• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Belajar

Dalam dokumen S EKOL EKOL AH ME AH M NENG ENEN AH AT GAH (Halaman 45-52)

PART TWO

3. Pengalaman Belajar

Salah satu ciri khas dari Kurikulum 2013 mengutamakan pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan), didukung oleh beberapa pendekatan inovatif lainnya, seperti problem-based learning, discovery learning, explorative learning, project-based learning, dan sebagainya, yang semuanya kurang lebih mengacu pada makna ‘alami, sesuai fitrah manusia’: terpusat pada siswa, autentik, kontekstual, dan bermakna bagi kehidupan siswa sehari-hari.

Pendekatan-pendekatan tersebut selaras dengan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa Inggris berbasis genre atau teks, yang menjadi dasar dari silabus ini, yang berdasarkan pada serangkaian konsep tentang bahasa, fungsi, serta penggunaannya seperti yang diuraikan sebelumnya. Pembelajaran diperlukan untuk mendorong siswa bersikap mandiri, aktif terlibat dalam proses pembelajaran, bekerjasama dengan teman, berpikir eksploratif dan kritis, dan secara proaktif memperoleh bimbingan dan arahan dari guru.

Berdasarkan berbagai pendekatan tersebut di atas, pembelajaran Bahasa Inggris perlu mencakup beberapa bentuk kegiatan berikut ini.

• Tujuan untuk melaksanakan fungsi sosial. Teks-teks yang diucapkan, disimak, dibaca, dan ditulis siswa diarahkan untuk melaksanakan fungsi sosial secara autentik atau mendekati autentik dalam hal sumber maupun

informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan), didukung oleh beberapa pendekatan inovatif lainnya, seperti problem-based learning, discovery learning, explorative learning, project-based learning, dan sebagainya, yang semuanya kurang lebih mengacu pada makna ‘alami, sesuai fitrah manusia’: terpusat pada siswa, autentik, kontekstual, dan bermakna bagi kehidupan siswa sehari-hari.

Pendekatan-pendekatan tersebut selaras dengan prinsip-prinsip pembelajaran bahasa Inggris berbasis genre atau teks, yang menjadi dasar dari silabus ini, yang berdasarkan pada serangkaian konsep tentang bahasa, fungsi, serta penggunaannya seperti yang diuraikan sebelumnya. Pembelajaran diperlukan untuk mendorong siswa bersikap mandiri, aktif terlibat dalam proses pembelajaran, bekerjasama dengan teman, berpikir eksploratif dan kritis, dan secara proaktif memperoleh bimbingan dan arahan dari guru.

Berdasarkan berbagai pendekatan tersebut di atas, pembelajaran Bahasa Inggris perlu mencakup beberapa bentuk kegiatan berikut ini.

• Tujuan untuk melaksanakan fungsi sosial. Teks-teks yang diucapkan, disimak, dibaca, dan ditulis siswa diarahkan untuk melaksanakan fungsi sosial secara autentik atau mendekati autentik dalam hal sumber maupun

penggunannya. Melalui kegiatan inilah siswa akan menemui masalah atau kesulitan yang autentik juga.

• Proses pembelajaran mencakup kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi atau mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Dalam melaksanakan setiap kegiatan tidak menutup kemungkinan dilakukannya langkah-langkah lainnya. Misalnya, kegiatan menanya dapat langsung dilakukan pada tahap pengamatan, bahkan sampai pada kegiatan mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Ketika mengumpulkan informasi, bisa saja muncul hal-hal yang mengharuskan siswa untuk memperbaiki pengamatannya.

• Proses pembelajaran dilakukan melalui proses pembiasaan dan pembudayaan, dengan menggunakan banyak contoh dan keteladanan dalam ketepatan dan keberterimaan isi makna maupun struktur teks dan unsur kebahasaan dari teks yang diucapkan, disimak, dibaca, ditulis, termasuk perilaku dalam konteks penggunaannya.

• Proses pembelajaran memadukan inisiatif dan keaktifan diri, kerja sama dalam kelompok, dan bimbingan profesional dari guru

• Pembelajaran juga mencakup pengembangan kemampuan menyusun langkah kerja dalam melaksanakan setiap tugas, termasuk dalam menggunakan alat-alat seperti tabel, bagan, power point, peralatan audio/visual, dsb.

• Pembelajaran juga mencakup pengembangan kemampuan menanya, termasuk bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui, mempertanyakan hal-hal yang sudah mapan, dsb.

Pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa model pembelajaran yang membangun sebuah pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.Berikut ini beberapa model pembelajaran yang disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013.

Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran seni budaya, antara lain : a. Model Discovery Learning

Model Discovery Learning merupakan teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa dalam mencaritemukan berbagai informasi sendiri. Materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan guru, tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.

