• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM TENTANG GAIRAIGO, MAKNA, DAN PERUBAHAN MAKNA

2.1.9 Pengaruh Gairaigo

Menurut Weinreich (1979: 54-55), jika kata-kata pinjaman telah memiliki padanan kata dalam bahasa peminjam, maka hal tersebut akan mempengaruhi kosakata yang telah ada yaitu sebagai berikut:

1. Kebingungan dalam pemakaian

Kebingungan dalam membedakan pemakaian antara kata-kata yang lama dengan kata-kata yang baru umumnya terjadi pada tahap awal kontak bahasa. Dalam hal kebingungan semantik ini, umumnya, satu dari istilah tersebut kemudian akan dijadikan sebagai istilah tetap untuk menyatakan ekspresi yang merupakan gabungan dari makna yang terkandung dalam istilah-istilah yang bersangkutan, dan istilah yang lain akan ditinggalkan. Misalnya dalam bahasa Amer-Yiddish, kata gejn (pergi dengan berjalan kaki) hampir menggantikan forn (pergi dengan kendaraan) sebagai padanan bagi kata pinjaman dari bahasa Inggris, go (pergi, baik dengan berjalan kaki maupun dengan kendaraan). Contoh dalam bahasa Jepang dapat terlihat pada kata garasu dan gurasu yang bila diterjemahkan dalam bahasa Inggris keduanya sama-sama berarti glass namun dalam bahasa Jepang, kedua

kata tersebut memiliki makna yang berbeda seperti yang diungkapkan Miura dan McGloin (1994: 65), bahwa:

“「ガラス」はオランダ語の glas から入った単語で、窓のガラスなどの材料を指すだけ

であるが、いっぽう「グラス」の方は英語の glass から入った外来語で、洋酒を飲む時

の容器を指す。”

“[Garasu] wa Oranda go no glas kara haitta tango de, mado no garasu nado no zairyō o sasu dake de aru ga, ippou [gurasu] no hou wa eigo no glass kara haitta gairai-go de, youshu o nomu toki no youki o sasu.”

“[Garasu] adalah kata yang berasal dari kata ‘glas’ dalam bahasa Belanda, dan hanya mengacu pada material seperti kaca jendela, sedangkan [gurasu] yang berasal dari bahasa Inggris ‘glass’ hanya mengacu pada peralatan yang digunakan pada saat meminum minuman keras dari negara barat”

Baik glas maupun glass jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, keduanya sama-sama bermakna gelas maupun kaca, tetapi dalam bahasa Jepang, garasu yang berasal dari glas hanya memiliki makna kaca seperti kaca jendela, kaca mobil dan sebagainya. Sedangkan kata gurasu yang berasal dari bahasa Inggris ‘glass’ hanya bermakna gelas minuman yang terbuat dari kaca, khususnya gelas yang digunakan untuk meminum minuman keras yang berasal dari negara Barat misalnya gelas untuk wine. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan dalam pemakaian khususnya bagi para pembelajar bahasa Jepang.

2. Hilangnya kata-kata lama

Kata-kata lama bisa dihapuskan dikarenakan makna kata-kata lama tersebut dapat digantikan secara penuh oleh kata-kata pinjaman. Hal ini bisa terjadi jika kata-kata pinjaman tersebut ditransfer secara penuh ataupun direproduksi secara keseluruhan. Misalnya ketika kata newspaper atau paper dari bahasa Inggris dipinjam ke dalam bahasa Amer-Yiddish

(dimana kata paper mengalami penyesuaian dalam penulisan menjadi pejper), kata asli Amer-Yiddish untuk menyatakan koran yaitu blat atau tsajlung tidak lagi digunakan. Contoh dalam bahasa Jepang seperti yang dinyatakan oleh Passin dalam Shibatani (2001: 153) bahwa kosakata pinjaman Inggris banyak yang digunakan sebagai pengganti kango. Contohnya: tyoomen sekarang lebih sering disebut nooto (note), hyakkaten digantikan depaato, sikihu digantikan siitu (sheets), syokutaku digantikan tebuuru (table).

