• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. SISTEMATIKA PENULISAN

1. Pengertian Akhlak Anak Dalam Keluarga

Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab

1 ? \ dalam bentuk jam a', sedang mufrodnya adalah < ' , yang dalam Kamus Bahasa Arab Indonesia karya Mahmud Yunus berarti perangai.1 Sedangkan dalam Kamus Al Muyassar karya Zaid Husein Al Hamid berarti perilaku.2 Menurut W. J. S. Poerwadarminta akhlak adalah budi pekerti, watak, tabiat.3

Menurut Rachmat Djatnika, menyebutkan bahwa akhlak bersinonim dengan etika dan moral. Etika dan moral berasal dari bahasa latin, yakni etos dan mores yang memiliki arti sama yaitu kebiasaan. Sedang budi pekerti dalam bahasa Indonesia merupakan kata mejemuk dari kata budi dan pekerti. Kata budi berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti yang sadar, pekerti berasal dari bahasa Indonesia sendiri yang berarti kelakuan.4

Secara terminologis, akhlak merupakan perilaku manusia yang didasari oleh kesadaran berbuat baik yang di dorong keinginan hati dan

'Yunus Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Yayasan Penyelenggara Asmteriemah/Pentafsiran Al Qur'ah, PT. Hidakarya Agung, Cetakan VIII, Jakarta, 1990. him. 120 2 Zaid Husein Al Hamid, Kamus A l Muyassar, Raja Murah, Pekalongan, 1982, him. 200 3 W. J. S. Poerwadarmintd, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. Jakarta. 1982. him. 25

4Rahmat Djatnika, Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia), Pustaka Panjimas, Jakarta, Cetakan II, 1996, him. 26

selaras dengan pertimbangan akal.3 Pengertian ini berseberangan dengan konsep khuluk dari Al Ghazali. Menurut Al Ghazali dalam Ihya' Ulumuddin yakni:

Akhlak (budi oekerti) adalah menerangkan tentang keadaan dalam jiwa yang menetap di dalamnya. Dan daripadanyalnh terbit serttUa perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan kepada pemikiranj dan penelitian.5 6

Selanjutnya Ibnu Miskawaih yang dikutip oleh Aunur Rahim Fakih dan Artitr Mu'allim menjelaskan bahwa keadaan gerak jiwa tersebut meliputi dua hal. Yatig pertama, alamiah dan bertolak dari watak, seperti adanya orang mudah marah hahya karfetia masalah yatig sangat sepele, atau tertawa berlebihan hanya kdretta suatu hal yang biasa saja, atau sedih berlebihan hdtlya karena mendengar berita yang tidak terlalu memprihatinkan. Yang kedua, tercipta melalui kebiasaan atau latihan. Pada awalnya keadaan tersebut terjadi karena dipertimbangkan dan dipikirkan, nartiuh kemudian menjadi karakter yang melekat tanpa dipertimbangkan dan dipikirkan masak-masak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahvVa akhlak merupakan manivestasi Iman, Islam dan Ihsan yang merupakan rfefieksi sifat dan jiw a secara spontan yang terpola pada diri seseorang sehingga dapat melahirkan perilaku secara konsisten dan tidak tergantung pada pertimbangan mendasar interest tertentu.

5Aunur Rahim Fakih dan Amir Mu'allim, Ibadah dan Akahlak dalam Islam, UII Press, Yogyakarta, 1998, him. 109

Sifat dan jiwa yang melekat dalam diri seseorang menjadi pribadi yang utuh dan menyatu dalam diri orang tersebut, sehingga akhirnya tercermin melalui tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari bahkan menjadi adat kebiasaan.

Rachmat Djatnika mendukung dari pendapat-pendapat tersebut diatas, yang saling bertentangan itu, dan beliau membuat suatu alternatif yang akhirnya menjadi suatu kesimpulan dengan jalan memadukan pendapat-pendapat tersebut dengan penjelasan secara lebih rinci tentang pembiasaan kehendak tersebut, beliau mengutip dari Ahmad Amin dalam bukunya Al Akhlak mengatakan :

Artinya : “Khuluk ialah membiasakan kehendak.”

