• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji markisa

Dalam dokumen TESIS PEMBERIAN KRIM EKSTRAK BIJI MARKISA (Halaman 101-106)

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

6.3 Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji markisa

6.3.1 Kadar MMP-1

Rerata kadar MMP-1 kelompok perlakuan 1 (krim plasebo + dipapar sinar UV-B ) adalah 2,990,59 ng/ml dan rerata kelompok perlakuan 2 (krim ekstrak biji markisa + dipapar sinar UV-B) adalah 2,320,70 ng/ml. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 3,11 dan nilai p = 0,004, berarti rerata kadar MMP-1 pada kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).

Matriks metalloproteinase adalah suatu zinc-dependent endopeptidase. MMP gene family pada manusia terdiri dari 28 tipe dengan struktur dan spesifitas yang

berbeda. MMPs berhubungan dengan proses fisiologis dan patologis yang berkaitan dengan turnover matriks ekstraseluler, wound healing, angiogenesis, dan kanker. Sejumlah MMPs mampu menimbulkan degradasi terhadap kolagen tipe I yaitu antara lain MMP-1, 8,13, MT1-MMP (MMP-14), MT2-MMP

(MMP-15), dan MT3-MMP (MMP-16). Pada kulit hanya MMP-1 yang paling banyak dipicu pembentukannya oleh pajanan sinar ultra violet dan tampaknya paling bertanggung jawab terhadap pemecahan kolagen akibat paparan matahari (Seltzer & Eisen, 2006).

Sinar ultraviolet B bekerja menyerupai kerja dari reseptor ligand melalui oksidasi ROS yang selanjutnya akan menghambat protein-tyrosin phosphatase, akibatnya reseptor epidermal growth factor, IL-1, dan TNF-α yang terdapat pada sel keratinosit dan fibroblas tersebut akan meningkat. Adanya peningkatan reseptor ini memicu aktivasi signaling kinases pada kulit, dan nuclear

transcription factor activator protein-1 (AP-1) akan menjadi aktif. AP-1

merupakan MMP promoter, yang akan mengontrol transkripsi matriks metalloproteinase. MMP-1 merupakan metalloproteinase utama yang bertanggung jawab terhadap terjadinya degradasi kolagen. AP-1 terdiri dari 2 sub unit yaitu

cFos yang selalu terekspresikan dan c-Jun yang diinduksi oleh UV (Rabe dkk.,

2006).

Kandungan phytonutrient biji markisa yaitu vitamin C, karotenoid 0,058%, flavonoid 1,000%, alkaloid 0,700%. Biji yang dikeringanginkan dilaporkan mengandung kadar air 5,4 %, lemak 23,8%, serat kasar 53,7%, protein 11,1%, ekstrak N-bebas 5,1 %, abu total 1,84%, abu tidak larut dalam HCL0,35%, kalsium 80 mg, zat besi 18 mg, fosfor 640mg/100 g. Minyak biji mengandung asam lemak jenuh 8,9%, dan asam lemak tidak jenuh 84,09%. Asam lemak mengandung palmitat 6,7%, stearat 1,76%, arachidat 0,34%, oleat 19,0%, linoleat 59,9%, dan linolenat 5,4% (Karsinah dkk, 2007). Kandungan flavonoid

pada ekstrak biji markisa terbanyak yaitu piceatannol 4,8 mg/g dan resveratrol 0,22 mg/g (Matsui dkk.,2013).

Senyawa fenolik adalah sekelompok molekul yang merupakan keluarga yang berbeda dari metabolit sekunder . Senyawa fenolik adalah metabolit sekunder , banyak ditemukan pada tanaman dan dikategorikan ke dalam dua kelompok besar yaitu senyawa tidak larut dan senyawa larut . Stilbenes yang merupakan senyawa larut fenolat adalah molekul kecil, berat antara 200 sampai 300 g/mol dan ditemukan dalamberbagai tanaman. Senyawa ini diproduksi dalam tanaman melalui jalur fenilpropanoid . Dalam kondisi yang tidak menguntungkan seperti mikroba atau serangan virus, paparan sinar ultraviolet dan penyakit pada tanaman, stilbenes disintesis dan bertindak sebagai agen alami untuk melindungi tanaman. Piceatannol adalah stilbene alami yang ditemukan dalam spesies tanaman yang berbeda dan bermanfaat bagi kesehatan manusia termasuk dalam ekstrak biji markisa. Piceatannol memiliki berbagai sifat farmakologi seperti antioksidan, antitumor, anti-inflamasi dan anti- karsinogenik. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak biji markisa pada sel fibroblast dermis manusia (in vitro) menunjukkan peningkatan sintesis kolagen 100 μg/ml dibandingkan ascorbate 25 μg/ml. Peningkatan sintesis kolagen ini karena adanya efek piceatannol pada biji markisa sebagai komponen bioaktif dan kandungan polifenol lain pada biji markisa (resveratrol) dan pigmen antioksidan lainnya (karotenoid). Piceatannol memiliki efek antioksidan yang tinggi sehingga dapat menangkap ROS dan mengandung residu hidroksil tambahan sehingga memiliki efek reduksi yang kuat (Matsui dkk., 2010). Mekanisme penghambatan

