• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Urusan Wajib yang Berkaitan dengan Pelayanan Dasar

4. Penelitian dan Pengembangan

a) Persentase hasil penelitian yang ditindaklanjuti dan diimplementasikan sebagai kebijakan daerah masih rendah. Hal ini disebabkan karena penelitian yang dilaksanakan belum didasarkan permasalahan dan isu-isu yang ada di daerah.

b) Pemanfaatan hasil pengembangan juga masih rendah. Permasalahannya dimungkinkan berasal dari kualitas inovasi yang belum standar. Kemungkinan lain disebabkan oleh proses penilaian dan pengesahan sebagai bentuk inovasi dan rekomendasi implementasi memerlukan proses yang melibatkan banyak pihak sehingga memerlukan waktu yang tidak singkat.

5. Pengawasan

a) Belum ada OPD yang mencapai maturitas SPIP level 3 karena fasilitasi yang dilakukan terhadap OPD belum optimal

b) Kapabilitas APIP belum sesuai dengan target RKPD

2.3.2 Permasalahan yang Berkaitan dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah

a. Akses dan kualitas layanan dasar belum sepenuhnya memenuhi SPM b. Masih rendahnya kesadaran dan perilaku kesehatan masyarakat

c. Terdapat kesenjangan gender, khususnya dalam aspek ekonomi yang selanjutnya berdampak kepada rendahnya IPM aspek ekonomi.

d. Kualitas tenaga kerja masih rendah, utamanya disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah dan kompetensi yang kurang memadai.

e. Belum optimalnya kerjasama dengan kabupaten sekitar, swasta dan masyarakat.

f. Menurunnya realisasi invetasi dari tahun sebelumnya

g. Potensi daerah belum dikembangkan secara optimal untuk meningkatkan daya saing.

h. Penangan kemiskinan belum terintegrasi antar-Perangkat Daerah

i. Ketergantungan masyarakat terhadap program kegiatan pemerintah masih tinggi.

j. Rendahnya modal sosial masyarakat karena mulai lunturnya kearifan lokal.

k. Potensi kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia yang kurang ramah lingkungan

l. Reformasi birokrasi belum dilakukan secara optimal sehingga pelayanan publik dan pelaksanaan tugas pemerintahan belum efektif.

2.3.3 Isu strategis Pembangunan

Perumusan isu strategis di tahun 2020 didapatkan dari pemetaan permasalahan perurusan, Capaian Indikator Kinerja Umum (IKU) dan Indikator Kinerja Daerah (IKD); Arah kebijakan RPJMD untuk tahun 2020, RKPD Propinsi Jawa Tengah 2020; serta RKPN 2020. Adapun permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

a. Kualitas Sumber Daya Manusia

Aspek SDM yang memerlukan upaya paling keras untuk ditingkatkan adalah pendidikan. Rata-rata penduduk Kabupaten Pati usia di atas 25 tahun hanya menyelesaikan pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar (SD). Bahkan, berdasarkan gender, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki. Rendahnya tingkat pendidikan berpotensi memberikan dampak terhadap kualitas tenaga kerja. Sebagian besar penduduk usia kerja di Kabupaten Pati bekerja untuk sektor informal, namun kualitas pendidikan terendah di temukan

pada sektor pertanian. Rendahnya kualitas pendidikan juga berpengaruh terhadap rendahnya pengeluaran perkapita, khususnya bagi penduduk dengan tingkat pendapatan terendah. Selanjutnya, berkaitan dengan aspek kesehatan, peningkatan usia harapan hidup menjadi indikasi peningkatan kualitas hidup manusia. Namun demikian, semakin tinggi usia harapan hidup juga perlu diantisipasi karena meningkatkan rasio ketergantungan. Pemberdayaan gender adalah permasalahan sumber daya manusia yang juga perlu diperhatikan, khususnya aspek ekonomi, politik, dan pengambilan keputusan.

b. Pengembangan Jejaring dan Daya Saing Daerah

Pertumbuhan sektor penunjang PDBR terbesar, yaitu pertanian dan industri pengolahan menunjukkan kecenderungan penurunan. Oleh karena itu, penguatan di sektor tersebut, khususnya pertanian perlu dilakukan. Kabupaten Pati memiliki potensi pertanian yang besar, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Isu sentral di bidang pertanian adalah kualitas sumber daya manusia yang masih rendah, pengolahan produk pertanian yang masih terbatas, serta pemasaran yang belum optimal. Oleh karenanya, perlu dilakukan upaya untuk menarik investor pengembangan industri berbasis pertanian. Berkaitan dengan sektor industri, penguatan kerjasama antara industri kecil dan rumah tangga dengan industri menengah dan besar perlu ditingkatkan untuk meningkatkan PDRB sektor industri pengolahan. Perkembangan teknologi informasi yang semakin masif perlu dianggap sebagai peluang sekaligus tantangan. Dunia sedang memasuki era disruptif 4.0 dimana wilayah pemasaran terbentang tanpa sekat. Namun demikian, penguasaan e-commerce para pengusaha di Kabupaten Pati masih menjadi permasalahan yang sebaiknya menjadi perhatian. Isu selanjutnya berkaitan dengan pengembangan jejaring kerjasama antarwilayah, baik internal maupun eksternal. Jejaring internal utamanya diarahkan untuk kerjasama antardesa untuk meningkatkan ketahanan ekonomi desa yang membutuhkan upaya peningkatan lebih keras dibandingkan ketahanan sosial dan lingkungan. Selain itu, kerjasama antara pemerintah dan swasta juga perlu diperkuat melalui CSR untuk mengakselerasi upaya penyelesaian permasalahan pembangunan.

