• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Objektif Novel Jalan Tak Ada Ujung

3. Tokoh dan Penokohan

Tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam cerita pada novel JTAU

karya Mochtar Lubis. Tokoh utamanya adalah Guru Isa dan Hazil. Adapun yang lain adalah tokoh-tokoh tambahan.

a. Guru Isa

Guru Isa adalah tokoh utama dalam novel ini, ia digambarkan sebagai seorang Guru berusia 35 tahun.

“Kemudian jadi guru tahun-tahun sebelum Perang Dunia Kedua.

Waktu itu dia masih muda. Berumur 31 tahun. Sekarang

umurnya telah tiga puluh lima tahun.”21

Terkait usia Guru Isa, menunjukkan bahwa Guru Isa adalah seorang yang mengalami masa pendewasaan saat Belanda

19 Ibid, h.164 20Ibid, h.165 21Ibid, h.25

menjajah. Hal tersebut mempengaruhi sikapnya yang selalu menerima segala perintah yang diberikan kepadanya. Penerimaan keadaan secara kompromi pada masa penjajahan Belanda dilakukan oleh kaum intelektual Indonesia sebelum perang, dalam hal ini adalah Guru Isa. Pada satu pihak, mungkin saja Guru Isa sadar akan perjuangan kemerdekaan, Guru Isa memang tidak menjadi pejuang yang militan, tapi profesinya sebagai guru dapat memberikan pendidikan semangat kemerdekaan kepada anak didiknya.

Guru Isa digambarkan sebagai tokoh yang memiliki rasa takut, bukan hanya takut dengan keadaan yang sedang terjadi, bukan hanya takut kepada serdadu Belanda yang sedang mengancam setiap penduduk, terkadang ketakutannya juga ditimbulkan sendiri oleh pikiran-pikirannya, menimbulkan kekhawatiran yang belum tentu terjadi. Guru Isa juga merupakan seorang Guru yang lembut yang tidak suka dengan kekerasan, seperti dalam kutipan berikut;

“Aku takut sebenarnya, Fat,”katanya,“tidak pernah aku

berorganisasi seperti ini. Main senjata lagi. Memakai pistol saja aku tidak tahu. Tetapi kalau tidak ikut, engkau tahu apa yang

akan orang katakana.”22

Penggambaran tentang Guru Isa juga dikuatkan oleh bagaimana ia melewati masa kecilnya yang sama sekali tidak mengenal kekerasan. Tidak pernah berlaku kasar kepada siapa pun. Hal ini seperti pada kutipan berikut.

“Semenjak dia melewati masa kanak-kanak yang tidak suka berkelahi, maka Guru Isa selama hidupnya tidak pernah memakai kekerasan terhadap orang lain. Atau mengalami dirinya ditundukkan dengan kekerasan badan oleh orang lain. Tinjunya tidak pernah dikepalkan untuk memukul orang. Dan

tinju orang tidak pernah memukul biru dikulit mukanya.”23

22Ibid,

h.39

23Ibid,

Ketakutan yang dialami oleh Guru Isa tidak hanya saat Guru Isa dalam keadaan sadar, saat dalam keadaan tertidur, istrinya sering mendengar Guru Isa menjerit ketakutan.

“Dia tidak tahu bahwa aku sering mendengar dia menjerit

dalam mimpinya dan mengucapkan kata-kata yang

menunjukkan ketakutannya.”24

Guru Isa juga memiliki kesabaran yang dilandaskan kesadarannya yang tidak bisa memberikan kebahagiaan lahir dan batin kepada istrinya. Hal tersebut terlihat saat dia mengetahui bahwa istrinya telah selingkuh dengan Hazil sahabatnya sendiri.. Seperti pada kutipan berikut:

“Dan ketika dia mulai mengerti, mula-mula dia amat marah.

Marah dan ingin menghancurkan Hazil dan Fatimah.”25

Semula ia marah, tetapi akhirnya dia bersikap menerima apa yang dilakukan Fatimah lantaran ia sadar bahwa ia tak bisa membahagiakan Fatimah selama hidupnya

b. Fatimah

Fatimah adalah istri Guru Isa, Fatimah adalah orang yang bersikap kasihan termasuk kepada suaminya sendiri, walau hubungan Fatimah dan Guru Isa tidak lagi harmonis namun Fatimah masih menghormati Guru Isa sebagai suaminya. Fatimah selalu bersikap baik, walau sebenarnya dia tidak bahagia hidup bersama Guru Isa.

