Penelitian yang serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis telah banyak dijumpai. Beberapa penelitian tersebut diantaranya adalah:
1. Penelitian mengenai persepsi pengunjung terhadap kawasan wisata oleh Hermalinda (2010) di Kawasan Wana Wisata Curug Cilember. Ringkasan penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Penelitian tentang Persepsi terhadap Kawasan Wisata
Nama
Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan
Hermalinda Penilaian Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Wana Wisata Curug Cilember terhadap Masyarakat Lokal.
Persepsi pengunjung terhadap sarana dan prasarana, kebersihan, serta pengelolaan Wana Wisata Curug Cilember secara keseluruhan berada pada kondisi baik. Wisatawan menilai bahwa dalam pengelolaan wana wisata yang paling penting adalah sarana transportasi.
2. Penelitian mengenai analisis permintaan wisata oleh Novianty (2010) dan Firandari (2009). Ringkasan penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
19 Tabel 4. Penelitian tentang Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap
Permintaan Wisata
Nama
Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan
Novianty Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata dan
Dampak Ekonomi
Kawasan Wisata
Galunggung Tasikmalaya.
Faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan adalah biaya perjalanan, jarak tempuh, jumlah anggota keluarga, dan hari kunjungan. Faktor-faktor yang tidak mempengaruhi adalah pendapatan, usia, lama pendidikan, aksesibilitas, waktu tempuh, dan pembelian souvenir. Firandari Analisis Permintaan dan
Nilai Ekonomi Wisata Pulau Situ Gintung-3 dengan Metode Biaya Perjalanan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan PSG-3 secara signifikan adalah faktor biaya perjalanan, lama mengetahui keberadaan PSG-3 dan jarak tempuh. Faktor biaya perjaanan dan jarak tempuh berpengaruh negatif, sedangkan lama mengetahui PSG-3 berpengaruh positif.
3. Penelitian mengenai Willingness to Pay masyarakat terhadap daerah tujuan wisata oleh Amanda (2009) dan Mita (2011). Pada penelitian Mita (2011) terdapat sedikit perbedaan karena penelitian yang dilakukan merupakan penetapan tarif pada kawasan wisata yang telah disegmentasi. Ringkasan penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Penelitian tentang Willingness to Pay terhadap Kawasan Wisata
Nama
Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan
Amanda Analisis Willingness to Pay
Pengunjung Objek Wisata Danau Situgede dalam Upaya Pelestarian Lingkungan.
Sebanyak 81% responden (34 orang) bersedia untuk membayar dalam upaya pelestarian lingkungan Danau Situgede. Nilai rata-rata WTP pengunjung Danau Situgede sebesar Rp 3 588.24.
Mita Segmentasi Tarif Masuk
Kawasan Wisata Perkampungan Budaya Betawi Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan.
Nilai maksimum yang bersedia dibayarkan oleh pengunjung kawasan wisata Perkampungan Budaya Betawi (PBB) untuk segmentasi wisata air adalah Rp 2 100, wisata agro sebesar Rp 4 500, dan wisata budaya sebesar Rp 7 700.
20 4. Penelitian mengenai strategi pengembangan wisata oleh Hartono (2008) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Setyadi (2010) di kawasan Perkampungan Budaya Betawi. Ringkasan penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Penelitian tentang Strategi Pengembangan Kawasan Wisata
Nama
Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan
Hartono Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
(TNGGP) dalam
Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata.
Berdasarkan metode SWOT yang digunakan, diketahui bahwa posisi strategi TNGGP dalam promosi ekowisata berada pada sel kuadran ke-2 (-0.19;0.58) dalam Matriks Grand Strategy. Hal ini berarti strategi yang dapat dikembangkan adalah stability strategy. Bentuk strategi yang diterapkan dalam konteks promosi adalah meningkatkan kerjasama dengan mitra-mitra TNGGP dan memilih media promosi yang tepat untuk mempromosikan ekowisata di TNGGP baik kepada pengunjung maupun kepada mitra-mitra.
Setyadi Strategi Pengembangan
Kawasan Wisata
Perkampungan Budaya
Betawi Kecamatan
Jagakarsa Jakarta Selatan.
Kekuatan utama PBB yaitu sebagai satu-satunya tempat kawasan wisata Budaya Betawi yang berada di Jakarta. Kelemahan utama yang perlu diatasi yaitu belum optimalnya manajemen komite pengelola dikarenakan gaji yang kecil dan adanya pekerjaan lain dari anggota komite. Dalam identifikasi eksternal, PBB memiliki peluang yang paling berpengaruh yaitu dukungan pemerintah terhadap pengembangan PBB. Sedangkan ancaman yang paling mempengaruhi PBB yaitu adanya penggunaan lahan PBB oleh pihak lain untuk usaha tanpa izin pengelola PBB. Kawasan Wisata PBB dalam penerapan strategi IE tergolong dalam sel II, dimana dalam kondisi tumbuh dalam kembangkan sehingga strategi yang lebih baik digunakan yaitu strategi intensif dan strategi integrasi.
