• Tidak ada hasil yang ditemukan

II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.3 Teori Konsums

Spencer (1977) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi diantaranya adalah pendapatan disposable yang merupakan faktor utama, banyaknya anggota keluarga, usia anggota keluarga, pendapatan yang terdahulu dan pengharapan akan pendapatan di masa yang akan datang. Colman dan Trevor (1990) mengatakan bahwa dalam teori ekonomi tradisional, yang berdasarkan kepada selera dan preferensi konsumen, maka konsumsi untuk komoditas tertentu ditentukan oleh beberapa hal yaitu: harga produk tersebut, harga produk barang lain, dan pendapatan atau penghasilan konsumen. Konsumsi suatu barang tertentu adalah sejumlah barang tertentu yang dikonsumsi langsung,

yang mana konsumen bersedia dan mampu membeli dalam kondisi tertentu, per unit waktu, di pasar tertentu dan pada harga tertentu.

Nicholson (1991) menyatakan bahwa persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan cenderung turun jika pendapatan meningkat. Kondisi ini menunjukkan adanya hubungan yang terbalik antara persentase kenaikan pendapatan dengan persentase pengeluaran untuk pangan. Keadaan ini lebih dikenal dengan Hukum Engel (Engel’s Law). Dalam hukum Engel dikemukakan tentang kaitan antara tingkat pendapatan dengan pola konsumsi. Hukum ini menerangkan bahwa pendapatan disposable yang berubah-ubah pada berbagai tingkat pendapatan, dengan naiknya tingkat pendapatan maka persentase yang digunakan untuk sandang dan pelaksanaan rumah tangga adalah cenderung konstan. Sementara persentase yang digunakan untuk pendidikan, kesehatan dan rekreasi semakin bertambah.

Faktor-faktor pokok yang mempengaruhi dan menentukan jumlah pengeluaran untuk konsumsi adalah pendapatan disposable sebagai faktor utama, pendapatan permanen dan pendapatan menurut daur hidup, kekayaan dan faktor permanen lainnya seperti faktor sosial dan harapan tentang kondisi ekonomi di masa yang akan datang (Samuelson dan Nordhaus 1992). Pengeluaran konsumsi rumah tangga ditentukan oleh banyak faktor. Namun menurut Parkin (1993) yang paling penting dari faktor-faktor yang menentukan pengeluaran konsumsi hanya dua, yaitu: pendapatan disposable dan pengharapan terhadap pendapatan di masa yang akan datang (expected future income).

Konsumsi adalah suatu hubungan antara tingkat konsumsi rumahtangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional perekonomian tersebut. Konsumsi rumahtangga juga dipengaruhi beberapa faktor antara lain: (a). ekspektasi merupakan keadaan di masa mendatang; (b). jumlah penduduk dan (c). tingkat harga (Sukirno 2001). Konsumsi merupakan bagian dari permintaan, dimana konsumsi itu dibagi menjadi konsumsi langsung dan konsumsi tidak langsung. Konsumsi tidak langsung digunakan untuk bahan olahan, sedangkan konsumsi langsung digunakan sebagai makanan yang langsung dikonsumsi oleh konsumen atau pemakai akhir (Ruchjana 1992 Priyanti et al 1997 dan Ariani 2003).

Teori konsumsi dilihat dari sudut pandang perilaku konsumen menurut Putong (2003) pada dasarnya menjelaskan bagaimana konsumen mendayagunakan sumberdaya yang ada (uang) dalam rangka memuaskan keinginan, kebutuhan dari suatu atau beberapa produk. Penilaian kepuasan umumnya bersifat subyektif, baik bagi pemakai langsung maupun bagi penilai. Secara teori tingkah laku konsumen dalam upayanya memuaskan diri dapat dijelaskan melalui dua teori nilai guna, yaitu nilai guna ordinal dan nilai guna kardinal. Teori nilai guna kardinal memberikan penilaian subyektif akan pemuasan kebutuhan dari suatu barang. Artinya, tinggi rendahnya suatu barang tergantung pada subyek yang memberikan penilaian. Dengan kata lain, suatu barang akan memberikan nilai guna yang tinggi bila barang yang dimaksud memberikan nilai guna yang tinggi bagi si pemakai. Teori nilai guna ordinal menjawab keraguan teori nilai guna kardinal dalma mengukur kepuasan. Asumsi teori nilai guna ordinal adalah sebagai berikut: (1). Rasionalitas, konsumen akan berusaha meningkatkan kepuasannya atau akan memilih tingkat kepuasan yang tertinggi yang bisa dicapainya; (2). Konveksitas; semakin tinggi tingkat kepuasan,

maka semakin besar anggaran yang harus dikeluarkan untuk memperoleh kepuasan tersebut; (3). Nilai guna tergantung pada jumlah barang yang dikonsumsi; (4). Transitivitas, konsumen akan menjatuhkan pada pilihan terbaik dan beberapa pilihan; (5). Kurva kepuasan tidak boleh bersinggungan atau saling berpotongan.

Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi (Dumairy 2004).

Godam (2007) menyebutkan terdapat 3 penyebab perubahan konsumsi, yaitu: 1. Penyebab Faktor Ekonomi, diantaranya: a. Pendapatan; Pendapatan yang meningkat tentu saja biasanya otomatis diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi; b. Kekayaan; Kekayaan secara eksplisit maupun implisit, sering dimasukan dalam fungsi konsumsi agregat sebagai faktor yang menentukan konsumsi; c.Tingkat Bunga; Bunga bank yang tinggi akan mengurangi tingkat konsumsi yang tinggi karena orang lebih tertarik menabung di bank dengan bunga tetap tabungan atau deposito yang tinggi dibanding dengan membelanjakan banyak uang; d. Perkiraan Masa Depan; Orang yang was-was tentang nasibnya di masa yang akan datang akan menekan konsumsi. 2. Penyebab Faktor Demografi, terdiri dari: a. Komposisi Penduduk; Dalam suatu wilayah jika jumlah orang yang usia kerja produktif banyak maka konsumsinya akan tinggi. Bila yang tinggal di kota ada banyak maka konsumsi suatu daerah akan tinggi juga. Bila tingkat pendidikan sumber daya manusia di wilayah itu tinggi-tinggi maka biasanya pengeluaran wilayah tersebut menjadi tinggi; b. Jumlah Penduduk; Jika suatu daerah jumlah orangnya sedikit sekali maka biasanya konsumsinya sedikit. Jika orangnya ada sangat banyak maka konsumsinya sangat banyak pula. 3. Penyebab/Faktor lain, berupa: a. Kebiasaan Adat Sosial Budaya; Suatu kebiasaan di suatu wilayah dapat mempengaruhi tingkat konsumsi seseorang. Di daerah yang memegang teguh adat istiadat untuk hidup sederhana biasanya akan memiliki tingkat konsumsi yang kecil. Sedangkan daerah yang memiliki kebiasaan gemar pesta adat biasanya memiliki pengeluaran yang besar; b. Gaya Hidup Seseorang; Seseorang yang berpenghasilan rendah dapat memiliki tingkat pengeluaran konsumsi yang tinggi jika orang itu menyukai gaya hidup yang mewah dan gemar berhutang baik kepada orang lain maupun lembaga keuangan bank (kredit). Perkembangan ekonomi yang terjadi mengakibatkan bertambahnya variabel yang dapat mempengaruhi pengeluaran konsumsi selain hal di atas antara lain: (1). Selera; (2). Faktor sosial ekonomi; (3). Keuntungan/kerugian kapital; (4). Tingkat harga; (5). Barang tahan lama; (6). Kredit; (7). Inflasi; (8). Pendapatan domestik regional bruto.

Teori konsumsi menurut Dornbusch, Stanley dan Richard (2008) yaitu berupa teori konsumsi lanjutan dimana konsumsi seumur hidup (lifetime

consumption) berhubungan dengan pendapatan seumur hidup (lifetime income),

tapi hubungan konsumsi tahun ini dengan pendapatan tahun ini adalah cukup lemah. Fungsi konsumsi pada hakekatnya dapat diturunkan dari maksimisasi utilitas (kegunaan) dengan kendala pendapatan (jumlah pengeluaran). Dari syarat

maksimisasi dapat diturunkan fungsi konsumsi sebagai fungsi dari harga barang dan pendapatan. Konsumsi suatu komoditas berdasarkan tujuannya dapat dibedakan menjadi konsumsi dalam negeri dan pasar internasional. Pembahasan difokuskan pada konsumsi dalam negeri. Konsumsi berdasarkan penggunaannya dibedakan menjadi konsumsi langsung untuk pangan rumahtangga, dan konsumsi tidak langsung untuk penggunaan antara, yaitu sebagai bahan baku sektor industri pengolahan (Kustiari et al 2009). Bahasan mengenai konsumsi mencakup perkembangan secara agregat dan per kapita serta faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi dan proyeksi konsumsi.

Pengeluaran konsumsi masyarakat atau rumahtangga merupakan salah satu variabel makro ekonomi. Pengeluaran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatan yang dibelanjakan. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsimasyarakat negara yang bersangkutan (Rahardja 2001 dalam Siregar 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi adalah harga barang yang bersangkutan, harga dan ketersediaan barang lain yang berkaitan, perkiraan akan perubahan harga, pendapatan konsumen, harga riil barang itu sendiri di tingkat konsumen dan produsen, produksi barang itu sendiri, selera, preferensi konsumen, populasi penduduk nasional, pengeluaran periklanan dan sebagainya (Pappas (1995) dan Handayani et al (2011). Berdasarkan teori-teori konsumsi yang telah dikemukakan sebelumnya, maka konsumsi kedelai nasional dalam penelitian ini dipengaruhi oleh variabel-variabel ekonomi seperti harga kedelai nasional, penawaran kedelai nasonal, pendapatan nasional perkapita, harga dan kuantitas impor kedelai, harga kedelai internasional, produktivitas kedelai nasional, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar, serta tarif impor kedelai.