• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumberdaya Lahan di Wilayah Penambangan

1V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum PT Indocement Tunggal Perkasa Unit Citeureup

4.1.4. Sumberdaya Lahan di Wilayah Penambangan

Tidak semua lahan di wilayah penambangan milik perusahaan sudah dibuka dan ditambang. Oleh karena itu terdapat lahan- lahan yang masih dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar penambangan untuk usaha pertanian dan perkebunan tanaman pangan. Meskipun sifatnya sementara tetapi lahan ini masih dapat dikelola untuk pemanfaatan lain mulai dari penggunaan 1 sampai 2 tahun bahkan hingga puluhan tahun, Peluang ini memberikan dampak positif bagi ekonomi masyarakat di desa-desa sekitar terutama yang bermata pencaharian sebagai petani, meskipun berpotensi juga menimbulkan dampak negatif. Terdapat 3 jenis lahan di wilayah penambangan yang dimanfaatkan masyarakat yaitu :

4.1.4.1. Lahan Tidak Ditambang

Merupakan lahan yang dikuasai perusahaan tetapi tidak dilakukan penambangan di tempat tersebut. Lahan tersebut berfungsi sebagai zona aman antara kawasan tambang dengan pemukiman, di sekitar emplacment, dan lahan yang memiliki kandungan deposit sangat minimal. Kondisi ekologis lahan tidak jauh berbeda dengan keadaan sebelumnya. Terdapat hamparan lahan yang masih didominanasi tanah, tetapi ada juga lahan yang memiliki kandungan tanah rendah karena didominasi oleh batuan-batuan. Lokasi penambangan dengan wilayah pemukiman penduduk berjarak kurang lebih antara 200-300 m.

Berdasarkan survei di lapangan lahan zona aman di antara pemukiman pend uduk dan lokasi tambang dimanfaatkan untuk tanaman pangan, hortikultura sayuran, kayu dan buah. Kondisi lahan di zona aman ini bervariasi, ada yang

sumberdaya tanahnya masih cukup tebal kurang lebih diatas 50 cm (keterangan penduduk) biasanya lahan ini lokasinya sangat berdekatan dengan pemukiman penduduk. Terdapat juga lahan di zona aman yang kondisinya sangat kritis karena ketebalan tanahnya cukup tipis berdasarkan keterangan beberapa petani, kedelaman tanah dangkal (< 30) cm. Lahan ini berada lebih dekat dengan lokasi tambang, namun demikian masyarakat petani disekitar lokasi tersebut masih dapat memanfaatkannya untuk tanaman berumur pendek seperti; padi gogo, jagung, dan beberapa jenis tanaman sayuran seperti kacang pancang, buncis, ketimun, cabe, dan beberapa jenis sayuran lokal lainnya. Tanaman pisang merupakan salah satu tanaman sela yang juga ditanam oleh masyarakat.

Perusahaan memanfaatkan lahan tidak ditambang untuk proyek penanaman jarak pagar (Jatropha Curcas Linn) di lahan tidak ditambang seluas 30 ha yang sebelumnya dimanfaatkan masyarakat untuk pertanian tanaman pangan. Wilayah ini oleh penduduk setempat disebut Tegal Panjang. Namun terdapat pula wilayah penambangan yang tidak dapat dimanfaatkan untuk pertanian karena kondisinya yang merupakan daerah batuan dan tebing Jenis tutupan lahan di bebatuan lebih didominasi oleh rumput liar, ilalang, dan lumut. Kondisi lahan- lahan yang tidak ditambang beserta pemanfaatannya ditunjukkan pada Gambar Lampiran 2.

4.1.4.2. Lahan Pra Tambang

Merupakan lahan yang untuk sementara waktu belum ditambang karena operasioalisasi penambangan masih dilaksanakan di tempat lain. Mengingat laju penambangan menuju ke arah perut bumi maka laju pembukaan lahan baru untuk lokasi tambang relatif lambat. Menurut staf divisi penambangan (Mining Division) pembukaan lahan baru untuk tambang tidak direncanakan secara periodik karena didasarkan kebutuhan perusahaan, sehingga tidak dapat ditentukan apakah setiap tahun dilakukan pembukaan lahan baru. Berdasarkan potensi deposit yang diperkirakan dapat mendukung kebutuhan bahan baku hingga 70 tahun ke depan terhitung sejak 2003, berarti lahan pra tambang ini masih dapat dimanfaatkan usaha pertanian atau perkebunan dalam kurun waktu yang cukup lama.

