BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.12 Tikus Wistar (Rattus norvegicus)
2.12 Tikus Wistar (Rattus norvegicus)
Tikus yang digunakan pada laboratorium berasal dari tikus Norwegia (Rattus norvegicus) yang dipelihara. Tikus adalah mamalia kecil yang menjadi pilihan untuk berbagai penelitian karena telah diketahui sifat-sifatnya, mudah dipelihara, serta merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai macam penelitian (Hubrecht dan Kirkwood, 2010). Tikus juga mempunyai beberapa keuntungan, yaitu tidak mahal, mudah didapat, hanya membutuhkan
sedikit ruang, makan, dan minum, mudah dalam pemeliharaan, dan dapat diubah secara genetik. Hewan kecil biasanya mempunyai cara mempercepat penyembuhan dibandingkan manusia, dengan jangka waktu beberapa hari, sedangkan pada manusia dalam beberapa minggu atau bulan (Hilsdorf dan Krieger, 1999).
Syarat hewan yang digunakan untuk penelitian farmakologi harus terpenuhi yaitu harus jelas fisiologinya, bebas dari penyakit, didapat dari Breeding
Centre yang baik atau dibiakkan sendiri (Fatchiyah, 2013).
Etika terhadap hewan percobaan juga harus diperhatikan berdasarkan pada hasil lokakarya Pembentukan Panitia Etik Penelitian Kedokteran tahun 1986. Salah satu butir dalam etika tersebut disebutkan bahwa bila percobaan menimbulkan sesuatu yang lebih dari sekadar rasa nyeri atau penderitaan ringan dalam waktu singkat, harus dilakukan dengan premedikasi yang memadai dan dibawah anestesia sesuai dengan praktik kedokteran hewan yang lazim. Kemudian pada butir yang lain disebutkan bahwa pada akhir percobaan, hewan yang akan menanggung nyeri hebat atau kronik penderitaan, rasa tidak enak, cacat yang tidak dapat disembuhkan, harus dibunuh dengan cara yang layak (Fatchiyah, 2013).
Persentase penggunaan hewan percobaan pada penelitian secara in vivo adalah sebagai berikut : tikus (80%), mencit (11%), kelinci dan babi (4%), dan ayam (1%) . Bulu tikus yang tidak tebal mempunyai beberapa keuntungan dalam penelitian yang menggunakan model perlukaan pada epidermis. Pertama, epidermis yang tidak tertutup bulu tebal mengganggu pemisahan epidermis dari dermis; kedua, ukuran dari bulu tikus yang tidak tebal membuat model yang ideal
untuk penilaian efek dari bahan farmakologi pada proses penyembuhan luka (Fatchiyah, 2013).
Tikus jarang berkelahi seperti mencit jantan, dapat tinggal sendirian dalam kandang, asal dapat mendengar dan melihat tikus lain. Jika dipegang dengan cara yang benar, tikus-tikus ini tenang dan mudah ditangani di laboratorium. Pemeliharaan dan makanan tikus lebih mahal daripada mencit, tetapi karena hewan ini lebih besar daripada mencit untuk beberapa macam percobaan tikus lebih menguntungkan (Hilsdorf dan Krieger, 1999).
Taksonomi tikus Wistar (Krinke, 2000): Filum : Chordata Kelas : Mammalia Ordo : Rodentia Sub-Ordo : Myomorpha Famili : Muridae Sub-Famili : Murinae Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
Terdapat beberapa galur tikus yang memiliki kekhususan tertentu antara lain galur Wistar yang albino dengan kepala besar, telinga panjang dan ekor pendek, galur Sprague Dawley yang albino putih berkepala kecil dan ekor panjang, dan galur Long Evans yang memiliki badan berwarna putih, sedangkan kepala dan ekstremitas bewarna hitam. Galur Sprague Dawley dan Long Evans berasal dari pengembangan galur Wistar (Hubrecht dan Kirkwood, 2010).
