• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa penelitian yang relevan dengan tema disertasi ini antara lain dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

Pertama, Nanang Sholehudin (2017), Kyai Multikultural: Peran Kyai

Sholeh dalam Mengembangkan Pendidikan Multikultural di Universitas Yudharta Pasuruan. Tulisan ini merupakan disertasi yang bersifat kualitatif.

Fokus yang diteliti adalah kiprah Kyai Sholeh dalam mengembangkan nilai-nilai multikultural di perguruan tinggi. Kesimpulannya, Kyai Sholeh merupakan kyai yang fenomenal dan banyak berkiprah dalam mengembangkan nilai-nilai multicultural di Universitas Yudharta Pasuruan. Dalam perspektif struktur fungsional, kiprah Kyai Sholeh sangat berfungsi dalam menciptakan sebuah kerukunan dan perdamaian lintas agama dan budaya di sebuah perguruan tinggi.20

Kedua, Zainol Huda (2016), Dakwah Islam Multikultural: Metode

Dakwah Nabi SAW Kepada Umat Agama Lain. Karya ini membahas metode dan

pendekatan dakwah multikultural Nabi. Tulisan ini menyatakan bahwa: 1. Dakwah yang dilakukan Rasulullah terbukti efektif dan mampu menjawab problem sosial di tengah masyarakat pada masanya. 2. Rasulullah mampu menyadarkan masyarakat kembali pada komitmen teologis yakni bertauhid, komitmen sosial melalui pemberdayaan kaum lemah dan kemajuan masyarakat dari aspek ekonomi, politik, dan budaya tanpa melihat latar belakang agama, dan

20 Nanang Sholehudin, Kyai Multikultural: Peran Kyai Sholeh dalam Mengembangkan Pendidikan

kultur di negara Madinah. Tulisan ini menjadi tambahan referensi kajian multikultural sekaligus spirit memperdalam multikultural bagi peneliti, karena ajaran multikultural ternyata sudah dipraktikkan Rasulullah, yang dewasa ini lebih banyak diartikulasikan oleh kelompok Islam radikal dengan pemahaman sempit.21

Ketiga, Mu’ammar Ramadhan (2015), Deradikalisasi Agama melalui

Pendidikan Multikulturalisme dan Inklusifisme: Studi pada Pesantren Al-Hikmah Benda Sirampong Brebes. Hasil tulisan ini menyatakan: 1. Pendidikan

mutlikultural dan inklusifisme di PP. Al-Hikmah Benda Sirampong Brebes dilakukan melalui pengajaran dan pendidikan yang tidak berdiri sendiri pada satuan pelajaran tertentu. 2. Implementasinya adalah dengan menggunakan metode pembiasaan, ceramah, diskusi, demonstrasi, kisah, dan keteladanan. 3. Nilai yang diajarkan di PP. Al-Hikmah Benda Sirampong Brebes adalah berbaik sangka, kebersamaan, kesederajatan, saling menghargai, menjauhkan sikap

prejudice terhadap pihak lain, kompetisi dalam kebaikan, kejujuran dan

memberikan maaf kepada orang lain. Tulisan ini menjadi tambahan daftar pondok pesantren multikultural di Indonesia sekaligus memiliki misi yang sama dengan pesantren yang diteliti dalam disertasi ini.22

Keempat, Syaifullah (2014), Dakwah Multikulturalisme Pesantren

Ngalah dalam Meredam Radikalisme Agama. Tulisan ini menyatakan bahwa

21 Zainol Huda, “Dakwah Islam Multikultural: Metode Dakwah Nabi SAW kepada Umat Agama

Lain”, Religia, Vol. 19 No.01 (2016).

22 Mu’ammar Ramadhan, “Deradikalisasi Agama melalui Pendidikan Multikulturalisme dan Inklusifisme: Studi pada Pesantren Al-Hikmah Benda Sirampog Brebes, Jurnal Smart, Vol 01 No. 02 (STIT Pemalang, 2015).

model dakwah Kyai Sholeh berhasil meredam perilaku radikalisme agama sekaligus mewujudkan perilaku kerukunan umat beragama. Tulisan ini menjadi bagian dari tambahan referensi yang perlu diketahui.23

Kelima, Rohmat Suprapto (2014), Deradikalisasi Agama melalui

Pendidikan Multikultural-Inklusif: Studi Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo.

