• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengawasan Pemerintah

1.6 Uraikan pengertian azas kebebasan memilih dalam Undang-undang No. 40 tahun 2014 tentang usaha perasuransian. (Sept 2014 No. 4) *diperbaharui  J awaban : lihat diatas

1.7 Uraikan pengertian asas yang dianut oleh UU No. 40/2014 berkaitan dengan penutupan asuransi. (Sept 2015, No. 2)

 J awaban : Pasal 24

(1) Penutupan asuransi atas Objek Asuransi harus didasarkan pada asas kebebasan memilihPerusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah. (2) Penutupan Objek Asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan dengan memperhatikan daya tampung Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, dan perusahaan rea suransi syariah di da lam negeri.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penutupan Objek Asuransi sebaga imana dimaksud pa da ayat (2) diatur da lam Peraturan Otoritas J asa Keuangan.

1.8 Berkaitan dengan objek Asuransi (Okt 2010 No. 11) *diperbaharui

a. Uraikan pengertian obyek asuransi menurut Undang-undang No. 40 tahun 2014

b.  J elaskan ketentuan penutupan objek  asuransi  yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 73 Tahun 1992

 J awaban :

a lihat jawa ba n 2.1

b Objek asuransi di Indonesia hanya dapat diasuransikan pada perusahaa n Asuransi yang menda pa tkan izin usaha dari Menteri, Kecuali da lam hal :

1.  Tida k ada Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi di Indonesia, Baik sendiri maupun bersama-sama, yang memiliki kemampuan menahan risiko asuransi dari objek yang bersangkutan, atau

2.  Tida k ada perusahaan Asuransi yang bersedia melakukan penutupan asuransi a tas objec t yang be rsangkutan

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.Akade miAsuransi.org

21

Bab 2: Pengawasan Pemerintah

3. Pemilik objek asuransi yang bersangkutan bukan warganegara Indonesia atau bukan badan hokum Indonesia

1.9 Uraikan pengertian Otoritas J asa Keuangan (OJ K) (Maret 2013, No. 6; Maret 2014, No. 6; Sept 2015, No. 6)

 J awaban :

Otoritas J asa Keuanga n adalah lemba ga nega ra yang dibentuk berdasarkan UU nomor 21 tahun 2011 yang berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.

Otoritas J asa Keuanga n, yang selanjutnya disingkat O J K, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, da n penyidikan.

OJ K didirikan untuk mengga ntikan pe ran Bapepa m-LK.

1.10 Uraikan fungsi Otoritas J asa Keuangan (OJ K) (April 2015, No. 6)  J awaban :

 TUJ UAN

Otoritas J asa Keuangan (OJ K) dibentuk dengan tujuan aga r keseluruhan kegiatan di da lam sektor jasa keuanga n:

•  Terselenggara sec ara teratur, adil, transparan, da n akuntabel,

• Ma mpu mewujudkan sistem keuanga n yang tumbuh sec ara berkelanjutan da n stabil, da n

• Ma mpu melindungi kepentingan konsumen da n masyarakat. FUNGSI

Otoritas Jasa Keuangan (OJ K) mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan.

 TUGAS

Otoritas J asa Keuangan (OJ K) mempunyai tugas melakukan penga turan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, da n sektor IKNB.

Soa l-J awa b Ujian LSPP AAMAI 102 - Hukum Asuransi, 2006 s.d. Ma ret 2016

22

Bab 2: Pengawasan Pemerintah

1.11 Berkaitan dengan Otoritas J asa Keuangan (OJ K), jelaskan: (sept 2015 No. 11) a. Tujuan pembentukan;

b. Fungsi;

c. Tiga kegiatan jasa keuanga n yang menjadi obyek tugas, da ri OJ K.  J awaban :

a. Tujuan pembentukan;

Otoritas J asa Keuangan (OJ K) dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di da lam sektor jasa keuangan:

1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel,

2. Ma mpu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh sec ara berkelanjutan da n stabil, da n

3. Ma mpu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. b. Fungsi;

Otoritas J asa Keuangan (OJ K) mempunyai fungsi menyelengga rakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan.

c. Tiga kegiatan jasa keuangan yang menjadi obyek tugas, dari OJ K. Otoritas J asa Keuangan (OJ K) mempunyai tugas melakukan pengaturan da n penga wasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor:

- Perbankan, - Pasar Moda l, - sektor IKNB.