3. Baik kata-kata baru maupun lama sama-sama bertahan namun dengan spesifikasi dalam makna

Jika kata-kata lama dan kata-kata pinjaman sama-sama bertahan dalam kosakata suatu bahasa, maka kata-kata tersebut umumnya akan mengalami spesifikasi atau penyempitan makna. Contohnya pada kata lojer yang merupakan kata pinjaman dalam bahasa Amer- Yiddish dari kata lawyer yang berasal dari bahasa Inggris. Lojer hanya digunakan untuk menyebutkan pengacara yang berasal dari Amerika Serikat; mengalami penyempitan makna jika dibandingkan dengan kata aslinya dalam bahasa Inggris di mana lawyer dalam bahasa Inggris digunakan untuk menyebutkan pengacara secara umum. Kata-kata lama dalam bahasa Amer-Yiddish yaitu advokat juga mengalami penyempitan atau spesifikasi makna menjadi hanya digunakan untuk menyebutkan pengacara-pengacara selain pengacara yang berasal dari Amerika Serikat ataupun bisa digunakan untuk menyebutkan pengacara tanpa memperhatikan negara asal pengacara yang bersangkutan. Contoh dalam bahasa Jepang dapat dilihat pada kata tsuna (tuna) dan maguro. Kedua kata tersebut sama-sama memiliki arti tuna namun masing-masing memiliki spesifikasi makna. Menurut Miura dan McGloin

(1994: 54), “「ツナ」はサンドイッチやサラダに使うかんつめのものだけで、他の場

dake de, hoka no baai wa [maguro] de aru.” Yang dapat diterjemahkan menjadi, ‘tsuna” hanya digunakan untuk menyatakan tuna kalengan yang dipakai dalam sandwich dan salad, selain itu semuanya menggunakan kata maguro.

Dari ketiga pengaruh yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa dua di antara ketiga pengaruh gairaigo menyebabkan terjadinya perubahan makna jika dibandingkan dengan makna kata dalam bahasa aslinya. Perubahan makna itu terjadi karena sebelum gairaigo yang bersangkutan masuk ke dalam bahasa Jepang, telah ada padanan kata dalam bahasa Jepang asli untuk gairaigo tersebut sehingga menyebabkan terjadinya kebingungan dalam pemakaian dan spesifikasi makna atau penyempitan makna.

Murray (1999: 129) menyatakan bahwa kata-kata pinjaman sejatinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pemakaian kata-kata yang tidak terdapat dalam bahasa Jepang asli seperti roti (pan dari Portugis), kaleng (buriki dari Belanda) dan sebagainya. Namun pada zaman sekarang, kata-kata pinjaman umumnya digunakan dengan alasan praktis. Kosakata pinjaman dianggap praktis karena seringkali beberapa kata dalam bahasa Jepang dapat diringkas menjadi satu atau dua kata jika menggunakan kosakata pinjaman. Contohnya: kata imeji daun (image down). Sinonim imeji doun dalam bahasa Jepang asli adalah hyouban ga waruku naru, suatu ekspresi yang lebih panjang dan kurang fleksibel jika dibandingkan dengan persamaan katanya yang merupakan kosakata pinjaman.

Penambahan makna juga sering terjadi dalam kosakata pinjaman dari bahasa Jepang. Salah satu contoh yang paling umum adalah kata バイキング (baikingu/ Viking). Kata Viking (merupakan kata serapan dari bahasa Norse tua dalam bahasa Inggris) merujuk pada suku bangsa dari daerah utara di Eropa, namun dalam bahasa Jepang, kata バ イ キ ン グ mengalami penambahan makna. Selain bermakna bangsa normadik yang berasal dari Scandinavia, baikingu

juga bermakna ‘makan sepuasnya’, di mana makna ini tidak umum diasosiakan dengan kata Viking selain di Jepang. Penggunaan kata バイキング untuk menyatakan arti makan sepuasnya pertama kali diperkenalkan oleh sebuah restoran di dalam Imperial Hotel, Tokyo, pada tahun 1958. Manajer hotel tersebut berniat membuka restoran di dalam hotel tersebut dengan konsep all-you-can-eat atau makan sepuasnya, meniru konsep Smorgasbord dari Swedia (salah satu negara di Eropa Utara, tempat bangsa Viking berasal). Namun kata Smorgasbord dinilai terlalu panjang dan susah diucapkan. Karena itulah, mucul ide untuk mengganti kata tersebut dengan kata Viking. Istilah ini banyak digunakan terutama di industri hotel di mana pelanggan membayar harga makan per set dan diperbolehkan mengisi ulang piring mereka berkali-kali dari meja panjang yang di atasnya penuh dengan berbagai jenis makanan ala buffet. (De Mente, 2004: 306)