Hasil tulisan menunjukkan bahwa: 1. Internalisasi nilai-nilai multikulturalisme-inklusifisme di PP. Imam Syuhono Sukoharjo dilakukan melalui pendidikan

uswatun hasanah, tidak saling berburuk sangka, kejujuran sekaligus suka

memberi maaf kepada orang lain. 2. Tiga pilar pembelajaran model uswatun

hasanah di PP. Imam Syuhodo Sukoharjo yaitu kyai, masjid dan kitab. 3. Dai

hijrah menjadi model dakwah baru yang sangat efektif untuk menangkal budaya radikalisme agama karena santri langsung bersinggungan dengan masyarakat lapisan bawah yang tentunya banyak perbedaan baik secara agama maupun sosial. Tulisan ini menjadi tambahan daftar pondok pesantren multikultural di Indonesia sekaligus memiliki misi yang sama dengan pesantren yang diteliti dalam disertasi ini.24

Keenam, Rosidi (2013), Dakwah Multikultural di Indonesia: Studi

Pemikiran dan Gerakan Dakwah Abdurrahman Wahid. Tulisan ini menyatakan:

1. Abdurrahman Wahid mencoba mendakwahkan agama dengan pendekatan multikultural yang menghargai, menghormati budaya dan perbedaan pemahaman sebagai sunnatullah yang mesti dijaga keberadaannya. 2.

23 Saifullah, “Dakwah Multikulturalisme Pesantren Ngalah dalam Meredam Radikalisme Agama”,

Islamica, Vol.8 No.2 (Surabaya: PPs UIN Sunan Ampel, 2014).

24 Rohmat Suprapto, “Deradikalisasi Agama melalui Pendidikan Multikultural Inklusif: Studi pada Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo, Jurnal Profetika, Vol. 15 No. 02 (Semarang: UMM, 2014).

Abdurrahman Wahid secara tegas dan nyata memberikan perlindungan hak-hak minoritas atas diskriminasi yang dilakukan negara dan kelompok mayoritas. Hal ini karena Indonesia merupakan rumah bersama bagi warga yang berbeda-beda agama, suku, adat istiadat, yang perlu dihormati agar tercapai kehidupan rukun dan damai. Tulisan ini menjadi tambahan referensi kajian multikultural bagi disertasi ini.25

Ketujuh, Ubaidillah, Syaifullah, Luthfi (2012), Strategi Membendung

Terorisme dan Radikalisme Agama Melalui Dakwah Multikultural Pesantren di Indonesia. Tulisan ini menghasilkan temuan yang menunjukkan bahwa peran

pesantren dan kyai pada masyarakat multikultural di Indonesia relatif besar akan tetapi belum sepenuhnya mampu mengkonstruksi formasi kerukunan sosial yang religius, humanis, inklusif, toleran dan demokratis; karena terdapat kendala baik internal, eksternal, kultural maupun struktural. Revitalisasi universalitas ajaran agama dan kearifan lokal, intensifikasi dialog agama melalui pendidikan pluralis dan multikulturalisme, revitalisasi institusi, organisasi, asosiasi keagamaan dan pemberdaya civil society publik agama, menjadi penting dilakukan. Tulisan ini mempunyai korelasi dengan disertasi peneliti yang berusaha melihat upaya pengembangan kerukunan melalui pendidikan multikultural di pesantren.26

Kedelapan, Abdullah Aly (2011), Pendidikan Islam Multikultural di

Pesantren: Telaah terhadap Kurikulum Pondok Pesantren Modern Islam

25 Rasidi, “Dakwah Multikultural di Indonesia: Studi Pemikiran dan Gerakan Dakwah Abdurrahman Wahid”, Jurnal Analisis, Vol. XIII, No. 2 (2003).

26 Ubaidillah, Syaifullah, Lutfi, Strategi Membendung Terorisme dan Radikalisme Agama melalui

Assalam Surakarta. Tulisan ini fokus pada masalah perencanaan, implementasi,

evaluasi, dan model pengembangan kurikulum multikultural di pesantren Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta (PPMI). Hasilnya menyatakan: 1. Perencanaan kurikulum PPMI Assalam Surakarta memuat nilai multikultural dan kontradiktif dengan multikultural. 2. Implementasi kurikulum telah memuat nilai-nilai multikultural sekaligus juga kontraproduktifnya. 3. Evaluasi kurikulum telah memuat nilai-nilai multikultural sekaligus juga kontraproduktif. Tulisan ini menjadi bagian dari referensi disertasi ini.27

Kesembilan, Ubaidillah, Syaifulah, Lutfi, (2010), Mozaik Pemikiran

Dakwah Islam Multikultural KH M. Sholeh Bahruddin: Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan. Tulisan ini fokus pada model dakwah KH M.

