• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Lembaga Swadaya masyarakat (LSM)

DAFTAR TABEL LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Peran da n Fungsi Pemangku Kepentingan

2.7.5 Peran Lembaga Swadaya masyarakat (LSM)

Lembaga Swadaya Masyarakat sebagai lembaga yang lahir dari masyarakat mempunyai peran sosial sebagai peran utama dalam pembangunan. Untuk melihat peran sosial LSM, kiranya dapat dibedakan atas peran makro dan peran mikro. Dalam rangka aktualisasi peran sosial LSM maka peranan makro yang dapat dimainkan adalah berusaha menjaga independensi dan menge mbangkan kemandirian organisasi dengan cara antara lain adalah ;

Pertama, mencoba menghidupkan atau mendirikan kembali

lembaga-lembaga independen diberbagai level daerah untuk mengimbangi inkorporasi negara yang selama ini masuk kedalam hampir semua sektor kehidupan masyarakat, baik di pusat maupun daerah. Institusi independen yang dimaksudkan disini adalah mempersatukan kembali berbagai ide dari masyarakat yang pluralis kedalam suatu wadah yang relatif terlepas dari kekuatan dan campur tangan pemerintah.

Kedua, melalui wadah independen yang sudah dibentuk, dikembangkan

mekanisme kerja yang mengarah pada fungsi kontrol terhadap aktivitas pemerintah, seperti yang berkaitan dengan proses penganggaran (budgeting process). Anggaran negara yang dikelola oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, pada hakekatnya adalah milik masyarakat yang seharusnya dilakukan secara transparan dan accountable. Ketiga, menyebarluaskan (dissemination) berbagai informasi yang masih menjadi masalah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui berbagai cara (public education) agar masyarakat menjadi tahu dan secara suka rela mau terlibat atau berpartisipasi di dalam pembangunan.

Dalam rangka aktualisasi peran sosial LSM, peranan mikro yang dapat dilakukan antara lain memfasilitasi kelompok-kelompok masyarakat miskin dan

lemah dalam mengembangkan kemampuan, memecahkan masalah dan mengelola sumberdaya disekitarnya menuju kemandirian ekonomi. Cara-cara tersebut dapat dilakukan melalui kelompok ekonomi lemah terutama usaha rakyat, buruh dan sektor informal dalam kaitannya dengan globalisasi ekonomi yang dikhawatirkan tidak siap menghadapi hal ini. Mereka secara klasik memiliki persoalan yang terkait dengan soal keuangan, manajemen, teknologi dan kelemahan pasar. Untuk itu kelompok ini harus menjadi perhatian khusus LSM. Yang sering muncul bagi usaha kecil/pelaku ekonomi lemah adalah ungkapan bahwa menghadapi persaingan antar pengusaha/pelaku ekonomi dalam negeri saja sudah mengalami kesulitan, lebih- lebih bersaing dengan pengusaha/pelaku ekonomi luar negeri yang lebih besar. Beberapa hal yang bisa diusahakan LSM, antara lain :

1. Mengembangkan daya saing. Para pelaku ekonomi rakyat dibantu agar mampu menghasilkan produk dan jasa dengan daya saing yang tinggi, sehingga harus berkualitas.

2. Membantu pelaku ekonomi rakyat melepaskan diri dari isolasi. Mereka harus masuk dalam jaringan pasar yang lebih luas dan untuk ini diperlukan kesiapan sumberdaya manusia yang mempunyai keberanian dan percaya diri.

Agar terwujud dua hal diatas, maka LSM perlu ikut mengupayakan adanya sumberdaya manusia, serta perbaikan iklim usaha dan bekerja yang mampu menunjang kegiatan profesionalitas pelaku ekonomi rakyat tersebut (Iqbal, 2007).

Metode Partisipatory Rural Appraisal

Pemahaman pedesaan secara Partisipatory Rural Appraisal merupakan suatu cara untuk memahami partisipasi dari seluruh komponen masyarakat desa mengenai masalah pembangunan di pedesaan dan upaya antisipasi yang dibutuhkan dengan memperhitungkan kendala dan seluruh potensi yang tersedia. Melalui partisipasi dalam proses penelitian dan perencanaan maka dapat dipahami masalah sebenarnya yang dihadapi masyarakat menurut versi atau pendapat masyarakat yang seringkali berbeda dengan pendapat peneliti sebagai pihak luar. Begitu pula dengan upaya antisipasi atau inovasi yang dibutuhkan mungkin bisa berbeda antara masyarakat dengan peneliti. Peneliti meiliki kelebihan dalam hal informasi pengetahuan dan tehnologi yang dibutuhkan tetapi kurang luas memahami secara mendalam masalah yang dihadapi masyarakat. Sebaliknya masyarakat memahami masalah dan kebutuhan mereka tetapi kurang memiliki

stok pengetahuan dan tehnologi untuk mengatasi masalah mereka. Dengan demikian memadukan kemampuan kedua pihak antara masyarakat dengan peneliti merupakan langkah tepat guna mencapai solusi yang tepat.