Note: Silakan pelajari da ri web site ojk: http://www.ojk.go.id/

1.12 Uraikan 4 (empat) Badan hukum perusahaan Asuransi yang diatur dalam undang-undang No 40 Tahun 2014 (sep t 2009 No. 5) *diperbaharui

 J awaban :

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.Akade miAsuransi.org

23

Bab 2: Pengawasan Pemerintah

hukum yang diperbolehkan perseroan terbatas atau koperasi. Apabila perusahaa n itu milik negara, bentuk hukumnya ada lah perseroan terba tas da n sering disebut perusahaan perseroan (persero)

2. Perusahaan asuransi jiwa, bisa berbentuk perseroan terbatas, atau koperasi, atau usaha bersama (mutual)

3. Perusahaan broker dan perusahaan adjuster , badan hukum yang diperbolehkan perseroan terba tas atau koperasi

4. Perusaha an konsultan aktuaria da n ag en asuransi , boleh perseroan terbatas atau koperasi, atau perorangan

1.13 Uraikan 4 (empat) penyedia jasa bagi perusahaan perasuransian yang diatur dalam UU No.40/2014. (sept 2015, No . 8)

 J awaban :

Profesi penyedia jasa bagi Perusahaan Perasuransian terdiri atas: a. konsultan aktuaria;

b. a kuntan publik; c. penilai; dan

d. profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Otoritas J asa Keuangan. a. Perusahaan Konsultan Aktuaria

Perusahaan Konsultan Aktuaria adalah perusahaan yang memberikan jasa konsultasi aktuaria kepada perusahaan asuransi dan dana pensiun dalam rangka pembentukan dan pengelolaan suatu program asuransi dan atau program pensiun.

Perusahaa n Konsultan Aktuaria memberikan jasa yang mencakup antara lain konsultasi tentang ha l-hal yang berkaitan dengan analisis da n penghitungan cadangan, penyusunan laporan akturia, penilaian kemungkinan terjadinya risiko dan perancangan produk asuransi jiwa.

b. akuntan publik;

Akuntan publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri keuangan untuk memberikan jasa akuntan publik (lihat di bawah) di Indonesia. Ketentuan mengenai akuntan publik di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2011 tentang Penetapan Institut Akuntan Publik Indonesia sebagai Asosiasi Profesi Akuntan Publik Indonesia. Setiap akuntan publik wajib menjadi anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), asosiasi profesi yang diakui oleh Pemerintah.

Soa l-J awa b Ujian LSPP AAMAI 102 - Hukum Asuransi, 2006 s.d. Ma ret 2016

24

Bab 2: Pengawasan Pemerintah

c. penilai;

Perusahaa n Penilai Kerugian Asuransi adalah perusahaa n yang memberikan  jasa penilaian terhadap kerugian atas kehilanga n atau kerusakan pa da

obyek asuransi yang dipertanggungkan.

1.14 Uraikan Perbedaan Badan Usaha Perasuransian Yang berbentuk izin usaha Asuransi dengan Izin Usaha Pendukung Usaha A suransi (Okt 2010 No. 3)

 J awaban : lihat diatas

1.15 Uraikan 2 (dua) macam usaha perasuransian (Sep 2006 No. 5)  J awaban :

1. Perusahaan asuransi kerugian

2. Perusahaan asuransi jiwa Uraian lihat diatas

1.16 Sebutkan 15 (lima belas) yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin usaha perasuransian dari Otoritas J asa Keuangan (persyaratan OJ K) sebaga imana diatur dalam UU No.40/2014. (April 2015 No.12, Sep t 2015, No. 14)

 J awaban yang disarankan:

(1) Setiap Pihak yang melakukan Usaha Perasuransian wajib terlebih da hulu menda pa t izin usaha dari Otoritas J asa Keuangan.

(2) Untuk mendapatkan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dipenuhi persyaratan mengenai:

a. anggaran da sar; b. susunan organisasi; c. modal disetor; d. Dana J aminan; e. kepemilikan;

f. kelayakan da n kepatutan pemegang saham da n Pengenda li;

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.Akade miAsuransi.org

25

Bab 2: Pengawasan Pemerintah

setara dengan direksi dan dewan komisaris pada badan hukum berbentuk koperasi atau usaha bersama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c, dewan pengawas syariah, aktuaris perusahaa n, da n auditor internal;

h. tenaga ahli;

i. kelayakan renc ana kerja;

 j. kelayakan sistem manajemen risiko; k. produk yang akan dipa sarkan;

l. perikatan dengan pihak teraliasi apabila ada dan kebijakan pengalihan sebagian fungsi dalam penyelengga raan usaha;

m. infrastruktur penyiapan da n penyampaian laporan kepada O toritas  J asa Keuangan;

n. konrmasi dan otoritas pengawas di negara anal pihak asing, dalam hal terdapat penyertaan langsung pihak asing; dan

o. hal lain yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan usaha yang sehat.

(3) Persyaratan izin usaha sebaga imana dimaksud pa da ayat (2) diberlakukan sesuai dengan jenis usaha yang akan dijalankan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara perizinan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Otoritas J asa Keuangan.

1.17 Uraikan pengertian pemegang saham Pengendali dalam perusahaan asuransi Indonesia (Mar 2016 No.4)

 J awaban yang disarankan:

Berdasarkan Peraturan OJ K Nomor 4/POJ K 5/2013, pa sal 1 nomor 9, Pemegang Saham Pengendali adalah orang perseorangan, badan hukum, dan/atau kelompok usaha yang:

a. memiliki saham atau modal pa da Pe rusahaa n Perasuransian, Perusahaan Pembiayaan, atau Perusahaan Penjaminan sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan da n mempunyai hak suara; atau

b. memiliki saham atau modal pa da Perusahaa n Perasuransian, Perusahaan Pembiayaan, atau Perusahaan Penjaminan kurang dari 25% (dua puluh lima perseratus) dari jumlah saham yang dikeluarkan da n mempunyai hak suara namun yang bersangkutan dapa t dibuktikan telah melakukan pengendalian pada Perusahaan Perasuransian, Perusahaan Pembiayaan, atau Perusahaan Penjaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Soa l-J awa b Ujian LSPP AAMAI 102 - Hukum Asuransi, 2006 s.d. Ma ret 2016

26

Bab 2: Pengawasan Pemerintah

1.18  J elaskan 6 (enam) persyaratan untuk mendapatkan ijin usaha perusahaan asuransi sebaga imana diatur da lam Peraturan Pemerintah (PP) No. 63/1999. (Mar 2006 No.14)

 J awaban yang disarankan:

6 (enam) persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapat ijin usaha asuransi kerugian menurut PP No . 63 Tahun 1999 (Bobot masing-ma sing 16.6%) 1. Anggaran Dasar perusahaan yang telah mendapat pengesahan dari

instansi yang berwenang.

2. Susunan organisasida n kepengurusan perusahaan yang mengga mbarkan pemisahan fungsi dan uraian tugas.

3. Tenaga ahli yang memiliki kualikasi, sesuai dengan bidang usahanya. 4. Perjanjian kerjasama dengan pihak asing, dalam hal terda pat penyertaan

langsung oleh pihak asing.

5. Spesikasi program asuransi yang akan dipasarkan beserta program rea suransinya ba gi perusahaan asuransi.

6. Program retrosesibagi perusahaan reasuransi.

1.19 Berkaitan dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 81 tahun 2008, jelaskan : (Mar 2009 No. 11, Sept 2009 No. 11)

a. Hal utama yang diatur da lam PP No. 81/2008.

b. Dampak dari PP No.81/2008 terhadap perusahaan asuransi umum (kerugian).