Rachmat Djatnika menjelaskan apa yang dimaksud dengan 'adah

dan iradah. Yang dimaksud dengan kata 'adah adalah perbuatan itu selalu diulang-ulang sedang mengerjakannya dengan syarat:

Pertama : ada kecenderungan hati kepadanya

Kedua : ada pehgulangan yang cukup banyak, sehingga mudah mengerjakannya tanpa memerlukan pikiran lagi.

Sedangkan yang yang dimaksud dengan iradah, adalah menangnya keinginan martusia setelah dia bimbang. Proses terjadinya iradah itu adalah sebagai berikut:

Pertama : timbul keinginan-keinginan setelah ada stimulan-stimulan melalui indra-indranya.

Kedua : timbul kebimbangan, mana yang harus ia pilih diantara keinginan-keinginan yang banyak itu, padahal harus memilih hanya satu saja diantara yang banyak itu. Dengan lain perkataan, mana yang harus didahulukan, karena tidak mungkin mengerjakan semua keinginan dalam satu waktu yang sama.

Ketiga : mengambil keputusan menentukan keinginan yang dipilih diantara keinginan yang bariyak itu.

Apabila iradah ini dibiasakan, diulang-ulang dengan cukup banyak, sehingga setiap ada kasus yang demikian, tanpa memikirkan dan mempertimbangkan lagi ia telah memilih yang terbiasa tersebut, maka

iradah yang telah terbiasa itulah yang disebut akhlak.'

Sedangkan pengertian akhlak menurut Ali Abdul Halim Mahmud yaitu:

a. Secara garis besar, pengertian akhlak menurut ajaran Islam ialah kata “akhlak” menunjukkan sejumlah sifat tabiat asli (fitri) pada manusia dan sejumlah sifat yang diusahakan sehingga seolah-olah fitrah. Akhlak ini memiliki dua bentuk, pertama bersifat batiniyah (kejiwaan), dan yang kedua bersifat zahiriyah yang terwujud dalam perilaku. 7

b. Secara lebih khusus akhlak diartikan sebagai sejumlah prinsip (mabda') dan nilai yang mengatur seorang muslim, yang dibatasi oleh wahyu untuk mengatur kehidupan manusia dan menetapkan pedoman baginya demi merealisasikan tujuan keberadaannya di muka bumi, yaitu beribadah kepada Allah SWT, untuk meraih kebahagiaan di

o dunia dan akhirat.

Sedangkan pengertian akhlak merturut W. J. S. Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah budi pekerti, watak, tabiat.8 9 *

Anak adalah manusia yang masih kecil.'0 Yang mana anak tersebut akan mengalami perkembangan baik fisik maupun psikisnya.

Lingkungan keluarga adalah lingkungan rumah tangga yang terdiri atas ayah, ibu, dan dan keluarga lain yang hidup dalam lingkungan keluarga tersebut, dimana dalam keluarga tersebut terjalin sebuah hubungan lahir dan batin yang saling mendukung satu dettgan yang lain sehingga dirasakan ada kewenangan dan hak untuk saling rilemberi dan menerima.

8Ali Abdul Halim Mahmud, Karakteristik Umat Terbaik (Telaah Manhaj, Aqidah, dan Harakah). Gema Insani Press. Jakarta. Cetakan I. 1996. hlm_^

9W. J. S. Poerwadarminta, op. cit., him. 25 '°Ibid, him. 38

Menurut Sutjipto Wirovvidjojo yang dikutip oleh Slameto mengatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama."

Menurut William J. Goode lebih jauh lagi keluarga tersebut dapat berfungsi sebagai sarana pemecahan masalah sosial yang kronis. Keluarga sebagai unsur inti dalam struktur sosial yang mempunyai kedudukan utama yaitu fungsi pengantara pada masyarakat besar.11 12

Dari apa yang telah dipaparkan diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengertian dari akhlak anak dalam keluarga adalah sejumlah prinsip-prinsip nilai yang mengatur budi pekerti, tingkah laku, watak, tabiat yang ada pada diri anak/manusia yang masih kecil yang hidup dalam lingkungan rumah tangga yang ada pada awalnya tingkah laku tersebut merupakan hasil pemikiran dan pertimbangan, namun kemudian menjadi karakter yang melekat tanpa pertimbangan dan dipikirkan masak-masak. Yang mana sifat dan jiwa yang melekat tersebut dalam diri seseorang akan menjadi pribadi yang utuh dan menyatu dalam diri orang itu sehingga akhirnya tercermin melalui tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari bahkan menjadi adat kebiasaan.

Oleh karena itu, keluarga/rumah tangga/orang tua merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi pendidikan dan pembentukan

11 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, Edisi Revisi, 1995, him. 61

12William J. Goode, Sosiologi Keluarga, PT. Bina Aksara, Jakarta, Edisi Pertama, 1985, him. 3

akhlak anak, walaupun keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat dan disana merupakan tempat pendidikan dan pembentukan akhlak anak dalam ukuran kecil, namun bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia sekalipun. Begitu juga kalau akhlak anak dalam lingkungan keluarga baik, maka dilingkungan sekolah, masyarakat, bangsa, dan duniapun akan baik pula.

Dari pernyataan diatas, maka dapat dipahami betapa pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan dan pembentukan akhlak anak. Yang mana hal itu akan berpengaruh pada kedisiplinan belajar anak di sekolah.

2. Ruang Lingkup Akhlak

Dalam membahas ruang lingkup akhlak, Kahar Masyhur, yang dikutip oleh Aunur Rahim Fakih dan Amir Mu'allim menyebutkan bahwa ruang lingkup akhlak meliputi bagaimana seharusnya seseorang bersikap terhadap penciptanya, terhadap sesama manusia seperti dirinya sendiri, terhadap keluarganya, serta terhadap masyarakatnya. Disamping itu juga meliputi bagaimana seharusnya bersikap terhadap makhluk lain seperti terhadap malaikat, jin, iblis, hewan dan tumbuh-tumbuhan.,J

Ahmad Azhar Basyir yang dikutip oleh Aunur Rahim Fakih dan Amir Mu'allim menyebutkan cakupan akhlak meliputi semua aspek kehidupan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk penghuni dan yang memperoleh bahan 3

kehidupannya dari alam, serta sebagai makhluk ciptaan Allah. Dengan kata lain, akhlak meliputi akhlak pribadi, akhlak keluarga, akhlak sosial, akhlak politik, akhlak jabatan, akhlak terhadap alam dan akhlak terhadap Allah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ruang lingkup akhlak yakni:

a. Akhlak terhadap Tuhan

b. Akhlak terhadap istri, akhlak terhadap suami, akhlak terhadap anak, akhlak terhadap sanak keluarga.

c. Akhlak terhadap masyarakat yang meliputi, akhlak terhadap tetangga, akhlak terhadap tamu dan sebagainya.

d. Akhlak terhadap makhluk lain seperti, akhlak terhadap binatang, akhlak terhadap tumbuh-tumbuhan, danm. akhlak terhadap alam sekitar.14

Disini penulis menyoroti pada point kedua yaitu akhlak terhadap keluarga, yang mana akhlak anak dalam keluarga meliputi : akhlak anak terhadap orang tua, dan akhlak an ak terhadap kakak dan adiknya (saudaranya). Selain itu juga bagaimana anak tersebut berperilaku yang baik antar anggota keluarga dan berperilaku yang baik dalam bidang keagamaan.

a. Akhlak Anak Terhadap Orang Tua

Berbhakti kepada orang tua merupakan manivestasi akhlakul karimah. Barakhlakul karimah kepada orang tua hukumnya wajib, jika

seorang anak tidak berbhakti kepada orang tua, apalagi mendurhakai orang tua, maka ia telah berdosa karena melanggar kewajiban yang dibabankan kepadanya. Seorang disebut durhaka jika tidak mau berbhakti kepada orang tua, atau menentang dalam hal kebaikan atau menyakiti hati mereka.

Al Qur'an menempatkan bhakti kepada orang tua pada posisi kedua setelah bhakti kepada Allah. Hal tersebut tercermin dalam Firman-Nya :

Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain kepada-Nya dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang, dan katakanlah “Wahai Tuhanku, kasihanilah kiranya keduanya, sebagaimana keduanya telah mengasihiku aku ketika aku masih kecil.” ” (Q. S. Al Israa' ayat 23-24)15

15Departemen Agama RI, A l Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta, 1979, him. 427-428

Ayat tersebut telah memberikan penegasan tentang urgensi sikap positif terhadap keuda orang tua yang berada pada posisi kedua setelah bhakti kepada Tuhan. Lebih jauh ayat tersebut memberikan petunjuk teknis yang menyangkut persoalan sikap kepada kedua orang tua yang harus dihindari, yakni perkataan yang kasar dan kurang sopan sdperti “hus” atau “ah” dan lain sebagainya. Bahkan ayat trersebut rtienekankan perlunya sikap hormat dan lemah lembut dengan tutur kata yang mulia.

