• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Penelitian Relevan

Penelitian terhadap novel Jalan Tak Ada Ujung pernah dilakukan

oleh mahasiswa Universitas Sanata Dharma dengan judul skripsinya

“Pandangan Kemanusiaan Mochtar Lubis dalam Novel Jalan Tak Ada

Ujung: Sebuah Kajian Sosiologi Sastra” oleh Raden Rosa Dewi mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma tahun 2007. Hasil dari penelitiannya adalah sebagai

berikut: (1) struktur tekstual (alur). Berdasarkan struktur lahir novel Jalan

Tak Ada Ujung memiliki 35 sekuen dan alur yang digunakan adalah maju.

(2) pandangan kemanusiaan Mochtar Lubis dalam novel Jalan Tak Ada

Ujung, meliputi nilai kemanusiaan utama dan nilai kemanusiaan

pendukung. Nilai kemanusiaan utama yaitu nilai keberanian, yang meliputi (a) nilai kemanusiaan Guru Isa menghadapi perjuangan, (b) nilai keberanian Guru Isa menghadapi krisis ekonomi, (c) nilai keberanian Guru Isa menghadapi impotensinya, dan (d) nilai keberanian Guru Isa menghadapi perselingkuhan.

34

Penelitian terhadap novel Jalan Tak Ada Ujung juga pernah diteliti oleh mahasiswa Universitas Pancasakti Tegal dengan judul skripsinya

adalah “Tinjauan Psikologis Tokoh Novel Jalan Tak Ada Ujung Karya

Mochtar Lubis dan Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra Di SMA”

yang ditulis Aditya Candra Jun Soekarno mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma tahun 2014. Kajian psikologi yang

menonjol dalam novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Mochtar Lubis adalah

aspek psikologi kepribadian tokoh dengan jumlah kutipan tujuh belas kutipan, aspek psikologi tingkah laku tokoh dengan jumlah tiga kutipan, dan aspek psikologi sifat tokoh dengan jumlah dua puluh kutipan.

Penelitian terhadap novel Jalan Tak Ada Ujung juga pernah diteliti

oleh mahasiswa Universitas Negeri Gorontalo dengan judul skripsinya

adalah “Patriotisme dalam Novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Mochtar

Lubis” yang ditulis Asni Alimun mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo tahun 2014. Hasil dari penelitiannya adalah tokoh Hazil dan Rachmat yang berani melemparkan bom pada para tentara Belanda, dan Tuan Hamidy sebagai juragan beras yang menyumbangkan truknya untuk kepentingan kemerdekaan. Para tokoh menggambarkan memiliki sikap patriotisme. Sikap patriotisme yaitu rela berkorban, menempatkan persatuan dan kesatuan, berjiwa pembaharu dan tidak kenal menyerah.

Penelitian lain terkait novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar

Lubis juga pernah dilakukan pada Tesis yang ditulis oleh Agus R. Sarjono

berjudul “Citra rumah dalam novel 'Jalan tak ada ujung' Mochtar Lubis

dan 'Keluarga Gerilya' Pramoedya Ananta Toer” Universitas Indonesia,

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, tahun 2002. Hasil penelitiannya yaitu, Rumah dalam KG bukan rumah yang baik. Buruknya rumah KG disebabkan oleh perilaku dan sosok kaum tua keluarga Gerilya, yakni kopral Paidjan (sang ayah) dan Amilah (Sang Ibu). Meskipun demikian, peluang untuk menjadikan rumah keluarga gerilya sebagai rumah yang baik dan membuat krasan masih terbuka di tangan kaum muda. Namun, revolusi kemerdekaan membuat semua kaum muda keluarga gerilya memilih untuk merelakan hancurnya rumah mereka demi rumah yang lebih besar dan lebih mulia yakni nasion. Hal yang berbeda terjadi pada JTU. Pada dasarnya rumah keluarga Guru Isa adalah rumah yang baik.

Namun revolusi menebarkan ketakutan pada Guru Isa yang menyebabkan isa mengalami impotensi. Impotensi guru Isa menjadikan rumah mereka sekedar menjadi rumah tanpa rasa krasan. Situasi ini diperparah oleh perselingkuhan Fatimah dengan Hazil, sahabat Guru Isa. buruk secara moral, dan tidak memiliki idealisme, sementara kaum muda digambarkan sebagai sosok yang penuh idealisme dan cita-cita.

Penelitian tentang latar (setting) pernah dilakukan oleh mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat dengan judul skripsinya

adalah “Analisis Latar (setting) dalam novel Larasati Karya Pramoedya

Ananta Toer” yang ditulis Adianto mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat. Hasil penelitiannya yaitu: (1) latar tempat dalam novel

Larasati karya Pramoedya Ananta Toer bervariasi. Latar tempat yaitu di daerah Yogyakarta dan Jakarta yaitu di rumah, di kamar, di jalan, di rumah sakit, di gedung, di pinggir jalan, di rumah orang Arab, dan lain-lain. (2) latar waktu seperti pada waktu pagi hari, pada waktu sore hari, malam hari yang menegangkan dan pada tahun-tahun tertentu yang dapat menonjolkan suasana tertentu dalam novel, (3) Latar sosial yang ditampilkan di dalam

novel Larasati sangat berpengaruh pada kehidupan tokoh dalam novel.