c. Kesejahteraan dan Kemandirian Masyarakat berbasis kearifan lokal

Kabupaten Pati menunjukkan kinerja yang memuaskan dalam upaya pengentasan kemiskinan di tahun 2018. Namun demikian, data BDT kemiskinan masih menunjukkan jumlah keluarga miskin yang cukup tinggi. Oleh karena itu, kesesuaian data mikro dan makro kemiskinan masih menjadi isu penting yang harus diselesaikan. Kesenjangan kesejahteraan juga masih menjadi isu penting dalam pembangunan di tahun 2020. Rata-rata penghasilan kelompok pendapatan menengah sebanyak dua kali lipat dari rata-rata penghasilan kelompok pendapatan rendah, sementara kelompok pendapatan tingi tinggi memiliki rata-rata penghasilan lebih dari 4 kali lipat kelompok penghasilan rendah. Perkembangan teknologi yang sangat pesat berpotensi mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dan menggerus kearifan lokal. Oleh karena itu, diperlukan penguatan ketahanan sosial masyarakat desa untuk meminimalisir pengaruh negatif budaya luar.

d. Kelestarian Lingkungan

Kelestarian menjadi isu penting karena untuk menunjang tercapainya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Indeks Lingkungan Hidup Kabupaten Pati di tahun 2018 menunjukkan penurunan dibanding periode sebelumnya. Penurunan tersebut bersumber dari rendahnya indeks kualitas air serta indeks tutupan lahan. Permasalahan lingkungan yang lainnya berkaitan dengan isu global, yaitu Emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang mempengaruhi sektor pertanian serta meningkatkan kerawanan bencana. Pada dasarnya, permasalahan lingkungan tersebut utamanya

bersumber dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Pengetahuan serta kesadaran yang rendah akan pentingnya kelestarian lingkungan dalam menunjang keberlangsungan hidup manusia menjadikan banyak aktivitas pembangunan yang dilakukan tanpa memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Potensi kerawanan bencana di Kabupaten Pati utamanya berkaitan dengan air, yaitu banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh tingkat kekritisan lahan yang semakin meningkat. Kerawanan bencana dapat diminimalisir dengan meningkatkan kapasitas daerah dalam penanganan bencana, yang dalam hal ini Kabupaten Pati masih menunjukkan kemampuan yang rendah.

e. Tata Kelola Pemerintahan dan Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Informatika

Tata Kelola Pemerintahan dan Pelayanan Publik diarahkan untuk mewujudkan Smart Government yang menjadi salah satu tujuan Pemerintah Kabupaten Pati. Permasalahan utama dalam tata kelola pemerintahan adalah birokrasi yang masih rumit dan belum saling terintegrasi. Hal tersebut utamanya dikarenakan pemanfaatan teknologi informatika yang masih rendah. Selain itu, kerjasama antar-perangkat daerah belum terjalin secara efektif menyebabkan terhambatnya penyelesaian beberapa permasalahan pembangunan. Selaras dengan tata kelola pemerintahan, aspek pelayanan publik juga masih perlu ditingkatkan efektifitas serta keterjangkauannya. Pengukuran terhadap kepuasan masyarakat menunjukkan kualitas pelayanan publik berada pada level baik, masih rendah dari target akhir RPJMD, yaitu sangat baik. Peningkatan efektifitas dan keterjangkauan pelayanan publik diantaranya dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi serta meringkas prosedur pelayanan. Kualitas ASN juga merupakan isu penting yang harus diselesaikan. Komponen profesionalitas ASN yang masih perlu ditingkatkan adalah pemenuhan kompetensi ASN sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya serta penegakan disiplin. Belum optimalnya kompetensi ASN dikarenakan masih rendahnya keikutsertaan ASN dalam diklat dan pelatihan teknis, sedangkan rendahnya disiplin berkaitan dengan masih belum optimalnya penerapan reinforcement (penguatan) terhadap prestasi maupun pelanggaran yang dilakukan oleh ASN.

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH