• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Manajemen Resiko Risk Management Implementation

Dalam dokumen Anual Report 2015 UPDATED1 (Halaman 96-104)

Seiring dengan Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/ PBI/2009 tanggal 1 Juli 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/8/ PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum, Kebijakan manajemen risiko dan implementasinya dalam bisnis perbankan belakangan ini telah mengalami perkembangan yang pesat yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko yang dihadapi oleh industri perbankan. Hal ini menuntut setiap pelaku usaha di industri perbankan, termasuk PT. Bank Sulteng untuk menerapkan pengelolaan risiko agar aktifitas usaha yang dilakukan oleh bank tidak menimbulkan kerugian yang melebihi kemampuan bank atau yang dapat mengganggu kelangsungan usaha bank.

PT. Bank Sulteng dalam melakukan pengelolaan risiko dengan menerapkan 8 (delapan) jenis risiko yaitu; Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Operasional, Risiko Likuiditas, Risiko Kepatuhan, Risiko Hukum, Risiko Reputasi dan Risiko Strategi.

Sesuai dengan perkembangan regulasi yang dikeluarkan oleh regulator, PT.Bank Sulteng selalu mengikuti dan menyesuaikan perkembangan tersebut dalam bentuk regulasi intern PT. Bank Sulteng. Penerapan pengelolaan risiko dalam kegiatan usaha PT. Bank Sulteng memberikan manfaat untuk menjelaskan kepada manajemen kemungkinan potensi kerugian/permasalahan yang dihadapi di masa depan. Pengelolaan risiko juga memberikan manfaat bagi bank dalam penyesuaian/perbaikan metode dan proses pengambilan keputusan yang sistematis didasarkan atas ketersediaan informasi.

With Bank Indonesia Regulation No. 11/25/ PBI/2009 dated July 1st, 2009 on Amendment

to Bank Indonesia Regulation No. 5/8/PBI/2003

regarding Implementation of Risk Management for Commercial Bank, risk management policies and their implementation in the banking business has recently experienced rapid development followed with the increasing complexity of the risks faced by the banking industry. This requires every business in the banking industry, including PT. Bank Sulteng to implement risk management so that the business activity conducted by the bank did not result in losses that exceed the ability or disrupt business continuity.

PT. Bank Sulteng in managing risk by applying 8 types of risk, which are; Credit Risk, Market Risk,

Operational Risk, Liquidity Risk, Compliance Risk, Legal Risk, Reputation Risk and Strategic Risk. In accordance with the development of regulations issued by the regulator, PT. Bank Sulteng always follow and adjust to these developments in the form of internal regulation PT. Bank Sulteng. Application of risk management in the business activities of

PT. Bank Sulteng provide benefits to explain to

management the possibility of potential losses/ issues faced in the future. Risk management also

provides benefits for banks in the adjustment/repair method and systematic decision-making process is

based on the information availability.

Kebijakan Manajemen Risiko

Dalam rangka implementasi manajemen risiko, Bank Sulteng memulai dengan menanamkan budaya sadar risiko kepada seluruh pegawai pada setiap tingkatan dan pada setiap unit bisnis. Upaya yang dilakukan dalam rangka menciptakan budaya risiko kepada seluruh pegawai antara lain: melalui sosialisasi terhadap ketentuan – ketentuan baik intern maupun ektern dan menerapkan reward dan punishment. Sosialisasi dilakukan secara bertahap baik melalui event khusus, maupun kunjungan langsung ke kantor cabang.

Kebijakan Manajemen Risiko yang telah ditetapkan diharapkan dapat mendukung unit bisnis dalam melakukan dengan tetap berusaha memitigasi risiko yang mungkin timbul dari aktivitas dari aktivitas tersebut, proses mitigasi dilakukan melalui:

a. Proses identifikasi risiko dan pengukuran.

Dalam menjalankan aktivitas bisnis, Bank Sulteng telah memiliki pedoman dalam mengidentifikasi risiko yang terdapat pada setiap aktivitas. Pengukuran risiko dilakukan melalui penilaian profil risiko yang dilaukan oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko.

b. Pemisahan fungsi (organisasi).