Panjang badan tikus diukur dari ujung hidung sampai pertengahan anus, sedangkan panjang ekor diukur dari pertengahan anus sampai ujung ekor. Tikus Wistar memiliki panjang ekor yang selalu lebih pendek daripada panjang badan, sedangkan tikus Sprague Dawley memiliki panjang ekor yang sama atau lebih dari panjang badan (Krinke, 2000; NLAC, 2013).
Tabel 2.1 Data Biologis Tikus Wistar
Berat badan lahir 4,5 – 6 gram
Berat badan dewasa Jantan 250 – 300 gram
Betina 180 – 220 gram
Usia maksimum 2 – 4 tahun
Usia reproduksi 8 – 10 minggu
Konsumsi makanan 15 – 30 g/ hari
Konsumsi air minum 20 – 45 g/hari
Defekasi 9 – 13 g/ hari
Produksi urin 10 – 15 ml/ hari
(Sumber: Krinke, 2000; Hubrecht dan Kirkwood, 2010; NLAC, 2013)
Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus dapat tinggal sendirian dalam kandang, asal dapat melihat dan mendengar tikus lain. Jika dipegang dengan cara yang benar, tikus-tikus ini tenang dan mudah
ditangani di laboratorium. Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain. Tikus tidak dapat muntah, karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan tikus tidak mempunyai kandung empedu (Krinke, 2000).
Untuk tikus pada laboratorium, makanan dan air minum sebaiknya diberikan secara ad libitum, dan pencahayaan ruangan diatur sebagai 12 jam terang dan 12 jam gelap. Tikus, terutama tikus albino, sangat sensitif terhadap cahaya, maka intensitas cahaya laboratorium sebaiknya tidak melebihi 50 lux (Hubrecht dan Kirkwood, 2010)
Kondisi optimal tikus di laboratorium (Krinke, 2000; Ngatidjan, 2006; Hubrecht dan Kirkwood, 2010) antara lain :
a. Kandang tikus harus cukup kuat tidak mudah rusak, mudah dibersihkan (satu kali seminggu), mudah dipasang lagi, hewan tidak mudah lepas, harus tahan gigitan dan hewan tampak jelas dari luar. Alas tempat tidur harus mudah menyerap air pada umumnya dipakai serbuk gergaji atau sekam padi.
b. Menciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan fisiologis tikus (suhu, kelembaban dan kecepatan pertukaran udara yang ekstrim harus dihindari).Suhu ruangan yang baik sekitar 20 – 22 C, sedangkan kelembaban udara sekitar 50%,.
c. Untuk tikus dengan berat badan 200-300 gram luas lantai tiap ekor tikus adalah 600 cm2, tinggi 20 cm. Jumlah maksimal tikus per kandang adalah 3 ekor.
d. Transportasi jarak jauh sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan stres pada tikus.
Jika kondisi-kondisi diatas tidak terpenuhi, maka tikus dapat menjdi sakit. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai apakah tikus sehat atau sakit adalah (Hubrecht dan Kirkwood, 2010):
• Penampilan umum.
Pada tikus yang sakit dapat terlihat piloereksi, bulu rontok, kulit kendur, berat badan menurun, kelopak mata tertutup.
• Feses.
Feses yang lembek dan diare menunjukkan terjadinya gangguan pada saluran pencernaan.
• Tingkah laku.
Tikus yang sakit akan menjadi lebih agresif awalnya, namun lambat laun akan menjadi pasif.
• Postur.
Umumnya tikus yang sakit akan sering tiduran di lantai kandang, dengan posisi kepala menyentuh abdomen.
• Pergerakan.
Pergerakan pada tikus yang sakit sangat berkurang. • Suara.
Tikus yang sakit akan lebih banyak mencicit ketika dipegang. • Fisiologi.
Dapat terjadi bersin, hipotermia, serta penampilan yang pucat.