BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
H. Penyimpanan
I. Pengendalian Mutu
Kualitas adalah kumpulan sifat-sifat yang dideskripsikan ke bentuk produk ataupun jasa. Kualitas atau mutu produk memiliki peranan yang penting karena memiliki tanda kepercayaan yang bernilai bagi konsumen.
Karena pentingnya kualitas atau mutu maka harus dilakukan upaya yang disebut pengendalian mutu, Pengendalian mutu merupakan aktivitas untuk menjaga dan meningkatkan kualitas produk agar spesifikasi produk yang telah direncanakan tercapai (Nastiti, 2014).
Menurut konsep CPPB P-IRT tahun (2012) untuk dapat menghasilkan produk pangan yang bermutu dan aman, maka proses produksi harus dilakukan pengendalian yang benar. Pengendalian proses produksi pangan industri rumah tangga pangan dapat dilakukan dengan cara yaitu penetapan spesifikasi bahan, penetapan komposisi dan formulasi bahan, penetapan cara produksi yang baku, penetapan jenis, ukuran dan spesifikasi kemasan dan penetapan keterangan lengkap tentang produk yang akan dihasilkan termasuk nama produk, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa.
FINAL
commit to user
84 1. Pengendalian Mutu Bahan Baku
Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kualitas produk akhir. Bahan baku yang berkualitas baik akan menghasilkan produk akhir yang bermutu baik juga, sebaliknya jika bahan baku bermutu rendah hasil produk akhir juga tidak maksimal. Bahan baku yang digunakan selalu diperiksa kualitasnya secara visual.
Pengendalian bahan baku dilakukan dengan cara membandingkan bahan baku dengan peryaratan yang telah ditetapkan UKM dan persyaratan SNI yang berlaku. Bahan baku utama yang digunakan yaitu beras. Bahan tambahan yang digunakan cokelat batangan, cokelat bubuk, gula halus, air, garam dan minyak goreng. Konsep pengendalian mutu digunakan untuk memperbaiki pengendalian mutu yang sudah ada dan agar kualitas produk akhir terjaga.
a. Beras 1) Evaluasi
Beras merupakan bahan baku utama pembuatan intip buntel cokelat. Beras yang digunakan untuk produksi bermerk “Kepala Beras Super Enak” jenis C4. Beras dibeli langsung dengan cara mendatangi toko. Penyimpanan beras yaitu disimpan dalam toples besar yang bersih dan kering dengan kondisi suhu ruang dapat dilihat pada Gambar 4.43.
Gambar 4.43 Beras (Sumber : Dokumen Penelitian)
FINAL
commit to user
85
Pengawasan mutu beras dilakukan secara organoleptik oleh UKM ”Intip Buntel”, parameter yang digunakan yaitu warna dan kebersihan. Beras yang dimiliki UKM “Intip Buntel” berwarna tidak terlalu putih dan bersih dari benda asing. Hasil pengujian organoleptik dapat dilihat pada Tabel 4.35
Tabel 4.35 Hasil Pengujian Organoleptik Beras Jenis Uji Standar (SNI 6128:
2015)
Aktual
Warna Tidak terlalu putih Tidak terlalu putih Kebersihan Bersih dari benda
asing
Bersih dari benda asing
2). Konsep CPPB
Berdasarkan SNI 6128: 2015 pengendalian mutu dapat dilakukan secara visual yaitu dengan memperhatikan warna dan kebersihan beras. Beras yang berkualitas baik yaitu beras yang berwarna tidak terlalu putih dan bebas dari benda asing atau kotoran. Kualitas beras yang digunakan dan cara penyimpanan yang dipilih UKM “Intip Buntel” sudah sesuai SNI. Spesifikasi dan pengendalian mutu beras dapat dilihat pada Tabel 4.36
Tabel 4.36 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Beras Paramet
Bersih Menyimpan beras pada wadah yang bersih,
Air untuk memproduksi intip buntel cokelat menggunakan 2 jenis air yaitu air isi ulang untuk menanak beras dan air PDAM digunakan untuk mencuci beras dan kegiatan sanitasi. Sesuai dengan SNI 01-3553-2006 air yang digunakan harus tidak memiliki
FINAL
commit to user
86
aroma, rasanya normal, tidak berwarna dan keadaannya bersih.
Pengamatan mutu air dapat dilihat pada Tabel 4.37
Gambar 4.44 Air Isi Ulang Gambar 4.45 Air PDAM (Sumber : Dokumen Penelitian)
Tabel 4.37 Pengamatan Mutu Air Parameter Standar
(01-3553-2006)
Aktual
Aroma Tidak beraroma Tidak beraroma
Rasa Normal Normal
Warna Jernih Jernih
Air PDAM yang digunakan untuk mencuci bahan telah sesuai dengan persyaratan air CPPB-IRT. Air isi ulang yang digunakan untuk menanak beras telah memenuhi persyaratan air minum atau air bersih CPPB-IRT. Persyaratan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.38.
Tabel 4.38 Persyaratan Air CPPB-IRT (2012)
No. Persyaratan CPPB-IRT Sesuai Tidak
Sesuai 1. Air yang digunakan untuk produksi
pangan harus memenuhi persyaratan air minum atau air bersih sesuai undang-undang
2. Air untuk mencuci bahan pangan seharusnya memenuhi persyaratan air bersih
3. Air, es dan uap panas harus dijaga agar tidak tercemari oleh bahan dari luar
FINAL
commit to user
87 2) Konsep CPPB
Tabel 4.39 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Air Isi Ulang Parame
ter
Batas Kritis
Tindakan Pengendalian Tindakan Koreksi Aroma Tidak
beraro ma
Menyimpan air ditempat yang jauh dari bahan beraroma kuat selalu Mengecek aroma air setiap kali akan digunakan
Rasa Normal Melakukan pengecekan Apabila rasa tidak setiap kali air akan
digunakan
Menutup air isi ulang dengan tutup secara rapat
normal maka
Minyak goreng yang digunakan bermerk “Vicolina”, kemasan minyak goreng “Vicolina” yaitu diwadahi botol plastik transparan. Minyak goreng disimpan di rak bahan produksi yang bersih dan tidak terkena sinar matahari langsung. Pemilik UKM telah membuat aturan yaitu minyak goreng hanya boleh digunakan sebanyak 3-4 kali penggorengan, Hal ini sesuai dengan pernyataan Salmiah dkk. (2015) bahwa minyak goreng setelah 4 kali penggunaan harus diganti untuk menghindari produk menjadi tengik. Minyak goreng bermerk “Vicolina” dapat dilihat pada Gambar 4.46
FINAL
commit to user
88
Gambar 4.46 Minyak Goreng (Sumber : Dokumentasi Penelitian) Tabel 4.40 Pengamatan Mutu Minyak Goreng
Parameter Standar (SNI 01-3741-2002)
Aktual
Aroma Normal Normal
Warna Kuning muda Kuning muda
Berdasarkan Tabel 4.40 pengamatan mutu minyak goreng secara organoleptik sudah sesuai dengan SNI 01-3741-2002 berdasarkan parameter warna, aroma dan rasa. Pemilihan minyak goreng sudah baik, pada kemasan minyak goreng tertera nomor BPOM dan halal MUI.
2). Konsep CPPB
Tabel 4.41 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Minyak Goreng Paramet
er
Batas Kritis
Tindakan Pengendalian Tindakan Koreksi Aroma Norma
l
Menutup rapat minyak goreng agar tidak menyerap bau dari lingkungan
Menyimpan minyak dengan minyak baru
Warna Kunin dalam wadah tertutup rapat, jauh dari sinar matahari
Tidak menggunakan
commit to user
89 d. Garam
1) Evaluasi
Garam dalam pembuatan intip digunakan agar intip berasa gurih dan agak asin. Untuk air 1 liter menggunakan garam sebanyak 10gram. Garam yang digunakan bermerk “Gardium” dan berjenis garam konsumsi beryodium. Bentuk garam yang digunakan butiran halus, berwarna putih bersih dan kering. Pada kemasan garam sudah tertera label SNI dan kode halal MUI dapat dilihat pada Gambar 4.47.
Gambar 4.27 Garam
(Sumber : Dokumentasi Penelitian)
Pengamatan mutu garam dilakukan dengan cara membandingkan keadaan visual garam dengan standar garam berdasarkan SNI 01-3556-2000. Mutu garam secara organoleptik sudah sesuai dengan standar SNI. Pengamatan mutu garam dapat dilihat pada Tabel 4.42.
Tabel 4.42 Pengamatan Mutu Garam Parameter Standar (SNI
01-3556-2000)
Aktual
Rasa Asin Asin
Kebersihan Bersih Bersih
2) Konsep CPPB
FINAL
commit to user
90
Tabel 4.43 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Garam Paramet Rasa Asin Pengecekan segel
kemasan
Penyimpanan ditempat yang bersih dan kering Pengecekan rasa khusus yang bersih dan kering
Apabila ada kotoran maka dilakukan sortasi
e. Bawang putih putih oleh pemilik UKM “Intip Buntel” disimpan ditempat khusus bahan yang kering dan bersih dapat dilihat pada Gambar 4.48.
Bawang putih yang digunakan UKM “Intip Buntel” telah sesuai dengan standar SNI 01-3160-1992 secara organoleptik atau visual.
Pengamatan mutu bawang putih dapat dilihat pada Tabel 4.44 Tabel 4.44 Pengamatan Mutu Bawang Putih
Parameter Standar (SNI
commit to user
91
Gambar 4.48 Bawang Putih (Sumber : Dokumentasi Penelitian) 2) Konsep CPPB
Tindakan pengendalian yang dilakukan UKM “Intip Buntel” sudah cukup baik hanya dilakukan secara continue.
Berdasarkan SNI bawang putih yang dapat digunakan yaitu bawang putih yang tua, bersih dan untuh. Pengendalian mutu pada bawang putih dapat dilihat pada Tabel 4.45
Tabel 4.45 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Bawang Putih Parameter Batas
Tua Pengeckan ketuaan bawang putih
Kebersihan Bersih Pengecekan
kebersihan bawang putih
Menyimpan bawang putih ditempat yang bersih dan kering
Apabila ada kotoran
commit to user
92
Cokelat bubuk digunakan untuk taburan intip. Cokelat bubuk digunakan bersamaan dengan gula halus dengan perbandingan 1:3, dimana 1 merupakan cokelat bubuk dan 3 gula halus pencampuran ini dimaksutkan agar rasa intip tidak terlalu pahit. Cokelat bubuk bermerk “Choco Caramel”. Produk terdapat nomor BPOM dan nomor halal MUI pada kemasannya dapat dilihat pada Gambar 4.49. Campuran cokelat bubuk dan gula halus yang digunakan untu 100 gram intip yaitu ±10 sendok makan.
Cokelat bubuk yang digunakan sudah sesuai dengan SNI 3747:
2009 yaitu memiliki warna, aroma dan rasa yang khas cokelat.
Cokelat bubuk yang digunakan telah sesuai dengan SNI cokelat bubuk, pengamatan mutu cokelat bubuk dapat dilihat pada Tabel 4.46
Tabel 4.46 Pengamatan Cokelat Bubuk Parameter Standar (SNI
3747: 2009)
Aktual
Warna Khas Cokelat Beraroma cokelat tanpa aroma asing
Aroma Khas Cokelat Warna cokelat khas cokelat Rasa Khas Cokelat Rasa khas cokelat
Gambar 4.49 Cokelat bubuk (Sumber : Dokumentasi Penelitian) 2) Konsep CPPB
FINAL
commit to user
93
Tabel 4.47 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Cokelat Bubuk Parameter Batas mendekati terlalu tua maka formulasi gula
g. Cokelat Batangan 1) Evaluasi
Cokelat batangan yang digunakan berjenis Dark Chocolate. Merk dagangnya yaitu “Colatta Pastry”. Pada kemasan cokelat sudah tertera nomor BPOM dan nomor halal MUI, pada kemasan cokelat tertera berat netto yaitu 1 kg, kenampakan kemasan cokelat dapat dilihat pada Gambar 4.50. Untuk mengolesi 100 gram intip dibutuhkan ±40 gram cokelat batangan.
Cokelat batangan digunakan untuk perekat cokelat bubuk dan gula halus, cokelat batangan terlebih dahulu lelehkan dengan teknik steam agar cokelat dapat meleleh dan tidak gosong, selama proses steam cokelat diaduk sehingga seluruh bagian cokelat meleleh.
Cokelat akan menghasilkan intip dengan rasa manis pahit dan
FINAL
commit to user
94
aroma khas cokelat. Cokelat batangan yang digunakan sudah sesuai dengan SNI yaitu memiliki aroma, warna dan rasa khas cokelat, pengamatan mutu cokelat batangan dapat dilihat pada Tabel 4.48 Tabel 4.48 Pengamatan Mutu Cokelat Batangan
Parameter Standar (SNI 7934:2014)
Aktual
Aroma Khas Cokelat Beraroma cokelat
Warna Khas Cokelat Warna cokelat tua khas cokelat Rasa Khas Cokelat Rasa khas cokelat
Gambar 4.50 Dark Chocolate Compound (Sumber : Dokumentasi Penelitian) 2) Konsep CPPB
Berdasarkan konsep CPPB, sebaiknya cokelat yang belum digunakan namun kemasannya sudah terbuka maka sebaiknya dikemas dengan plastik klip kecil sehingga 1 kemasan klip cokelat digunakan untuk 1 kali pemakaian.
Tabel 4.49 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Cokelat Batangan Paramet
er
Batas Kritis
Tindakan Pengendalian Tindakan Koreksi Penyimpan cokelat dalam kemasan yang tertutup rapat
Saat pelelehan
Pengecekan secara visual saat pembelian
Penyimpanan dengan kemasan bersih dan tertutup rapat
commit to user
Tindakan Pengendalian Tindakan Koreksi Rasa Rasa
khas cokelat
Pengecekan secara visual Penyimpanan dengan kemasan yang tertutup rapat Disimpan pada tempat yang
Penyimpanan tidak dekat dengan bahan beraroma kuat
Apabila aroma Gambar 4.51. Gula halus digunakan untuk taburan intip agar intip tidak terlalu pahit karena jika hanya menggunakan cokelat bubuk rasanya akan pahit.. Pencampuran gula halus dengan cokelat bubuk yaitu 3:1 dimana 3 adalah gula halus dan 1 adalah cokelat bubuk.
Campuran cokelat bubuk dan gula halus yang digunakan untu 100 gram intip yaitu ±10 sendok makan. Gula halus secara organoleptik sudah sesuai dengan persyaratan SNI 01-3140-2001 yaitu warna putih bersih dan rasanya manis. Pengamatan gula halus dapat dilihat pada Tabel 4.50
Tabel 4.50 Pengamatan Gula Halus Parameter Standar (SNI
01-3140-2001)
Aktual
Warna Putih bersih Putih bersih
Rasa Manis Manis
FINAL
commit to user
96
Gambar 4.51 Gula Halus (Sumber : Dokumentasi Penelitian) 2) Konsep CPPB
Tabel 4.51 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Gula Halus Parameter Batas
Kritis
Tindakan Pengendalian Tindakan Koreksi Warna Putih
Rasa Manis Pengecekan rasa secara organoleptik
Menyimpan ditempat yang bersih, kering dan terhindar dari sinar
Bersih Pengecekan kebersihan gula halus
2. Pengendalian Mutu Proses
Pengendalian mutu proses juga memiliki pengaruh pada mutu produk akhir. Pengendalian mutu meliputi beberapa tahap yaitu pemantauan setiap tahap proses, melakukan tindakan koreksi dan menghilangkan masalah penyebab kurang baiknya produk akhir. Bahan utama dalam pembuatan intip yaitu beras. Bahan tambahannya yaitu cokelat batang, cokelat bubuk, gula halus, garam dan bawang putih.
FINAL
commit to user
97 A. Preparasi bahan dan bumbu
a. Preparasi Bawang Putih Halus
Gambar 4.52 Diagram Alir Pembuatan Bawang Putih Halus b. Preparasi Campuran Bubuk
Gambar 4.53 Diagram Alir Pembuatan Campuran Bubuk c. Preparasi Pelelehan Cokelat Batangan
Gambar 4.54 Diagram Alir Pelelehan Cokelat Batangan Bawang putih
Penghalusan dengan diulek
Bawang putih halus
Cokelat bubuk dan Gula halus (1:3)
Pencampuran dalam wadah toples
Campuran bubuk cokelat dan gula halus
Cokelat batangan 100 g Pemasukkan dalam panci kecil
Pemasakan pada panci yang lebih besar Pemasukkan panci kecil kedalam paci lebih besar
Air 200 ml
Pemanasan cokelat sampai meleleh Cokelat leleh
FINAL
commit to user
98
Setelah beberapa bahan dipreparasi, selanjutnya masuk kedalam tahap pembuatan intip, diagram alir pembuatan intip buntel cokelat dapat dilihat pada Gambar 4.55
Beras 2 kg
Pencucian beras
Penanakan beras selama 60 menit
Pengeringan intip pertama
Pengasinan
Pengeringan intip kedua Air bersih
Air isi ulang 4 L
Garam 10 gram, bawang putih halus 25 gram, air 1
liter
Penggorengan
Penirisan
Pengolesan sampai rata
Penaburan sampai rata
Pengemasan
Gambar 4.55 Diagram Alir Pembuatan Intip Buntel Cokelat Minyak goreng 10 L
Cokelat leleh 720 g
Campuran bubuk cokelat dan gula halus (1:3)
Pemotongan intip
FINAL
commit to user
99
Berdasarkan diagram alir pembuatan intip buntel cokelat, evaluasi pengendalian mutu dan konsep CPPB proses produksi intip buntel cokelat di UKM “Intip Buntel” sebagai berikut:
a. Preparasi Penghalusan Bawang Putih 1) Evaluasi
Penghalusan bawang putih merupakan tahap penghancuran bawang putih dengan cara tradisional yaitu di ulek sampai menjadi pasta. Bawang putih yang digunakan pada tahap ini yaitu bawang putih yang sudah tua dapat dilihat pada Gambar 4.56. Evaluasi mutu penghalusan bawang putih dapat dilihat pada Tabel 4.52
Gambar 4.56 Bawang Putih (Sumber: Dokumentasi Penelitian)
Tabel 4.52 Evaluasi Mutu Proses Penghalusan Bawang Putih
Proses Parameter Proses Pengujian
produk inline proses
Standar Aktual
Penghalusan bawang putih
Halus (menjadi pasta)
Halus (menjadi pasta)
Pengecekan kehalusan pasta bawang putih 2) Konsep CPPB
Penghalusan bawang putih masih menggunkan ulekan atau secara tradisional, sebaiknya penghalusan bawang putih menggunakan blender agar lebih efisien. Spesifikasi dan pengendalian mutu preparasi penghalusan bawang putih dapat dilihat pada Tabel 4.53
FINAL
commit to user
100
Tabel 4.53 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Proses Penghalusan Bawang Putih
Proses Parameter Batas Kritis Tindakan Pengendalia
n
Tindakan Koreksi Penghalus
an bawang putih
Kehalusan Halus Pengecekan kehalusan pasta
Apabila pasta belum halus maka dihaluskan kembali sampai membentuk pasta yang halus b. Pencampuran Cokelat Bubuk dan Gula Halus
1) Evaluasi
Pencampuran cokelat bubuk dan gula halus dilakukan agar rasa intip tidak pahit. Pencampuran cokelat bubuk dan gula halus menggunakan perbandingan 1:3. Jumlah gula yang digunakan lebih banyak dari pada cokelat bubuk, hal ini agar rasa campuran bubuk tidak pahit. Pencampuran dan penyimpanan dilakukan didalam wadah toples plastik foodgrade dapat dilihat pada Gambar 4.57. Evaluasi mutu pencampuran cokelat bubuk dan gula halus dapat dilihat pada Tabel 4.54
Gambar 4.57 Toples Bubuk Campuran (Sumber: Dokumentasi Penelitian)