21 Penelitian yang telah disebutkan di atas dijadikan sebagai referensi oleh penulis. Penelitian yang dilakukan oleh penulis fokus pada pengembangan salah satu kawasan wisata agro di DKI Jakarta yang sekaligus berfungsi sebagai RTH atau hutan kota. Lokasi yang diambil merupakan kawasan wisata yang memiliki potensi wisata namun masih perlu dikembangkan lagi secara optimal.
22 III. KERANGKA PEMIKIRAN
Agrowisata Cilangkap merupakan kawasan wisata agro yang terletak di Jakarta Timur. Keberadaan agrowisata ini juga memiliki fungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2008), secara umum fungsi RTH dapat dibagi menjadi empat aspek, yaitu aspek ekologi, sosial budaya, ekonomi, dan estetika. Berdasarkan aspek ekologi, Agrowisata Cilangkap memberikan manfaat terhadap lingkungan berupa penjagaan kelestarian lingkungan hidup perkotaan, memperbaiki iklim mikro, menjaga siklus hidrologi, dan mengurangi erosi (Sulistyantara, 1990). Fungsi Agrowisata Cilangkap juga dapat dilihat dari aspek sosial dan budaya, yaitu sebagai wadah bagi masyarakat untuk berkumpul dan rekreasi. Kegiatan sosial budaya yang dilakukan tersebut juga dapat menumbuhkan aspek ekonomi yang berasal dari aktivitas wisata yang dilakukan di Kawasan Agrowisata Cilangkap.
Saat ini, atraksi wisata yang ditawarkan oleh Agrowisata Cilangkap masih terbatas. Pada umumnya, masyarakat atau pengunjung datang ke lokasi hanya melakukan kegiatan olahraga, menikmati keindahan alam dan kesegaran udara. Pendidikan pertanian yang seharusnya bisa dijadikan sebagai atraksi wisata unggulan masih belum berjalan. Walaupun demikian, dengan kondisi saat ini tingkat permintaan wisata masih tergolong cukup tinggi. Menurut pengamatan pihak pengelola, pengunjung yang datang pada akhir pekan diperkirakan mencapai 300 orang. Oleh sebab itu, analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kunjungan wisata di Agrowisata Cilangkap serta persepsi pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap penting untuk dilakukan. Hasil dari analisis tersebut diharapkan dapat menambah informasi bagi pihak
23 pengelola untuk menentukan kebijakan pengembangan Agrowisata Cilangkap selanjutnya.
Adanya permintaan wisata ke Agrowisata Cilangkap belum diimbangi dengan sistem pengelolaan yang optimal. Hal ini ditandai dengan belum diberlakukannya tarif masuk dan masih terbatasnya sarana dan prasarana serta atraksi wisata yang ditawarkan. Kondisi open access dengan tingginya angka permintaan akan berpotensi menurunkan kualitas lingkungan yang ada pada kawasan wisata ini. Oleh karena itu, diperlukan penetapan tarif masuk bagi pengunjung yang datang. Pada penelitian ini, penetapan tarif didasarkan pada besar kesediaan membayar (willingness to pay) pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap. Apabila tingkat willingness to pay pengunjung telah diketahui maka pihak pengelola dapat menyesuaikan tarif yang akan diberlakukan. Tarif yang diterima oleh pengelola merupakan salah satu sumber pemasukan yang dapat digunakan kembali untuk kegiatan pemeliharaan dan perbaikan kualitas lingkungan serta pengembangan agrowisata yang berkelanjutan.
Beragam potensi wisata yang ada di Agrowisata Cilangkap belum dikelola dan dikembangkan dengan optimal. Dengan demikian diperlukan analisis strategi pengembangan yang efektif yang sebaiknya dilakukan oleh pengelola. Strategi pengembangan ini dikaji melalui faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Agrowisata Cilangkap dengan menganalisis faktor internal serta faktor ekternal yang dimiliki oleh agrowisata ini berupa kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman.
24 Berdasarkan penjelasan di atas, diharapkan tercapai sistem pengelolaan yang optimal bagi Agrowisata Cilangkap. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian --- = Objek penelitian
Kawasan Agrowisata Cilangkap
Memiliki Fungsi RTH Estetika Ekonomi Sosial Budaya Ekologi Memberikan Jasa terhadap Lingkungan
Sarana Rekreasi, Olahraga, dan
Pengembangan Wisata Agro Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Agrowisata Cilangkap Permintaan Wisata
Tarif yang Sesuai untuk Kegiatan Wisata berdasarkan Nilai Rata-rata Willingness to
Pay Pengunjung Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata Persepsi Pengunjung terhadap Agrowisata Cilangkap Strategi Pengembangan yang Efektif
Analisis Willingness to Pay
Analisis Regresi Linear Berganda Analisis Deskriptif Kualitatif dan Kuantitatif Analisis SWOT
Sistem Pengelolaan Agrowisata Cilangkap yang Optimal
25 IV. METODE PENELITIAN