• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Sumberdaya Lahan

DAFTAR TABEL LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Pengelolaan Sumberdaya Lahan

Sumberdaya lahan adalah lingkungan fisik yang termasuk didalamnya iklim, relief, tanah air, vegetasi dan benda diatasnya yang memiliki pengaruh terhadap penggunaan tanah (Sitorus, 2003). Tanah, masih menurut Sitorus (2003)

adalah benda alami sebagai bagian permukaan bumi yang ditumbuhi tumbuh-tumbuhan dan merupakan hasil kerja faktor iklim, dan jasad hidup terhadap bahan induk dan dipengaruhi keadaan topografi dalam jangka waktu tertentu. Kerusakan terhadap kondisi fisik kimia dan biologi tanah sangat mempengaruhi kualitas sumberdaya lahan sehingga diperlukan pengelolaan yang tepat guna meminimalkan kerusakan sebagai akibat dari pemanfaatan atau penggunaan lahan. Penggunaan lahan (land use) merupakan campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiel maupun spiritual (Sitorus, 2003). Penggunaan lahan ini dapat merupakan penggunaan utama, atau penggunaan pertama dan kedua jika merupakan penggunaan ganda dari sebidang tanah seperti tanah pertanian, hutan, perkebunan dan sebagainya.

Mengingat proses pembentukan tanah yang merupakan unsur penting dari sumberdaya lahan, memerlukan waktu yang tidak sebentar, paling cepat 50 tahun dan diperkirakan hanya terjadi di daerah tropis, yang mempunyai curah hujan besar, suhu yang tinggi dan vegetasi lebat namun pada kondisi iklim dingin dan basah di wilayah yang dipengaruhi vegetasi hutan memerlukan waktu hingga 200 tahun (Sitorus, 2003), maka perlindungan terhadap ancaman kehilangan tanah merupakan aspek penting yang harus diperhatihan sebagai upaya preventif dalam pengelolaan sumberdaya lahan. Pengelolaan sumberdaya lahan adalah segala tindakan atau perlakuan yang diberikan pada sebidang lahan untuk menjaga dan mempertinggi produktifitas lahan (Sitorus, 2004)

Di sektor pertanian pengelolaan lahan yang berkesinambungan sangat diperlukan guna menjamin kelangsungan hasil- hasil pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Dalam rangka menjaga kelestarian sumberdaya lahan dari berbagai aktivitas pemanfaatan oleh masyarakat terutama di di lokasi yang memerlukan pengelolaan terpadu ada beberapa hal yang perlu dilakukan diantaranya dengan cara

1. Mobilisasi sumberdaya lahan (Anwar, 2005) , kegiatan ini mencakup :

a. Identifikasi asset-asset. Pengidentifikasian ini diperlukan untuk mengetahui kuantitas asset berdasarkan kepemilikan, pemanfaatannya dan kondisinya.

b. Negosiasi transfer lahan. Sistem redistribusi lahan ini harus diatur sedemikian rupa melalui negosiasi- negosiasi antara pemilik lahan degan

masyarakat petani penggarap yang membutuhkan lahan yang difasilitasi oleh pemerintah

c. Registrasi lahan. Dalam tahap ini diharapkan telah terjadi kesepakatan antara pihak-pihak yang berkepentingan sehingga registrasi lahan dapat dilakukan. Penegasan property right dalam spektrum land tenure yang kontinum misalnya hak penyewaan, hak guna, hak pakai, atau hak lainnya disesuaikan dengan hasil negosiasi.

d. Redistribusi lahan akan mengukuhkan hak-hak milik lahan para petani, sehingga para petani dengan lahan yang dikukuhkan dapat dijadikan sebagai agunan, dimana petani akan memperoleh akses kepada sumberdaya finansial dan modal lainnya. Meskipun pengukuhan hak tenurial ini juga dapat menimbulkan dampak negative yaitu mudahnya hak kepemilikan berpindah tangan dari petani kepada pihak-pihak yang memiliki uang banyak.

