• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Pendekatan Hedonik 1. Harga Properti

B.2. Upah : Pendugaan Risiko (Risk Estimation)

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Indeks Kepekaan Lingkungan Pulau Pramuka

5.2.3.4. Penentuan Indeks Kepekaan Lingkungan Ekosistem Lamun

Hasil penghitungan nilai IKL mengindikasikan bahwa di lokasi penelitian yaitu Pulau Pramuka, tingkat sensitifitas ekosistem Lamun di bagian utara dan selatan berdasarkan klasifikasi Indeks Kepekaan Lingkungan berada pada tingkat sangat peka, dimana masing-masing wilayah memiliki skor 75 untuk ELU dan skor 75 untuk ELS (Gambar 5.17).

Gambar 5.17. Peta Indeks Kepekaan Lingkungan Ekosistem Lamun di Pulau Pramuka, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu (ELU=Ekosistem Lamun Utara; ELS=Ekosistem Lamun Selatan)

75 (sangat peka) ELU ELS 75 (sangat peka)

5.2.4. Ekosistem Karang Gosong (Daerah Penangkapan Ikan)

Nilai Indeks Kepekaan Lingkungan diperoleh dengan melakukan integrasi nilai ekonomi total kedalam penentuan indeks sosial ekonomi. Daerah penangkapan ikan di pulau Pramuka di identifikasi dalam studi ini adalah wilayah karang gosong dan sekitarnya yang dijadikan sebagai wilayah aktifitas penangkapan ikan berdasarkan wawancara yang dilakukan (Gambar 5.18).

Gambar 5.18. Ekosistem Karang Gosong/Daerah Penangkapan Ikan di Pulau Pramuka (EKG=Ekosistem Karang Gosong)

Penghitungan terhadap tiga parameter penentu IKL daerah penangkapan ikan diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:

5.2.4.1. Indeks Kerentanan

Fishing ground (daerah penangkapan ikan) dalam hal ini diartikan sebagai aktivitas perikanan yang mencakup kegiatan perikanan tangkap. Selama penelitian, aktivitas penangkapan ikan yang teridentifikasi yaitu dengan menggunakan jenis alat tangkap jaring, pancing dan bubu. Penangkapan ikan yang dilakukan ditunjang dengan menggunakan kapal motor berkapasitas kecil yaitu < 10 GT.

Daerah penangkapan ikan dalam hal ini kegiatan penangkapan yang dilakukan berlokasi pada perairan terbuka, yaitu kondisi perairan yang digunakan nelayan sebagai tempat mereka beraktifitas sehari-hari. Hampir dari keseluruhan nelayan Pulau Pramuka melakukan kegiatan melaut di sekitar wilayah studi (Pulau Pramuka).

Indeks kerentanan yang diidentifikasi untuk daerah penangkapan ikan dalam studi ini berdasarkan kriteria alat penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan dalam melakukan penangkapan ikan. Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di lokasi studi meliputi jaring, bubu (perangkap), dan pancing. Berikut kriteria indeks kerentanan yang diidentifikasi untuk daerah penangkapan ikan di wilayah studi (Tabel 5.24.).

Tabel 5.24. Kriteria dan Penentuan Skor Indeks Kerentanan Daerah Penangkapan Ikan Pulau Pramuka No Kriteria Pengamatan Metode Penilaian Indeks Kerentanan Hasil Pengamatan Penilaian Indeks Kerentanan Skor

1 Alat Tangkap Survei

Jaring Bubu Pancing Statis Pasif aktif 4 3 1 Indeks Kerentanan 2

Sumber : Hasil Analisis Data, 2012

Berdasarkan Tabel 5.20, untuk daerah penangkapan ikan (fishing ground) di Pulau Pramuka nilai kerentanannya memiliki skor 2 (kurang peka), hal ini juga sama dengan yang ditetapkan oleh Sloan (1993).

5.2.4.2. Indeks Ekologi

Daerah penangkapan ikan merupakan kegiatan utama bagi orang lokal khususnya di kawasan Pulau Pramuka. Penangkapan ikan merupakan mata pencaharian utama penduduk Pulau Pramuka yang didominasi oleh nelayan.

