen, sama hal nya dengan pestisida.

Metode yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor kedelai di Indonesia adalah metode analisis linear berganda dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk melihat pengaruh variabel produksi kedelai domestik, harga kedelai domestik, harga kedelai luar negeri, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dan dummy tarif impor sebesar 10 dan 5 persen terhadap volume impor kedelai ke Indonesia. Dari tahun ke tahun impor kedelai relatif tinggi, sekitar 60 persen kebutuhan dalam negeri dipenuhi dengan impor. Volume impor kedelai secara nyata dipengaruhi oleh harga kedelai domestik, harga kedelai luar negeri, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika

dan dummy penetapan tarif impor sebesar 10 persen. jika harga kedelai

internasional rendah, maka tarif impor dapat dinaikkan. Berdasarkan hasil penelitian, penetapan tarif impor sebesar 10 persen dapat mengurangi impor. Dengan ditetapkannya tarif sebesar 10 persen, harga kedelai impor akan meningkat, hal tersebut dapat memacu minat petani kedelai untuk kembali berproduksi sehingga volume impor dapat berkurang (Anggasari 2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Kustiari et al (2009) mengenai Model Proyeksi Jangka Pendek Permintaan dan Penawaran dengan tujuan mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran komoditas pertanian utama, mengestimasi elastisitas permintaan dan penawaran komoditas pertanian utama, melakukan proyeksi permintaan dan penawaran komoditas pertanian utama 2009 – 2014, serta merumuskan rekomendasi kebijakan untuk mencapai ketahanan pangan dan pengembangan pertanian. Model parsial yang digunakan untuk mengestimasi elastisitas permintaan adalah LA/AIDS (Linear

Approximation Almost Ideal Demand Sistem), sedangkan model parsial yang

digunakan untuk mengestimasi elastisitas penawaran adalah model koreksi kesalahan (Error Correction Mechanism = ECM). Secara ringkas hasil penelitian menunjukkan adanya laju peningkatan produktivitas yang lebih besar dibanding laju peningkatan luas area. Kondisi ini terjadi karena semakin tebatasnya lahan pertanaman. Produksi kedelai dalam negeri makin tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri selama hampir tiga dekade terakhir. Oleh karena itu pengembagan areal dan produksi perlu diupayakan secara seksama.

Analisis permintaan kedelai nasional dan dampak kebijakan tarif impor yang dilakukan oleh Adetama (2011) menggunakan metode 2SLS. Pada persamaan permintaan kedelai diperoleh bahwa variabel-variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap permintaan kedelai adalah variabel harga kedelai dalam negeri. Pada persamaan impor kedelai diperoleh diperoleh bahwa variabel-variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap impor kedelai adalah variabel permintaan kedelai.

Handayani et al (2011) dalam penelitiannya mengenai simulasi kebijakan dayasaing kedelai lokal pada pasar domestik mempelajari dan menetapkan faktor- faktor penentu dalam meningkatkan daya saing kedelai lokal terhadap pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen dalam industri berbahan baku kedelai melalui simulasi kebijakan untuk mengetahui peubah yang berpengaruh dalam upaya meningkatkan daya saing kedelai lokal pada pasar nasional. Secara ringkas menyimpulkan bahwa luas panen kedelai dipengaruhi oleh harga kedelai lokal, harga jagung dan luas panen tahun sebelumnya. Produktivitas kedelai dipengaruhi oleh curah hujan, harga jagung dan produktivitas tahun sebelumnya. Harga

