• Tidak ada hasil yang ditemukan

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Potensi Ekologis

Desa-desa yang menjadi lokasi kawasan tambang memiliki kesamaan potensi sekaligus perbedaan secara ekologis baik potensi hayati maupun non hayati. Potensi ekologis tersebut antara lain :

1. Iklim; desa Lulut, Leuwikaret dan Hambalang dipengaruhi oleh tipe iklim C dengan curah hujan cukup besar (1500-2500 mm pertahun) dan bulan basah lebih dari 6 bulan. Potensi ini dapat mendukung kebutuhan masyarakat petani, apalagi di wilayah ini usaha pertanian banyak dilakukan di lahan kering, namun berpotensi pula menyebabkan kerusakan pada sumberdaya lahan dengan kondisi topografi lahan yang cenderung bergelombang sampai berbukit dengan lereng curam.

2. Hidrologis; di ketiga desa dikelilingi oleh sungai-sungai kecil yang bertemu di satu sungai agak besar yaitu Sungai Cileungsi. Di kiri-kanan sungai masih terdapat hamparan sawah baik sawah setengah irigasi maupun tadah hujan, namun luas lahan pertanian di ketiga desa tersebut tidak besar. Terdapat beberapa mata air yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Desa Hambalang memiliki mata air paling banyak yaitu 12 unit. Di desa Leuwikaret terdapat 1 unit mata air cukup besar yang dikelola dengan disalurkan ke penduduk melalui pipa-pipa air, sejauh 17 km. Mata air ini berada di kawasan Gunung Cioray.

3. Potensi Alam ; Ketiga desa dimana lokasi kawasan tambang berada merupakan hamparan perbukitan yang memanjang dan meluas sehingga memiliki panorama alam yang indah. Di Desa Hambalang dapat dilihat pemandangan pegunungan dan perbukitan yang menyejukkan. Di desa Leuwikaret terdapat gua karst. Gua-gua ini menjadi daya tarik para pecinta alam terutama yang sudah berkunjung ke sana. Diketemukannya species udang karst di gua tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi ilmuwan dibidangnya.

4. Potensi hayati yaitu burung Walet yang memiliki nilai ekonomi tinggi di desa Lulut dan Leuwikaret. Namun produksi sarang burung walet yang bernilai

ekonomi tinggi itu semakin menurun, hal ini mungkin disebabkan perubahan iklim yang sudah kurang kondusif bagi kehidupan burung walet.

5. Komoditas pertanian dan perkebunan yang beragam. Di desa Lulut dan Leuwikaret komodias pertanian bermacam- macam dari tanaman pangan sampai sayuran, buah-buahan seperti manggis, rambutan, duku, dan tanaman produksi kayu terdapat di kedua desa ini, Komoditas tanaman kopi juga diusahakn masyarakat di desa tersebut tepatnya di RW 05 dan 06 Cioray. Di desa Hambalang komoditas pertanian didominasi oleh pertanian ubi kayu. Perkebunan cengkeh, kopi, karet, dan kayu masih ada di desa ini, namun merupakan perkebunan milik swasta karena lahan- lahan ini dikuasai oleh kelompok tertentu. Komoditas buah banyak ditanam di pekarangan seperti manggis, rambutan, duku dan lain- lain.

6. Sumberdaya lahan. Ketiga desa tersebut memiliki luas wilayah yang sangat besar mencapai ribuan hektar lahan, apalagi desa Hambalang yang memiliki luas wilayah hingga 4.270 hektar lahan. Hamparan lahan yang luas ini seharusnya menjadi sumberdaya ekonomi masyarakat, namun sangat disayangkan karena penguasa lahan ini adalah kelompok luar yang menguasai sejak orde baru. Untuk sementara masyarakat masih dapat memanfaatkan lahan tersebut. Kondisi sumberdaya lahan harus diketahui agar dalam pengelolaan lahan di wilayah tersebut dapat mendukung keberlanjutan ekologis nya. Untuk itu dilakukan cross chek kesesuaian lahan di kawasan desa dengan hasil penelitian kesesuaian lahan di wilayah tersebut. Peta Tanah Semi Detail Daerah Parung-Depok-Bogor Ciawi Skala 1:50.000 Tahun 1979 oleh Lembaga Penelitian Tanah Bogor pada Gambar Lampiran 7 menjadi dasar untuk mengetahui pada tingkat kesesuaian lahan apa pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya lahan di wilayah ketiga desa.

