• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ATEISME TERHADAP PIKIRAN UMATISLAM

Geliat islamisasi ilmu pengetahuan nampaknya sudah bukan hal yang baru dalam wacana pemikiran di negara yang mayoritas muslim. 141 Munculnya institusi-institusi keuangan berlabel syariah merupakan salah satu manifestasinya. Di samping soal ekonomi yang termasuk komponen ilmu sosial, islamisasi juga tampak menggeliat dalam ilmu humaniora seperti ilmu psikologi, sosiologi, dan atropologi. Sudah banyak terbit buku-buku yang membawa label Islam, Al-Qur‘an dan sebagainya.

Dari dua upaya di atas, tampak mulai muncul kesadaran bahwa ada problem yang sedang menyelubungi disiplin ilmu sosial dan humaniora yang

141

125 | S T U D I I S L A M I I I

bertentangan dengan Islam yang mungkin dibangun atas worldview Barat. Sayangnya, masih banyak yang belum menyadari bahwa sains, dengan pengertian ilmu alam, pun telah dipengaruhi worldview Barat sekuler.

Menurut Salisu Shehu, worldview Barat sekuler ini bisa tampil dalam tiga bentuk, yaitu worldview humanis, agnostik, atau ateis. Pada worldview ini, kepercayaan terhadap keberadaan tuhan tidak terlalu diperhatikan. Kalaupun keberadaan tuhan disadari, tetap saja tidak dianggap memiliki signifikansi terhadap kehidupan. Lebih jauh, keberadaan tuhan dapat dianggap sebagai mitos, yang benar-benar nyata hanyalah materi.142

Worldview ini menganggap manusia bisa mengetahui alam cukup dengan mengandalkan dan mempercayai intelek dan inderanya saja. Ketepatan dan keakuratan mengenai dunia dapat diraih dengan melakukan postulasi dan penalaran secara rasional serta dengan melakukan observasi dan eksperimen melalui alat indera. Metode saintifik atau lebi tepatnya metode deduktif-hipotetis merupakan satu satunya cara yang terpercaya untuk mendapatkan pengetahuan atau mencapai mana yang benar dan mana yang salah.

Pada perkembangannya, worldview ini mengubah sains menjadi sainstisme. Saintisme adalah kepercayaan bahwa sains, khususnya sains alam adalah bagian paling berharga dari pembelajaran manusia, sangat berharga karena otoritatif, atau serius, atau bermanfaat.143 Saintisme bersikukuh agama kini tidak lagi dibutuhkan tidak memberi manfaat. Kalaupun ada maka manfaatnya jauh lebih kecil daripada bahaya yang ditimbulkannya.144

Perdana Menteri India pertama Jawaharal Nehru –seorang agnostik145– mengatakan,

―Hanya sains saja yang dapat menyelesaikan problem kelaparan dan kemiskinan, rendahnya tingkat kesehatan dan keberaksaraan, takhayul, adat yang mematikan, dan tradisi, mubadzirnya sumber daya, negeri yang kaya yang dihuni orang-orang lapar... Siapa yang mampu mengabaikan sains pada masa sekarang? Pada setiap hal kita membutuhkan

142

Salisu Shehu, Islamization of Knowledge Conceptual Background Vision and Tasks, Kano: International Institute of Islamic Thought, 1998, hlm 26.

143 Tom Sorell, Scientism: Philosophy and the Infatuation with Science. London: Routledge, 1994, hlm 1

144

Ibid, hlm 7-8

145

Keagnostikan Nehru bisa dilihat di Interfaith Harmony Where Nehru and Gandhi Meet [online], http: //timesofindia.indiatimes.com/home/opinion/edit-page/LEADER-ARTICLEBRInter-faith-Harmony-Where-Nehru-and-Gandhi-Meet/articleshow/196028.cms Hotml 27 Mei 2012

126 | S T U D I I S L A M I I I

bantuannya... Masa depan itu milik sains dan siapa saja yang berteman dengannya.‖ 146