Lahan- lahan yang belum dikelola untuk penambangan saat ini antara lain di Quarry C, E, Pabuaran, Lulut, sebagian quarry D dan sebagian di Quarry Hambalang. Di Quarry Hambalang diperkirakan dari 416 ha baru dibuka kurang

lebih 100 ha, jadi masih ada kurang lebih 300 ha luas lahan yang belum ditambang dan masih dimanfaatkan masyarakat untuk tanaman monokultur yaitu ubi kayu. Sedangkan pemanfaatan lahan pra tambang di wilayah penambangan Desa Lulut dan Leuwikaret (Quarry C, E, Pabuaran, Lulut dan sebagian Quarry D) oleh masyarakat adalah untuk tanaman berumur pendek seperti tanaman sayuran. Jika dilihat dari luasan setiap quarry maka lahan pra tambang di wilayah ini masih mencapai 1000 ha. Apabila ditambah dengan lahan cadangan berdasarkan Surat Izin Pemerintah Daerah (SIPD tahun 2000 dan 2003) seluas 5385 ha yaitu 2867 ha di Quarry D, dan 2344,5 ha di Quarry Hambalang maka lahan pra tambang ini masih sangat luas. PT ITP sendiri mengeluarkan kebijakan dalam memanfaatkan lahan pra tambang untuk penanaman jarak pagar di Quarry C, E, Pabuaran dan Quarry lain berdasarkan peta perencanaan penanaman jarak pagar, yang direncanakan selesai pada tahun 2014, sayangnya gambar peta ini tidak dapat diambil datanya. Kondisi lahan pra tambang dan pemanfaatannya dapat dilihat pada Gambar Lampiran 3.

4.1.4.3. Lahan Pasca Tambang

Merupakan lahan bekas dilakukan penambangan. Kondisi lahan sudah berubah dari rona awal, dimana tanah penutup batuan dapat dikatakan tidak ada karena sangat minim dan terjadi perubahan landscape lahan akibat penambangan. Tanah yang dikembalikan ke lahan ini tidak dapat menutup i keseluruhan lahan bekas tambang. Di Quarry A lahan bekas tambang sudah dimanfaatkan untuk areal industri dan sebagian lahan kosong saat ini dimanfaatkan perusahaan untuk penanaman tanaman jarak pagar seluas kurang lebih 7 ha. Di Quarry D dari 65 ha lahan pasca tambang 30 ha telah direklamasi dengan ve getasi tanaman tahunan seperti Jenjing (Albasia), Gamal (Glyricida sepium), Mahoni (Swietenia mahagon), dan Ki Hujan (Samanea saman). Umur vegetasi tersebut berkisar antara 2-7 tahun, Kondisi lahan, pemanfaatan dan perkembangan vegetasi di lahan pasca tambang dapat dilihat pada Gambar Lampiran 4. Lahan seluas 35 ha lainnya dimanfaatkan untuk penanaman pohon jarak pagar (Jatropha Curcas Linn). Hingga saat ini belum ada lahan yang dinyatakan sebagai lahan bekas tambang selain 65 ha yang sudah direvegetasi karena lahan yang sudah dibuka saat ini di Quarry D dan Hambalang masih dalam proses penambangan.

Pemanfaat lahan kawasan tambang saat ini adalah masyarakat dan perusahan sebagai pemilik hak tenurial wilayah tambang, jika dilihat dari kondisi di lokasi penelitian dan rencana kebijakan perusahaan. Masyarakat mema nfaatkan lahan yang tidak ditambang dan pra tambang sebagai lahan pertanian dan kebun tanaman keras seperti kayu dan buah. Sementara itu ada rencana perusahaan memanfaatkan lahan ini untuk menanam jarak pagar sebagai bahan bakar (alternatif biofuel) untuk mendukung operasional pabrik. Persepsi masyarakat berdasarkan informasi beberapa personal di pemerintahan desa, pemanfaatan lahan untuk penanaman jarak di lahan- lahan milik Indocement ini merupakan upaya perlindungan terhadap hak- hak terurial perusahaan dari klaim beberapa masyarakat. Kepentingan yang berbeda ini dalam realisasinya akan menimbulkan konflik jika tidak ada komunikasi dan musyawarah serta kerjasama antara masyarakat dan perusahaan.

Pengelolaan lahan pasca tambang juga harus direncanakan ke arah mana kebijakan pengelolaan lahan tersebut apakah ke arah perbaikan ekologi sumberdaya alam kawasan tambang berkelanjutan atau untuk pemanfaatan lain.