kedelai lokal dipengaruhi oleh harga tingkat produsen, harga dan volume impor, produk-tivitas dan harga tahun sebelumnya. Harga tingkat produsen dipengaruhi oleh produksi, volume impor, konsumsi, dummy monologi Bulog dan harga tingkat produsen tahun sebelumnya. Volume impor kedelai dipengaruhi produksi dan konsumsi kedelai. Harga kedelai impor dipengaruhi oleh harga kedelai internasional, nilai tukar rupiah, tarif impor dan harga kedelai impor tahun sebelumnya. Kebijakan menaikkan harga kedelai akan menguntungkan petani dan menggairahkan petani untuk meningkatkan produksi. Kebijakan kenaikan harga akan efektif apabila diikuti peraturan pendukung dan terobosan teknologi, sehingga terjadi peningkatan produksi sekaligus kualitas kedelai. Simulasi harga kedelai tingkat produsen sama dengan harga impor menunjukkan bahwa harga kedelai tingkat produsen mengalami penurunan, sehingga petani kurang berminat untuk menanam kedelai yang berakibat pada penurunan luas panen dan produksi kedelai. Peningkatan tarif impor, mengakibatkan harga kedelai lokal dan harga tingkat produsen meningkat, sehingga terjadi peningkatan luas panen dan produksi.

Simulasi dampak kebijakan produksi terhadap ketahan pangan kedelai oleh Zakiah (2010) dan (2011) menggunakan metode simultan 2SLS dengan tujuan menetapkan faktor-faktor penentu produksi dan permintaan kedelai, sehingga dapat menghasilkan suatu kebijakan sehubungan dengan peningkatan produksi kedelai untuk menyeimbangi kebutuhan akan kedelai yang semakin meningkat. Luas panen kedelai secara nyata dipengaruhi oleh harga kedelai, harga pupuk urea tahun sebelumnya, harga jagung sebagai komoditi alternatif. Variabel harga kedelai dan lag luas panen kedelai berkorelasi positif dengan luas panen kedelai, sedangkan variabel harga pupuk dan harga jagung berkorelasi negatif. Ini menunjukkan luas panen kedelai akan meningkat jika harga kedelai di tingkat petani meningkat. Produktitas kedelai secara nyata dipengaruhi oleh lag harga kedelai, harga pupuk, teknologi dan produktivitas tahun sebelumnya. Variabel harga kedelai, teknologi dan lag produktivitas kedelai berkorelasi positif dengan produktivitas kedelai, sedangkan variabel harga pupuk berkorelasi negatif. Ini menunjukkan produktivitas kedelai akan meningkat jika harga kedelai di tingkat petani meningkat dan tingkat teknologi yang tinggi.

Review dari hasil studi empiris yang telah diuraikan sebelumnya adalah bahwa produksi kedelai menurun sangat tajam sementara di sisi lain kebutuhan kedelai dalam negeri terus meningkat, menyebabkan Indonesia bergantung pada kedelai impor untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. Kebutuhan kedelai terus meningkat dari waktu ke waktu jauh melampaui kemampuan produksi domestik, baik untuk memenuhi kebutuhan industri makanan maupun pakan dan agroindustri lainnya. Sehingga upaya peningkatan produksi kedelai di tingkat petani tidak hanya berkaitan dengan aspek teknis dan ekonomis maupun intervensi melalui kebijakan pemerintah, tetapi juga strategi menggalang partisipasi petani dalam pengembangan kedelai, sehingga komoditas kedelai lokal dapat berdaya saing dengan kedelai impor. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan antar variabel mikroekonomi dalam produksi dan konsumsi kedelai nasional lebih tepat menggunakan analisis simultan, karena dengan metode ini, antar variabel dependen dengan independen dapat diketahui hubungan saling pengaruh-mempengaruhinya. Secara teknis, teknologi dan luas area tanam paling besar pengaruhnya secara nyata terhadap produksi kedelai, sedangkan secara

ekonomis, harga yang paling berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai nasional. Dari sisi konsumsi, pendapatan, jumlah penduduk serta harga paling berpengaruh secara nyata terhadap laju peningkatan konsumsi kedelai nasional. Sedangkan tarif impor paling berpengaruh nyata terhadap penurunan kuantitas impor kedelai.

