• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.2 Penelitian yang Relevan

( )

2.2 Penelitian yang Relevan

2.2.1 Penelitian Pembelajaran Matematika tentang Pecahan

Berikut ini akan dipaparkan beberapa penelitian dari Ullya (2010), Susilawati (2011), dan Anggorowati (2012) mengenai pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar pada materi pecahan.

Ullya (2010) melakukan pengembangan bahan ajar Matematika penjumlahan pecahan berbasis Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah pecahan di kelas IV SD Negeri 23 Indralaya. Hasil dari penelitian ini yaitu bahan ajar penjumlahan pecahan yang berupa buku siswa, buku panduan guru, alat peraga dengan blok pecahan lingkaran dan mika transparan persegi, serta soal tes sudah dinyatakan baik. Hal ini dilihat dari hasil ulangan harian siswa dengan empat soal yang diberikan untuk 51 orang. Soal nomor 1 berhasil dikerjakan oleh 48 orang (97,96%), soal nomor 2 berhasil dikerjakan oleh 42 orang (85,71%), soal nomor 3 dinyatakan berhasil dikerjakan oleh 32 orang (65,31%), dan soal nomor 4 berhasil dikerjakan oleh 41 orang (83,67%). Selain itu keberhasilan juga dilihat dari ketuntasan siswa dalam mengerjakan empat tugas dari guru dengan peningkatan ketuntasan sebesar 20%. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa desain bahan ajar yang digunakan peneliti menggunakan basis PMRI mampu mengembangkan ide dan kreativitas siswa menyelesaikan permasalahan dalam proses pembelajaran penjumlahan pecahan di kelas IV SD Negeri 23 Indralaya.

Anggorowati (2012) melakukan penelitian tentang penggunaan media manipulatif untuk penjumlahan pecahan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Islam Al Furqon Bulak Surabaya pada materi penjumlahan pecahan. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan sampel siswa kelas IV SD Islam Al Furqon Bulak Surabaya sejumlah 24 siswa. Hasil dari penelitian ini antara lain (1) peningkatan aktivitas guru yang dilihat pada ketuntasan keberhasilan sebesar 14,5% dari 73,3% pada siklus I menjadi 87,8% pada siklus II; (2) peningkatan aktivitas siswa dalam menggunakan media

27 manipulatif mika transparan pada pembelajaran Matematika penjumlahan pecahan yang dilihat pada ketuntasan keberhasilan sebesar 14,3% dari 73,5% pada siklus I menjadi 87,8% pada siklus II; (3) peningkatan hasil belajar siswa pada materi penjumlahan yang dilihat pada peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 7,61 dari 72,1 pada siklus I menjadi 77,71, sedangkan ketuntasan belajar siswa meningkat sebesar 20,8% dari 62,5% pada siklus I menjadi 83,3% pada siklus II. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media manipulatif berupa mika transparan dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran Matematika pada materi penjumlahan pecahan, serta mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi penjumlahan pecahan.

Sutrisno, Ngatiyo, dan Tampubolon (2013) melakukan penelitian tentang penggunaan teropong pecahan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD N 8 Siantan Kabupaten Pontianak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan sampel sejumlah 24 siswa kelas V SD N 8 Siantan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan peningkatan rata-rata hasil belajar dari siklus 1, 2, dan 3. Rata-rata hasil belajar pada siklus 1 sebesar 53,33, siklus 2 sebesar 71, 87,dan siklus 3 sebesar 85,00. Kesimpulan yang bisa diambil dari hasil penelitian ini adalah nilai hasil belajar siswa kelas V SD N 8 Siantan Kabupaten Pontianak mengalami peningkatan dengan menggunakan teropong pecahan pada pembelajaran Matematika.

2.2.2 Penelitian tentang Pendidikan Montessori

Berikut ini terdapat penelitian yang relevan tentang pendidikan Montessori dari Harris (2007), Koh dan Frick (2010), dan Wahyuningsih (2011).