2. Dalam pengelolaan lahan juga harus diperhatikan enam bidang besar yang perlu mendapatkan prioritas perhatian ialah:

a. Menghilangkan kendala kelembagaan dalam konservasi sumberdaya. b. Memajukan proses hayati tanah,

c. Mengelola sifat-sifat tanah,

d. Memperbaiki pengelolaan sumberdaya air, e. Menyelaraskan pertanaman pada lingkungan, dan

f. Memasukkan secara efektif unsur sosial dan budaya dalam penelitian dengan menggunakan secara lebih baik pengetahuan tradisional dan membangun komunikasi yang diperbaiki dapat memajukan implementasi hasil penelitian

3. Pemberian hak atas lahan sebagai imbalan terhadap nilai jasa lingkungan, untuk memperkuat posisi tawar petani penggarap maka dibutuhkan pemberian hak atas lahan seperti yang dilakukan pada Izin Hutan Kemasyarakatan yaitu izin mengelola di kawasan hutan lindung di Tanggamus Lampung. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh anggota kelompok tani yang mendapatkan hak izin hutan kemasyarakatan antara lain :

a. Harus menjaga dan melindungi hutan yang masih ada, tidak boleh memperluas kebun,

c. Melakukan tehnik konservasi d. Membayar iuran, dan

e. Lahan tidak boleh diperjualbelikan.

Penelitian Suyanto pada tahun 2002 di Lampung Barat menunjukan bahwa< pemberian imbalan jasa lingkungan melalui pemberian hak atas lahan di tanah negara dengan persyaratan tertentu seperti menanam pohon, melakukan tehnik konservasi, menjaga hutan, mencegah kebakaran hutan merupakan alternatif kebijakan dalam melakukan konservasi fungsi jasa lingkungan sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan petani (Suyanto, 2006).

Pemanfaatan lahan kawasan tambang untuk kegiatan di sektor pertanian oleh masyarakat sekitar merupakan salah satu bentuk usaha pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya lahan. Lahan kawasan tambang yang masih memiliki potensi untuk pemanfaatan lain sebelum dan sesudah opersionslisasi tambang selesai hendaknya dikelola dengan baik agar sumberdaya alam ini dapat diperbaiki dan bermanfaat bagi kelangsungan ekosistem serta bagi kehidupan masyarakat lokal di sekitar kawasan tambang. Lahan yang tidak ditambang, lahan pra dan pasca tambang merupakan sumberdaya lahan kawasan tambang.

Lahan tidak ditambang merupakan lahan yang masuk dalam kawasan hak kuasa tambang namun tidak dilakukan penambangan di lokasi tersebut. Lahan tersebut berfungsi sebagai zona-zona aman (buffer zone), dan lahan yang memiliki kandungan deposit tambang sangat minimal sehingga tidak efektif dan efisien jika ditambang. Lahan pra tambang merupakan lahan yang belum dibuka untuk kegiataan tambang sehingga dapat dimanfaatkan untuk sementara waktu.

Lahan bekas tambang dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui perbaikan, pengelolaan dan pemanfaatan yang benar. Perbaikan lahan bekas tambang merupakan keharusan bagi pelaku penambangan sehingga dapat meminimalkan kerusakan lingkungan berdasarkan KEPMEN 1211K Tahun 1995 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Perusakan dan Pencemaran Lingkungan pada Kegiatan Usaha Penambangan Umum dan PERMEN ESDM No 18 Tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan Tambang. Kebijakan reklamasi ditujukan agar pembukaan lahan untuk pertambangan seoptimal mungkin, dan setelah digunakan segera dipulihkan fungsi lahannya. Dengan disahkannya UU No 4 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batu Bara diharapkan

pengelolaan lahan kawasan tambang semakin optimal namun tidak meninggalkan kerusakan yang menyebabkan hilangnya daya dukung sumberdaya alam bagi kehidupan di bumi.