Melihat penelitian sebelumnya terhadap novel Jalan Tak Ada

Ujung, penelitian tentang ”Analisis Latar dalam Novel Jalan Tak Ada Ujung Karya Mochtar Lubis serta Implikasinya terhadap Pembelajaran

Apresiasi Sastra Indonesia di SMA” Penelitian ini mencari gambaran latar

yang terdapat dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis

selain itu mengkaitkan hasil penelitian tersebut dengan pembelajaran sastra di sekolah. Implikasi tersebut berupa Rencana Pembelajaran Sastra tentang Materi Intrinsik Novel. Bahan pembelajaran dilakukan melalui pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

BAB III

BIOGRAFI PENGARANG

A. Biografi Pengarang

Mochtar Lubis, pengarang ternama ini dilahirkan pada 7 Maret 1922 di Padang. Setelah tamat HIS Sungai Penuh, Mochtar Lubis sekolah ekonomi di Kayutanam pimpinan M. Syafei, di Kayutanam diajarkan pula untuk mengembangkan bakat melukis, mematung, bermusik dan sebagainya. Sejak zaman Jepang ia telah aktif dalam lapangan penerangan.

Ia turut mendirikan Kantor Berita ‘Antara’, kemudian mendirikan dan

memimpin Harian Indonesia Raya yang telah dilarang terbit. Ia

mendirikan majalah sastra Horison bersama kawan-kawannya. Pada waktu

pemerintahan rezim Soekarno, ia dijebloskan ke dalam penjara hampir 9 tahun lamanya dan baru dibebaskan pada tahun 1966.

Selain sebagai wartawan, ia dikenal sebagai sastrawan. Mochtar Lubis merupakan pengarang yang karya-karyanya harus dilihat dalam hubungan dengan Angkatan 45. Cerita-cerita pendeknya dikumpulkan

dalam buku Si Jamal (1950) dan Perempuan (1956). Sedangkan novelnya

yang telah terbit: Tidak Ada Esok (1950), Jalan Tak Ada Ujung (1952)

yang mendapat hadiah sastra dari Badan Musyawarah Kebudayaan

Nasional (BMKN), Senja di Jakarta yang mula-mula terbit dalam bahasa

Inggris dengan judul Twilight in Jakarta (1963) dan terbit dalam bahasa

Melayu pada tahun 1964. Selain itu, romannya yang mendapat sambutan

luas dengan judul Harimau! Harimau! (Pustaka Jaya 1975) telah

mendapat hadiah dari Yayasan Buku Utama sebagai buku terbaik tahun

1975. Sedangkan Maut dan Cinta (Pustaka Jaya 1971) mendapat hadiah

Yayasan Jaya Raya.

Kadang-kadang ia pun menulis esai dengan nama samaran Savitri

dan juga menterjemahkan beberapa karya sastra asing seperti Tiga Cerita

mendapat hadiah atas laporannya tentang Perang Korea dan 1966

mendapat hadiah Magsaysay untuk karya-karya jurnalistiknya.1

Di zaman Jepang Mochtar Lubis bekerja sebagai anggota tim yang memonitor siaran radio sekutu di luar negeri. Sebagai wartawan dia berpindah dari Medan ke Jakarta. Dia memperoleh pengakuan sebagai wartawan waktu menjabat sebagai ketua pengarang surat kabar bebas

Indonesia Raya, dia berani menentang konsepsi-konsepsi politik Soekarno dengan garang, hingga mengakibatkan dia ditahan di rumah dan dalam penjara antara tahun 1957 hingga 1966. Sebelum ini, dia telah banyak mengelilingi dunia, dan kisah-kisah kunjungannya yang bersifat kewartawanan sebagian dikumpulkan dalam buku-buku tersendiri. Buku-buku tersebut merupakaan bacaan yang baik. Hal ini bukan saja karena fakta-fakta yang terkandung, tetapi juga karena penyampaiannya yang

menarik. Malah dalam karya-karya sastranya didapati bahwa

kewartawanan dalam dirinya itu tak pernah tidak ada.2

B. Penghargaan 1. Bidang Pers

Presiden Megawati Soekarnoputri pada tahun 2004,

menganugerahkan bintang tanda jasa kepada tokoh pers Mochtar Lubis (alm). Mochtar Lubis dinilai telah memberikan pengabdian luar biasa kepada Negara. Tanda Bintang Mahaputera merupakan tanda jasa tertinggi setelah Bintang Republik Indonesia. Ia diberi penghargaan tidak dinilai berdasarkan pengabdiannya kepada pemerintah, tetapi

kepada negara.3

1

Mochtar Lubis. Jalan Tak Ada Ujung. (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.2003) h. 166-167

2

A. Teeuw. Sastra Baru Indonesia. Cet. 1 (Flores: Indonesia Nusa Indah, 1980) h.261

3 Harian Tempo

, Mochtar Lubis Dianugerahi Bintang Mahaputera”, edisi Minggu, 15 Agustus 2004.

2. Bidang Sastra

Mochtar Lubis terpilih sebagai sastrawan pertama penerima Hadiah

Sastra “Chairil Anwar” yang baru pertama kali diselenggarakan. Hadiah ini merupakan penghargaan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), bahkan sebagai pengakuan atas mutu karya-karyanya. Penyerahan hadiah berlangsung dalam sebuah upacara yang dirancang khusus di

Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki. 4

Menurut pihak DKJ, Mochtar Lubis terpilih sebagai orang pertama penerima hadiah karena dua alasan. Alasan pertama adalah, totalitas karya-karyanya telah sangat memperkaya khazanah sastra Indonesia. Alasan kedua yaitu karya-karyanya secara khusus memuat realita sosial, diwarnai dengan wawasan tentang manusia Indonesia dengan berbagai dimensinya yang digambarkan cukup tajam dengan penguasaan masalah hampir tanpa cacat.

Buku fiksinya Jalan Tak Ada Ujung meraih Hadiah Sastra BMKN,

disusul hadiah sama untuk Perempuan-Perempuan. Bukunya

Harimau-Harimau mendapat Hadiah Sastra Yayasan Buku Utama.

C. Pemikiran Mochtar Lubis

Dokumen terkait