FINAL
commit to user
101
Tabel 4.54 Evaluasi Mutu Proses Pencampuran Cokelat Bubuk Dan Gula Halus
Proses Parameter Proses Pengujian
produk inline
Tercampur rata Pengecekan kerataan campuran bubuk 2) Konsep CPPB
Spesifikasi dan pengendalian mutu proses pencampuran cokelat bubuk dan gula halus
Tabel 4.55 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Proses Pencampuran Cokelat Bubuk Dan Gula Halus Proses Parameter Batas Kritis Tindakan
Pengendalia c. Pelelehan Cokelat Batangan
1) Evaluasi
Pelelehan cokelat batangan dilakukan menggunakan teknik steam, hal ini agar cokelat meleleh namun tidak membuat cokelat terpapar panas secara langsung, dengan begitu cokelat tidak mudah gosong. Cokelat batangan yang digunakan berjenis dark choco merk “Collata pastry”. Pelelehan cokelat dilakukan dengan suhu antara 33-37oC. Kenampakan cokelat yang sudah dilelehkan dengan teknik steam dapat dilihat pada Gambar 4.58
FINAL
commit to user
102
Gambar 4.58 Cokelat Leleh (Sumber: Dokumentasi Penelitian)
Evaluasi mutu proses pelelehan cokelat batangan dapat dilihat pada Tabel 4.56
Tabel 4.56 Evaluasi Mutu Proses Pelelehan Cokelat Batangan
Proses Parameter Proses Pengujian
produk inline
Spesifikasi dan pengendalian mutu proses pelelehan cokelat dapat dilihat pada Tabel 4.57
Tabel 4.57 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Proses Pelelehan Cokelat
Proses Parameter Batas Kritis
commit to user
103 d. Pencucian beras
1) Evaluasi
Proses awal membuat intip buntel yaitu dengan mencuci beras minimal 3 kali pengulangan pencucian atau sampai bersih dapat dilihat pada Gambar 4.59. Air yang digunakan untuk mencuci beras yaitu air PDAM, sebelum proses pencucian beras dilakukan pengecekan air PDAM dari segi kebersihannya baru kemudian akan dipakai untuk membersihkan atau mencuci beras.
Mutu proses pencucian beras yaitu beras bersih dan pengujian pada proses ini yaitu pengecekan kebersihan beras dan warna cucian beras. Evaluasi mutu proses pencucian beras dapat dilihat pada Tabel 4.58
Tabel 4.58 Evaluasi Mutu Proses Pencucian Beras
Proses Parameter Proses Pengujian
produk inline proses
Standar Aktual
Pencucian beras
Beras bersih Beras bersih Pengecekan kebersihan beras dan pengecekan warna cucian air beras
Gambar 4.59 Proses Pencucian Beras (Sumber : Dokumen Penelitian)
FINAL
commit to user
104 2) Konsep CPPB
Spesifikasi dan pengendalian mutu proses pencucian beras dapat dilihat pada Tabel 4.59
Tabel 4.59 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Proses Pencucian Beras
Proses Parameter Batas Kritis Tindakan Pengendalia e. Penanakan beras
1) Evaluasi
Proses penanakan nasi menggunakan panci kastrol dengan waktu penanakan sekitar 60 menit. Penanakan menggunakan api kecil agar intip tidak gosong. Aronan nasi diaduk setiap 20 menit agar matang merata. Pengadukan sebaiknya menggunakan pengaduk berbahan stainless steel bukan kayu agar mengurangi kontaminasi. Beras yang digunakan untuk penanakan yaitu 2 kg perharinya, setiap panci kastrol dapat digunakan untuk menanak sebanyak 200 g beras. Perbandingan beras dan air yang digunakan yaitu ± 1:2. Maka bila jumlah beras yang digunakan untuk proses penanakan sebanyak 200 g maka air yang dibutuhkan untuk
FINAL
commit to user
105
menanak nasi sebanyak ± 400 ml. Evaluasi mutu penanakan nasi dapat dilihat pada Tabel 4.60.