Firman Allah tersebut, kiranya sebagai pemacu gerak langkah seorang anak untuk ber-akhlakul karimah kepada kedua orang tuanya, tidak ada satupun dalih yang dapat dijadikan dasar untuk tidak berbhakti. Dalam keadaan apapun dan bagaimanapun seorang anak tetap dituntut untuk senantiasa berbhakti kepada kedua orang tuanya.

Menurut Humaidi Tatapangarsa, ibu dan bapak juga sangat besar jasanya kepada kita. Tidak ada manusia di muka bumi ini yang lebih besar jasanya kepada kita dari pada ibu bapak kita masing- masing. Dengan susah payah kita dihamilkan, dilahirkan, didewasakan, dididik dan dicukupi segala kebutuhan hidup kita. Dan semuanya itu dikerjakannya dengan tulus ikhlas dan kasih sayang. Oleh karena itu, ibu bapak harus mendapat prioritas pertama dan utama, lebih dari pada yang lain, sangat keljrp kalau seperti istri, suami, anak, pacar» kawan seketja, kawan belajdr, tetangga, pejabat

dan lain sebagainya, tetapi justru hubungan baiknya dengan ibu bapaknya sendiri diabaikan, apalagi di durhakai.16

Menurut Usman Al Kahibawai, yang dikutip oleh Aunur Rahim Fakih dan Amir Muallim ada sepuluh hak orang tua yang harus ditunaikan oleh anaknya. Kewajiban anak kepada orang tuanya, yakni:

1) Memberikan makan bila diperlukan. 2) Memberikan pengabdian sepenuhnya. 3) Mendatangi bila dipanggil.

4) Mentaati bila diperintah untuh melaksanakan selain maksiat. 5) Berbicara dengan sopan dan lemah lembut.

6) Memberikan pakaian sekalipun keduanya mampu membeli sendiri. 7) Bila mendampingi beijalan agak menarik diri kebelakang.

8) Senantiasa menguasahakan untuk mendapat keadilan. 9) Menjauhkan diri dari tindakan yang dijauhi orang tua.

10) Senantiasa berdo'a dan memohonkan ampun untuk keduanya setiap kali berdo'a untuk dirinya sendiri.17

b. Akhlak Anak Terhadap Kakak dan Adiknya (Saudaranya)

Kalau tadi telah dipaparkan bagaimana akhlak anak kepada kedua orang tuanya yang harus mencintai, mantaati dan menghormatinya, karena keduanya telah memelihara, mengasuh dan mendidik, menyekolahkan, mencintai dengan ikhlas agar senantiasa

,6Humaidi Tatapangarsa, Ahklak Yang Mulia, PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1980, him. 96 l7Aunur Rahim Faqih dan Amir Mu'allim, op. cit., him. 106

menjadi seorang anak yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia akhirat.

Sekarang, bagaimana anak tersebut harus bersikap kepada kakak dan adiknya (Saudaranya).

Barmawie Umary menyatakan :

t t

"Ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan perempuan adalah putera dan puteri dari ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu dimana perlu. Oleh karena itu, wajib atasmu mencintaimu menghormati dan berbuat baik kepada mereka.”18

c. Perilaku Anak Yang Baik Antar Anggota Keluarga dan Berperilaku Yang Baik dalam Bidang Keagamaan

Akhlak anak dalam keluarga, selain bagaimana akhlak anak terhadap orang tua dan terhadap saudara-saudaranya, juga anak tersebut berperilaku yang baik antar anggota keluarga meupun berperilaku yang baik dalam bidang keagamaan. Misalnya : jujur/tidak bohong, ia minta maaf bila salah dan rajin melaksanakan sholat lima waktu serta rajin mengaji.

Dokumen terkait