Nelayan di Pulau Pramuka hampir semuanya adalah para nelayan tradisional dengan berbagai tipe, yaitu nelayan harian, nelayan mingguan, dan nelayan bulanan. Penghasilan yang diperolehpun tidak menentu tergantung musim, ketika sedang musim ikan nelayan bisa mendapat ikan dengan nilai diatas Rp. 100.000 per hari, tetapi ketika musim ikan berkurang untuk memperoleh Rp. 20.000 cukup sulit. Hal tersebut yang menyebabkan para nelayan tangkap sangat mengandalkan alam

(Harahap 2005). Aktivitas perikanan tangkap di Pulau Pramuka didominasi oleh nelayan dengan skala usaha dan modal kecil serta penggunaan armada berupa perahu tanpa motor yang hanya mampu beroperasi di sekitar perairan pantai saja. Selain kegiatan penangkapan ikan, aktivitas lain yang banyak dilakukan nelayan Pulau Pramuka adalah kegiatan budidaya.

Mata pencaharian nelayan di Pulau Pramuka kebanyakan berupa dari penangkapan ikan dan kegiatan budidaya. Aktivitas penangkapan ikan dilakukan oleh komunitas nelayan dengan menggunakan alat tangkap dengan teknologi tradisional. Rata-rata hasil tangkapan nelayan Pulau Pramuka adalah ikan konsumsi yang merupakan jenis ikan karang. Penetapan indeks ekologi menurut PKSPL-IPB (2009) yang dimodifikasi dari Sloan (1993) menyebutkan bahwa kepekaan wilayah dapat dilihat dari jenis ikan yang dominansi di sekitar wilayah DPI.

Tabel 5.25. Skor Penilaia Indeks Ekologi Daerah Penangkapan Ikan di Pulau Pramuka

No Kriteria Pengamatan Metode Penilaian Indeks Ekologi Hasil Pengamatan Penilaian Indeks Ekologi Skor

1 Jenis Tangkapan Survei/Wawancara Ikan Konsumsi Demersal Pelagis

3 4

Indeks Ekologi 4

Sumber : Hasil Analisis Data, 2012

Secara umum, dalam penelitian ini kriteria indeks ekologi daerah penangkapan ikan di Pulau Pramuka diidentifikasi berdasarkan kriteria kelompok ikan hasil tangkapan. Tiap variabel dihitung dan skor untuk nilai sensitivitas ekologi, berkisar dari 1 hingga 5 (Sloan 1993). Berdasarkan hasil perhitungan indeks ekologi untuk daerah penangkapan ikan di Pulau Pramuka tergolong peka dengan skor 4 (Tabel 5.25).

5.2.4.3. Indeks Sosial Ekonomi

Penentuan indeks kepekaan lingkungan tidak hanya di lihat dari segi kerentanan dan ekologi, tetapi faktor sosial dan ekonomi juga termasuk didalamnya. Dalam indeks kepekaan lingkungan penilaian sosial dan ekonomi didasarkan berdasarkan besarnya manfaat yang diperoleh dari suatu lingkungan terhadap penggunanya (manusia).

5.2.4.3.1. Nilai Sosial

Penentuan indeks sosial untuk daerah penangkapan ikan di identifikasi berdasarkan beberapa kriteria antara lain Biaya ekstraksi (ikan tangkapan) atau biaya produksi (budidaya) dan pemilihan alat tangkap. Penentuan nilai sosial untuk daerah penangkapan ikan yang terdapat di wilayah studi dilakukan dengan melihat hasil perolehan (hasil jual) tangkapan yang diperoleh oleh nelayan dalam sekali melaut (trip). Dari hasil survei diperoleh hasil tangkapan yang diperoleh nelayan Pulau Pramuka tidak sebanding dengan nilai jual hasil tangkapan mereka. Hal ini disebabkan murahnya harga jual yang di tawarkan oleh pembeli dari hasil tangkapan para nelayan. Sedangkan untuk kegiatan budidaya, masih terkendala dengan aspek biaya yang sangat tinggi (mahal), kondisi tersebut yang membuat nelayan Pulau Pramuka masih memperoleh penghasilan yang tidak sebanding dengan pekerjaan yang dilakukannya (melaut).