Soleh dan tipologi kyai. Hasilnya menunjukkan bahwa KH M. Sholeh Baharuddin adalah seorang figur alim ulama sekaligus tokoh kunci pelaku sejarah kerukunan umat beragama di kabupaten Pasuruan, pemikirannya membumi dan menjadi panutan umat beragama bukan hanya Islam tetapi juga lintas agama. Tulisan ini menjadi tambahan referensi bagi disertasi ini.28

Kesepuluh, Sulalah (2009), Pendidikan Multikultural di Perguruan

Tinggi Univesitas Yudharta Pasuruan. Tulisan ini fokus pada implementasi

pendidikan multikultural, peran masing-masing elit, dan fungsi-fungsi yang dikembangkan dalam membangun kohesinya. Hasilnya menunjukkan bahwa hal yang paling menentukan berhasil tidaknya sebuah program amat tegantung pada

27 Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren: Telaah terhadap Kurikulum Pondok

Pesantren Modern Assalam Surakarta (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011).

28 Ubaidillah, Syaifulah, Lutfi, Mozaik Pemikiran Dakwah Islam KH M. Sholeh Bahruddin Pon.

aktor yang berperan dan bagaimana ia memfungsikan peranannya dalam memilih cara yang dianggap paling efektif dan paling ideal. Tulisan ini menjadi tambahan referensi bagi disertasi ini.29

Dalam bentuk matrik, penelitian terdahului yang relevan dengan disertasi ini dapat dilihat di bawah ini:

Table 1.1:

Penelitian Terdahulu yang Relevan

No Nama

Penulis

Tahun Judul Hasil

1 Nanang

Sholehudin 2017 Kyai Multikultural: Peran Kyai Sholeh dalam Mengembangkan Pendidikan Multikultural di Universitas Yudharta Pasuruan.

Kyai Sholeh merupakan kyai yang fenomenal dan banyak berkiprah dalam mengembangkan nilai-nilai multicultural di Universitas Yudharta Pasuruan. Dalam perspektif struktur

fungsional, kiprah Kyai Sholeh sangat berfungsi dalam menciptakan sebuah kerukunan dan perdamaian lintas agama dan budaya di sebuah perguruan tinggi. 2 Zainol Huda 2016 Dakwah Islam

Multikultural: Metode Dakwah Nabi SAW Kepada Umat Agama Lain.

Dakwah yang dilakukan Rasulullah terbukti efektif dan mampu menjawab problem sosial di tengah masyarakat pada masanya. Rasulullah mampu

menyadarkan masyarakat kembali pada komitmen teologis yakni bertauhid, komitmen sosial melalui pemberdayaan kaum lemah dan kemajuan masyarakat dari aspek ekonomi, politik, dan budaya tanpa melihat latar belakang

29 Sulalah, Pendidikan Multikultural di Perguruan Tinggi (Surabaya: PPs. IAIN Sunan Ampel, 2009).

agama, dan kultur di negara Madinah. 3 Mu’ammar Ramadhan 2015 Deradikalisasi Agama melalui Pendidikan Multikulturalisme dan Inklusifisme: Studi pada Pesantren Al-Hikmah Benda Sirampong Brebes. Pendidikan mutlikultural dan inklusifisme di PP. Al-Hikmah Benda Sirampong Brebes dilakukan melalui pengajaran dan pendidikan yang tidak berdiri sendiri pada satuan pelajaran tertentu.

Implementasinya adalah dengan menggunakan metode pembiasaan, ceramah, diskusi, demonstrasi, kisah, dan keteladanan.