Meskipun sama-sama berarti‘makan sepuasnya’, バ イ キ ン グ memiliki makna spesifik yang membuat penggunaan kata ini tidak dapat disamakan dengan padanan katanya dalam bahasa Jepang yaitu tabehoudai. Tabehoudai umumnya digunakan ketika kita membicarakan mengenai makan sepuasnya di restoran sushi, yakiniku, shabu-shabu dan sejenisnya, sedangkan baikingu lebih mengacu pada makan sepuasnya di restoran bergaya barat. Selain tabehoudai, baikingu juga memiliki padanan kata lain yaitu ビュッフェ (byuffe) yang merupakan kata pinjaman dari bahasa Prancis, buffet (di mana kata buffet juga merupakan kata pinjaman dari bahasa Prancis di dalam bahasa Inggris untuk menyatakan makan sepuasnya). Kata byuffe jarang digunakan dan apabila digunakan, kata tersebut lebih sering digunakan untuk menyatakan kafetaria di kereta api. Kata buffye hanya digunakan untuk menggantikan baikingu di Okinawa, di mana hal ini dipengaruhi kenyataan bahwa Okinawa banyak memperoleh pengaruh dari tentara-tentara Amerika yang berbasis di sana. (Irwin 2011: 69)

Banyak kosakata pinjaman dari bahasa Inggris dalam bahasa Jepang yang telah diubah, di mana kata-kata tersebut tidak umum digunakan dalam bahasa Ingggris atau yang sering disebut wasei-eigo. Contoh: oeru/OL (Office Lady – wanita yang bekerja di kantor), batontatchi (baton touch, dalam bahasa Inggris disebut baton pass – menyerahkan baton, kadang bisa dijadikan istilah untuk menyerahkan kewajiban atau posisi untuk orang selanjutnya/penerus), sukinshippu (skinship, dalam bahasa Inggris disebut physical contact/ kontak badan), dan afureko (after recording, dalam bahasa Inggris yaitu dubbing). Namun ada juga wasei-eigo yang dikembangkan di Jepang dan kemudian diserap kembali oleh bahasa Inggris. Contohnya dapat dilihat pada kata camcorder. Kamukoodaa (camcorder) adalah salah satu istilah yang dibuat oleh orang Jepang berdasarkan kosakata pinjaman dari bahasa Inggris (wasei-eigo) yaitu camera + recorder, di mana kata ini lalu dikenal dan dipakai di seluruh dunia. (Frellesvig, 2010: 412)

Seperti yang dikutip dari Kokugo Shingikai terbitan tahun 1995, kepopuleran gairaigo di Jepang mulai membuat khawatir beberapa kalangan. Konsul Bahasa Nasional di Jepang telah mengeluarkan larangan untuk menggunakan gairaigo bila ada padanan katanya dalam bahasa Jepang asli, terutama dalam penulisan dokumen resmi di mana penggunaan gairaigo yang berlebihan dapat menyusahkan bagi pembaca yang tidak familiar dengan gairaigo yang digunakan. Seperti yang dilakukan oleh Perdana Menteri Koizumi pada tahun 2002, di mana beliau menetapkan beberapa penggunaan gairaigo digantikan oleh padanan kata Jepang kata tersebut. Misalnya: kata anarisuto (analyst) digantikan dengan bunsekika, konsensasu (consensus) digantikan dengan gooi dan lain sebagainya. (Gottlieb, 2005: 12)

Namun trend penggunaan gairaigo masih terus berkembang terutama di kalangan anak muda, di mana mereka menganggap bahwa penggunaan gairaigo dapat meningkatkan prestige si pengguna. Kadang gairaigo digunakan untuk kata yang padanan kata Jepangnya masih berfungsi

dengan baik semata-mata hanya karena penggunaan gairaigo dianggap menggambarkan image yang lebih modern. Misalnya kata biggu na sebagai ganti ookii. (Gottlieb, 2005: 12). Murray (1999: 129) menambahkan bahwa gairaigo terus bertambah terutama istilah yang berhubungan dengan fashion dan dunia hiburan sehingga orang Jepang sendiri pun sulit mengikuti perkembangan gairaigo, terutama para generasi tua.

2.2Pengertian dan Jenis-jenis Makna