Celakanya, worldview Barat sekuler ini telah masuk ke negeri-negeri muslim pada masa penjajahan kolonial. Memang saat ini para penjajah itu sudah hengkang, namun produk pendidikan sekuler warisan penjajah tersebut masih digunakan sampai sekarang. Pendidikan sekuler ini pada akhirnya menghasilkan krisis dualitas yang digambarkan dengan adanya dikotomi antara ilmu agama dan ilmu non-agama.147

Akibatnya, sebagaimana yang digambarkan William C. Chittick, banyak pemikir modern yang beriman tidak bisa menghindarkan diri dari benak yang terkompartemenkan atau dengan kata lain telah tejadi keterbelahan dalam pikirannya. ―Satu kompartemen pikiran akan mencakup ranah profesional dan rasional, sedangkan kompartemen yang lain menampung ranah ketakwaan dan amal pribadi.‖148

Akibat keterbelahan pikiran ini, pola pikir umat Islam saat ini bukan lagi pola pikir tauhid. Ketika membicarakan gempa misalnya, di dalam masjid mungkin orang boleh mengatakan bahwa gempa adalah kehendak tuhan. Namun di sekolah atau di ruang publik, gempa adalah fenomena alam biasa yang dapat diteliti secara saintifik.149

Definisi dan Klasifikasi Ateisme

Kebanyakan orang biasanya menganggap orang ateis hanya sebagai orang yang percaya bahwa Tuhan tidak ada. Michael Martin dalam The Cambridge Companion to Atheism mengungkapkan hal tersebut. Ia menulis, ―Jika anda

146

ibid hlm 2

147 Salisu, Islamization of Knowledge, hlm 29-31

148

William C. Chittick, Science of The Cosmos, Science of The Soul, Oxford: Oneworld Publication., 2007, hlm 11.

149 Contoh real keterbelahan pikiran ini adalah ungkapan Ulil Absor Abdala beberapa waktu yang lalu juga mengkritik pejabat yang mengaitkan bencana alam dengan azab Tuhan. Ulil mengatakan, “Ada semacam

template di kitab suci tentang bencana. Misalnya, ada cerita saat manusia membangkang kepada Tuhan

kemudian Tuhan menghancurkan seluruh muka bumi. Nah, waktu sekarang ada bencana, para tokoh ini langsung mengambil template itu. Menurut saya, jangan dihubung-hubungkan, ini proses alam saja.”

Heru Margianto, 2000, Jangan Kaitkan Bencana dengan Azab, [online] http://nasional.kompas.com/read/2010/11/05/11161855/Jangan.Kaitkan.Bencana.dengan.Azab-4 Hotml 1 Nopember 2011

127 | S T U D I I S L A M I I I

mencari ateisme dalam sebuah kamus anda akan menemukan ateisme didefinisikan sebagai kepercayaan tidak adanya tuhan.‖150

Definisi yang serupa dikemukakan filosof Kristen Daniel J. Hill dan Randal D. Rauser dalam ensiklopedia berjudul Christian Philosophy A–Z. Dalam buku tersebut tertulis, ―Ateisme adalah keyakinan bahwa Tuhan tidak ada.‖151

Bahkan seorang filosof ateis Julian Baggini, dalam buku kecil berjudul Atheism: A Very Short Introduction, mendefinisikan ateisme dengan cara yang sama, ―Ini (ateisme, pen) adalah keyakinan bahwa tidak ada Tuhan atau dewa-dewa.‖152

Bergerak sedikit lebih jauh, Baggini memberi klarifikasi mengenai kesalahpahaman yang umum terjadi. Julian menuliskan,

Hanya saja banyak orang yang menganggap bahwa ateis percaya bahwa tidak ada Tuhan dan tidak ada moralitas; atau tidak ada Tuhan dan tidak ada makna hidup; atau tidak ada Tuhan dan tidak ada kemanusiaan. Sebagaimana yang akan kita lihat nanti, tidak ada yang menghalangi ateis untuk mempercayai moralitas, makna hidup, dan kemanusiaan. Ateisme hanya memiliki pandangan negatif tentang Tuhan. Namun memiliki pandangan positif pada masalah kehidupan lainnya sebagaimana keyakinan lainnya.153

Menarik untuk dicatat, meski memberikan definisi yang serupa bahwa ateism adalah doktrin bahwa Tuhan tidak ada, seorang Profesor dari University of Michigan George I. Mavrodes dalam The Oxford Companion to Philosophy menuliskan bahwa kepercayaan tidak ada Tuhan lebih ditujukan terhadap konsep Kristen tentang Tuhan. Bahkan menurutnya, sebagian besar argumentasi ateisme tidak relevan bagi konsep lain tentang Tuhan. Mavrodes menyimpulkan, ―Jadi banyak paham ateisme Barat yang mungkin dapat dipahami lebih baik sebagai doktrin bahwa Tuhan kristen tidak ada.‖154

Kembali ke pendapat Martin, ia menyatakan bahwa definisi yang sederhana tersebut bukanlah makna yang diinginkan jika melihat akar bahasanya dari bahasa Yunani. Dalam bahasa Yunani, ―a‖ berarti ―tanpa‖ atau ―tidak‖, dan

150 Michael Martin (ed), The Cambridge Companion to Atheism, New York: Cambridge University Press, 2007, hlm. 1

151

Daniel J. Hill and Randal D. Rauser, Christian Philosophy A–Z, Edinburgh: Edinburgh University Press Ltd, 2006, hlm. 17

152

Julian Baggini, Atheism: A Very Short Introduction, Oxford: Oxford University Press, 2003, hlm. 3

153

Baggini, Atheism, hlm. 3

154 George I. Mavrodes, “Atheism and Agnosticism” dalam Ted Honderich (ed), The Oxford Companion to

128 | S T U D I I S L A M I I I

―theos‖ berarti ―Tuhan‖. Dari sisi ini, seorang ateis adalah seseorang tanpa kepercayaan mengenai adanya Tuhan, bukan seseorang yang mempercayai bahwa Tuhan tidak ada.155

Menurut Kerry Walters, definisi yang terlalu sederhana ini tidak begitu bermanfaat untuk menganalisis argumentasi filosofis yang membantah ataupun yang mendukung ateisme. Definisi ini terlalu luas sehingga tidak membantu membedakan berbagai tingkat ketidakpercayaan terhadap Tuhan. Hal ini karena definisi ini tidak membuka wawasan mengenai beragamnya ateisme.156

Untuk menghindari penyederhanaan ini Kerry Walters mengklasifikasikan dan menjabarkan macam-macam ketidakpercayaan kepada tuhan.157 Pertama, agnostik. Agnostik adalah sikap menunda untuk percaya karena menganggap tidak mungkin ada dasar yang cukup, baik untuk menerima ataupun untuk menolak, keimanan kepada tuhan; atau menganggap argumentasi di keduanya, kaum ateis dan beriman, sama-sama kuat.

Mavrodes menambahkan agnostisisme mungkin terbatas secara personal dan berupa pengakuan seperti, ‗Saya tidak punya kepercayaan yang kuat tentang tuhan‘. Atau mungkin klaim yang lebih ambisius bahwa seharusnya tidak boleh ada yang memiliki keyakinan positif untuk menerima atau menolak keberadaan ilahi.158

Kedua, ateisme, lebih lanjut dapat dibagi menjadi dua tipe: a) ateisme positif, yaitu ketidakpercayaan kepada Tuhan dengan argumentasi; b) ateisme negatif, yaitu tidak memiliki kepercayaan akan adanya tuhan.159 Semua ateis positif pasti ateis negatif, tapi tidak sebaliknya. Orang yang memiliki argumentasi ketiadaan tuhan, pasti tidak memiliki kepercayaan akan adanya Tuhan. Tapi tidak setiap orang yang tidak memiliki kepercayaan tuhan, punya argumentasi.

Lebih lanjut, baik ateisme positif dan negatif dibagi dua kelompok, yaitu ateis militan dan ateis moderat.

