• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian Terdahulu dalam sebuah penelitian dapat memberikan kontribusi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diperlukan beberapa penelitian terdahulu untuk mengumpulkan literasi yang dapat memperkaya referensi dalam melakukan penelitian ini. Penelitian terdahulu yang digunakan

dijadikan sumber referensi dalam penelitian ini dengan sumber dan lokus yang berbeda-beda.

Pertama, dengan judul “Penerapan Konsep Child Safely Space Pada Ruang Publik Kampung Badran Yogyakarta” yang disusun oleh Ani Farida (2014). Penelitian ini

mendeskripsikan penerapan Konsep Child Friendly Space (Lingkungan Ramah Anak) pada ruang publik yang terdapat di Kampung Badran, mengingat kampung Badran sendiri sudah berpredikat sebagai Kampung Layak Anak sejak tahun 2011.

Kedua, dengan judul “Integrasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi Unruk Pemetaan Kelayakan RPTRA di Kota Yogyakarta Tahun 2016” yang disusun

oleh Ardiyan Rizqi Ananda (2016). Penelitian ini memetakan lokasi RPTRA berdasarkan Ruang Terbuka Hijau Publik (RTHP) yang terdapat di Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ketiga, dengan judul “Universitas Bunda Mulia Sebagai Fasilitator RPTRA Dharma Suci, Jakarta” yang disusun oleh Budiansyah (2016). Penelitian ini mendeskripsikan atas tanggungjawab untuk melakukan pembangunan fisik RPTRA, sedangkan Perguruan Tinggi – Universitas Bunda Mulia memiliki tanggungjawab utama untuk mempersiapkan dan melibatkan warga pengguna RPTRA untuk berpartisipasi mulai dari perancangan, pembangunan, dan pengelolaan RPTRA.

Keempat, dengan judul “Tingkat Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Kudus” yang disusun oleh Achmad Mukafi (2013). Penelitian ini ingin mengetahui berapa luasan ruang terbuka hijau publik di Kota Kudus sesuai dengan

tuntutan UU No. 26 Tahun 2007 dan untuk mengetahui apa saja potensi ruang terbuka hijau publik yang tersedia di Kota Kudus.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Item Peneliti 1 Peneliti 2 Peneliti 3 Peneliti 4 Nama Ani Farida Ardiyan Rizqi

Ananda

Budiansyah Achmad Mukafi

1 Judul Penerapan Konsep Child Safely Space Pada Ruang Publik Kampung Badran Yogyakarta

Integrasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi Unruk Pemetaan Kelayakan RPTRA di Kota Yogyakarta Tahun 2016

Universitas Bunda Mulia Sebagai Fasilitator RPTRA Dharma Suci, Jakarta

Tingkat Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Publik di Kota Kudus

2 Jenis & Tahun Penelitian

Skripsi – 2014 Tugas Akhir - 2016 Jurnal - 2016 Skipsi - 2013

3 Sumber Univ. Negeri Yogyakarta

Univ. Gadjah Mada Univ. Bunda Mulia Univ. Negeri Semarang 4 Tujuan Penelitian Mendeskripsikan penerapan Konsep Child Friendly Space (Lingkungan

Ramah Anak) pada ruang publik yang terdapat di Kampung Badran, mengingat kampung Badran sendiri sudah berpredikat sebagai Kampung Layak Anak sejak tahun 2011

Memetakan lokasi RPTRA berdasarkan Ruang Terbuka Hijau Publik (RTHP) yang terdapat di Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Mendeskripsikan atas tanggungjawab untuk melakukan pembangunan fisik RPTRA, sedangkan Perguruan Tinggi

Universitas Bunda Mulia memiliki tanggungjawab

utama untuk

mempersiapkan dan melibatkan warga pengguna RPTRA untuk berpartisipasi mulai dari perancangan,

pembangunan, dan pengelolaan RPTRA.

Mengetahui berapa luasan ruang terbuka hijau publik di Kota Kudus sesuai dengan tuntutan UU No. 26 Tahun 2007 dan untuk mengetahui apa saja potensi ruang terbuka hijau publik yang tersedia di Kota Kudus

5 Teori Child Friendly

Space (CFS) -

Lynch dalam Widiyanto (2012: 211)

Sistem Informasi Geografi – Steven dan Anderson (2003) - Tekhnik Ruang Terbuka Hijau Guntoro (2011) 6 Metode Penelitian

Kualitatif Deskriptif Kualitatif Kualitatif Deskriptif Kualitatif Deskriptif

7 Hasil Penelitan/ Kesimpul-Ruang Publik Kampung Badran sudah memenuhi Kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan antara