“Dia amat benci dan sedih melihat sinar mata Fatimah yang tiada mengandung kasih dan cinta. Hanya sinar mata seorang asing yang merasa belas kasihan kepada orang lain. Tidak ada

lagi yang lain. Yang lebih dalam dan lebih mesra.”26

Fatimah merasa dirinya tidak bahagia hidup bersama Guru Isa, Fatimah bertahan dengan Guru Isa lantara ia kasihan. Fatimah

24Ibid, h. 119 25Ibid, h.124 26Ibid, h.59

sadar bahwa rumah tangganya tak lagi harmonis layaknya sebuah keluarga. Fatimah tak lagi mencintai Guru Isa.

“Apa yang tinggal dari perkawinan kita kalau demikian?” Guru

Isa bertanya malam itu.

Dan Fatimah menjawab, “Aku akan menjadi istri yang baik

bagimu. Hanya itu.”

“Tidak ada cinta?” desak Guru Isa. “Tidak ada cinta,” jawabnya.27

Fatimah hanya ingin menjadi istri yang baik, perlakuan baik yang dilakukan sebatas menyiapkan segala yang diperlukan Guru Isa, seperti menyiapkan makana dan minumnya. Namun, kebaikannya tidak diimbangkan dengan kesetiaannya sebagai seorang istri. Fatimah berani berselingkuh dengan Hazil dan Fatimah tidak menyesali perbuatan yang dilakukannya dengan Hazil.

“Fatimah merasa senang. Dia tidak merasa sesuatu

penyesalan.”28

Tidak adanya penyesalan yang dirasakan Fatimah tentang hubungannya dengan Hazil. Hal tersebut menunjukkan bahwa selama ini Fatimah begitu lama menahan hasrat birahinya lantaran hal tersebut tidak dapatkan dari Guru Isa yang mengidap penyakit impotensi. Bagaimanapun juga seorang istri selalu ingin diberikan kebahagiaan lahir dan batin, termasuk salah satunya adalah kepuasan birahinya. Kebahagiaan itu tidak didapati dengan Guru Isa, Fatimah merasa senang lantaran Hazil mampu memberikan kepuasan birahinya dan tak ada penyesalan bagi Fatimah.

c. Hazil

Hazil adalah seorang pemuda pemberani, keras kepala dan memiliki tekad yang kuat, Hazil juga digambarkan mempunyai badan yang kurus dan perokok. Hazil adalah pemuda yang

27Ibid,

h.61

28Ibid,

memimpin kelompoknya untuk menyerang Serdadu Belanda, yang menyusun rencana dalam kegiatan revolusi.

“Berikan pistol itu ke sini!” perintahnya.

Hazil mundur selangkah.

“Jangan Ayah! Kita perlu senjata untuk perjuangan kemerdekaan.”29

Hazil sangat bersemangat dalam hal perjuangan, dia terus meyakinkan kepada kawan-kawannya tentang perjuangan yang sedang ia lakukan: membebaskan diri dari Belanda.

“Dalam perjuangan kemerdekaan ini, tidak ada tempat pikiran

kacau dan ragu-ragu,” kata Hazil….”Sekali kita memilih

perjuangan, maka itu jalan tak ada ujungnya. Dan kita, engkau,

aku, semuanya telah memilih jalan perjuangan.”30

Hazil juga memiliki rasa takut, hanya saja Hazil mampu untuk melawan takutnya, dalam perjuangan dia bukanlah seseorang yang ingin menuai pujian dari apa yang dilakukannya.

“Saya juga takut mana ada orang yang tidak takut? Tapi ini

perjuangan harus dijalankan. Karena pemberontakan terus biar dibawa mati, adalah satu kemenangan. Musuh tidak bisa kuasai

selama-lamanya.”

Hazil berjuang demi bangsanya, demi terlepas dari penjajahan yang dilakukan bangsa asing terhadap bangsanya.

d. Salim

Salim anak laki-laki berumur empat tahun, anak angkat Fatimah dan Guru Isa. Seorang anak yang masih polos dan hanya takut saat tidur dengan kamar yang gelap.

“Demikian anak pungut mereka, laki-laki kecil, Salim, berumur

empat tahun, datang ke dalam penghidupan mereka.”31

“Salim, mengapa engkau menangis? Mimpi?” Suaranya sendiri

agak gemetar, tetapi tidak dirasakannya.

29Ibid, h. 20 30Ibid, h. 49 31Ibid, h. 30

Ketakutan Salim pada kamar yang gelap, memang banyak dirasakan oleh anak seusia Salim. Ketakutannya karena mimpi atau membayangkan hal-hal yang menyeramkan.