(i) Ateis militan. Misalnya ahli fisika Steven Weinberg. Ia menganggap keimanan kepada Tuhan tidak sekadar salah tetapi juga berbahaya dan

155

Michael Martin (ed), The Cambridge Companion to Atheism, hlm. 1

156

Walters, Atheism. hlm. 9

157 Ibid hlm. 11-12

158

Mavrodes, “Atheism and Agnosticism”, dalam Honderich (ed), The Oxford Companion to Philosophy, hlm. 64

159 Pembagian ini mirip dengan pembagian dalam The Cambridge Companion to Atheism membagi ateisme positif dan negatif. Lihat Martin (ed), The Cambridge Companion to Atheism, , hlm. 1

129 | S T U D I I S L A M I I I

merusak. Kerry mengutip pendapat Winberg yang menunjukkan intoleransinya terhadap agama. Winberg menulis, ―Saya mendukung penuh dialog antara sains dan agama, tapi bukan dialog yang konstruktif.‖ Menurut Kerry, Winberg berhasrat menunjukkan bahwa orang cerdas mustahil menjadi religius.

(ii) Ateis moderat. Ateis moderat setuju bahwa keimanan kepada Tuhan tidak berdasar, namun tidak melihat hal yang berbahaya di dalamnya. Yang ditolak adalah dogmatisme dan ekstrimisme intoleran, yang juga merupakan sifat dari ideologi secara umum, baik yang religius maupun yang non-religius. Julian Baggini, meski simpatik pada posisi militan, menyimpulkan, ―Lebih sehat menerima kemungkinan bahwa ada sesuatu pada yang (orang bergama) percayai dibanding sekadar merendahkan dan memaki kebodohan mereka.‖160

Dampak ateisme

Seperti yang diungkapkan di atas, saintisme sebagai penjelmaan worldview ateis dalam sains, menolak agama dan keberadaan tuhan. Penolakan terhadap agama dan keberadaan tuhan disinyalir memiliki dampak serius bagi eksistensi moralitas manusia. Alasannya karena keberadaan tuhan merupakan satu-satunya pijakan objektif bagi moralitas dan agama.

Seorang filsuf Prancis Voltaire161 menyatakan keharusan adanya tuhan demi eksisnya moralitas. Bahkan ia sampai menyatakan, ―Jika Tuhan tidak ada, maka kita harus membuatnya.‖162 Immanuel Kant juga menyatakan hal yang tidak jauh berbeda. Keberadaan tuhan harus diasumikan agar setiap pemikiran moralitas secara praktis konsisten.163 Beberapa filosof serta tentu saja agama-agama dunia mengajarkan bahwa agama-agama merupakan fondasi moralitas dan pengakuan akan adanya Tuhan adalah faktor utama yang memotivasi orang

160

Baggini, Atheism, hlm. 104

161

François-Marie Arouet de Voltaire (21 November 1694 30 Mei 1778), lebih dikenal dengan nama pena Voltaire, adalah penulis pada masa pencerahan Perancis, sejarawan dan filsuf yang terkenal dengan kecerdasannya dan perjuangannya mengenai kebebasan sipil, termasuk kebebasan beragama, kebebasan berekspresi, perdagangan bebas dan pemisahan gereja dan negara.

162 Dalam bahasa aslinya berbunyi, “Si Dieu n’existait pas, il faudrait l’inventer.” Ungkapan ini dikutip dari

Épître { l’Auteur du Livre des Trois Imposteurs (Letter to the author of The Three Impostors) yang merupakan sebuah

surat yang ditulis Voltaire dan dipublikasikan pada 1770. Surat ini ditujukan untuk penulis anonim yang mempublikasikan The Treatise of the Three Impostors.

163

130 | S T U D I I S L A M I I I

memiliki moralitas. Sudah menjadi tantangan umum orang beragama kepada ateisme, ―Penolakan terhadap tuhan melahirkan nihilisme moral.‖164

Sejarawan Inggris Niall Ferguson165 (lahir 1964) menyatakan bahwa pengajaran agama menjadi landasan etis bagi berpertahannya tatanan sosial yang baik di masyarakat. Berdasarkan observasi historis dan studi yang dilakukan rekan-rekannya di Harvard University, Ferguson menyatakan,