piceatannol terhadap ROS dengan cara inhibisi JAK/STAT 1 pathway (Uchida

dkk., 2013).

Kolagen diproduksi di sel fibroblast dan hampir 70% dermis terdiri dari kolagen. Fungsi kulit yang baik tergantung dari kualitas dan kondisi kolagen. Enzim prolyl hydroxylase dan lysyl hydroxylase bertindak sebagai ko-enzim, dipicu transforming growth factor B1 (TGF-B1) akan merangsang pembentukan

procollagen mRNA dalam sel fibroblast (Koya-Miyata dkk., 2004). Kolagen akan

mengalami degradasi jika terjadi peningkatan MMP-1 melalui induksi JAK1/STAT-1 pathway. Piceatannol adalah inhibitor JAK1/STAT-1 pathway, sehingga menghambat peningkatan MMP-1 dan penurunan jumlah kolagen. Penggunaan krim ekstrak biji markisa dapat menurunkan penuaan kulit melalui penurunan MMP-1(Matsui dkk., 2010).

Pada penelitian ini uji t-independent p< 0,05 menunjukkan adanya efek

penghambatan krim ekstrak biji markisa terhadap peningkatan MMP-1 kulit tikus wistar yang dipapar sinar UV-B.

6.3.2 Jumlah Kolagen

Uji perbandingan antara kedua kelompok sesudah perlakuan menggunakan uji t-independdent. Rerata kolagen kelompok perlakuan 1 (krim plasebo + dipapar sinar UV-B) adalah 63,632,60 % dan rerata kelompok perlakuan 2 (krim ekstrak biji markisa + dipapar sinar UV-B) adalah 70,322,25 %. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan bahwa nilai t = 8,25 dannilai p = 0,001.

Hal ini berarti bahwa rerata kolagen pada kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).

Dari beberapa penelitian secara in vitro didapatkan bahwa radiasi sinar ultraviolet B bekerja menyerupai kerja dari reseptor ligand melalui pembentukan ROS. Dalam waktu 15 menit setelah terjadinya paparan sinar ultra violet, reseptor epidermal growth factor, IL-1, dan TNF-α yang terdapat pada sel keratinosit dan fibroblas akan aktif. Hal ini di perkirakan terjadi karena terjadinya oksidasi ROS yang selanjutnya akan menghambat protein-tyrosin

phosphatase yang berfungsi mengatur penurunan aktivitas reseptor ini, akibatnya

reseptor tersebut akan meningkat. Adanya peningkatan reseptor ini memicu aktivasi signaling kinases pada kulit, dan nuclear transcription factor activator

protein-1 (AP-1) akan menjadi aktif. AP-1 merupakan MMP promoter, yang

akan mengontrol transkripsi matriks metalloproteinase. MMP-1 merupakan metalloproteinase utama yang bertanggung jawab terhadap terjadinya degradasi kolagen. AP-1 terdiri dari 2 sub unit yaitu c-Fos yang selalu terekspresikan dan

cJun yang diinduksi oleh UV. Ekspresi yang berlebihan dari komponen c-Jun ini

dapat mengurangi ekspresi kolagen tipe 1 (Rabe dkk., 2006).

Hasil uji t-indpendent dengan nilai kemaknaan p<0,05 pada penelitian ini membuktikan bahwa ada hambatan penurunan kolagen . Adanya antioksidan yang terkandung dalam krim ekstrak biji markisa (piceatannol, resveratrol,

flavonoid, karotenoid dan vitamin C) bekerja sama menghambat radikal bebas

akibat sinar UV-B, sehingga tidak terjadi penurunan kolagen.

Dalam dokumen TESIS PEMBERIAN KRIM EKSTRAK BIJI MARKISA (Halaman 101-106)

Dokumen terkait