 J awaban yang disarankan : PP No 81 tahun 2008

a. Hal utama yang diatur adalah pengunduran jadwal (tenggat waktu) pemenuhan persyaratan permodalan (modal sendiri / equity) dari perusahaan asuransi umum (kerugian) dan perusahaan asuransi jiwa yang sebelumnya diatur dalam PP NO. 39 tahun 2008.

Pengunduran jadwal pemenuhan peningkatan permoda lan tersebut adalah sebagai berikut:

Besarnya modal sendiri Berdasarkan PP 39/ 2008 Berdasarkan PP 81/ 2008

Rp. 40 M 31-12-2008 31-12-2010

Rp. 70 M 31-12-2009 31-12-2012

Rp. 100 M 31-12-2010 31-12-2014

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.Akade miAsuransi.org

27

Bab 2: Pengawasan Pemerintah

o Perusahaan asuransi umum yang belum memenuhi persyaratan permodalan minimum tersebut diberikan waktu yang lebih lama untuk memenuhi persyaratan modal minimum.

o Beberapa perusahaan asuransi umum anggota AAUI terhindar dari ancaman pencabutan ijin usaha pada akhir tahun 2008 dan awal tahun 2009, karena tidak dapat menambah / meningkatkan modal sendiri.

1.20  J elaskan 3(tiga) hal da ri peraturan pemerintah (PP) no. 39 tahun 2008 yang memberatkan ba gi seba gian besar perusahaan (pengusaha loc al) asuransi umum Indonesia (Sept 2008 No. 10)

 J awaban : lihat diatas

1.21  J elaskan ketentuan pe modalan bagi perusahaan a suransi umum (kerugian) sebagaimana diatur dalam Peraturan pemerintah (PP) 81 tahun 2008 (Mar 2010 No. 9)

 J awaban : lihat diatas

1.22  J elaskan ketentuan syarat tenaga ahli ba gi: (Mar 2007 No.14) a. Perusahaan asuransi kerugian

b. Cabang perusahaan asuransi kerugian c. Pialang Asuransi

d. Pialang Rea suransi  J awaban yang disarankan :

Ketentuan / Syarat Tenaga Ahli ba gi:

a. Perusahaan Asuransi Kerugian (Bobot masing-masing 6,25%)

1) Memiliki kualikasi sebagai Ahli Manajemen Asuransi Kerugian dari Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) atau dari asosiasi sejenis dari luar negeri setelah terlebih da hulu memperoleh penga kuan dari AAMAI.

2) Memiliki pengalaman kerja dalam bidang pengelolaan risiko sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.

3)  Tida k sedang dalam pengenaa n sanksi da ri asosiasi profesinya.

4)  Terda ftar sebagai tenaga ahli asuransi kerugian di Direktorat J enderal Lembaga Keuangan.

b. Cabang Perusahaan Asuransi Kerugian (Bobot masing-masing 8,33%) 1) Memiliki kualikasi sebagai Ajun Ahli Manajemen Asuransi Kerugian

Soa l-J awa b Ujian LSPP AAMAI 102 - Hukum Asuransi, 2006 s.d. Ma ret 2016

28

Bab 2: Pengawasan Pemerintah

dari AA MAI a tau da ri asosiasi sejenis dari luar negeri Setelah terlebih da hulu memperoleh pengakuan da ri AAMAI

2) Memiliki pengalaman kerja dalam bida ng pengelolaa n risiko sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun.