Upaya Pemerintah Daerah DKI Jakarta untuk membangun

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: a. RTH publik

an konsep Child

Friendly Space yaitu

dalam:

a. Menyediakan ruang yang aman bagi anak untuk bermain dan bersosialisasi, b. Mendukung tumbuh kembang anak dengan menyediakan fasilitas seperti kolam renang, ayunan, dan gazebo yang mudah diakses oleh anak. Ruang Publik Kampung Badran memiliki kekurangan yaitu: tidak memiliki program pendukung seperti kegiatan rutin untuk memaksimalkan pemanfaatan fasilitas ruang publik Kampung Badran, tidak adanya staff lain: a. Data Penginderaan Jauh hanya dapat digunakan sebatas identifikasi objek Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan tingkat kebenaran berdasarkan hasil uji akurasi adalah

sebesar 85%,

sedangkan untuk dapat mencapai fasilitas RPTRA dibutuhkan integrasi antara data sekunder dan survei di lapangan.

b. Keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Yogyakarta belum memenuhi syarat karena persentase Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Yogyakarta hanya sebesar 19% dari yang seharusnya menurut Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah sebesar 30%

c. Keberadaan fasilitas RPTRA di Kota

RPTRA dalam rangka menjadikan Jakarta sebagai Kota Layak Anak, sebagai prasarana dan sarana kegiatan sosial warga, dan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) sepatutnyalah mendapat apresiasi dari

warga Jakarta.

Keterlibatan pihak Swasta untuk melakukan pembangunan fisik RPTRA, dan pihak Perguruan Tinggi dalam mempersiapkan dan melibatkan warga pengguna RPTRA untuk berpartisipasi mulai dari perancangan,

pembangunan, dan

sampai dengan

pengelolaan RPTRA, juga dapat dinilai sebagai suatu langkah yang tepat. Keterlibatan pihak swasta dan pihak Perguruan Tinggi dalam model pembangunan RPTRA yang dilakukan di DKI Jakarta memberikan beberapa keuntungan

eksisting Kota Kudus berdasarkan data sekunder ± 75,16 Ha, dan dari identifikasi di lapangan sebesar ± 286,41 Ha

b. Terdapat selisih luasan RTH publik Kota Kudus antara data sekunder dengan hasil identifikasi lapangana sebesar ± 211,25 Ha c. Mengacu pada Permen PU No.05 tahun 2008 dan UU No.26 tahun 2007 yang mensyaratkan RTH public minimal 20% dari wilayah kota, maka Kota

Kudus masih membutuhkan lahan terbuka ± 1.470,89 Ha (17,17% dari luas Kota Kudus) d. Pemanfaatan RTH potensial secara maksimal akan menjadikan kualitas RTH publik di Kota Kudus semakin baik

lapangan untuk mengawasi ruang publik Kampung Badran secara intensif Yogyakarta masih kurang, dari jumlah 45 kelurahan/desa yang terdapat di Kota Yogyakarta, hanya terdapat 9 kelurahan/desa yang memiliki fasilitas RPTRA yang positif

8 Persamaan Peneliti terdahulu dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang sama-sama berkaitan dengan permasalahan kurang optimalnya pemerintah setempat dalam penyedian sarana dan prasarana di Ruang Publik pada anak

Peneliti terdahulu dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang sama-sama berkaitan dengan permasalahan kurang optimalnya pemerintah setempat dalam penyedian sarana dan prasarana di Ruang Publik pada anak

Peneliti terdahulu dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang sama-sama berkaitan dengan permasalahan kurang optimalnya pemerintah setempat dalam penyedian sarana dan prasarana di Ruang Publik pada anak dan kerjasama dengan pihak swasta maupun organisasi lainnya

Peneliti terdahulu dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang sama-sama berkaitan dengan permasalahan kurang optimalnya pemerintah setempat dalam penyedian sarana dan prasarana di Ruang Publik pada anak

9 Perbedaan Penelitian Terdahulu memfokuskan pada pemetaan dan strategisnya ruang publik anak atau yang disebut dengan

Child Friendly Space. Sedangkan penelitian yang Penelitian Terdahulu memfokuskan pada pemetaan geografis RPTRA menggunakan citra penginderaan jauh. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti untuk RPTRA sekarang lebih menyoroti tentang

Penelitian Terdahulu memfokuskan pada kerjasama antara swasata maupun organisasi

lainnya dalam

pelaksanaan kegitan yanga ada di RPTRA. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti

Penelitian terdahulu memfokuskan pada penghitungan Ruang terbuka Hijau dengan penghitungan struktur pembangunan ruang terbuka hijau dengan cara perumusan teknik sipil.

Evaluasi Peraturan Gubernur No. 196 Tahun 2015 Tentang Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jakarta Pusat

1. Kurangnya jumlah dan tidak tersebarnya Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang tersedia di Jakarta Pusat.

2. Belum optimalnya pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jakarta Pusat.

3. Belum maksimalnya pengawasan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jakarta Pusat.

4. Tidak ada kerjasama swasta/Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/Organisasi Internasional dalam pengelolaan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jakarta Pusat.

dilakukan peneliti sekarang lebih menyoroti tentang pemerataan

pembangunan ruang publik anak atau yang disebut dengan RPTRA

pemerataan,

pembangunan, dan pengawasan internal

untuk RPTRA sekarang lebih menyoroti tentang pemerataan, pembangunan, dan pengawasan internal Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti untuk RPTRA sekarang lebih menyoroti tentang pemerataan, pembangunan, dan pengawasan internal (Sumber: Peneliti)