“Salim takut…,” katanya perlahan-lahan.

“Takut? Apa yang engkau takutkan?” tanyanya lembut. “Salim takut tidur sendiri dalam gelap,” jawab anak itu. “Kalau pakai lampu engkau takut juga?”

Salim menggelengkan kepalanya. Guru Isa berdiri, dan memutar knop listrik. Salim tersenyum berterimakasih

kepadanya.32

Ketakutan yang dialami oleh Salim adalah ketakutan yang terjadi pada anak usia 4 tahun yang belum begitu mengerti tentang kondisi peperangan yang terjadi yang dia takutkan hanya saat tidur dengan kamar yang gelap.

e. Rakhmat

Seorang pemuda anggota Laskar Rakyat dari Bekasi yang juga teman Hazil, membantu Hazil dalam revolusi, selalu menurut dengan rencana yang dibuat oleh Hazil, tidak sekalipun ia tidak setuju dengan apa yang direncanakan oleh Hazil.

“Sekarang Guru Isa dapat memperhatikan Rakhmat lebih

terang dan jelas. Sebaya dengan Hazil. Sekilas Guru Isa

terpikir, muda-muda benar anak-anak yang berevolusi ini.”33

Dari penggambaran tentang Rakhmat dapat dikatakan bahwa, kaum muda menjadi penggerak revolusi, yang melakukan perlawanan agar bangsanya tak dijajah kembali.

f. Mr. Kamarudin

Ayah dari Hazil, berumur enam puluh tahun yang juga merupakan pensiunan dari Kepala Landraad. Seorang Ayah yang tidak pernah mendukung anaknya dalam revolusi melawan serdadu NICA.

“Engkau mau bertempur? Berapa kali Ayah sudah melarang.

Engkau jangan campur-campur dengan bertempur-tempur! Apa

engkau pikir engkau bisa menang dengan pistol kecil itu?”34

32Ibid,

h. 143-144

33Ibid,

Mengatakan bahwa apa yang dilakukan anaknya adalah hal yang sia-sia. Ternyata alasan mengapa Mr. Kamaruddin melarang Hazil berperang bukan karena mengakui serdadu NICA lebih kuat melainkan kekhawatiran akan keselamatan anak satu-satunya itu.

Mr. Kamaruddin menggerakan tangannya hendak

menyentakkan pistol itu dari tangan anaknya. Tapi Hazil cepat berbalik, berbalik, dan ketika dia tiba di pintu pagar rumah, dan melihat ke kiri ke kanan memeriksa jalan yang kosong, teriak

ayahnya mengejarnya, “Haziiiilll kembaliii!”35

“Dalam teriak itu tersembunyi perasaan yang lebih besar dari

kemarahan.” 36

Perasaan kesayangan kepada ayah pada anak, dan rasa takut mengetahui anaknya pergi menemui bahaya maut. Dalam teriak itu juga tersembunyi rasa takut yang dipendamkannya jauh-jauh di dalam hatinya. Takut melihat perubahan pada diri anaknya sendiri.

g. Serdadu Belanda (NICA)

Tidak memiliki belas kasihan, kasar, dan menembaki siapa saja yang tidak bersalah. Menggeledah atau melakukan penyerangan kapanpun mereka siap. Seperti pada beberapa kutipan berikut.

“Tiba-tiba suara gemuruh mengejutkan, orang berteriak, siaap! Siaaapp! Dari arah Kebon Sirih dua buah truk penuh berisi

serdadu memakai topi masuk ke Gang Jaksa.”37

Tiga menit kemudia truk itu masih menembak-nembak juga ke kiri dan ke kanan, sambil berteriak-teriak memaki-maki,

“Mampus lu, anjing Sukarno! Mau merdeka? Ini merdeka!”

dan sten-gun dan senapan ditembakkan tidak tentu arah.38

Tidak hanya melakukan penyerangan tiba-tiba dengan menembaki siapa saja yang lari, serdadu Belanda juga melakukan penggeledahan, dengan masuk ke dalam rumah dan memeriksa lalu dengan berlaku kasar.

“Hands up!” perintah serdadu Sikh dengan garang. Belum sempat Guru Isa berdiri dan menaikkan tangannya, ketika pintu belakang ditendang pula terbuka, dan tiga orang serdadu

34Ibid, h. 19 35Ibid, h. 20 36Ibid, h.20 37 Ibid, h.5 38 Ibid, h.6

masuk. Guru Isa berdiri mengangkat tangannya, dan dengan cepat seorang serdadu menggeledah badannya. Isa tidak

membawa senjata, dan dia disuruh berdiri di tengah kamar.39

h. Abdullah

Supir yang membawa truk Tuan Hamidi untuk mengantarkan Guru Isa dan Hazil membawa senjata. Dullah tidak takut dan tidak keberatan membantu mereka membawa senjata walau apa yang dilakukannya itu berbahaya jika ketahuan oleh serdadu NICA.