Penerapan four eyes principles tercermin pada adanya pemisahan fungsi antara yang melaksanakan kegiatan operasional dengan yang melakukan pengendalian, yaitu adanya pemisahan fungsi antara yang melakukan analisa, administrasi kredit dan pemutus kredit.

c. Kebijakan.

Bank Sulteng telah melakukan penyempurnaan terhadap kebijakan sesuai dengan perubahan peraturan ekternal terkini.

Risk Management Policy

Regarding implementation of risk management,

Bank Sulteng starts by instilling a culture of risk-

awareness among all employees at every level and in every business unit. Efforts are made in order to create a culture of risk awareness to all employees include: Dissemination of the provisions of both internal and external and implement reward and punishment. Socialization is done gradually through

special events, as well as visits to branch offices.

Risk Management Policy that has been set is expected to support the business units in while trying to mitigate the risks that may arise from the activities of the event, the mitigation process is done through as follows:

a. The process of risk identification and

measurement.

In conducting its business activities, Bank Sulteng has established guidelines in identifying the risks inherent in each activity. Measurement of risk is done through assessment dilaukan risk

profile by the Risk Management Unit.

b. Separation of functions (organization).

Application of “four eyes principles” reflected in

theseparation of functions between implementing operational activities with the controlling, that the separation of functions between the analysis, credit administration and credit breaker.

c. Policy.

Bank Sulteng has made improvements to the policy in accordance with the latest changes in external regulations.

d. Pengendalian risiko.

Bank Sulteng telah menetapkan limit sebagai acuan dalam melaksanakan aktivitas bisnis agar terhindar dari risiko kepatuhan.

Bank Sulteng telah melakukan penyesuaian terhadap sebagian kebijakan terkait dengan penerapan manajemen risiko sesuai dengan perubahan peraturan yang dikeluarkan Bank Indonesia antara lain:

• Kebijakan Umum Manajemen Risiko, • Pedoman Penerapan Manajemen Risiko, • Pedoman Penyusunan Profil Risiko,

• Pedoman KPMM dan perhitungan ATMR untuk Risiko Kredit, Risiko Pasar dan Risiko Operasional. • Pedoman Fungsi Kepatuhan

Adapun Pemetaan Predikat/Peringkat Risiko Komposit, yaitu sebagai berikut:

Profil Risiko Bank Sulteng 2015:

d. Risk control.

Bank Sulteng has set a limit as a reference in carrying out business activities in order to avoid compliance risks.

Bank Sulteng has adjusted the policy in part related to the implementation of risk management in accordance with changes in the regulations issued by Bank Indonesia as follows:

• Risk Management General Policy

• Guidelines for the Application of Risk Management

• Guidelines for Preparation of Risk Profile • CAR Guidelines and the calculation of RWA for

Credit Risk, Market Risk and Operational Risk

• Guidelines Compliance Function

The risk predicate/composite rating mapping is as follows:

Jenis Risiko

Profil Risiko Peringkat

Risiko Inheren Peringkat Kualitas Manajemen Risiko Peringkat Tingkat Risiko

Risiko Kredit Moderate Fair 3

Risiko Pasar Low to Moderate Satifactory 2

Risiko Oprasional Moderate Fair 3

Risiko Likuiditas Moderate Fair 3

Risiko Hukum Moderate Fair 2

Risiko Reputasi Low to Moderate Fair 2

Risiko Strategik Moderate Fair 3

Risiko Kepatuhan Low to Moderate Fair 3

Risiko Komposit Moderate Fair 3

Bank Sulteng 2015 Risk Profile:

Risk Items Inherent Risk Rank

Risk Profiles

Risk Management

Quality Rank Risk Level Rank

Credit Risk Moderate Fair 3

Market Risk Low to Moderate Satifactory 2

Operational Risk Moderate Fair 3

Liquidity Risk Moderate Fair 3

Law Risk Moderate Fair 2

Reputation Risk Low to Moderate Fair 3

Strate Moderate Fair 3

Compliance Risk Low to Moderate Fair 2

Compository Rank Moderate Fair 3

Penilaian Profil Risiko, yang mencakup penilaian terhadap Risiko Inheren dan Penilaian terhadap kualitas penerapan manajemen risiko yang mencerminkan system pengendalian Risiko (Risk Control System), baik untuk Bank secara Individual maupun untuk Bank Secara Konsolidasi. Penilaian tersebut dilakukan terhadap 8 (delapan) Risiko yaitu: Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan dan Risiko Reputasi. Adapun Periode Penilaian tahun 2015 sebagai berikut:

Risk Profile Assessment, which includes the inherent

risk and risk management assessment that reflects the risk control system, both for the bank as individual

or consolidation. The assessment is conducted on 8

risks are as follows: Credit Risk, Market Risk, Liquidity Risk, Operational Risk, Legal Risk, Strategic Risk, Compliance Risk and Reputation Risk. As for the assessment period of 2015 are as follows:

Kerangka Kerja Manajemen Risiko

Direksi memiliki tanggung jawab secara menyeluruh terhadap pembentukan dan pengawasan terhadap kerangka manajemen risiko bank. Direksi telah membentuk Komite Aset dan Liabilitas(ALCO), Komite Risiko Kredit dan Operasional yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan memonitor kebijakan manajemen risiko bank di area yang telah ditetapkan. Semua komite Dewan memiliki anggota eksekutif dan non eksekutif serta melaporkan secara teratur kepada Direksi pada tanggal kegiatan mereka.

Kebijakan manajemen risiko bank dibuat untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang dihadapi oleh bank, untuk menetapkan batas risiko dan pengendalian yang tepat dan memantau risiko dan kepatuhan terhadap batas risiko. Kebijakan manajemen risiko dan sistem direview secara berkala untuk mencerminkan perubahan dalam kondisi pasar, produk dan jasa yang ditawarkan.

Proses mitigasi yang dilakukan PT. Bank Sulteng dalam mengelola risiko adalah sebagai berikut:

Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko kerugian dari counterparty yang tidak mampu memenuhi kontrak kewajiban mereka. Untuk memastikan penurunan nilai kredit cepat terdeteksi, portofolio kredit secara aktif dimonitor pada setiap lapisan struktur risiko dan akan diatasi melalui penerapan strategi perbaikan. Direksi telah mendelegasikan tanggung jawab bagi pengawasan terhadap risiko kredit. Divisi kredit bertanggung jawab untuk manajemen risiko kredit PT. Bank Sulteng, termasuk:

Risk Management Framework

The Board of Directors have the responsibility as a whole, towards the establishment and oversight of the framework of risk management implementation of the bank. The Board of Directors have established the Asset and Liability Committee (ALCO), Credit and Operational Risk Committee is responsible for developing and monitoring the bank’s risk management policies in the designated area. All

Board committees have executive and non-executive

members and report regularly to the Board on their activities.

Risk management policies of the bank are made to identify and analyze the risks faced by bank, to set a limit on the risks and appropriate controls and monitor risks and adherence to risk limits. Risk management policies and systems are reviewed regularly to review the market changes, also products and services offered.

Mitigation process conducted by PT. Bank Sulteng in managing risk are as follows:

Credit Risk

Credit risk is the risk of loss from the counterparty that unable to meet their contractual obligations. To ensure rapid detection of credit impairment, the loan portfolio is actively monitored at each layer of the structure and the risks will be addressed through the implementation of improvement strategies.

The Board of Directors has delegated responsibility for the oversight of credit risk. Credit Division is responsible for Bank Sulteng credit risk management, which include:

• Merumuskan kebijakan kredit yang meliputi persyaratan agunan, kredit penilaian, penilaian risiko dan pelaporan, prosedur dokumenter dan hukum dan sesuai dengan persyaratan peraturan dan perundang-undangan.

• Untuk persetujuan dan perpanjangan fasilitas kredit, batas otorisasi dialokasikan untuk petugas kredit. Fasilitas yang lebih besar memerlukan persetujuan oleh divisi kredit, kepala divisi kredit, komite kredit atau dewan direksi yang membidangi masalah tersebut.

• Manajemen memfokuskan, mengembangkan dan mengkategorikan risiko kredit bank sesuai dengan tingkat kerugian keuangan yang akan dihadapi. Sistem penilaian risiko digunakan dalam menentukan eksposur kredit.

• Mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk memberikan hasil yang baik kepada bank dalam mengelola risiko kredit.