Pada mata pelajaran Seni Budaya, misalnya: sebelum siswa membuat karya seni kolase, diawali dengan langkah mengamati berbagai informasi tentang

• Pembelajaran juga mencakup pengembangan kemampuan menanya, termasuk bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui, mempertanyakan hal-hal yang sudah mapan, dsb.

Pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa model pembelajaran yang membangun sebuah pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan.Berikut ini beberapa model pembelajaran yang disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013.

Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran seni budaya, antara lain : a. Model Discovery Learning

Model Discovery Learning merupakan teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa dalam mencaritemukan berbagai informasi sendiri. Materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan guru, tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.

Pada mata pelajaran Seni Budaya, misalnya: sebelum siswa membuat karya seni kolase, diawali dengan langkah mengamati berbagai informasi tentang

karya seni kolase tersebut. Informasi tentang karya seni kolase yang meliputi apa, bagaimana, untuk apa, di

mana, dll dengan bimbingan guru siswa tunagrahita

dapat mengamatinya dari majalah, internet, buku-buku di perpustakaan, informasi dari guru lain, contoh karya seni kolase, dll. Melalui aktivitas pengamatan, siswa mempertanyakan pada dirinya sendiri atau menanyakan pada guru tentang bahannya, alatnya, cara membuatnya, kegunaannya, dll. Pada akhirnya siswa dapat mengaplikasikannya menjadi sebuah karya yang dapat dipergelarkan.

Perlu menjadi catatan penting bahwa tujuan dalam metode Discovery Learning adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver. Melalui kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.

b. Model Pembelajaran Kolaboratif

Pada model pembelajaran kolaboratif, siswa dan guru berinteraksi secara empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan siswa menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Berikut ini beberapa sifat pembelajaran kolaboratif.

1) Guru dan siswa saling berbagi informasi.

Pembelajaran kolaboratif, memberikan kesempatan kepada siswa memiliki ruang gerak untuk menilai dan membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran. Sumber informasi tidak hanya dari guru, melainkan secara kontekstual dapat berasal dari siswa, atau dari situasi dan kondisi lingkungan pada saat itu.

Pada kelas kolaboratif siswa juga dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan mereka, berbagi informasi serta mendengar atau membahas sumbangan informasi dari siswa lainnya. Dengan cara seperti ini akan muncul “keseragaman” di dalam “keberagaman” siswa. Hal ini dapat dilakukan pada saat kegiatan diskusi, apresiasi dan berkarya seni.

2) Guru dan siswa saling berbagi tugas dan kewenangan

Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan kewenangan dengan siswa, khususnya untuk hal-hal tertentu.Misalnya pada saat siswa merencanakan pergelaran dan pameran karya seni.

1) Guru dan siswa saling berbagi informasi.

Pembelajaran kolaboratif, memberikan kesempatan kepada siswa memiliki ruang gerak untuk menilai dan membina ilmu pengetahuan, pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep pembelajaran sesuai dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran. Sumber informasi tidak hanya dari guru, melainkan secara kontekstual dapat berasal dari siswa, atau dari situasi dan kondisi lingkungan pada saat itu.

Pada kelas kolaboratif siswa juga dapat menunjukkan kemampuan dan keterampilan mereka, berbagi informasi serta mendengar atau membahas sumbangan informasi dari siswa lainnya. Dengan cara seperti ini akan muncul “keseragaman” di dalam “keberagaman” siswa. Hal ini dapat dilakukan pada saat kegiatan diskusi, apresiasi dan berkarya seni.

2) Guru dan siswa saling berbagi tugas dan kewenangan

Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi tugas dan kewenangan dengan siswa, khususnya untuk hal-hal tertentu.Misalnya pada saat siswa merencanakan pergelaran dan pameran karya seni.

Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berperan sebagai mediator atau perantara.Guru berperan membantu menghubungkan informasi baru dengan pengalaman yang ada. Misalnya guru menginformasikan sumber belajar seperti taman budaya, museum, sanggar, galery, sentra industri seni kerajinan, sekaligus membimbing dalam memanfaatkan sumber belajar tersebut.

c. Model Pembelajaran Berbasis Berbasis Project Based Learning

Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project

Based Learning=PjBL) adalah metoda pembelajaran

yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.

Untuk itu disarankan menggunakan team teaching dalam proses pembelajaran, sebagai contoh dalam mempersiapkan pergelaran tari atau musik, sesama guru Seni Budaya dapat bekerja sama sesuai dengan perannya masing-masing. Misalnya guru Seni Rupa merancang dekorasi panggung, guru Seni Teater membuat naskah pertunjukan dan seterusnya.

Dalam dokumen S EKOL EKOL AH ME AH M NENG ENEN AH AT GAH (Halaman 45-52)

Dokumen terkait