“Engkau tahu kita mau bawa apa?”

Dullah tertawa menyeringai, hingga keluar giginya yang besar-besar dan kuning kotor. Dia meludah ke jalan, memukul

tangannya ke setir, dan berkata, “Bawa apa saja, saya ikut pak!” “Ini bisa berbahaya,” kata Hazil, “kita pergi mengambil senjata dan membawanya ke Manggarai. Di sana kita sembunyikan dan kemudian akan diselundupkan ke Karawang. Engkau masih

berani?”

Dullah berkata, “Kalau Bapak Guru dan Bapak berani mengapa saya tidak berani?”40

Keberanian Abdullah membantu Hazil dalam menyeludupkan senjata, secara tidak langsung menjadi seseorang yang ikut membantu dan terlibat dalam revolusi.

i. Ontong, Kiran, dan Imam

Teman Hazil dan Rakhmat yang membantu menyembunyikan senjata. Namun Ontong mempunyai sikap seperti algojo, membunuh orang tanpa jelas alasannya, hanya karena Ontong mengganggap orang yang dibunuh merupakan mata-mata. Sedangkan Kiran dan Imam tidak banyak digambarkan tentang mereka, mereka adalah pengikut Ontong yang menuruti perintah Ontong.

“Ontong yang duduk di sebelah kiri Hazil adalah rupa buaya

Senen yang jika dibayangkan oleh Guru Isa haruslah berupa si Ontong ini. Raut muka yang kasar, hampir persegi empat, kening yang sempit, rambut yang lurus dan kasar seperti ijuk, bibir yang tebal lonjong, dan mata yang merah berapi-api. Dia hanya memakai celana katok hitam, dan kemeja seperti kemeja kelasi berstrip-strip yang telah using. Pahanya yang besar dan

39Ibid,

h.11

40Ibid,

gemuk terlihat telanjang, kotor, penuh panau. Kepalanya diikat dengan sehelai kain belacu merah. Di pinggangnya terselip

golok.”41

Tidak hanya terlihat kumal dan kotor, Ontong juga dengan mudah berbuat hal yang keji lantaran menuduh seseorang sebagai mata-mata.

“Ontong ini benar algojo. Kita semua tidak ada yang berani potong. Dia yang potong,” kata Kiran

“Kita buang ke dalam sumur. Ini masih bau, kamu berdua tidak tutup benar,” kata Otong memarahi Kiran dan Imam.42

Ontong dengan penampilannya yang kumal, menunjukkan karakternya yang dianggap sebagai algojo oleh teman-temannya. Ontong menjadi cerminan latar sosial yang terjadi pada saat itu, menjadi seseorang yang dengan mudahnya membunuh orang lain yang dicurigai sebagai mata-mata musuh. Pembunuhan keji yang tidak selayaknya dilakukan tanpa alasan atau bukti yang kuat.

j. Kapten Muda

Sesampainya Guru Isa di markas polisi militer, dibawanya Guru Isa kesebuah ruangan yang sudah ada kapten muda yag siap memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai penyerangan di bioskop rex. Kapten muda ini siap memberikan pukulan jika Guru Isa tidak menjawab pertanyaan yang diberikan.

“Kita sudah tahu semuanya,” katanya memberi ingat, suaranya menajam dan mengandung ancaman, “kamu lebih baik

mengaku. Kawan yang sudah tertangkap telah mengakui

semuanya.”

“Dia memandang dengan kehilangan akal kepada kapten itu.

Lidahnya menjadi kaku, dia tidak bisa berkata sesuatu apa. Di dadanya seakan sebuah gendang besar dipukul keras-keras, gedebuk-gedebuk, semakin lama semakin keras. Dan kemudian

semuanya menjadi gelap baginya. Guru Isa jatuh pingsan.”43

41Ibid, h.79-80 42Ibid, h.82 43Ibid, h.157

Penyiksaan yang dilakukan oleh Kapten Muda, bukan karena dia berlaku kasar, tetapi memang hal tersebut selalu dilakukan aparat saat yang dituduh tidak memberikan penjelasan yang dibutuhkan.

Dokumen terkait