Risiko Pasar

Risiko Pasar adalah risiko bahwa perubahan harga pasar seperti suku bunga, akan mempengaruhi pendapatan atau nilai dari instrumen keuangan. Risiko tingkat bunga bank merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengoptimalkan pendapatan bunga, mengingat tingkat suku bunga tersebut sesuai dengan strategis bisnis bank. Kegiatan manajemen dalam memonitoring aset dan liabilitas bank dilakukan terhadap setiap perubahan tingkat suku bunga. Adapun pengelolaan risiko suku bunga disertai dengan pemantauan sensitifitas aset keuangan dan liabilitas bank untuk meningkatkan atau menurunkan tingkat suku bunga pasar.

• Formulating credit policies that cover collateral requirements, credit assessment, risk assessment and reporting, documentary and legal procedures and in accordance with regulatory requirements and legislation.

• For credit facilities approval and renewal, the

authorized limits allocated to loan officers.

Larger facilities require approval by the credit department, division head of credit, the credit committee or board of directors in charge of in accordance to the issues.

• Management focuses, develops and categorizes the bank credit risk in accordance with the level

of financial losses which will be encountered.

Risk scoring system used in determining credit exposure.

• Provide education and training to deliver good results in managing the bank’s credit risk.

Market Risk

Market risk is the risk in market prices change such as interest rates, which will affect the income or value

of financial instruments.

Bank interest rate risk is an activity aimed at interest income optimization, given the level of interest rates is consistent with the bank’s business strategically. Management activities in monitoring the bank’s assets and liabilities carried out against any change in interest rates. As for interest rate risk management is accompanied by monitoring the sensitivity of

financial assets and liabilities of banks to increase or

decrease in market interest rates.

10

Risiko nilai tukar adalah risiko kerugian akibat pergerakan yang berlawanan dari nilai tukar pada saat bank memiliki posisi terbuka. Bank tidak memiliki saldo dan transaksi dalam mata uang asing. Dengan demikian, Bank tidak menghadapi risiko nilai tukar. Tidak terdapat risiko pada bagian Treasury dan Investasi karena modal kurang dari 1,00% dari Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) karena Bank bukan merupakan Bank Devisa (Low). Pada posisi 31 Desember 2015 surat berharga yang dimiliki adalah berupa Sertifikat Bank Indonesia yang dikelompokkan sebagai dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity) dan termasuk dalam banking book yang tidak dipertimbangkan pengukuran risiko pasar.

Risiko Likuiditas

Risiko Likuiditas adalah risiko dimana Bank tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kewajibannya (membayar kepada kreditur atau melunasi hutang- hutangnya pada saat jatuh tempo). Risiko likuiditas dapat diperkecil dengan suatu perencanaan cash flow dan pengelolaan kelebihan dana yang tepat dengan tetap mengantisipasi kebutuhan dan kewajiban di masa yang akan datang. Pengelolaan likuiditas dan risiko pendanaannya diawasi oleh Komite ALCO. Kebijakan risiko likuiditas merupakan tanggung jawab manajemen dan strategis yang harus diambil untuk menjamin likuiditas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan Bank sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Exchange rate risk is the risk of loss due to the movement in the opposite of the exchange rate at the time the bank has open positions. Banks do not have balances and transactions in foreign currencies. Thus, the Bank does not face exchange rate risks. There is no risk on the part of Treasury and

Investments for capital which has less than 1.00%

of the Capital Adequacy Ratio (CAR) since the Bank is not an Exchange Bank (Low). On December 31, 2015 position of securities held is in the form of

Bank Indonesia Certificates are classified as held to

maturity and are included in the banking book are not considered market risk measurement.

Liquidity Risk

Liquidity risk is the risk where the Bank have

insufficient funds to meet its obligations (to pay to

the lender or pay off its debts at maturity). Liquidity risk can be minimized by a cash flow planning and management of surplus funds the right to continue to anticipate the needs and obligations in the future. Management of liquidity and funding risk is supervised by ALCO Committee. Liquidity risk policy is the responsibility of management and ideally

should be taken to ensure sufficient liquidity to meet

the needs of the Bank in accordance with applicable regulations.

