• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengalaman Orang Lain dalam Berhenti Merokok

Dalam dokumen TESIS YUNITIA INSANI (Halaman 143-148)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Pengalaman Orang Lain dalam Berhenti Merokok

Bagi sebagian besar informan, pengalaman berhenti merokok tidak banyak bersumber dari pengalaman orang lain di sekitar mereka yang lebih dulu sukses dalam berhenti merokok, hanya tiga orang informan yang menilai bahwa usahanya untuk berhenti merokok juga

dipengaruhi orang lain. Menurut teori kognitif sosial Bandura (1986), salah-satu pendekatan untuk mempelajari keterampilan kognitif adalah dengan meminta model dalam hal ini adalah orang lain di sekitar informan yang sudah berhenti merokok menuturkan apa yang dipikirkannya pada saat berusaha berhenti merokok untuk mengatasi masalahnya. Keuntungan menggabungkan modelling verbal dengan modelling non-verbal adalah kemampuan modelling non-verbal untuk memperoleh dan mempertahankan perhatian, dan keefektifan perilaku fisik untuk memberikan makna tambahan pada proses kognitif. Keterampilan kognitif pengamat akan semakin meningkat bila model mendemonstrasikan tindakan dan proses berpikirnya sekaligus, bukan hanya mendemonstrasikan tindakannya saja.

Proses ini dirasakan oleh bapak ASH, dimana salah-satu temannya sudah berhenti merokok membagi bukan hanya pengalamannya namun juga caranya memandang usahanya untuk berhenti merokok ini sehingga lebih mudah dijalani. Menurut bapak ASH, temannya menuturkan bahwa begitu banyak kerugian yang didapatkan dengan merokok tapi sebagian besar perokok menolak untuk menyadarinya. Jika kesadaran itu muncul berulang kali maka hal yang harus kita putuskan adalah mencoba berhenti, dan usaha kita tidak akan terasa berat ketika hari demi hari kita merasakan dampak positif setelah berhenti merokok, bukan hanya dari segi kesehatan

pribadi dan orang-orang dekat di sekitar kita namun juga beban ekonomi yang semakin berkurang.

Modeling memengaruhi efikasi diri dalam dua cara. Pertama,

informan menarik inferensi dari keberhasilan dan kegagalan model. Melihat orang yang serupa dengannya mencapai keberhasilan melalui usaha keras akan meningkatkan keyakinan informan terhadap kemampuannya sendiri. Sebaliknya, melihat orang lain mengalami kegagalan, meskipun usahanya keras, akan menurunkan keyakinan informan tentang efikasinya sendiri dan motivasinya pun akan menjadi lemah. Kedua, model yang kompeten akan mentransmisikan pengetahuan dan mengajarkan kepada informan keterampilan dan strategi yang efektif untuk mengatasi berbagai tuntutan lingkungan. Dengan belajar keterampilan yang lebih baik, keyakinan orang tentang efikasi dirinya akan meningkat.

Ditambahkan oleh Bandura dari teori kognitif sosial (1986) memandang belajar melalui konsekuensi respon sebagai suatu proses kognitif. Melalui pengalaman, orang menyadari konsekuensi positif dan negatif dari tindakannya. Seperti yang dirasakan oleh Bapak AM dan ASH, beliau menyadari konsekuensi positif bahwa usahanya untuk berhenti merokok tidak selalu berhasil namun karena melihat keberhasilan temannya untuk berhenti dan kenyataan bahwa temannya kini lebih sehat setelah meninggalkan rokok, beliau semakin yakin bisa berhenti merokok. Konsekuensi negatif juga dirasakan oleh

Bapak FA. Melihat dari kasus temannya yang sering mual karena merokok dan sudah berhenti merokok, beliau juga merasa perlu untuk berhenti merokok.

Teori kognitif sosial memandang modeling, yang mengarah pada belajar dengan mengamati melalui proses simbolik, sebagai cara utama mentransmisikan bentuk-bentuk perilaku baru. Salah-satu kemampuan kognitif dasar yang merupakan karakteristik manusia adalah hampir seluruh kegiatan belajar pada manusia itu bukan melalui pengalaman langsung, melainkan hasil pengamatannya terhadap perilaku orang lain beserta konsekuensinya. Belajar melalui pengamatan ini memperpendek waktu yang dibutuhkan manusia untuk belajar berbagai keterampilan. Keterampilan tertentu, termasuk dalam usaha berhenti merokok, demikian kompleksnya sehingga tidak mungkin dapat dipelajari tanpa penggunaan modeling. Keberhasilan informan berhenti merokok merupakan hasil interaksi timbal-balik antara peristiwa eksternal yakni pengalaman orang lain yang sukses berhenti merokok dan faktor-faktor personal termasuk kemampuan yang dipelajarinya, pikiran reflektif dan inisiatifnya. Orang bebas sebatas kemampuannya untuk menggunakan pengaruhnya terhadap dirinya (self-influence) dan menentukan tindakannya sendiri.

Penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2013) tentang Efektivitas Focus Group Discussion terhadap peningkatan smoking self

menunjukkan bahwa vicarious learning atau pengalaman dari orang lain terjadi saat responden yang belum memiliki pengalaman mengontrol keinginan merokok mendapat pembelajaran secara langsung dari responden yang sudah memiliki pengalaman. Proses

modeling juga terjadi selama diskusi dan pada saat ditayangkan video

singkat mengenai berbagai tindakan mengontrol keinginan merokok. Responden yang pernah memiliki pengalaman keberhasilan dan tokoh pada video singkat menjadi model bagi responden lainnya yang belum memiliki pengalaman. Selama berlangsungnya diskusi, responden dapat saling berbagi informasi dan pengalaman mengenai tindakan mengontrol keinginan merokok selama proses diskusi berlangsung.

Penelitian yang dilakukan oleh Law dan Hall (2008) pada anggota baru klub olahraga tentang pengaruh pembelajaran observasi atau belajar dari pengalaman instruktur dan keyakinannya efikasi dirinya terhadap keterampilan dan strategi olahraga menunjukkan bahwa dalam beberapa jenis olahraga tertentu termasuk tuntutan olahraga dan tersedianya model mampu meningkatkan efikasi diri dan mental pemula untuk mempelajari teknik olahraga tertentu. Begitu pula hasil penelitian yang dilakukan oleh Ashford, dkk (2010) untuk mengetahui teknik sumber efikasi diri yang paling baik dalam peningkatan aktifitas fisik pada 5.501 partisipan. Hasilnya menunjukkan bahwa pengalaman keberhasilan dan pengalaman orang lain memberikan kontribusi terbesar dalam peningkatan efikasi diri

dalam melakukan 27 jenis olahraga unik yang dilakukan oleh partisipan.

Dari penjelasan di atas maka secara umum pengalaman orang lain yang diterima oleh mantan perokok di Kota Watampone baik melalui verbal (informasi manfaat yang diterima informan setelah berhenti merokok) maupun non verbal dalam (tindakan nyata dalam upayanya berhenti merokok) berkontribusi besar terhadap sumber pembentuk efikasi diri bagi sebagian kecil informan dalam upaya berhenti merokok. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Bandura (1994) yang menyatakan bahwa efikasi diri dapat ditingkatkan melalui pengalaman keberhasilan orang lain yang dianggap memiliki kemampuan yang sama dengan para informan.

Dalam dokumen TESIS YUNITIA INSANI (Halaman 143-148)