―Saya tetap sangat yakin bahwa agama melakukan fungsi sosial yang penting dalam transmisi misalnya, nilai-nilai etika antargenerasi, dan bahwa masyarakat yang menjauh dari hal tersebut, yang berhenti terlibat dalam setiap jenis pelajaran formal agama, adalah sebuah masyarakat yang kemungkinan besar kurang baik dalam mempertahankan tatanan sosial dibanding dengan masyarakat yang mempertahankan nilai keimanan dan ketaatan. Dan hal ini murni berdasarkan pengamatan historis.‖166

Buah pemikiran ini di berbagai negara di Eropa dan di Amerika berdampak kesaksian seorang ateis tidak diterima di pengadilan. Hal ini karena seorang ateis dianggap tidak memiliki landasan moral untuk berkata jujur. Contoh nyata dalam hal ini misalnya pada masa lalu di Amerika serikat, kesaksian seorang ateis tidak diterima pengadilan karena dianggap tidak mampu mengucapkan sumpah yang layak.167

Tidak hanya berkaitan dengan moralitas, ateisme juga berkaitan dengan tingkat kebahagiaan seseorang. Laporan Jurnal American Psycologist menunjukkan bahwa agama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang berkorelasi dengan peningkatan kesehatan individu, kebahagiaan, dan harapan hidup. Orang yang secara religius pasif cenderung lebih tidak sehat secara fisik dan berumur lebih pendek dibanding orang yang secara religius aktif. Dibandingkan dengan janda yang aktif beribadah, janda yang pasif beribadah dilaporkan lebih tidak menikmati hidupnya. Orang yang ateis juga cenderung pulih lebih lambat setelah mengalami perceraian, pemecatan, sakit parah, atau ditinggal mati seseorang.168

Penelitian lain yang diterbitkan The American Journal of Psychiatry menunjukkan

164

Kerry Walters, Atheism: A Guide for The Perplexed, New York: Continuum, 2010, hlm 117

165 Niall Campbell Douglas Ferguson adalah seorang sejarawan Inggris. Spesialisasinya adalah sejarah kolonialisme serta sejarah keuangan dan ekonomi, khususnya hiperinflasi dan pasar obligasi.

166

Niall Ferguson, Islam and Demographics, [online], http: //www.abc.net.au/radionational/programs/religionreport/niall-ferguson-on-islam-and-demographics/3336236 diakses 25 Maret 2012

167

Melvin I. Urofsky, Religious Freedom: Rights and Liberties Under the Law”, ABC-CLIO, 2002, hlm 40.

168 David G. Myer, “The Funds, Friends and Faith of Happy People”, American Psycologist, Vol. 55 (No 1), 2000.

131 | S T U D I I S L A M I I I

bahwa orang yang tidak beriman memiliki tingkat bunuh diri lebih tinggi dari orang beriman.169

Ateisme juga dikritik karena dengan sendirinya telah menjadi agama, dengan pengertian ―beriman‖ kepada kebenarannya sendiri serta meyakini yang berbeda dengannya salah. Ahli paleontologi Stephen Jay Gould170, dalam sebuah tulisannya, menganggap tokoh ateis Inggris Richard Dawkins memiliki “fundamentalisme Darwinian” dan ―ideologi tanpa kompromi‖.171 Fundamentalisme ini selalu melahirkan bencana global jika para penganutnya menguasai sebuah negara. Penulis Kristen Dinesh D‘Souza172 menulis,

―Siapa yang bisa menyangkal bahwa Stalin dan Mao, belum lagi Pol Pot dan sejumlah orang lain, melakukan kekejaman atas nama ideologi komunis yang secara jelas-jelas ateis? Siapa yang dapat membantah bahwa mereka melakukan perbuatan berdarah mereka dengan menyatakan akan membangun ‗manusia baru‘ dan utopia bebas agama? Ini adalah pembunuhan massal dilakukan dengan ateisme sebagai bagian utama inspirasi ideologis mereka, pembunuhan massal ini tidak dilakukan orang yang kebetulan ateis.‖173