3) Tidak sedang dalam pengena an sanksi dari asosiasi profesinya. c. Pialang Asuransi (Bobot 25%)

Ahli pialang asuransi bersertikat dari Asosiasi Broker Asuransi Indonesia (ABAI) atau Ajun Ahli Manajemen Asuransi Kerugian bersertikat dari AAMAI atau dari asosiasi sejenis di luar negeri yang telah mendapa t pengakuan da ri ABAI atau AAM AI.

d. Pialang Reasuransi (Bobot 25%)

Ahli asuransi bersertikat dari AAMAI atau dari asosiasi sejenis di luar negeri yang telah mendap at pe ngakuan dari AAMAI

1.23  J elaskan ketentuan syarat tenaga ahli da lam pembukaan: (Sept 2013 No. 6 ) a. Kantor cabang

b. Kantor pemasaran

suatu perusahaan asuransi umum yang diatur dalam UU No. 2 Tahun 1992 beserta peraturan pelaksanaannya.

 J awaban yang disarankan : a. Kantor cabang: lihat atas b. Kantor pemasaran

Kantor pemasaran tidak diwajibkan adanya tenaga ahli. Kantor ini berfungsi sebagai kantor Pemasaran yang membantu pelayanan informasi kepada masyarakat pemegang polis atau tertanggung.

1.15 Uraikan perbedaan kantor cabang dengan kantor perwakilan (pemasaran) dilihat da ri persyaratan tenaga ahli da n operasional yang bo leh dilakukan (Mar 2009 No. 2; Sept 2013 No. 6).

 J awaban yang disarankan :

Perbeda an kantor cabang da n kantor perwakilan / pemasaran perusahaan asuransi. Dari segi persyaratan tenaga ahli ba hwa untuk pendirian / pembukaan cabang harus ada minimal tenaga Ajun Ahli Asuransi Indonesia Kerugian (AAAIK), sedangkan untuk pembukaan kantor pemasaran tida k ada persyaratan tenaga ahli.

Dari segi operasional, kantor cabang dapat melakukan berbagai kegiatan mulai dari pemasaran produk, underwriting, akseptasi risiko da n pena nga nan/ penyelesaian klaim. Sedangkan kantor pemasaran hanya boleh melakukan kegiatan pemasaran

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.Akade miAsuransi.org

29

Bab 2: Pengawasan Pemerintah

1.24 Uraikan persyaratan ketentuan tenaga ahli dalam pendirian suatu kantor c abang perusahaan asuransi menurut hukum Asuransi Indonesia. (Sept 2014 No. 6)

 J awaban yang disarankan : lihat di atas

1.25  J elaskan ketentuan yang mengatur pemasaran suatu produk asuransi yang baru, menurut UU No.2/1992 beserta Peraturan Pelaksanaannya. (Ma r 2009 No. 12)

 J awaban yang disarankan :

Pengertian program / produk asuransi baruadalah suatu produk yang baru yang belum pernah dipasarkan oleh sebuah perusahaa n asuransi. (bobot 20%)

Ketentuan yang mengatur mengenai pemasaran program / produk asuransi baru:

1. Perusahaan asuransi yang akan memasarkan program / produk asuransi baru harus terlebih dahulu memberitahukan rencana tersebut kepad a Menteri Keuang an. (bobo t 20%)

2. Pemberitahuan mengenai rencana memasarkan program asuransi baru sebagaimana harus dilengkapi dengan spesikasi program

asuransi yang aka n dipa sarkan be rikut prog ram reasuransinya serta bukti-bukti pend ukung nya. (bobot 20%)

3. Apabila dalam waktu 14 (e mpa t be las) ha ri kerja sejak pemberitahuan diterima secara lengkap

Menteri Keuangan tidak me mberikan tang g apa n, Perusahaan asuransi da pa t mema sarkan prog ram asuransi dimaksud. (bobot 20%) 4. Program asuransi baru harus meme nuhi ketentuan meng ena i be sarnya

 premi , premi harus memadai, tida k terlalu rendah dan tida k terlalu tinggi. (bo bot 20%)

 1.14. J elaskan persyaratan yang mengatur pemasaran suatu produk asuransi yang ba ru, menurut UU No. 2 / 1992 beserta Pe raturan pelaksanaannya (Sept 2009 No. 12)

 J awa ba n : lihat diatas

1.16 Uraikan pengertian Agent  menurut UU No. 40/2014 tenta ng Usaha Perasuransian. (Mar 2006 No. 5) *penyesuaian

Soa l-J awa b Ujian LSPP AAMAI 102 - Hukum Asuransi, 2006 s.d. Ma ret 2016

30

Bab 2: Pengawasan Pemerintah

 J awaban yang disarankan :

Pengertian Agen menurut UU No.40/2014

Agen Asuransi adalah orang yang bekerja sendiri atau bekerja pada badan usaha, yang bertindak untuk dan atas nama Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah dan memenuhi persyaratan untuk mewakili Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah memasarkan produk asuransi atau produk asuransi syariah.