Tabel 4.60 Evaluasi Mutu Penanakan Nasi
Proses Parameter Proses Pengujian
produk
Gambar 4.57 Penanakan Nasi (Sumber : Dokumentasi Penelitian) 2) Konsep CPPB
Spesifikasi dan pengendalian mutu proses penanakan dapat dilihat pada Tabel 4.61
Tabel 4.61 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Proses Penanakan Proses Parameter Batas Kritis Tindakan
Pengendalian
f. Pengeringan pertama
FINAL
commit to user
106 1) Evaluasi
Pengeringan pertama dilakukan apabila intip dan nasi sudah dipisahkan. Pengeringan pertama berfungsi untuk mengurangi kadar air intip dengan cara intip dijemur dibawah sinar matahri sampai intip setengah kering dapat dilihat pada Gambar 4.58, pengeringan dilakukan selama 6 jam dengan membolak-balikkan intip setiap 3 jam sekali. Pengujian yang dilakukan pada tahap ini yaitu memastikan intip sudah setengah kering dengan tanda intip menjadi lebih kaku. Menurut Suprapti (2005) suhu pengeringan dengan sinar matahari memiliki suhu ± 40oC – 60oC. Evaluasi mutu pengeringan pertama dapat dilihat pada Tabel 4.62
Tabel 4.62 Evaluasi Mutu Pengeringan Pertama
Proses Parameter Proses Pengujian
produk inline proses
Standar Aktual
Pengeringan pertama
Waktu
pengeringan 6 jam
Intip setengah kering
Waktu pengeringan selama 6 jam Intip setengah kering
Intip setengah kering ditandai dengan intip menjadi lebih keras
Gambar 4.58 Proses Pengeringan Pertama (Sumber : Dokumentasi Penelitian) 2) Konsep CPPB
Berdasarkan konsep CPPB sebaiknya proses pengeringan dilakukan menggunakan mesin cabinet dryer. Mesin cabinet dryer
FINAL
commit to user
107
memudahkan untuk mengatur suhu dan waktu sehingga akan membuat tingkat kekeringan intip bisa sama rata dan lebih hemat waktu. Spesifikasi dan pengendalian mutu proses pengeringan pertama dapat dilihat pada Tabel 4.63
Tabel 4.63 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Proses Pengeringan Pertama
Proses Parameter Batas Kritis Tindakan Pengendalian
Proses pengasinan dilakukan pada intip yang sudah setengah kering. Pengasinan dilakukan dengan cara mencelupkan intip pada larutan dan dibolak balik sampai semua bagian terkena larutan dapat dilihat pada Gambar 4.61. Larutan berasal dari garam dan bawang putih halus yang dicampurkan dengan air putih.
Garam yang digunakan ± 10 gram, bawang putih halus yang digunakan ± 25 gram, dan air yang digunakan ± 1 liter, formulasi tersebut dapat untuk mengasinkan ± 20 intip. Proses pengasinan dilakukan agar intip memiliki rasa gurih dan sedikit asin. Evaluasi mutu pengasinan dapat dilihat pada Tabel 4.64
FINAL
commit to user
108
Tabel 4.64Evaluasi Mutu Pengasinan
Proses Parameter Proses Pengujian
produk inline
Gambar 4.62 Proses Pengasinan (Sumber : Dokumentasi Penelitian) 2) Konsep CPPB
Berdasarkan konsep CPPB sebaiknya pengaduk yang dipakai berbahan stainless steel bukan kayu untuk mengurangi kontaminasi produk dan memudahkan dalam pencucian atau pembersihan. Spesifikasi dan pengendalian mutu proses pengasinan dapat dilihat pada Tabel 4.65
Tabel 4.65 Spesifikasi dan Pengendalian Mutu Proses Pengasinan Proses Parameter Batas Kritis Tindakan
Pengendalian
commit to user
109
Pengeringan kedua dilakukan setelah intip sudah melalui proses pengasianan. Proses pengeringan kedua sama seperti pengeringan pertama menggunakan alat stainless steel dan penjemuran dengan sinar matahari kisaran suhu 40oC – 60oC, namun bedanya pada proses pengeringan kedua, intip dikeringkan sampai benar-benar kering dapat dilihat pada Gambar 4.63. Ciri-ciri intip yang sudah benar kering yaitu intip menjadi kaku dan bila dipatahkan akan berbunyi “tek”. Proses pengeringan kedua memakan waktu 6-12 jam dengan pembolak-balikan 3 jam sekali,
Pengeringan kedua dilakukan setelah intip sudah melalui proses pengasianan. Proses pengeringan kedua sama seperti pengeringan pertama menggunakan alat stainless steel dan penjemuran dengan sinar matahari kisaran suhu 40oC – 60oC, namun bedanya pada proses pengeringan kedua, intip dikeringkan sampai benar-benar kering dapat dilihat pada Gambar 4.63. Ciri-ciri intip yang sudah benar kering yaitu intip menjadi kaku dan bila dipatahkan akan berbunyi “tek”. Proses pengeringan kedua memakan waktu 6-12 jam dengan pembolak-balikan 3 jam sekali,