Partisipatory Rural Appraisal merupakan tehnik atau cara untuk menyusun perencanaan dan mengembangkan program yang bersifat operasional dalam pembangunan di tingkat desa. Metode ini ditempuh dengan memobilisasi sumberdaya manusia, sumber alam setempat, lembaga lokal guna mempercepat peningkatan produktivitas, menstabilkan dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta mampu pula melestarikan sumberdaya setempat (Daniel, dalam Daniel, 2006).

Tujuan metode penelitian ini adalah untuk menjaring rencana program pembangunan pedesaan yang memenuhi persyaratan; sesuai dengan kondisi desa dan lingkungan, berdampak positif bagi lingkungan, menguntungkan secara ekonomi dan diterima oleh masyarakat. Metode PRA dapat membantu dalam menggerakkan sumberdaya alam dan manusia untuk memahami masalah, mempertimbangkan program yang telah sukses, menganalisis kapasitas kelembagaan lokal, menilai kelembagaan moderen yang telah diintroduksi dan membua t rencana program spesifik operasional secara sistematis. Prinsip dasar metode penelitian ini adalah;

1. Melibatkan seluruh kelompok masyarakat yang merupakan representasi masyarakat desa secara umum dalam pengenalan potensi sumber daya setempat.

2. Masyarakat setempat merupakan pelaku utama dalam pengenalan situasi, memilih jenis inovasi yang dikembangkan, dan merumuskan pentahapan kegiatan inovasi, sedangkan pihak luar hanya sebagai fasilitator.

3. Menerapkan prinsip triangulasi yang merupakan bentuk cross check dan recheck informasi untuk mendapatkan informasi yang akurat.

4. Berorientasi praktis diarahkan untuk (a) menggali potensi yang tersedia dan masalah yang dihadapi masyarakat setempat; (b) mempelajari alternatif pemecahan masalah; (c) merancang model yang akan dikembangkan secara bersama-sama, dengan memperhatikan rambu-rambu pelaksanaan program yang berlaku.

5. Mengoptimalkan hasil dalam pengertian (a) jenis informasi yang dikumpulkan disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan program; (b) kedalaman informasi

dirumuskan secara jelas; dan (c) penggalian informasi dimulai dari yang telah diketahui, misalnya dari data sekunder, hingga informasi yang tidak diketahui. 6. Santai dan informal dalam pengertian (a) diselenggarakan dalam suasana yang

luwes, terbuka dan tidak formal; (b) memperhatikan jadwal kegiatan masyarakat setempat; dan (c) pihak luar atau peneliti PRA harus mampu berinteraksi secara akrab

7. Prinsip demokratis dalam pengertian (a) setiap anggota masyarakat mempunyai hak yang sama untuk menyampaikan pendapat dan (b) memberikan kesempatan yang sama pada setiap individu dalam berpendapat.

Proses kegiatan penelitian PRA diawali dengan melakukan desk study yaitu mengumpulkan data sekunder mengenai desa yang dimaksud dan dapat pula dengan menghimpun keterangan dari para pengambil kebijakan. Data ini berguna untuk bahan acuan, pertimbangan dan cross check dalam pelaksanaan data di lapangan. Data yang dihasilkan adalah sebaran penduduk, sumber mata pencaharian penduduk, keterlibatan penduduk, tingkat pendidikan, gambaran umum wilayah yang diteliti.

Kegiatan selanjutnya adalah pengumpulan data di lapangan. Kegiatan ini dilakukan dengan memasukkan kelompok masyarakat sebagai anggota dalam pengambilan data lapang karena mereka lebih memahami kondisi desa. Informasi data yang dikumpulkan adalah yang dibutuhkan dan tujuan pemanfaatannya dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Poteni ekonomi di pedesaan meliputi; jenis usaha pertanian, dan ternak yang diusahakan beserta peranannya terhadap pendapatan rumah tangga, potensi pasar, pemanfaatan limbah yang dihasilkan, dan kesesuaian agroklimat

2. Potensi sumber daya alam, sumberdaya manusia, dan infrastruktur menurut blok hamparan lahan.

3 Kinerja teknologi dan kinerja hasil kegiatan ekonomi baik agribisinis di bidang usaha tani/produksi, input usaha tani, pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil, serta usaha perekonomian nonpertanian.

4. Kinerja kelembagaan yang berperan dalam mendukung perekonomian masyarakat dalam rangka mengkaji peluang inovasi kelembagaan

Data yang telah terkumpul menjadi bahan acuan untuk perencanaan program yang dilaksanakan bersama masyarakat. Kegiatan perencanaan ini dilakukan secara musyawarah berdasarkan data yang ada serta analisis data yang

diperlukan untuk dasar perencanaan seperti analisis ekonomi dan ekologi yang telah dikaji oleh peneliti atau ahli yang berkompeten. Perencanaan diawali dengan mendiaknosa masalah melalui penyusunan prioritas masalah dan kebutuhan, potensi SDA, SDM, dan kelembagaan yang menunjang sebagai dasar penyusunan rencana berupa Road Map/ Bu ssines Plan sesuai dengan pendapat masyarakat dan didukung oleh peneliti sesuai dengan diaknosa masalah.