1.17 Uraikan hubungan hukum antara Agen asuransi dan Penanggung menurut UU No 40 tahun 2014 tentang usaha perasurasian (Mar 2008 No. 4) *penyesuaian  J awaban :

Agen Asuransi adalah orang yang bekerja sendiri atau bekerja pada badan usaha, yang bertindak untuk dan atas nama Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah dan memenuhi persyaratan untuk mewakili Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah memasarkan produk asuransi atau produk asuransi syariah. Ada hubungan kuasa atau perwakilan, karena agen (perorangan atau badan hukum) kegiatannya adalah memberikan jasa da lam memasarkan jasa / produk asuransi untuk dan atas nama penaggung.

1.18 Berkaitan dengan harga premi asuransi, jelaskan ketentuan harga premi asuransi menurut UU No 2 Tahun 1992 beserta peraturan pelakasaannya (Sept 2007 No. 10, Maret 2013, No. 2)

 J awaban :

PP No 73 tahun 1992 pasal 20

1. Premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak berlebihan dan tidak diterapkan secara diskriminatif 

2.  Tingkat premi dinilai tidak mencukupi apabila;

a. Sedemikian rendah sehingga sangat tida k sebanding denga n manfaat yang diperjanjikan dalam polis asuransi Obs

a. penerapa n tingkat premi sec ara berkelanjutan akan membahayakan tingkat solvabilitas perusahaan

b. penerapa n tingkat premi sec ara berkelanjutan akan da pa t merusak iklim kompetisi yang sehat

3.  Tingkat premi dinilai berlebihan bila sedemikian tinggi sehingga sangat tida k sebanding denga n manfaat yang diperjanjikan dalam polis asuransi ybs

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.Akade miAsuransi.org

31

Bab 2: Pengawasan Pemerintah

4. Penerapan tingkat premi dinilai bersifat diskriminatif apabila tertanggung dengan luas penutupan yang sama serta dengan jenis dan tingkat resiko yang sama dikenakan tingkat premi yang berbeda

PP No 73 tahun 1992 pasal 21

Penetapan tingkat premi asuransi harus didasarkan pada perhitungan analisis resiko yang sehat

KMK No 225 tahun 1993 pasal 13

Penetapan tarif premi asuransi kerugian harus dilakukan dengan mempertimbangkan :

1. Premi murni yang dihitung berdasarkan prol kerugian (risk and loss prole) jenis asuransi yang bersangkutan untuk sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun terakhir

2. biaya perolehan, termasuk komisi agen 3. biaya administrasi dan biaya umum lainnya

1.15 Uraikan ketentuan tentang besaran premi asuransi  yang diatur dalam peraturan pemerintah (PP) No. 73 Tahun 1992 (sept 2008 no. 6)

 J awaban :

(1) Premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak berlebihan, da n tidak diterap kan sec ara diskriminatif.

(2)  Tingkat premi sebagaimana dimaksud da lam ayat (1) dinilai tida k mencukupi, apabila:

a. sedemikian rendah sehingga sangat tidak sebanding dengan manfaat yang diperjanjikan da lam polis asuransi yang bersangkutan; b. penerapan tingkat premi sec ara berkelanjutan akan membahayakan

tingkat solvabilitas perusahaan;

c. penerapan tingkat premi secara berkelanjutan akan dapat merusak iklim kompetisi yang sehat.