Nilai yang diajarkan di PP. Al-Hikmah Benda

Sirampong Brebes adalah berbaik sangka,

kebersamaan,

kesederajatan, saling menghargai, menjauhkan sikap prejudice terhadap pihak lain, kompetisi dalam kebaikan, kejujuran dan memberikan maaf kepada orang lain. 4 Syaifullah 2014 Dakwah Multikulturalisme Pesantren Ngalah dalam Meredam Radikalisme Agama

Tulisan ini menyatakan bahwa model dakwah Kyai Sholeh berhasil meredam perilaku radikalisme agama sekaligus mewujudkan perilaku kerukunan umat beragama. 5 Rohmat Suprapto 2014 Deradikalisasi Agama melalui Pendidikan Multikultural-Inklusif: Studi Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo Internalisasi nilai-nilai multikulturalisme-inklusifisme di PP. Imam Syuhono Sukoharjo dilakukan melalui pendidikan uswatun

hasanah, tidak saling

berburuk sangka, kejujuran sekaligus suka memberi maaf kepada orang lain.

Tiga pilar pembelajaran model uswatun hasanah di PP. Imam Syuhodo

Sukoharjo yaitu kyai, masjid dan kitab.

Dai hijrah menjadi model dakwah baru yang sangat efektif untuk menangkal budaya radikalisme agama karena santri langsung bersinggungan dengan masyarakat lapisan bawah yang tentunya banyak perbedaan baik secara agama maupun sosial.

6 Rosidi 2013 Dakwah Multikultural di Indonesia: Studi Pemikiran dan Gerakan Dakwah Abdurrahman Wahid Abdurrahman Wahid mencoba mendakwahkan agama dengan pendekatan multikultural yang

menghargai, menghormati budaya dan perbedaan pemahaman sebagai

sunnatullah yang mesti

dijaga keberadaannya. Abdurrahman Wahid secara tegas dan nyata memberikan perlindungan hak-hak minoritas atas diskriminasi yang dilakukan negara dan kelompok mayoritas. Hal ini karena Indonesia merupakan rumah bersama bagi warga yang berbeda-beda agama, suku, adat istiadat, yang perlu dihormati agar tercapai kehidupan rukun dan damai. 7 Ubaidillah, Syaifullah, Luthfi 2012 Strategi Membendung Terorisme dan Radikalisme Agama Melalui Dakwah Multikultural

Peran pesantren dan kyai pada masyarakat

multikultural di Indonesia relatif besar akan tetapi belum sepenuhnya mampu mengkonstruksi formasi kerukunan sosial yang

Pesantren di Indonesia

religius, humanis, inklusif, toleran dan demokratis; karena terdapat kendala baik internal, eksternal, kultural maupun struktural. Revitalisasi universalitas ajaran agama dan kearifan lokal, intensifikasi dialog agama melalui pendidikan pluralis dan

multikulturalisme, revitalisasi institusi, organisasi, asosiasi keagamaan dan

pemberdaya civil society publik agama, menjadi penting dilakukan. 8 Abdullah Aly 2011 Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren: Telaah terhadap Kurikulum Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta Perencanaan kurikulum PPMI Assalam Surakarta memuat nilai multikultural dan kontradiktif dengan multikultural.

Implementasi kurikulum telah memuat nilai-nilai multikultural sekaligus juga kontraproduktifnya.

Evaluasi kurikulum telah memuat nilai-nilai

multikultural sekaligus juga kontraproduktif. 9 Ubaidillah, Syaifulah, Lutfi 2010 Mozaik Pemikiran Dakwah Islam Multikultural KH M. Sholeh Bahruddin: Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan KH M. Sholeh Baharuddin adalah seorang figur alim ulama sekaligus tokoh kunci pelaku sejarah kerukunan umat beragama di kabupaten Pasuruan, pemikirannya membumi dan menjadi panutan umat beragama bukan hanya Islam tetapi juga lintas agama.

10 Sulalah 2009 Pendidikan

Multikultural di Perguruan Tinggi Univesitas

Hal yang paling menentukan berhasil tidaknya sebuah program amat tegantung pada aktor yang berperan dan

Yudharta Pasuruan

bagaimana ia

memfungsikan peranannya dalam memilih cara yang dianggap paling efektif dan paling ideal.

Dari beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan tema penelitian yang diangkat dalam disertasi ini, belum ditemukan tema penelitian dan focus masalah yang sama persis. Oleh karena itu, penelitian disertasi dengan tema “Pendidikan Multikultural sebagai Strategi Adaptasi Pesantren Bali Bina Insani di Daerah Minoritas Muslim Tabanan Bali” ini berusaha menambah khazanah keilmuan yang terkait dengan isu pendidikan multikultural yang tetap selalu dibutuhkan demi mencapai kerukunan dan perdamaian di tengah keberagaman dan perbedaan yang ada di masyarakat.