Ukuran utama yang digunakan oleh Bank untuk mengelola risiko likuiditas adalah rasio aset lancar bersih terhadap simpanan nasbah. Rasio aktiva lancar bersih dianggap sebagai uang tunai dan kas pada aktiva lancar dikurangi dengan simpanan dari Bank (Giro pada Bank lain). Untuk memantau tingkat risiko likuiditas, Bank melakukan analisis jatuh tempo aset dan kewajiban secara periodik.

Risiko Operasional

Risiko Operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem atau adanya masalah eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Tujuan Bank adalah untuk mengelola risiko operasional sehingga dapat menghindari kerugian keuangan dan reputasi Bank.

Adapun tanggung jawab untuk meminimalisir terjadinya risiko operasional yang dapat mempengaruhi kegiatan Bank, antara lain sebagai berikut:

• Penyesuaian dan pemisahan tugasserta otorisasi transaksi bank.

• Pemantauan operasional bank.

• Dilakukan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

• Mengontrol seluruh dokumentasi dan prosedur bank.

• Jika terjadi kesalahan ataupun kegagalan dalam operasional bank akan dilakukan pelaporan dan pengusulan tindakan perbaikan.

• Melakukan pelatihan dan pengembangan pegawai terhadap risiko operasional.

• Memitigasi risiko yang mungkin timbul.

The main measure used by the Bank for managing liquidity risk is the ratio of net liquid assets to deposits nasbah. The ratio of net current assets are considered as cash and cash current assets less the deposits of the Bank (Bank Giro on the other). To monitor the level of liquidity risk, the Bank analyzes the maturity of assets and liabilities on a periodic basis.

Operational Risk

Operational risk is the risk that is due to insufficiency

or failed internal processes, human error, system failure or external problems affecting the operations of the Bank. The Bank’s goal is to manage operational

risk to avoid financial losses and reputation of the

Bank at all cost.

Responsibilities to minimize operational risks that could adversely affect the Bank, are as follows:

• Adjustment and separation of duties as well as bank transaction authorization.

• Bank operation monitoring.

• Conducted in accordance with the legislation in force.

• Controlling the entire documentation and bank procedures.

• If an error or failure in the operation occurs, remedial action will conducted by the bank, measurements are in the likes of report and proposal.

• Conduct training and development of employees against operational risks.

• Mitigating the risks that may arise sometime in the future.

11

Information Technology Development

Pengembangan Teknologi informasi merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan terhadap nasabah dan untuk meningkatkan efisiensi operasional. Pengembangan ini juga dapat meningkatkan kompetisi bank terhadap pesaing dalam meraih pangsa pasar yang lebih baik. Penggunaan teknologi informasi meningkatkan kecepatan proses, integritas data (keamanan data), kerahasiaan dan fleksibelitas bagi pengguna (nasabah).

Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum merujuk Peraturan Bank Indonesia No 9/15/PBI 2007 dimana Bank melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko yang berhubungan dengan penyelenggaraan TI. Adapun upaya yang telah dilakukan oleh Bank Sulteng dalam pengembangan Teknologi Informasi adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan Aplikasi Perhitungan CKPN 2. Pembuatan Aplikasi PSAK 50/55 3. Pembuatan Aplikasi e-Dapem

4. Pembuatan Aplikasi Cash Management System (CMS) berupa Inquiry Rekening Pemerintah 5. Pembuatan Sistem Informasi Gaji

Development of information technology is an important aspect in the service qulity improvements

to customers and operational efficiency. IT

development can also increase bank competition against competitors in gaining better market share. The usage of information technology increases the speed of the process, data integrity & security,

confidentiality and flexibility for users/customers.

Implementation of Risk Management in the Use of Information Technology by Commercial Banks refer to Bank Indonesia Regulation No. 9/15/PBI 2007 where the Bank needs to identify, measure, monitor and control risks associated with the implementation of IT. The efforts taken by Bank Sulteng in the development of Information Technology are as follows:

1. CKPN app development calculation 2. IAS 50/55 app development 3. e-Dapem app development

4. Cash Management System (CMS) app development in the form of Government Account Inquiry

5. Salary Information System app development

Pengembangan Teknologi Informasi & Operasional

Dalam dokumen Anual Report 2015 UPDATED1 (Halaman 96-104)