5.1.1 Kategori Kesesuaian Lahan Pertanian Desa Lulut dan Leuwikaret

Desa Lulut dan Leuwikaret berada di sekitar kawasan tambang batu kapur. Sebagian besar masyarakat di sekitar kawasan merupakan petani lahan kering. Komoditas tanaman masyarakat adalah tanaman kayu, buah-buahan, tanaman pangan, dan sayuran. Kesesuaian lahan untuk berbagai komoditas tersebut adalah :

Jenis pohon kayu antara lain : Albasia, akasia, mahoni dan bambu. Jenis komoditas buah-buahan antara lain : manggis, rambutan, duku, dan beberapa jenis buah yang tidak dominan. Kedua jenis tanaman baik kayu mupun buah ditanam di lahan pekarangan dan lahan buffer zone milik PT ITP yang berada pada bentang lahan dengan tingkat kesesuaian S-3t e (sesuai marginal) untuk tanaman tahunan.

2. Komoditas Tanaman Pangan dan Sayuran.

Jenis komoditas tanaman pangan adalah: padi lahan kering, jagung, singkong, kacang tanah, sedangkan tanaman sayuran adalah: kacang panjang, cabe, ketimun, buncis dan lain- lain. Komoditas ini diusahakan di lahan - lahan zona aman yang berbatasan dengan wilayah pemukiman, dengan kesesuaian lahan U (tidak sesuai) untuk tanaman semusim dan padi sawah. Lahan pra tambang dengan kesesuaian lahan U (tidak sesuai) untuk tanaman semusim, juga dimanfaatkan oleh masyarakat meskipun kondisi lahan di sini sangat tidak sesuai untuk jenis komoditas tersebut, namun karena sebagian besar petani ini tidak memiliki lahan sendiri maka lahan- lahan seperti ini dimanfaatkan secara maksimal untuk bertani. Meskipun demikian usaha tani membuahkan hasil panen yang dapat dikatakan menguntungkan meskipun keuntungan tersebut baru dapat memenuhi sebagian kebutuhan pokok petani sehari- hari.

5.1.2 Kesesuaian Lahan Komoditas Pertanian di Desa Hambalang

Jenis komoditas pertanian yang diusahakan masyarakat desa Hambalang antara lain;

1. Tanaman pangan yaitu; ubi kayu/ singkong, jagung, dan kacang tanah adalah komoditas yang diusahakan oleh masyarakat. Ubi kayu merupakan komoditas dominan yang diusahakan oleh petani dengan memanfaatkan lahan- lahan yang sudah dikuasai pihak swasta (PT ITP, Megatama, Buana Estate, dan Yayasan Tirasa). Kacang panjang, dan cabe, juga diusahakan petani terutama di wilayah RW 5, 7, 6, dan 8. Komoditas ini diusahakan di lahan- lahan dengan kesesuaian U (tidak sesuai), S-3t (sesuai marginal) dengan pembatas topografi (t), dan S-3gt (sesuai marginal) dengan pembatas periode pertumbuhan (g) dan topografi (t)

2. Tanaman tahunan; mahoni, cengkeh, karet, coklat, dan buah-buahan, ditanam pada lahan dengan kesesuaian S-3t e (kurang sesuai) dengan pembatas

topografi dan bahaya erosi dan S-2t e (agak sesuai) dengan pembatas topografi dan erosi.