(3)  Tingkat premi sebagaimana dimaksud da lam ayat (1) dinilai berlebihan apabila sedemikian tinggi sehingga sangat tidak sebanding dengan manfaat yang diperjanjikan dalam polis asuransi yang bersangkutan. (4) Penerapan tingkat premi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dinilai

bersifat diskriminatif apabila tertanggung dengan luas penutupan yang sama serta dengan jenis dan tingkat risiko yang sama dikenakan tingkat premi yang berbeda.

Pasal 21

(1) Penetapa n tingkat premi asuransi harus dida sarkan pa da perhitungan analisis risiko yang sehat.

Soa l-J awa b Ujian LSPP AAMAI 102 - Hukum Asuransi, 2006 s.d. Ma ret 2016

32

Bab 2: Pengawasan Pemerintah

1.19  J elaskan ketentuan mengenai harga premi Asuransi dalam Hukum Usaha Perasuransian Indonesia (PP No.73/1992 beserta peraturan pelaksanaannya). (Sept 2014 No. 14, Maret 2014, No. 14)

 J awaban : lihat di atas

1.16  J elaskan 5 (lima) ketentuan pidana yang diatur da lam UU No. 40/2014 tentang Usaha Perasuransian. (Mar 2006 No. 13, Mar 2007 No.13) *penyesuaian

 J awaban yang disarankan :

1. Setiap Orang yang menjalankan kegiatan usaha asuransi, usaha asuransi syariah, Usaha Reasuransi, atau Usaha Reasuransi Syariah tanpa izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dipidana dengan p ida na penjara pa ling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah).

2. Setiap Orang yang menjalankan kegiatan Usaha Pialang Asuransi atau Usaha Pialang Reasuransi tanpa izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

3 Setiap Orang yang menjalankan kegiatan Usaha Penilai Kerugian Asuransi tanpa izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dipida na denga n pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

4 Anggota direksi, anggota dewan komisaris, atau yang setara dengan anggota direksi dan anggota dewan komisaris pa da ba da n hukum berbentuk koperasi atau usaha bersama sebagaimana dimaksud dalam

5 Pasal 6 ayat (1) huruf c, anggota dewan pengawas syariah, aktuaris perusahaan, auditor internal, Pengendali, atau pegawai lain dari Perusahaan Perasuransian yang dengan sengaja memberikan lap oran, informasi, data, da n/a tau dokumen kepa da Otoritas J asa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) yang tida k benar, palsu, dan/ atau menyesatkan dipida na dengan pidana penjara pa ling lama 5 (lima) tahun dan pida na denda paling ba nyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

6 Anggota direksi, anggota dewan komisaris, atau yang setara dengan anggo ta direksi da n anggo ta dewan komisaris pa da ba dan hukum berbentuk koperasi atau usaha bersama sebagaimana dimaksud dalam Pa sal 6 ayat (1) huruf c, a nggota dewan pengawas syariah, aktuaris perusahaan, auditor internal, Pengendali, atau pegawai lain dari Perusahaan Perasuransian yang dengan sengaja memberikan informasi, data, dan/atau dokumen kepada pihak yang berkepentingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4) dan Pasal 46 ayat (2) yang tidak benar, palsu, dan/atau menyesatkan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).

disusun oleh: Afrianto Budi Purnomo, SS MM - www.Akade miAsuransi.org

33

Bab 2: Pengawasan Pemerintah

atau memberikan informasi yang tidak benar, palsu, dan/atau menyesatkan kepada Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun da n pidana denda pa ling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

8 Setiap Orang yang menggelapkan Premi atau Kontribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (5) dan Pasal 29 ayat (4) dipida na denga n pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda pa ling ba nyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 9 Setiap Orang yang menggelapkan dengan cara mengalihkan, menjaminkan, mengagunkan, atau menggunakan kekayaan, atau melakukan tindakan lain yang dapat mengurangi aset atau menurunkan nilai aset Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah sebagaimana dimaksud dalam Pa sal 43 ayat (2) tanpa hak dipida na dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah). 10 Setiap Orang yang melakukan pemalsuan atas dokumen Perusahaa n