Di tulisan lain, D‘Sauza menyatakan bahwa atas nama penciptaan negara utopia bebas agama versi mereka, Adolf Hitler, Joseph Stalin, dan Mao Zedong menghasilkan sejenis pembantaian massal yang tidak mungkin Inquisitor mana pun bisa capai. Secara kolektif, para tiran ateis ini membunuh lebih dari 100 juta orang dalam jangka waktu yang amat singkat. Dengan melihat angka tersebut, D‘Sauza dengan berani menyimpulkan, ―Ateisme-lah, bukan agama, yang merupakan kekuatan sebenarnya di balik pembantaian masal sepanjang sejarah‖.174

169

Kanita Dervic, et al, “Religious Affiliation and Suicide Attemp”,The American Journal of Psychiatry, Vol. 161 (No. 12), 2004.

170

Stephen Jay Gould (10September 1941 20 Mei 2002) adalah seorang ahli paleontologi Amerika, ahli biologi evolusioner, dan sejarawan science.Gould menghabiskan sebagian besar karirnya mengajar di Harvard University dan bekerja di Museum Sejarah Alam Amerika di New York. Pada tahun-tahun terakhir hidupnya, Gould juga mengajar biologi dan evolusi di Universitas New York di dekat rumahnya di SoHo.

171

Stephen Jay Gould, 12 Juni 1997, Darwinian Fundamentalism, [online], http: //www.nybooks.com/articles/archives/1997/jun/12/darwinian-fundamentalism/ Hotml 25 Maret 2012

172

Dinesh D’Souza (lahir 25 April 1961) adalah apologis Kristen, penulis dan pembicara konservatif. Dia adalah penulis banyak buku laris menurut New York Times. Ia lahir dan dibesarkan Katolik, tetapi sekarang menjadi Kristen Evangelis. Saat ini, dia menjabat Presiden dari The King’s College di New York City.

173

Dinesh D’Souza, Answering Atheist’s Arguments, [online], http: //catholiceducation.org/articles/apologetics/ap0214.htm Hotml 25 Maret 2012

174 Dinesh D’Souza, Atheism, Not Religion, Is The Real Force Behind The Mass Murders Of History, [online] http: //www.csmonitor.com/2006/1121/p09s01-coop.html, Hotml 25 Maret 2012

132 | S T U D I I S L A M I I I

Lahirnya gerakan New Atheisme

Perkembangan terbaru gerakan ateisme adalah munculnya gerakan yang disebut dengan New Atheism (ateisme baru). Nama New Atheism diberikan pada gerakan yang dimotori para penulis ateis yang muncul sejak awal abad ke-21. Gerakan ini yang mengkampanyekan, ―Keimanan terhadap tuhan adalah penyebab kejahatan yang tak terhitung jumlahnya dan harus ditolak karena alasan moral. Moralitas tidak membutuhkan keimanan terhadap tuhan, dan manusia dapat berbuat lebih baik tanpa keimanan pada-Nya.‖175 Tokoh New Atheists yang paling berpengaruh adalah dua orang Inggris dan dua orang Amerika Serikat176 yaitu: Richard Dawkins (lahir 1941), Daniel Dennett (lahir 1942), Christopher Hitchens (1949-2011), and Sam Harris177 (lahir 1967).

Meski Dawkins telah lebih dahulu menulis tentang tema-tema ateis, namun belum menyerang agama secara eksplisit. Karena itu, permulaan gerakan ini sering dikaitkan dengan terbitnya sebuah buku terlaris di Amerika Serikat yang berjudul The End of Faith: Religion, Terror, and the Future of Reason (Akhir Agama: Agama, Teror, dan Masa Depan Nalar) karya Sam Harris pada 2004. Peristiwa 11 September 2001 memotivasi Harris mengkritik Islam dan di sisi lain juga mengkritik Kristen dan Yahudi. Pada 2006, Harris menulis kembali buku berjudul Letter to a Christian Nation (Surat untuk Bangsa Kristen), yang merupakan kritik keras bagi ajaran Kristen. Pada tahun yang sama, Richard Dawkins menerbitkan buku berjudul The God Delusion (Khayalan tentang Tuhan) yang berada di daftar buku terlaris New York Times selama 51 minggu.178