Tabel 5.26. Skor Penentuan Nilai Sosial Daerah Penangkapan Ikan di Pulau Pramuka

No Parameter Penilaian Metode Penilaian

Indeks Sosial Kriteria Skor

1 Biaya ekstraksi (ikan tangkapan) Survei/Wawancara Murah 4

2 Biaya Produksi (budidaya) Survei/Wawancara Sangat Mahal 1

3 Alat tangkap Survei Cukup Selektif 3

Nilai Sosial 2

Sumber : Hasil Analisis Data, 2012

Penggunaan alat tangkap yang digunakan masih dalam kriteria yang sesuai untuk peruntukan alat tangkap yang ramah lingkungan dan cukup selektif (Tabel 5.26). Alat tangkap yang digunakan yaitu berupa pancing, jaring, dan bubu (perangkap). Berdasarkan data diatas maka diperoleh nilai sosial untuk daerah penangkapan ikan dengan skor 2.

5.2.4.3.2. Nilai Total Ekonomi

Nilai ekonomi untuk daerah penangkapan ikan ditentukan dengan menghitung volume tangkapan ikan yang diperoleh nelayan dalam sekali melaut dan membandingkan dengan hasil tangkapan dengan daerah-daerah yang berdekatan dengan lokasi studi (Perairan Utara Jawa).

Tabel 5.27. Volume Daerah Penangkapan Ikan Berdasarkan Lokasi Penagkapan

No Lokasi Penagkapan Ikan Metode Penilaian Indeks Ekonomi

Volume Tangkapan (kg/tahun)

1 Kepulauan Seribu (P.Pramuka) Survei/Wawancara 63.960

2 Banten Data Sekunder 7.559

3 DKI Jakarta Data Sekunder 23.874

4 Jawa Barat Data Sekunder 21.894

5 Jawa Tengah Data Sekunder 36.692

6 Jawa Timur Data Sekunder 37.714

Sumber : Hasil Analisis Data, 2012

Berdasarkan hasil survei lapangan dan wawancara yang dilakukan diperoleh informasi bahwa jenis hasil tangkapan nelayan antara lain ikan baronang, kakatua, kerapu, tongkol, kakap, lencam, dan lain-lain. Rata-rata volume tangkapan nelayan Pulau Pramuka Kepulauan Seribu sebesar 63.960 kg/tahun dengan perolehan pendapatan sebesar Rp. 973.200.000 kg/tahun (Lampiran 10). Volume tangkapan nelayan Pulau Pramuka lebih mendominasi dibandingkan daerah penangkapan ikan lainnya yang berada pada perairan Utara Jawa yaitu sebesar 63.960 kg/tahun (Tabel 5.27). Hal ini menggambarkan kondisi perairan Pulau Pramuka yang melimpah akan sumberdaya perikanannya (hasil tangkapan), maka jika terjadi pencemaran (ceceran minyak) pada perairan Pulau Pramuka, maka dapat mempengaruhi kondisi sumberdaya ikan yang terdapat didalamnya.

Perbandingan volume daerah penangkapan ikan tersebut menjadi dasar dalam penetapan skoring terkait dengan tingkat kepekaan lingkungan terhadap pengaruh kejadian tumpahan minyak. Hal ini diidentifikasi berdasarkan perbandingan pada daerah penangkapan ikan yang berada di sekitar perairan Utara Jawa. Berdasarkan hasil perhitungan persamaan diatas maka nilai ekonomi untuk daerah penangkapan ikan Pulau Pramuka yaitu dengan skor 5, karena volume tangkapan lebih besar dari 51.168 kg/tahun.

5.2.4.3.3. Indeks Sosial Ekonomi

Berdasarkan nilai sosial dan nilai ekonomi yang diperoleh, maka indeks sosial ekonomi dari daerah penangkapan ikan yang diperoleh adalah skor 3. Skor ini menjelaskan bahwa tingkat kepekaan ekosistem karang gosong atau daerah penangkapan ikan tergolong ke dalam cukup peka.