Model ekonomi mikro dari penawaran dan permintaan kedelai nasional dilakukan dalam beberapa penelitian terdahulu bertujuan untuk melihat perkembangan produksi dan konsumsi kedelai nasional mendatang. Apakah kondisi defisit atau surplus. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kondisi ekonomi kedelai mendatang masih menunjukkan defisit. Hal ini karena secara teknis usahatani kedelai belum berjalan secara efektif dan efisien, baik penggunaan input produksi maupun sarana produksi. Selain itu, produksi yang belum dapat mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri juga dikarenakan keterbatasan luas area tanam dan semakin menyempitnya lahan pertanian yang subur. Sehingga tingkat produktivitas tidak bisa mencukup kebutuhan dalam negeri. Masalah yang paling mendasari adalah karena kebijakan harga kedelai yang belum berpihak pada petani. Karena besarnya tingkat ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor, membuat kuantitas impor kedelai jauh lebih besar daripada produksi kedelai lokal, sehingga menyebabkan harga kedelai impor lebih murah dibanding harga kedelai lokal. Selain itu, penetapan tarif impor kedelai yang menjadi nol persen pada tahun 2012 juga menjadi penyebab semakin mudahnya impor kedelai ke Indonesia. Apalagi kualitas kedelai Indonesia dibawah kualitas kedelai impor. Secara ekonomi, ketika suatu harga barang lebih murah dengan kualitas yang lebih bagus dibanding barang lainnya dengan jenis yang sama, maka konsumen akan memilih barang tersebut.

Penelitian-penelitian tersebut juga menganalisis bagaimana simulasi kebijakan dilakukan ketika intervensi pemerintah harus dilaksanakan guna memperbaiki kondisi ekonomi kedelai dalam negeri maupun di pasar internasional. Secara ringkas, pada dasarnya ketika tarif impor kedelai dinaikkan hingga mencapai 20 persen, maka masuknya kedelai impor ke Indonesia akan semakin sulit, karena saat ini hingga Januari 2012, harga kedelai dunia semakin menurun. Hal ini juga terkait dengan krisis ekonomi yang saat ini sedang terjadi di Eropa dan Amerika, diperparah dengan lambannya ekonomi di China. Sehingga dengan jatuhnya harga kedelai dunia menyebabkan impor kedelai dari negara- negara sentra kedelai tersebut menjadi semakin sulit. Harga kedelai Indonesia memang sangat tergantung dari harga kedelai dunia. Karena harga yang berlaku di pasar inetrnasional tidak menutupi biaya impornya, khsusnya tarif impor yang diberlakukan hingga kedelai tersebut sampai di tujuan. Ketika kedelai impor semakin berkurang, maka harga kedelai impor pun akan semakin meningkat, karena hubungan antara harga kedelai impor dengan harga kedelai lokal positif, sehingga ketika harga kedelai impor meningkat maka harga kedelai lokal juga akan meningkat. Harga kedelai lokal menjadi baik di tingkat petani membuat petani semakin bergairah untuk meningkatkan produktivitas kedelai. Ketika produksi kedelai semakin meningkat maka tentunya Pemerintah akan semakin memperhatikan petani dengan memberi dukungan langsung seperti subsidi input sarana dan prasarana produksi dengan tujuan meningkatkan kualitas kedelai lokal. Pada akhirnya tujuan untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri dengan kedelai lokal tercapai dan bahkan bisa surplus, implikasinya adalah kuantitas

ekspor semakin meningkat. Maka tujuan akhir yaitu swasembada kedelai tercapai, sehingga membuat ketahan pangan Indonesia semakin baik dan tentunya meningkatkan pertumbuhan ekonomi pertanian dan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini diantaranya, sumber database yang digunakan berbeda, dimana penelitian terdahulu di Indonesia mayoritas menggunaan data yang bersumber dari Kementerian Pertanian dan BPS, timeseries hanya sampai tahun 2009, dengan hasil peramalan produksi dan konsumsi hingga tahun 2014 dan 2025 menunjukkan hasil defisit dengan nilai rata-rata 1 jutaan – 2 jutaan ton per tahun, sedangkan dalam penelitian ini defisit yang terjadi sekitar 1.1 jutaan ton per tahun dengan sumber data FAO.