Penelitian tentang penggunaan metode Montessori dilakukan oleh Harris (2007) mengenai perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan metode Montessori secara tradisional dan dengan musik yang diperkaya dengan instruksi Montessori. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan membandingkan dua kelompok (two-group post-test), kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen menerima perlakuan dalam bentuk pembelajaran matematika dengan musik yang diperkaya dengan petunjuk-petunjuk program Montessori, sedangkan kelompok kontrol menerima

28 perlakuan dalam bentuk pembelajaran tradisional Montessori. Sampel penelitian melibatkan 200 siswa Montessori yang diambil secara acak. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang belajar Matematika dengan musik yang diperkaya dengan petunjuk-petunjuk program Montessori memperoleh nilai Matematika yang lebih tinggi daripada kelompok siswa yang menerima pembelajaran matematika dengan cara tradisional Montessori. Hal ini juga menunjukkan bahwa kurikulum yang diperkaya dengan seni mempunyai pengaruh yang baik bagi hasil belajar siswa.

Koh dan Frick (2010) melakukan penelitian untuk menyelidiki macam-macam strategi guru sebagai pendukung kemandirian siswa dan motivasi internal siswa untuk sekolah. Penelitian ini adalah studi kasus di sebuah Sekolah Dasar di Indiana, Amerika Serikat, dengan subjek penelitian adalah guru kepala dan asisten guru, serta 28 siswa dari kelompok kelas usia 9-11 tahun. Teknik pengumpulan data dalam studi kasus ini dengan cara observasi kelas, wawancara, dan survey terhadap sekelompok siswa subjek penelitian. Hasil penelitian ini berupa lima buah petunjuk yang menjadi strategi guru dalam menerapkan dukungan kemandirian di kelas dan tingginya motivasi internal siswa untuk sekolah. Tingginya motivasi siswa untuk belajar di sekolah ditunjukkan dengan tidak adanya perbedaan respon yang signifikan sebelum dan sesudah observasi, yaitu sebesar 35,7% dan 32,1%. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan kemandirian dalam pembelajaran Montessori membantu siswa dalam hal penguasaan diri siswa dan kebebasan siswa.

Wahyuningsih (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh model pendidikan Montessori terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD N Jati Asih 03 Bekasi. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental. Sampel penelitian ini sejumlah 36 siswa untuk kelompok eksperimen dan 33 siswa untuk kelompok kontrol. Hasil uji hipotesis yang dilakukan diperoleh nilai thitung = 7,35 dengan taraf signifikan 0,05, sedangkan nilai ttabel = 1,667. Karena thitung> ttabel, maka Ha diterima, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran model pendidikan Montessori dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Kesimpulan yang diperoleh

29 pada penelitian ini adalah pembelajaran dengan model pendidikan Montessori berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa.

Berdasarkan studi literatur tentang penelitian-penelitian sebelumnya, belum ada penelitian pengembangan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Peneliti akan melakukan penelitian tentang pengembangan alat peraga berupa blok pecahan berdasarkan keempat ciri alat peraga Montessori yaitu menarik, auto-correction, auto-education, dan bergradasi, serta ciri kelima kontekstual. Ciri kontekstual peneliti tambahkan untuk memanfaatkan potensi lokal yang ada di lingkungan sekitar siswa untuk membuat alat peraga blok pecahan.

Penelitian Pembelajaran Matematika tentang Pecahan

Ullya (2010)

Pengembangan bahan ajar pecahan berbasis PMRI, kemampuan

penyelesaian masalah

Anggorowati (2012) Penggunaan bahan ajar manipulatif,

hasil belajar

Sutrisno, Ngatiyo, dan Tampubolon (2013)

Penggunaan alat peraga teropong pecahan, hasil belajar

Penelitian tentang Pendidikan Montessori

Harris (2007)

Pembelajaran matematika dengan musik yang diperkaya petunjuk

Montessori dan pembelajaran tradisional Montessori, hasil

belajar

Yang akanditeliti :

Pengembangan alat peraga pecahan berbasis metode Montessori

Koh dan Frick (2010) Strategi guru dalam model pendidikan Montessori, motivasi

Wahyuningsih (2011) Model pendidikan Montessori, hasil

belajar

30

Dokumen terkait