Buku-buku lain yang termasuk karya para tokoh New Atheism di antaranya: Breaking the Spell: Religion as a Natural Phenomenon (Menghancurkan Mantra: Agama sebagai Fenomena Alam) karya Daniel C. Dennett (2006); God: The Failed Hypothesis–How Science Shows That God Does Not Exist (Tuhan: Hipotesis yang Gagal - Bagaimana Sains Menunjukkan bahwa Tuhan Tidak Ada) karya Victor J. Stenger (2007); God is Not Great: How Religion Poisons Everything (Tuhan Tidak Mahabesar: Bagaimana Agama Meracuni Semuanya) karya

175

John F. Haught, God and The New Atheism, Kentucky: Westminster John Knox Press, 2008, hlm xiv

176 Kerry Walters, Atheism: A Guide for The Perplexed, New York: Continuum, 2010, hlm 29

177

Sam Harris (lahir 1967) adalah seorang penulis Amerika, filsuf, ahli syaraf, serta pendiri dan CEO Project Reason. Project Reason adalah yayasan yang tujuan utamanya mempromosikan pengetahuan ilmiah dan nilai-nilai sekuler dalam masyarakat. Harris merupakan seorang kritikus kontemporer terkenal soal agama dan pendukung skeptisisme ilmiah. Ia juga seorang pendukung sekulerisme, kebebasan beragama, dan kebebasan untuk mengkritik agama.

178The God Delusion One-Year Countdown, [online] http: //richarddawkins.net/articles/1599, Hotml 2

133 | S T U D I I S L A M I I I

Christopher Hitchens (2007); Atheist Manifesto: The Case Against Christianity, Judaism, and Islam (Manifesto Ateis: Memperkarakan Ajaran Kekristenan, Yahudi, dan Islam) karya Michel Onfray (2007); Godless: How an Evangelical Preacher Became One of America‟s Leading Atheists (Tanpa Tuhan: Bagaimana Seorang Evangelis menjadi Salah Satu Tokoh Ateis Amerika) karya Dan Barker (2008). Jumlah ini terus bertambah seiring dengan waktu.179

Perkembangan Ateisme di Indonesia

Yang cukup mengkhawatirkan, ateisme ini sudah mulai masuk ke Indonesia. Pada 19 Januari 2012, Harian Padang Ekspress memberitakan penangkapan seorang ateis. Tersangka penganut ateisme yang bernama Alexander Aan tersebut merupakan seorang PNS di Badan Perencanaan Daerah (BADPEDA). Kepada Padang Ekspres, Alexander membenarkan dirinya tidak mengakui adanya Tuhan karena kejahatan ada di mana-mana. Begitu juga dengan iblis dan neraka. ―Jika Tuhan memang ada, kenapa hal yang buruk-buruk itu ada. Seharusnya yang ada di dunia ini, hanyalah kebaikan, jika memang Tuhan itu pengasih dan penyayang. Tuhan tidak mampu berbuat itu,‖ kata Alexander.180

Beberapa situs berita berbahasa Indonesia dan bahasa asing sudah mengangkat tren munculnya ateisme di Indonesia sejak beberapa tahun silam. Pada 24 September 2010, situs The Jakarta Globe181 merilis tulisan berjudul “Metro Madness: Therapy for the Godless”. Tulisan ini bercerita tentang pertemuan rahasia orang-orang ateis Indonesia. Mereka berkumpul untuk saling bercerita mengenai kehidupan sebagai orang ateis.182

Bulan berikutnya, pada 18 Desember 2010, situs berita The Jakarta Post merilis berita berjudul “Non-believers stick to Their Conviction”. Tulisan ini bercerita tentang pendapat dua orang ateis dan seorang agnostik mengenai Tuhan dan

179

Perkembangan karya-karya penulis ateis dapat diikuti di sebuah blog ateis yang beralamat di http: //atheistmovies.blogspot.com yang rutin merilis secara gratis karya-karya tokoh-tokoh ateis ternama.

180

Zulfia Anita, 19 Januari 2012, Seorang PNS Atheis Ditangkap, [online], http: