• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI ANTARA AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI SEKOLAH (Pada Siswa SLTP "Jam 'iyyatut Tholibin" Tegalsari, Wadas, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung Tahun 2006-2007) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KORELASI ANTARA AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI SEKOLAH (Pada Siswa SLTP "Jam 'iyyatut Tholibin" Tegalsari, Wadas, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Temanggung Tahun 2006-2007) - Test Repository"

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

07TD1010891.01

K O R E L A S I A N TA RA A K H LA K ANAK D A LA M K EL U A R G A DENGAN K ED ISIPL IN A N B E L A JA R D I SE K O L A H (P ada Sisw a S L T P " Ja m 'iy y a tu t T h o lib in " T egalsari, W adas,

K ecam atan K an d an g an , K ab u p aten T em anggung T a h u n 2006-2007)

S K R I P S I

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Tarbiyah

NIM. 111 02 082

P R O G R A M PE N D ID IK A N A G A M A ISLA M JU R U SA N TA R B IY A H

SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G E R I (STA IN ) S A L A T I G A

(2)

Dr. R ahm at H aryadi, M. Pd. /

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kirimkan naskah skripsi saudara :

T R I SUSILO 111 02 082

T arbiyah/P endidikan Agama Islam

K O R ELA SI ANTARA A K H LA K ANAK

DALAM KELUARGA DENGAN

(3)

D E P A R T E M E N A G A M A

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA Jin. Stadion No. 03 Salatiga Telp. (0298) 323706,323444 Kode Pos 50721

Website : www.stainsalatipa.ac.id F-m ail: administarsi@stainsalatiga.ac.id

DEKLARASI

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak satupun berisi pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan rujukan.

Apabila di kemudian hari temtyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain diluar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosyah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 22 Pebruari 2007 Peneliti

(4)

D E P A R T E M E N A G A M A

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA Jin. Stadion No. 03 Salatiga Telp. (0298) 323706, 323444 Kode Pos 50721

Website : E-mail : jJmiitisuirsi a suiinsakitiiui.ac.kl

P E N G E S A H A N

Skripsi saudara TRI SUSILO dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 02 082 yang berjudul : KORELASI ANTARA AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI SEKOLAH (Pada Siswa SLTP "Jam iy y atu t Tholibin” Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung Tahun 2006-2007). Telah dimunaqosahkan dalam sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Rabu, 28 Pebruari 2007 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat- syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

Salatiga, 28 Pebruari 2007

(5)

I

j j j

I

j

^

Artinya:

".... Allah akan meninggikah orang-orang yang beriman diuhtara kamu dan

o rartg-orang ya n g d ib e ri ilm u pengefahuati h?berapa d e r a ja t "

(6)

P E R S E M B A H A N

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Ayahku (Bpk. Turidi) dan Ibuku (Ibu Jumirah) tercinta yang telah membimbing dan mendidik penulis sejak kecil dengan penuh kesabaran dan kasih sayang yang sangat tidak mungkin penulis balas dengan apapun, serta yang memberi motivasi dan bantuan materi hingga selesainya proses pendidikan.

2. Istri tercinta yang selalu membimbingku, mengarahkanku, dan membantuku baik dalam suka maupun duka.

3. Artakku tersayang “Muhatfimad Wljdan Azka Al Aziz” semoga menjadi anak yang sholeh.

4. Kakak-kakakku yang selalu mengasihiku (Iswdnto, Siti Rokhartati) serta Adikku (Hidayatui Ihsdh) yatlg

saya

sayatigl.

5. Sahabat-sahabatku senasib ddh sbperjuarigdfi, teman-tehidh kdst* tehian-tenidn katana Kusuma Dila^d-Woro Srikahdi, dan teman-teman yang lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

(7)

K A T A P E N G A N T A R

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan berkah, rahmat, taufiq, hidayah, dan innayah-Nya yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbivah di STAIN Salatiga, dapat berjalan dengan lancar dan tanpa aral melintang apapun. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya, Amin.

Untuk dapat mewujudkan skripsi ini, penulis mendapat bantuan, blbibirtgah dan nasehat dari berbagai pihak. Urtbik itu, bersama ini penulis tlcapkan teripia kasih kepdda:

1. Bapak Drs. Imam Sutottio, M. Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga

2. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing yang dengan tulus ikhlas, tekun dan sabar dalam membirttbirtg penulis hingga selesainya skripsi ini.

3. Bapak Ibu dosen yang dengan tulus mengajar penulis di STAIN Salatiga.

4. Seluruh staf dan civitas akademika StA lN Salatiga yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

(8)

6. Bapak, Ibu Guru, Karyawan SLTP "Jam'iyydtut Tholibin" Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung yang telah memberikan informasi, data dan bahan-bahan seperlunya hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Istri tercinta dan anakku tersayang

8. Keluarga tercinta, Ayah dan Ibu yang dengan ikhlas memberikan segalanya, sehinggga penulis Insya Allah dapat meraih gelar Sarjana, dan juga kakak- kakakku dan adikku.

9. Sahabat-sahabatku senasib seperjuangan, teman-teman kost dan teman- temanku semua.

10. Keluarga Besar Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, yang telah bahyak Hienlbantu terselesainya skripsi ihi. Atas budi baik dari berbagai pihak tersebut, pehulis mengucapkan terima kdsih.

(9)

Akhirnya penulis berharap dan berdo'a semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, Amin Ya Robbed Alamin.

Salatiga, Pebruari 2007 ttd

(10)

D A F T A R IS I

HALAMAN JUDUL... I

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... ii

HALAMAN DEKLARASI... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR IS I... x

DAFTAR TABEL... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pokok M asalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Hipotesis... 6

E. Metode Penelitian... 7

L Populasi, Sampel, Teknik Sampling... 7

2. Variabel Penelitian... 9

3. Definisi Operasional... 9

4. Metode Pengumpulan D ata... 14

5. Metode Analisis D ata... 17

(11)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Akhlak Anak Dalam Keluarga...i... 21

1. Pengertian Akhlak Anak Dalam Keluarga... 24

2. Ruang Lingkup Akhlak... 30

3. Macam-Macam Akhlak... 35

4. Urgensi Akhlakul Karimah... 45

B. Kedisiplinan belajar Di Sekolah... 48

1. Pengertian kedisiplinan Belajar Di Sekolah... 49

2. Ciri-Ciri Siswa Yang Disiplin Belajar... 59

3. Faktor Yang Mempengaruhi Belajar... 66

4. Keberhasilan Belajar... 93

C. Korelasi Antara Akhlak Anak Dalam Keluarga Dengan Kedisiplinan Belajar Di Sekolah... 97

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umurtt SLTP "JamTyyatut Tholibin" Tegalsari. Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung... 101

1. Sejarah BferdiHnya... 101

2. Letak Geografis . 4... *... *... ... 103

3. Keadaan Saraha Dart Prasarana... *... 104

4. Keadaan Siswa ...i.* ... 107

5. Keadaan G uru... 108

6. Keadaan Karyawan... 109

(12)

B. Penyajian Data Penelitian... 110 1. Daftar Nama Responden... 111 2. Data Tentang Jawaban Angket Akhlak Anak Dalam Keluarga.. 112 3. Data Tentang Jawaban Angket Kedisiplinan Belajar Di

Sekolah... 115 BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Data Pertama Tentang Akhlak Anak Dalam Keluarga... 120 B. Analisis Data Kedua Tentang Kedisiplinan Belajar Di Sekolah... 127 C. Analisa Data Data Ketiga Tentang Korelasi Antara Akhlak Anak

Dalam Keluarga Dengan Kedisiplinan Belajar Di Sekolah... 134 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 141 B. Saran-Saran... 142 C. Penutup... l43 DAFTAR PUSTAKA

(13)

D A F T A R T A B E L

TABEL 1.3 Fasilitas Pendidikan SLTP "Jam'iyyatut Thclibin" Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung

TABEL 2.3 Perlengkapan SLTP "Jam'iyyatut Tholibin" Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung

TABEL 3.3 Data Siswa SLTP "Jam'iyyatut Tholibin" Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung

TABEL 4.3 Data Guru SLTP "Jam'iyyatut Tholibin" Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung

TABEL 5.3 Data Karyawan SLTP "Jam'iyyatut Tholibin" Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung

TABEL 6.3 Data Nama Responden

TABEL 7.3 Jawaban Angket Akhlak Anak Dalam Keluarga TABEL 8.3 Jawaban Angket Kedisiplinan Belajar Di Sekolah TABEL 9.4 Nilai Angket Akhlak Anak Dalam Keluarga TABEL 10.4 Interval Akhlak Anak Dalam Keluarga

TABEL 11.4 Nilai Nominasi Akhlak Anak Dalam Keluarga TABEL 12.4 Prosentase Akhlak Anak Dalam Keluarga TABEL 13.4 Nilai Angket Kedisiplinan Belajar Di Sekolah TABEL 14.4 Interval Kedisiplinan Belajar Di Sekolah

(14)

TABEL 16.4 TABEL 17.4

Prosentase Kedisiplinan Belajar Di Sekolah

(15)

PENDAHULUAN

A. L A tA R BELAKANG AlASALAk

Di era globalisasi dan informasi serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut dunia pendidikan untuk maju pula, pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatdh sumber daya manusia guha menghadapi permasalahan yang semakin kompleks. Peningkatan sultiber daya manusia ini merupakan upaya yang sangal penting dalam pgmbenttikan kepribadian individtl, pembehtukan ini dilakukan melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keltiatga, sekolah maupun masyarakat.

tid ak diragukan lagi bahwa rumah adalah tempat pertama yartg melakukan pembinaan pribadi anak dan mengarahkahnya secara sempurna, hanya saja di samping rumah terdapat kesatuan-kesatuan sosial yang lain yang bertugas memainkan peran penting dalam hal ini di antaranya sekolah.

Diketahui bahwa pendidikan di dalam keluarga atau orang tua merupakan pendidikan yang pertama sedangkan sekolah adalah yang kedua yang ikut memikul tanggung jawab anak didik. Hal itu dijelaskan oleh Zakiyah Daradjat, sebagai betikUt:

“Pembentukan sikap, pembinaan moral dan pribddi pada umumnya, terjadi melalui pengalaman sejak kecil. Pendidik/Pembina pertama adalah orang tua, kemudia guru, semua pengalaman yang dilalui oleh

1

(16)

anak waktu kecilnya, akan merupakan unsur penting dalam pribadinya.”1

Kerjasama yang baik antara orang tua sebagai pendidik di rumah dan guru sebagai pendidik di sekolah maupun masyarakat dalam membentuk akhlak anak sangat diperlukan.

Pada kehidupan yang modem seperti sekarang ini keluarga seakan kehilangan peran dan fungsinya serta tujuan berkeluarga yang seharusnya sebagai bingkai tumbuh dan berkembangnya moral anak, ternyata hanya sebatas pemenuhan kebutuhan hidup tanpa hikmah. Setiap keluarga berlomba untuk mendapatkan biaya hidup yang lebih dibanding dengan keluarga lain secara material. Pola hidup yang selalu mengarah pada fungsi ekonomis keluarga mengakibatkan persaingan yang berlebihan di dalam mendapatkan kebutuhan hidup.

Dari permasalahan diatas dapat kita ketahui bahwa pendidikan akhlak anak menjadi kurang diperhatikan, yang akan membuat anak akan terjerumus dalam lembah ke-dzalim-an yang sangat membahayakan. Orang akan selalu memenuhi kebutuhan otaknya dengan berbagai macam keinginan materi, orang akan beranggapan bahwa uanglah yang paling dominan, hanya kecukupan materilah yang mampu menjunjung kebutuhan materinya pada kehidupan yang lebih tinggi status sosialnya. Bila sudah demikian jauhnya penyimpangan yang dilakukan dalam manajemen keluarga, maka kita hanya bisa menunggu kapan runtuhnya ketahanan dan tatanan akhlak anak.

(17)

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengajar dan mendidik siswa. Untuk itu sekolah menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar sebagai realisasi tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Peran guru dalam sekolah mempunyai tugas sebagai profesi yang meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berati meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berati meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan pada sisw a/

Suatu kenyataan bahwa pendidikan selalu memperhatikan tiga aspek, yaitu : aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (sikap), dan aspek psikomotorik (ketrampilan), yang semua itu diwujudkan dalam berbagai aktivitas belajar.

Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan dengan alam semesta. Dalam mengembangkan potensi manusia baik moral, intelektual, fisik, dan diri sendiri yang nanti akan dipergunakan dalam masyarakat, pendidikan secara umum dapat dipahami sebagai proses pendewasaan individu menuju tatanan yang lebih ideal.

Rasa disiplin harus ditanamkan kepada anak didik mulai kecil, anak harus dididik mengenal hak-hak orang lain di dalam lingkungan sosial, anak didik harus dilatih untuk menguasai diri. Hal semacam itu terrmasuk 2

(18)

pembentukan kebiasaan tingkah laku seseorang yang membantunya di dalarti pergaulannya nanti dengan orang lain.

Oleh karena itu dalam pembentukan kebiasaan tingkah laku anak, keluarga memegang peranan yang sangat dominan, Zuhairini, dkk, mengatakan bahw a:

Di dalam keluarga inilah merupakan tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak pada usia yang masih muda, karena pada usia-usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari pendidikannya (orang tua dan anggota keluarga lain)/

Berdasarkan pada pemikiran tersebut, maka berarti sikap disiplin harus dimiliki setiap anak dalam aktivitas hidupnya, baik dalam pendidikan dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Disiplin yang penulis maksud adalah perilaku belajar yang baik sehingga akan membentuk keteraturan, yang pada akhirnya akan mencapai suatu keberhasilan dalam belajar. Sikap disiplin itu tidak akan terwujud tanpa adanya latihan, kesadaran tinggi, dan disiplin itu tidak akan muncul tanpa adanya keteraturan.

Dengan demikian apabila akhlak anak dalam keluarga sudah terbentuk dengan baik, maka ada korelasi yang baik dengan kedisiplinan belajar anak di sekolah.

Bertitik tolak dari hal tersebut diatas, penulis terdorong untuk mengetahui adakah korelasi antara akahlak anak dalam keluarga dengan kedisiplinan belajar di sekolah pada siswa SM? "Jam'iyyatut Tholibin" 3

(19)

Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung, dengan mengangkat judul sebagai berikut:

“ KORELASI ANTARA AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR DI SEKOLAH”

(Pada Siswa SMP “Jam 'iyyatut Tholibin” Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung Tahun 2006-2007)

B. POKOK MASALAH

Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah, maka penulis dapat merumuskan beberapa pokok permasalahan atau sebagai Basic Question dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana variasi akhlak anak dalam keluarga pada siswa SMP "Jam'iyyatut Tholibin" Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung Tahun 2006/2007?

2. Bagaimana variasi kedisiplinan belajar di sekolah siswa SMP "Jam'iyyatut Tholibin" Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung Tahun 2006/2007?

(20)

C. TUttJAN PENELITIAN

Melihat dari rumusan pokok masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini ddpat dirumuskan sebagai berikut:

1. Memberikan gambarari tentang variasi akhlak anak dalam keluarga pada siswa SMP "Jam'iyyatUt Tholibin" Tegalsari, WadaS, Kec. Kandangan, kab. Temanggung TahUn 2006/2007.

2. Memberikan gambaran tentang variasi kedisiplinan belajar di sekolah pada siswa SMP "Jam'iyyatUt Tholibin" Tegalsari, Wadds, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung tahun 2006/2007.

3. UntUk mengetahui apakah ada korelasi antara akhlak ariak dalam keluarga dertgan kedisiplinan belajar di sekolah pada siswa SMP "Jam'iyyatUt Tholibin" Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung Tahun 2006/2007.

I>. H I^O tE S IS

Dari arti kata hipotesis Berasal dari dua kata, yaitii “hypo” yang artinya “di bawah” dan “th&sa” yang artinya “kebenarah’\ Hipdtesls Sebagai suatu jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai tetbiikti melalui data yang terkumpul.4 Menurut Mutl. Ndzir, hipotesis adalah Jawaban sementara terhadap masalah penelitian* yang kebenarannya harus diuji secara empiris.5 * 3

4Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. Edisi Revisi IV, 1998, him. 67-68

(21)

Menurut Sutrisno Hadi, hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin juga salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis dengan begitu sangat tergantung kepada hasil penyelidikan terhadap fakta-fakta yang dikumpulkan.6

Berpijak dari pengertian tersebut diatas, maka yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah : “Ada korelasi yang positif antara akhlak anak dalam keluarga dengan kedisiplinan belajar di sekolah pada siswa SMP "Jam'iyyatut Tholibin" Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung Tahun 2006/2007. Artinya semakin baik akhlak anak dalam keluarga, maka akan semakin baik pula kedisiplinan belajar di sekolah SMP "Jam'iyyatut Tholibin" Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung Tahun 2006/2007.

E. METODE PENELITIAN

Dalatn pembicaraan metodologi penelitian ini, akan dibahas beberapa komponen yang meliputi:

1. Populasi, Sampel, Teknik Sampling a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.7 Sementara menurut Sutrisno Hadi, populasi adalah semua kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel hendak di generalisasikan.8

6Hadi Sutrisno, Metodologi Research Jilid II, Andi Offset, Yogyakarta, 1995 7Suharsimi Arikunto, op. cit., him. 115

(22)

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP "Jam'iyyatut Tholibin" Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung Tahun 2006/2007.

b. Sampel

Sampel adalah sebagaian atau wakil dari populasi yang di teliti.9 Yang dianggap mewakili, terhadap populasi yang diambil.

Dalam masalah pengambilan sampel, tampaknya tidak ada ketentuan baku yang harus diambil oleh peneliti. Namun demikian, juga ada yang memberikan ancer-ancer terhadap masalah pengambilan sampel ini yaitu peneliti dapat berpedoman pada subyeknya. Suharsimi Arikunto mengatakan sebagai berikut:

“Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih.”10

Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka dalam penelitian ini, pengambilan sampelnya sebesar 50% dari 104 siswa, yakni 52 siswa, yang kemudian penulis bulatkan menjadi 50 siswa. Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan KH. Drs. Mukhtasor, Kepala Sekolah SMP "Jam'iyyatut Tholibin" menyatakan bahwa jumlah siswa kelas I berjumlah 31 siswa, kelas II berjumlah 38 siswa, dan kelas III berjumlah 35 siswa.

(23)

c. Teknik Sampling

Adalah cara yang dipergunakan untuk pengambilan sampel. Adapun yang penulis gunakan adalah teknik sampling atau secara acak, yaitu memberikan hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel.11

2. Variabel Penelitian

Sebelum penulis memaparkan lebih lanjut maka penulis dengan mengambil judul diatas, dibuat menjadi dua verabel, yang nantinya masing-masing variabel itu diuraikan menjadi beberapa indikator. Variabel pertama yaitu akhlak anak dalam keluarga, dan variabel kedua yaitu kedisiplinan belajar di sekolah.

3. Definisi Operasional

Setiap istilah yang termaktub dalam judul ini. Secara terperinci perlu penulis jelaskan sesuai dengan interpretasi yang dimaksud. Sehingga terhindar dari penafsiran-penafsiran yang kurang sesuai dengan konteks pembahasan dalam judul ini, lebih dari itu agar pembaca dapat memahami makna istilah pada setiap variabel penelitian, antara lain :

1. Akhlak Anak Dalam Keluarga a. Akhlak

Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa A rab___ dalam bentuk ja ,v a \ sedang mufrodnya adalah( yang dalam Kamus Bahasa Arab Indonesia karya Mahmud Yunus berarti

(24)

perangai.lz Sedangkan dalam Kamus Al Muyassar karya Zaid Husein Al Hamid berarti perilaku.13 Menurut W. J. S. Poerwadarminta akhlak adalah budi pekerti, watak, tabiat.14

b. Anak

Anak adalah manusia yang masih kecil.15 Anak adalah makhluk yang senantiasa tumbuh dan berkembang baik fisik maupun psikisnya.

Menurut Abu Ahmadi dan Zul Afdi Ardian mengatakan bahwa masa sebelum masa dewasa adalah masa muda, sepanjang masa mudanya bagi setiap anak mengalami banyak perkembangan baik jasmani maupu rohani.16

c. Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan masyarakat terkecil sekurang- kurangnya terdiri dari pasangan suami istri. Keluarga dimaksud di sini adalah keluarga yang terbentuk dari sebuah perkawinan yang syah.

Untuk itu yang penulis maksud dengan akhlak anak dalam kelauarga adalah sejumlah prinsip dan nilai yang mengatur perangai,

,2Yunus Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Yayasan Penyelenggara *tenteriemah/Pentafsiran Al Qur'an, PT. Hidakarya Agung, Cetakan VIII, Jakarta, 1990. him. 120

,3A1 Hamid Zeid Husein, Kamus A l Muyassar, Raja Murah, Pekalongan, 1982, him. 200 ,4W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him. 25

l5W. J. S. Poerwadarminta, op. cit., him. 38

(25)

budi pekerti, tingkah laku, watak, tabiat, yang ada pada diri anak/manusia yang masih kecil yang hidUb dalam lingkdngan keluarga.

Untuk mengukur akhlak anak dalam keluarga, sebagai variabel bebas, digunakan indikator-indikator sebagai berikut:

a. Akhlak Anak Terhadap Orang Tua • Menghormati orang tua

• Patuh terhadap perintah orang tua • Menuruti nasehat orang tua • Berbicara dengah sopan • Mehdo'akan orang tua • Membantu orang tua

b. Akhlak Artak terhadap Kakak dan Adik (Saudara) • Mengtlorrtiati kakak dan adik

• Sopan terhadajj kakak dan adik • Menyayartgi kakak dan adik

• Berbuat baik

dan

memberi contoh yang baik c. Perilaku Keagamdati

• Rajin sholat lima waktu • Rajin mengaji

• Sholat berjama'ah

(26)

• Mengucapkan salam terhadap orang lain bila bertemu • Jujur

• Minta maaf apabila berbuat salah 2. Kedisiplinan Belajar Di Sekolah

a. Kedisiplinan

Kedisiplinan berasal dari kata “disiplin” yang mendapat awalam ke- dan akhiran -an Disiplin adalah latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib (di sekolah dan sebagainya).1' Tata tertib itu sendiri berarti serangkaian harapan yang telah ditentukan sebelumnya. b. Belajar

Secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam meilienuhl kebutuhan hidupnya.7 18 Menurut W. J. S. Poerwadarminta, belajar adalah berusaha supaya beroleh kepandaian (ilmu dan sebagainya) dengan menghafal (melatih diri dan sebagainya) misal membaca, ilmu pasti.19

I7W. J. S. Poerwadarminta, op. cit., him. 254

18Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, Edisi Revisi. 1995. him. Z

(27)

c. Sekolah

Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pelajaran.20 Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal karena di sekolah terlaksana serankaian kegiatan terencana dan terorganisisr, termasuk kegiatan dalam rangka pross belajar mengajar di dalam kelas. Kegiatan itu bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan positif di dalam diri anak yang sedang menuju ke kedewasaan, sejauh perubahan-perubahan itu dapat diusahakan melalui usaha belajar.21

Yang penulis maksud dengan kedisiplinan belajar di sekolah adalah ketaatan pada peraturan atau tata tertib kaitannya dengan berusaha memperoleh kepandaian dan ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman di lembaga untuk belajar/di sekolah.

Untuk mengukur kedisiplinan belajar di sekolah, sebagai variabel terikat, digunakan indikator-indikatir sebagai berikut:

• Rajin masuk sekolah • Datang tidak terlambat • Pulang pada waktunya

• Mendengarkan keterangan guru

• Memperhatikan materi yang sedang dijelaskan

20Ibid., him. 889

(28)

• Aktif dalam kelas

• Mencatat hal-hal yang penting • Membuat ringkasan

• Mengerjakan tugas sekolah

• Menggunakan waktu istirahat sebaik-baiknya • Memanfaatkan waktu kosong untuk belajar • Lapor kepada guru piket apabila guru tidak hadir • Belajar dirumah dengan rajin

• Mengadakan latihan dan praktek • Mematuhi peraturan sekolah • Ij in j ika berhalangan

3. SMP "Jam'iyyatut Tholibin" Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung

SMP "Jam'iyyatut Tholibin" adalah lembaga pendidikan formal yang berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasioanal yang dikelola oleh Lembaga Pendidikian M a'arif NU yang beralamat di Dsn. Tegalsari, Ds. Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung.

4. Metode Pengumpulan Data

(29)

a. Library Research/Studi Pustaka

Dalam pengumpulan data yang diperoleh dari perpustakaan (biku-buku), penulis mengadakan penelitian terhadap buku-buku yang ada hubungannya dengan permasalahan ini.

b. Field Research/Studi Lapangan 1) Metode Observasi

Metode observasi adalah suatu pengumpulan data di mana peneliti mengadakan pengamatan langsung.22 Menurut Sutrisno Had i, observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomen-fenomen yang diselidiki.23

Metode ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data tentang situasi dan kondisi SMP "Jam'iyyatut Tholibin" Tegalsari,

. f'

Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung. 2) Metode Angket

Metode angket atau questioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.24

Teknik ini penulis pergunakan untuk memperoleh data mengenai akhlak anak dalam keluarga dan kedisiplinan belajar di

22Suharsimi Arikunto, op. cit., him. 147

(30)

sekolah pada siswa SMP "Jam'iyyatut Tholibin" Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung.

Berdasarkan cara menjawabnya metode angket ini terbagi mencadi dua macam yaitu :

a) Metode tertutup

Artinya pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya. b) Metode terbuka

Artinya responden diberi kesempatan untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.

Adapun metode yang penulis gunakan adalah metode tertutup.

3) Metode Interview

Metode interview adalah metode penelitian yang dipergunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu.25 26

Menurut Suharsimi Arikunto, interview yang sering disebut juga dengan wawancara/kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang

25Ibid, him. 141

(31)

dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara.27 28

Metode ini digunakan secara langsung pada sumber data untuk memperoleh data mengenai akhlak anak dalam keluarga serta kedisiplinan belajar di sekolah pada siswa SMP "Jam'iyyatut Tholibin" Tegalsari, Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung yang telah terwujud.

4). Metode Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang- barang tertulis. Seperti buku-buku, majalah, dokumen, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang jumlah siswa, guru, dan karyawan. Penulis memilih metode ini agar penyajian data dalam penelitian ini lebih kongkrit.

5. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut untuk mengetahui hasil akhir dari penelitian yang sedang dilakukan.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisis data ini adalah sebagai berikut:

(32)

a. Analisis Pendahuluan

Untuk mengetahui akhlak anak dalam keluarga dan kedisiplinan belajar di sekolah dengan menggunakan rumus :

N

Keterangan : P = Prosentase F = Frekuensi

N = Jumlah Responden b. Analisis Lanjut

Analisis ini digunakan untuk mengetahui adakah korelasi antara akhlak anak dalam keluarga dengan kedisiplinan belajar di sekolah pada Siswa SMP “Jam'iyyatut Tholibin” Tegalsari Ds. Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung dan sekaligus menguji hipotesis yang telah diajukan, digunakan teknik analisis data Product Moment dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

P = — x \ 0 0 %

(33)

X = Jumlah hasil dari variabel X ZY = Jumlah hasil dari variabel Y

I X 2 = Jumlah hasil dari variabel X dikuadratkan ZY2 = Jumlah hasil dari variabel Y dikuadratkan N = Jumlah siswa yang diselidiki.29

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Pada bab pendahuluan ini berisi tentang : latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penelitian, hipotesis, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

Pada bab dua akan diuraikan berbagai pembahasan tentang teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, khususnya yang berkaitan dengan variabel penelitian, yaitu teori-teori tentang pengertian akhlak, ruang lingkup akhlak, macam-macam akhlak, urgensi akhlakul karimah, pengertian kedisiplinan, ciri-ciri siswa yang disiplin belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, dan keberhasilan belajar.

Pada bab tiga berisi tentang gambaran umum SMP "Jam'iyyatut Tholobin" Tegalsari Ds. Wadas, Kec. Kandangan, Kab. Temanggung, yang berisi tentang sejarah berdirinya, letak geografis, keadaan sarana dan prasarana/fasilitas, keadaan siswa, keadaan guru, keadaan karyawan, struktur organisasi, daftar nama responden, penyajian data penelitian tentang jawaban

(34)

angket akhlak anak dalam keluarga, dan jawaban angket tentang kedisiplinan belajar di sekolah.

Pada bab empat berisi tentang analisis data pertama yaitu tentang data akhlak anak dalam keluarga, analisis data kedua yaitu tentang data kedisiplinan belajar di sekolah, dan analisis data ketiga yaitu analisis statistik untuk mengetahui tes signifikansi dan kesimpulan.

(35)

1. AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA

Anak adalah manusia yang masih kecil, yang mana ia merupakan makhluk yang senantiasa berkembang baik secara fisik maupun secara psikisnya. Oleh karena itu ia memerlukan didikan dan bimbingan dari manusia dewasa yang lain, untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya.

Orang-orang atau lingkungan pendidikan, pergaulan dan keagamaan yang ada diluar anak tersebut, sangat memberikan pengaruh, baik berupa pengetahuan, ketrampilan, sikap maupun budi pekerti/akhlak keagamaan dart sebagainya.

Berikut ini akan penulis paparkan, tiga hal yang mempengaruhi akhlak/budi pekerti/perilaku anak:

Pertama Faktor Pendidikan yang meliputi pendidikan di lingkungan

keluarga, masyarakat, dan sekolah, a) Pendidikan di lingkungan keluarga, merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertana menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tuanya atau anggota keluarga lainya. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia masih muda/kecil. Menurut ajaran Islam, anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan sucVfitrah, sedangkan alam sekitarnya akan memberikan corak warna nilai hidup atas pendidikan anak didik, terutama

(36)
(37)

masyarakat. Dan anak didik sendiri secara sadaratau tidak sadar mendidik dirinya sendiri dalam sebuah lingkungan masyarakat, serta mencari pengetahuan dan pengalaman sendiri, mempertebal keimanan serta keyakinan sendiri akan nilai-nilai kesusilaan dan keagamaan dalam masyarakat.

Kedua Faktor Pergaulan, pergaulan anak di luar keluarga dan di luar sekolah ataupun dengan kata lain pergaulan dengan masyarakat juga turut mempengaruhi akhlak anak. Pergaulan anak dengan anak-anak yang lain, apabila anak-anak baik maka akan baik pula anak tersebut, begitu juga sebaliknya. Tetapi walaupun lingkungan pergaulannya tidak baik, namun ia punya prinsip, tidak akan terpengaruh dan ikut arus, maka iapun akan baik pula.

Ketiga Faktor Keagamaan, pengetahuan dan pengalaman keagamaan anak turut pula mempengaruhi akhlak anak. Anak yang tahu tentang agama misalnya, bahwa tiang agama adalah sholat, dia tahu bagaimana bacaan an cara sholat yang benar, maka kemudian ia akan mengamalkannya dengan cara selalu rajin sholat lima waktu dan sebagainya.

(38)

Maka untuk lebih jelasnya penulis akan memaparkan secara rinci sebagai berikut:

1. Pengertian Akhlak Anak Dalam Keluarga

Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab 1 ? \ dalam bentuk jam a', sedang mufrodnya adalah < ' , yang dalam Kamus Bahasa Arab Indonesia karya Mahmud Yunus berarti perangai.1 Sedangkan dalam Kamus Al Muyassar karya Zaid Husein Al Hamid berarti perilaku.2 Menurut W. J. S. Poerwadarminta akhlak adalah budi pekerti, watak, tabiat.3

Menurut Rachmat Djatnika, menyebutkan bahwa akhlak bersinonim dengan etika dan moral. Etika dan moral berasal dari bahasa latin, yakni etos dan mores yang memiliki arti sama yaitu kebiasaan. Sedang budi pekerti dalam bahasa Indonesia merupakan kata mejemuk dari kata budi dan pekerti. Kata budi berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti yang sadar, pekerti berasal dari bahasa Indonesia sendiri yang berarti kelakuan.4

Secara terminologis, akhlak merupakan perilaku manusia yang didasari oleh kesadaran berbuat baik yang di dorong keinginan hati dan

'Yunus Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Yayasan Penyelenggara Asmteriemah/Pentafsiran Al Qur'ah, PT. Hidakarya Agung, Cetakan VIII, Jakarta, 1990. him. 120 2 Zaid Husein Al Hamid, Kamus A l Muyassar, Raja Murah, Pekalongan, 1982, him. 200 3 W. J. S. Poerwadarmintd, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka. Jakarta. 1982. him. 25

(39)

selaras dengan pertimbangan akal.3 Pengertian ini berseberangan dengan konsep khuluk dari Al Ghazali. Menurut Al Ghazali dalam Ihya' Ulumuddin yakni:

Akhlak (budi oekerti) adalah menerangkan tentang keadaan dalam jiwa yang menetap di dalamnya. Dan daripadanyalnh terbit serttUa perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan kepada pemikiranj dan penelitian.5 6

Selanjutnya Ibnu Miskawaih yang dikutip oleh Aunur Rahim Fakih dan Artitr Mu'allim menjelaskan bahwa keadaan gerak jiwa tersebut meliputi dua hal. Yatig pertama, alamiah dan bertolak dari watak, seperti adanya orang mudah marah hahya karfetia masalah yatig sangat sepele, atau tertawa berlebihan hanya kdretta suatu hal yang biasa saja, atau sedih berlebihan hdtlya karena mendengar berita yang tidak terlalu memprihatinkan. Yang kedua, tercipta melalui kebiasaan atau latihan. Pada awalnya keadaan tersebut terjadi karena dipertimbangkan dan dipikirkan, nartiuh kemudian menjadi karakter yang melekat tanpa dipertimbangkan dan dipikirkan masak-masak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahvVa akhlak merupakan manivestasi Iman, Islam dan Ihsan yang merupakan rfefieksi sifat dan jiw a secara spontan yang terpola pada diri seseorang sehingga dapat melahirkan perilaku secara konsisten dan tidak tergantung pada pertimbangan mendasar interest tertentu.

5Aunur Rahim Fakih dan Amir Mu'allim, Ibadah dan Akahlak dalam Islam, UII Press, Yogyakarta, 1998, him. 109

(40)

Sifat dan jiwa yang melekat dalam diri seseorang menjadi pribadi yang utuh dan menyatu dalam diri orang tersebut, sehingga akhirnya tercermin melalui tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari bahkan menjadi adat kebiasaan.

Rachmat Djatnika mendukung dari pendapat-pendapat tersebut diatas, yang saling bertentangan itu, dan beliau membuat suatu alternatif yang akhirnya menjadi suatu kesimpulan dengan jalan memadukan pendapat-pendapat tersebut dengan penjelasan secara lebih rinci tentang pembiasaan kehendak tersebut, beliau mengutip dari Ahmad Amin dalam bukunya Al Akhlak mengatakan :

Artinya : “Khuluk ialah membiasakan kehendak.”

Rachmat Djatnika menjelaskan apa yang dimaksud dengan 'adah dan iradah. Yang dimaksud dengan kata 'adah adalah perbuatan itu selalu diulang-ulang sedang mengerjakannya dengan syarat:

Pertama : ada kecenderungan hati kepadanya

Kedua : ada pehgulangan yang cukup banyak, sehingga mudah mengerjakannya tanpa memerlukan pikiran lagi.

(41)

Pertama : timbul keinginan-keinginan setelah ada stimulan-stimulan melalui indra-indranya.

Kedua : timbul kebimbangan, mana yang harus ia pilih diantara keinginan-keinginan yang banyak itu, padahal harus memilih hanya satu saja diantara yang banyak itu. Dengan lain perkataan, mana yang harus didahulukan, karena tidak mungkin mengerjakan semua keinginan dalam satu waktu yang sama.

Ketiga : mengambil keputusan menentukan keinginan yang dipilih diantara keinginan yang bariyak itu.

Apabila iradah ini dibiasakan, diulang-ulang dengan cukup banyak, sehingga setiap ada kasus yang demikian, tanpa memikirkan dan mempertimbangkan lagi ia telah memilih yang terbiasa tersebut, maka iradah yang telah terbiasa itulah yang disebut akhlak.'

Sedangkan pengertian akhlak menurut Ali Abdul Halim Mahmud yaitu:

a. Secara garis besar, pengertian akhlak menurut ajaran Islam ialah kata “akhlak” menunjukkan sejumlah sifat tabiat asli (fitri) pada manusia dan sejumlah sifat yang diusahakan sehingga seolah-olah fitrah. Akhlak ini memiliki dua bentuk, pertama bersifat batiniyah (kejiwaan), dan yang kedua bersifat zahiriyah yang terwujud dalam perilaku. 7

(42)

b. Secara lebih khusus akhlak diartikan sebagai sejumlah prinsip (mabda') dan nilai yang mengatur seorang muslim, yang dibatasi oleh wahyu untuk mengatur kehidupan manusia dan menetapkan pedoman baginya demi merealisasikan tujuan keberadaannya di muka bumi, yaitu beribadah kepada Allah SWT, untuk meraih kebahagiaan di

o

dunia dan akhirat.

Sedangkan pengertian akhlak merturut W. J. S. Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah budi pekerti, watak, tabiat.8 9 *

Anak adalah manusia yang masih kecil.'0 Yang mana anak tersebut akan mengalami perkembangan baik fisik maupun psikisnya.

Lingkungan keluarga adalah lingkungan rumah tangga yang terdiri atas ayah, ibu, dan dan keluarga lain yang hidup dalam lingkungan keluarga tersebut, dimana dalam keluarga tersebut terjalin sebuah hubungan lahir dan batin yang saling mendukung satu dettgan yang lain sehingga dirasakan ada kewenangan dan hak untuk saling rilemberi dan menerima.

8Ali Abdul Halim Mahmud, Karakteristik Umat Terbaik (Telaah Manhaj, Aqidah, dan Harakah). Gema Insani Press. Jakarta. Cetakan I. 1996. hlm_^

(43)

Menurut Sutjipto Wirovvidjojo yang dikutip oleh Slameto mengatakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama."

Menurut William J. Goode lebih jauh lagi keluarga tersebut dapat berfungsi sebagai sarana pemecahan masalah sosial yang kronis. Keluarga sebagai unsur inti dalam struktur sosial yang mempunyai kedudukan utama yaitu fungsi pengantara pada masyarakat besar.11 12

Dari apa yang telah dipaparkan diatas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengertian dari akhlak anak dalam keluarga adalah sejumlah prinsip-prinsip nilai yang mengatur budi pekerti, tingkah laku, watak, tabiat yang ada pada diri anak/manusia yang masih kecil yang hidup dalam lingkungan rumah tangga yang ada pada awalnya tingkah laku tersebut merupakan hasil pemikiran dan pertimbangan, namun kemudian menjadi karakter yang melekat tanpa pertimbangan dan dipikirkan masak-masak. Yang mana sifat dan jiwa yang melekat tersebut dalam diri seseorang akan menjadi pribadi yang utuh dan menyatu dalam diri orang itu sehingga akhirnya tercermin melalui tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari bahkan menjadi adat kebiasaan.

Oleh karena itu, keluarga/rumah tangga/orang tua merupakan lingkungan yang pertama dan utama bagi pendidikan dan pembentukan

11 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, Edisi Revisi, 1995, him. 61

(44)

akhlak anak, walaupun keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat dan disana merupakan tempat pendidikan dan pembentukan akhlak anak dalam ukuran kecil, namun bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara, dan dunia sekalipun. Begitu juga kalau akhlak anak dalam lingkungan keluarga baik, maka dilingkungan sekolah, masyarakat, bangsa, dan duniapun akan baik pula.

Dari pernyataan diatas, maka dapat dipahami betapa pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan dan pembentukan akhlak anak. Yang mana hal itu akan berpengaruh pada kedisiplinan belajar anak di sekolah.

2. Ruang Lingkup Akhlak

Dalam membahas ruang lingkup akhlak, Kahar Masyhur, yang dikutip oleh Aunur Rahim Fakih dan Amir Mu'allim menyebutkan bahwa ruang lingkup akhlak meliputi bagaimana seharusnya seseorang bersikap terhadap penciptanya, terhadap sesama manusia seperti dirinya sendiri, terhadap keluarganya, serta terhadap masyarakatnya. Disamping itu juga meliputi bagaimana seharusnya bersikap terhadap makhluk lain seperti terhadap malaikat, jin, iblis, hewan dan tumbuh-tumbuhan.,J

Ahmad Azhar Basyir yang dikutip oleh Aunur Rahim Fakih dan Amir Mu'allim menyebutkan cakupan akhlak meliputi semua aspek kehidupan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk penghuni dan yang memperoleh bahan 3

(45)

kehidupannya dari alam, serta sebagai makhluk ciptaan Allah. Dengan kata lain, akhlak meliputi akhlak pribadi, akhlak keluarga, akhlak sosial, akhlak politik, akhlak jabatan, akhlak terhadap alam dan akhlak terhadap Allah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ruang lingkup akhlak yakni:

a. Akhlak terhadap Tuhan

b. Akhlak terhadap istri, akhlak terhadap suami, akhlak terhadap anak, akhlak terhadap sanak keluarga.

c. Akhlak terhadap masyarakat yang meliputi, akhlak terhadap tetangga, akhlak terhadap tamu dan sebagainya.

d. Akhlak terhadap makhluk lain seperti, akhlak terhadap binatang, akhlak terhadap tumbuh-tumbuhan, danm. akhlak terhadap alam sekitar.14

Disini penulis menyoroti pada point kedua yaitu akhlak terhadap keluarga, yang mana akhlak anak dalam keluarga meliputi : akhlak anak terhadap orang tua, dan akhlak an ak terhadap kakak dan adiknya (saudaranya). Selain itu juga bagaimana anak tersebut berperilaku yang baik antar anggota keluarga dan berperilaku yang baik dalam bidang keagamaan.

a. Akhlak Anak Terhadap Orang Tua

Berbhakti kepada orang tua merupakan manivestasi akhlakul karimah. Barakhlakul karimah kepada orang tua hukumnya wajib, jika

(46)

seorang anak tidak berbhakti kepada orang tua, apalagi mendurhakai orang tua, maka ia telah berdosa karena melanggar kewajiban yang dibabankan kepadanya. Seorang disebut durhaka jika tidak mau berbhakti kepada orang tua, atau menentang dalam hal kebaikan atau menyakiti hati mereka.

Al Qur'an menempatkan bhakti kepada orang tua pada posisi kedua setelah bhakti kepada Allah. Hal tersebut tercermin dalam Firman-Nya :

Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain kepada-Nya dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang, dan katakanlah “Wahai Tuhanku, kasihanilah kiranya keduanya, sebagaimana keduanya telah mengasihiku aku ketika aku masih kecil.” ” (Q. S. Al Israa' ayat 23-24)15

15Departemen Agama RI, A l Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta, 1979, him. 427-428

(47)

Ayat tersebut telah memberikan penegasan tentang urgensi sikap positif terhadap keuda orang tua yang berada pada posisi kedua setelah bhakti kepada Tuhan. Lebih jauh ayat tersebut memberikan petunjuk teknis yang menyangkut persoalan sikap kepada kedua orang tua yang harus dihindari, yakni perkataan yang kasar dan kurang sopan sdperti “hus” atau “ah” dan lain sebagainya. Bahkan ayat trersebut rtienekankan perlunya sikap hormat dan lemah lembut dengan tutur kata yang mulia.

Firman Allah tersebut, kiranya sebagai pemacu gerak langkah seorang anak untuk ber-akhlakul karimah kepada kedua orang tuanya, tidak ada satupun dalih yang dapat dijadikan dasar untuk tidak berbhakti. Dalam keadaan apapun dan bagaimanapun seorang anak tetap dituntut untuk senantiasa berbhakti kepada kedua orang tuanya.

Menurut Humaidi Tatapangarsa, ibu dan bapak juga sangat besar jasanya kepada kita. Tidak ada manusia di muka bumi ini yang lebih besar jasanya kepada kita dari pada ibu bapak kita masing- masing. Dengan susah payah kita dihamilkan, dilahirkan, didewasakan, dididik dan dicukupi segala kebutuhan hidup kita. Dan semuanya itu dikerjakannya dengan tulus ikhlas dan kasih sayang. Oleh karena itu, ibu bapak harus mendapat prioritas pertama dan utama, lebih dari pada yang lain, sangat keljrp kalau seperti istri, suami, anak, pacar» kawan seketja, kawan belajdr, tetangga, pejabat

(48)

dan lain sebagainya, tetapi justru hubungan baiknya dengan ibu bapaknya sendiri diabaikan, apalagi di durhakai.16

Menurut Usman Al Kahibawai, yang dikutip oleh Aunur Rahim Fakih dan Amir Muallim ada sepuluh hak orang tua yang harus ditunaikan oleh anaknya. Kewajiban anak kepada orang tuanya, yakni:

1) Memberikan makan bila diperlukan. 2) Memberikan pengabdian sepenuhnya. 3) Mendatangi bila dipanggil.

4) Mentaati bila diperintah untuh melaksanakan selain maksiat. 5) Berbicara dengan sopan dan lemah lembut.

6) Memberikan pakaian sekalipun keduanya mampu membeli sendiri. 7) Bila mendampingi beijalan agak menarik diri kebelakang.

8) Senantiasa menguasahakan untuk mendapat keadilan. 9) Menjauhkan diri dari tindakan yang dijauhi orang tua.

10) Senantiasa berdo'a dan memohonkan ampun untuk keduanya setiap kali berdo'a untuk dirinya sendiri.17

b. Akhlak Anak Terhadap Kakak dan Adiknya (Saudaranya)

(49)

menjadi seorang anak yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia akhirat.

Sekarang, bagaimana anak tersebut harus bersikap kepada kakak dan adiknya (Saudaranya).

Barmawie Umary menyatakan :

t t

"Ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan perempuan adalah putera dan puteri dari ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu, mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu dimana perlu. Oleh karena itu, wajib atasmu mencintaimu menghormati dan berbuat baik kepada mereka.”18

c. Perilaku Anak Yang Baik Antar Anggota Keluarga dan Berperilaku Yang Baik dalam Bidang Keagamaan

Akhlak anak dalam keluarga, selain bagaimana akhlak anak terhadap orang tua dan terhadap saudara-saudaranya, juga anak tersebut berperilaku yang baik antar anggota keluarga meupun berperilaku yang baik dalam bidang keagamaan. Misalnya : jujur/tidak bohong, ia minta maaf bila salah dan rajin melaksanakan sholat lima waktu serta rajin mengaji.

3. Macam-Macam Akhlak

Pada pokoknya akhlak itu ada dua macam, yaitu akhlak yang terpuji dan akhlak yang tercela. Akhlak yang terpuji disebut juga dengan

(50)

akhlakul mahmudah dan akhlak yang tercela disebut akhlakul

madzmumah.

Jadi akhlakul mahmudah itu adalah akhlak yang baik, yang berupa semua akhlak yang baik-baik yang harus dianut dan dimiliki oleh tiap orang, sedang akhlakul madzmumah ialah akhlak yang buruk yang harus dihindari dan harus dijauhi oleh setiap orang.

Tentu saja akhlak yang tergolong akhlakul mahmudah dan begitu juga yang termasuk akhlakul madzmumah banyak sekali jumlahnya, oleh karena itu penulis hanya akan membahas tentang akhlak yang terpuji atau akhlakul mahmudah.

Barmawie Umary, membagi akhlaklul mahmudah ada 28 macam, yaitu :

1) A l Amanah, yaitu jujur dan dapat dipercaya.

Sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang baik harta atau ilmu atau rahasia atau lainnya yang wajib dipelihara atau disampaikan kepada yang berhak menerimanya.

(51)

2) A l Aliefah, disenangi.

Hidup dalam masyarakat yang heterogen memang tidak mudah, sebab anggota masyarakat terdiri dari bermacam-macam sifat, watak, kebiasaan dan kegemaran, yang satu berbeda dengan yang lain. Pandai mendudukkan/menempatkan sesuatu pada proporsinya, bijaksana dalam sikap, perkataan dan perbuatan, niscaya ia akan disegani oleh anggota masyarakat dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari.

3) A l Afwu, yaityu pemaaf.

Manusia tidak luput dari salah dan dosa, maka apabila ada orang yang berbuat salah dan dosa, hendaknya memaafkannya, bersikap lemah lembut, janganlah mendendam, serta memohonkan ampun pada Allah SWT, semoga ia surut dari langkahnya yang salah, dan kemudian berbuat baik dimasa depan sampai akhir hayatnya. 4) Aniesatun, yaitu manis muka/senyum.

Dalam menghadapi sesuatu yang kurang baik, hendaknya disambut dengan senyum. Banyak orang yang pandai dan bijaksana memakai sikap ini dan banyak terjadi di dunia diplomasi orang memperoleh sukses dan mencapai kemenangan dengan muka manis, dengan senyum menghias bibir, lawannya akan jatuh mengaku kalah dan akan selalu digemari orang.

5) A l Khairu, yaitu kebaikan, baik.

(52)

mengerjakannya. Berbuat baik ini tidak hanya kepada sesama manusia, tapi juga kepada hewan, tumbuhhan dan sebagainya, sebab setiap kebaikan walaupun sekecil biji sawi, namun Allah SWT akan membalasnya kelak di akhirat, demikian janji-Nya.

6) A l Khusyuu', artinya tekun sambil mendudukkan diri.

Khusyuu' adalah dalam perkataan, maksudnya dalam ibadat

yang berpola perkataan, dibaca khusus kepada Allah SWT, dengan tekun sambil mendudukkan diri, yang mana khusyUU' ini munculnya dari dalam hati.

7) Adh Dhlytiafah, yaitu fflert&Hotttiati tamu.

Tamu ialah orartg yang datang ke rumah kita, bai datang dari jauh ataupun dari dekat. Dengan bertamu, bertambah rapatlah rasd persaudaraan, orang yang ingin menyambung tali silaturahmi, hendaknya disambut dettgan gembira. Mengirmati tamu adalah suatu ciri orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT, termasuk dalam arti menghormati ialah menyediakan makan minum dan tempat tidurnya jika ia bermalam.

8) Al Khufraah, yaitu suka sama suka. Ini

sama

dengah Al afwu.

9) Al Hayaati, yaitU malu kdlau diri tercela.

(53)

menuju keselamatan hidup, perintis mencapai kebenaran dan alat yang menghalangi terlaksanannya perbuatan yang tercela. Tetapi janganlah malu itu hanya kepada manusia saja, yang kemudian berbuat yang buruk, dikala orang tidak melihat, maka hendaknya malu terhadap makhluk, juga lebih-lebih lagi malu terhadap khaaliq.

10)A l Hilmu, yaitu menahan diri dari berlaku maksiat.

Memelihara diri dari berlaku maksiat adalah lebih mudah dari pada merubah diri sesudah melakukan maksiat. Hidup manusia itu dibatasi, batas itu adalah agama yang menggariskan maha yang boleh dikerjakan dan mana pula yang harus ditinggalkan. Manusia dijadikan indah susunan anggota tuguhnya dari pada makhluk hidup lain, kesempurnaan lahir itu hendaklah diikuti pula dengan kebersihan batin, diantaranya manahan diri dari berlaku maksiat, baik maksiat dhahir maupun batin, agar kesucian diri tetap terpelihara.

11 )A1 Hukmu Bil 'Adli, yaitu menghukum secara adil.

Adil berarti memberikan sesuatu sesuai dengan haknya. Menegakkan keadilan itu harus tegas, berani, teguh dan konsekuen menjalankan kebenaran karena Allah SWT semata.

12)A l Ikhaau, yaitu menganggap bersaudara.

(54)

kepada hewan, tumbuhan dan sebagainya, sebab setiap kebaikan walaupun sekecil biji sawi, namun Allah SWT akan membalasnya kelak d> akhirat, demikian janji-Nya.

13) Al Ihsaan, adalah berbuat baik.

Ihsaan adalah berbuat baik dalam perkataan terhadap Allah SWT baik dari segi perbuatan, sperti menyembah Allah, mengerjakan yang sunat misalnya memperbanyak sembahyang sunat, puasa sunat dan sebagainya. Beribadah kepada Allah SWT harus teratur, baik dikala dilihat orang ataupun diwaktu sendirian, jangan beribadat hanya ingin dipuji manusia, karena ini namanya riya', jadi beribadahlah di tempat ramai atau sunyi dengan baik, karena dimana saja engkau berada, Allah Maha Melihat lagi Maha Mengetahui apa yang dikerjakan hamba-Nya.

14) Al'Ifaafah, yaitu memelihara kesucian diri.

Menjaga diri dari berbuat dosa/menjaga kehormatan, hendaklah dilakukan di setiap waktu, janganlah mengikuti hawa nafsu syetan, karena manusia menguasai hawa nafsu, sedangkan hewan dikuasai hawa nafsu. Karena itu jauhilah hal-hal yang akan menyebabkan hilangnya kesucian diri, tercemarnya nama dan sebagainya.

15) Al Muru'ah, yaitu berbudi tinggi.

(55)

tujuan itu benar dan mulia sebagai suatu kewajiban dari Allah SWT, ia senantiasa merasa dirinya kurang sempurna apabila belum berjasa untuk masyarakat, merasa dirinya hina apabila tanggung jawab yang dibebankan belum terlaksana dengan baik.

\6)An Nadhaafah, yaitu bersih.

Agama memerintahkan kepada manusia agar membersihkan badan, pakaian dan tempat tinggal. Karena semuanya ini adalah pangkal dari kesehatan dan kebahagiaan.

\ l ) A r Rahmah, yaitu belas kasih.

Manusia hendaknya mempunyai belas kasih terhadap yang lemah, yang kecil, yang fakir, yang miskin, yang tua dan sebagainya. Orang yang kuat harus menyayangi yang lemah, yang besar menyayangi yang kecil, yang kaya menyayangi yang miskin, yang muda menghormati yang tua, pendek kata yang lebih menyayangi, mengormati, membantu yang kurang.

1 Sakhaa'u, yaitu pemurah.

(56)

19) As Salaam, yaitu kesentosaan.

Orang yang mengalami kesentosaan adalah orang yang berjiwa tenang, tenteram dan damai ini hanya diperoleh apabila kita menunaikan sikap suatu dengan baik dan mengambil sikap secara tepat dalam setiap problema yang dihadapi.

20) Ash Shaalihaat, yaitu beramal sholeh.

Manusia harus ingtat kepada mati, karena orang yang ingat bahwa ia akan mati, dan dihadapannya nanti ada dua tempat yaitu syurga dan neraka, apabila ia berbuat baik akan masuk syurga dan sebaliknya, maka ia akan berUsaha mengerjakan amal-amal yang sholeh dengan sekuat tenaga, misalnya membantu saudaranya yang muslim, belas kasih dan sebagainya. Hal ini akan menumbuhkan kebahagian di dunia dan di akhirat, dan ia akan diberi ampun dan pahala yang besar dari Allah SWT.

21 )A s Shabru, yaitu sabar.

(57)

22) Ash Shidqatu, yaitu benar, jujur.

Benar dan jujur adalah alat mencapai keselamatan, keberuntungan dan kebahagiaan, dengan jujur, orang akan memperoleh popularitas, selalu dipercaya, dijadikan teladan bagi yang lain, banyak teman dan sahabat, perintahnya selalu dituruti orang dan segala perkataannya senantiasa di-ya-kan orang. Semua orang akan senang dan puas berhadapan dan bergaul dengan orang yang jujur, sebab mereka tidak khwwatir akan terkicuh dan terpedaya.

23) Asy Syaja'ah, yaitu berani.

Berani adalah keteguhan hati dalam membela dan mempertahankan yang benar, tidak mundur karena dicela, tidak maju karena dipuji, jika ia salah terus terang dan ttidak malu mengakui kesalahannya, la berani memberantas yang bathil, karena pedomannya adalah berani karena benar, takut sama salah.

24) A t Ta'aawun, yaitu bertolong-menolong.

(58)

25) At Tadharru', yaitu merendahkan diri kepada Allah SWT.

Beribadah, bedo'a atau memohon kepada Allah SWT hendaklah dengan merendahkan diri, dan dengan sepenuh hati, mengucapkan tasbih, takbir, tahlil memuja asma Allah, lebih-lebih

tadharru' dikala sujud.

26) At Tawaadhu',yaitu merendahkan diri terhadap sesama manusia.

Tawadhu' lawanya takabur adalah memelihara pergaulan dan hubungan dengan sesama manusia tanpa perasaan kelebihan diri dari orang laih serta tidak merendahkan orang lain, maksudnya memberikan setiap hak pada yang mempunyainya, tidak meninggikan diri dari derajat yang sewajarnya, tidak menurunkan pandangan terhadap orang lain dari tingkatnya, dimana tawaadhu' menyebabkan diri memperoleh ketinggian dan kemuliaan. Jadi, perlu diketahui bahwa setiap manusia masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan, karena itu janganlah menghina orang lain, maka barang siapa tawaadhu' terhadap siapa sesama manusia, niscaya akan disenangi, disegani, dihormati orang dalam pergaulan.

27) Qona'ah, yaitu merasa cukup dengan apa yang ada.

Yang dikatakan kaya adalah kaya jiwa bukan kaya harta, jadi

qona'ah adalah basis menghadapi hidup, menerbitkan kesungguhan hidup, menimbulkan energi kerja untuk mencari rezki dan juga percaya akan takdir yang diperoleh sebagai hasil. Qona'ah

mengandung 6 unsur yaitu :

(59)

a. Berusaha sekuat tenaga.

b. Memohon tambahan yang pantas kepada Allah. c. Ridha/menerima apa yang ada.

d. Sabar menerima ketentuan Allah SWT. e. Tawakal kepada Allah SWT.

f. Tipu dunia tidak mempengaruhinya. 28) 'Izzatun Nasfsi, yaitu berjiwa kuat.

Dengan jiwa yang kuat manusia akan memperoleh kehormatan dan kemuliaan di dunia dan akhirat, karena ia bekerja dengan mengenal kapasitas dirinya dilimpahi rahmat dari Allah SWT.,y

4. Urgensi Akhlakul Karimah

Akhlak memiliki karakter dasar yang berkaitan erat dengan masalah keimanan. Jika iman dapat diibaratkan akar sebuah pohon, sedangkan ibadah merupakan batang, ranting dan daunnya, maka akhlak adalah buahnya, iman yang kuat akan termanifestasikan oleh ibadah yang teratur dan membuahkan akhlakul karimah.

Seseorang yang berakhlakul karimah pantang berbohong sekalipun terhadap diri sendiri dan tidak pernah manipu apalagi menyesatkan orang lain, orang seperti ini biasahya dapat hidup dengan tenang dan damai, 19

19Ibid., him. 55

(60)

memiliki pergaulan luas dan banyak relasi serta dihargai kawan dan disegani siapapun yang mengenalnya.^

Dalam melihat hal ini, keluarga/orang tua mempunyai peranan yang sangat dominan bagi pendidikan dan pembentukan akhlak anak. Karena walaupun keluarga merupakan komunitas terkecil dalam masyarakat, akan tetapi ia mempunyai pengaruh yang sangat besar.

Apalagi saat ini, kita berada di era globalisasi yang mana perkembangan di dunia informasi dan teknologi sangat pesat. Revoluasi tersebut, tidak hanya mampu menghadirkan sejumlah kemudahan dan kenyamanan hidup bagi manusia modem, melainkan juga mengundang serentetan permasalahan dan kekhawatiran. Teknologi multimedia misalnya, yang berubah begitu cepat sehingga mampu mambuat informasi cepat di dapat, kaya isi, tidak terbatas ragamnya, serta lebih mudah dan enak untuk dinikmati. Namun, dibalik semua itu, sangat potensial untuk mengubah cara hidup seseorang, bahkan dengan mudah dapat merambah ke bilik-bilik keluarga yang semula sarat norma susila dan norma sosial.

Misalnya juga, tayangan televisi yang menggambarkan jala untuk menjaring pemirsa dengan berbagai tayangan yang seronok penuh dengan janji kenikmatan, keasyikan dan kesenangan. Belum lagi penayangan film laga yang berbau darah, atau iklan yang mengeksploitasi aurat. Adanya sekat-sekat kultur dipandang tidak relevan di era global ini, sehingga sensor dipandang sebagai sesUdtu hal yang aneh dan tidak diperlukan lagi.

‘°Aunur Rahim Faqih dan Amir Mu'allim, op.cit., him. 93

(61)

Munculnya mall di kota-kota besar, satu sisi membuat orang betah belanja di ruang-ruang sejuk yang sarat dengan dagangan yang tertata rapi dan warna-warni. Tapi disisi lain sebagian mail mulai difungsikan untuk mejeng para ABG dan mencari sasaran “pasangan sesaat” dengan imbalan materi atau kepuasan badani.

Belum lagi menculnya pusat-pusat hiburan malam yang dilengkapi dengan minuman keras dan peredaran obat-obatan terlarang yang banyak menimbulkan korban-korban generasi muda serta munculnya amukan massa dan masih banyak lagi.

Dari fenomena-fenomena tersebut, untuk mengatasi semua kenyataan itu, tidak cukup hanya melakukan tindakan represif saja, melainkan juga diperlukan langkah-langkah preventif melalui penanaman akhlakul karimah, baik dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Yang mana kita hidup di era global ini, tidak mungkin untuk melarikan diri dari kenyataan modernitas. Modernitas tidak perlu dijauhi, karena kesalahannya tidak terletak pada modernitasnya itu sendiri, tetapi pada tingkat komitmen nilai dari rtioralitas anak/individu, keluarga, masyarakat dan semuanya dalam merespon arus modernitas yang semakin sulit dibendung.

(62)

Filter terhadap setiap modernitas yang masuk sangatlah penting dalam rangka meningkatkan dan menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi modern tanpa mengabaikan faktor-faktor yang lebih penting misalnya tidak mengesampingkan akhlak dan perilaku hidup sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat.

Disinilah keluarga/orang tua mempunyai peran yang sangat dominan dalam pendidikan dan pembentukan akhlak anak, yang merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama, disamping lingkungan pehdukUhg Idinya ydltu sekolah dan masyarakat, sehingga mampu menyaring “ampas negatif' teknologi dan menjaring saripati informasi dan teknologi yang positif.

1 k E D iS lf L1NAN BfeLAJAk SEKOLAH

Kedisiplinan belajar anak di sekolah sama dengan dkhldk artak dalam keluarga. Yang mana kedisiplinan belajar siswa di sekolah juga dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah :

Pertama, Faktor pendidikan, yang meliputi : pendidikan di lingkungan keluarga, pendidikah di lingkungan sekolah, pendidikan di lingkungan masyarakat.

Kedua, Faktor pefgauldh, pergaulan di sekolah akan mempengaruhi

(63)

Ketiga, Faktor keagamaan, ketaatan beragama seseorang akan mempengaruhi akhlak/siswa ketika di sekolah.

Dari ketiga hal tersebut, penulis mencoba untuk menkaji bagaimana korelasi antara akhlak anak dalam keluarga dengan kedisiplinan belajar di sekolah.

1. Pengertian Kedisiplinan Belajar Di Sekolah

Disiplin adalah esensial bagi semua kegiatan kelompok yang terorganisasi. Para anggota harus mengendalikan keinginan-keinginan pribadi masing-masing dan bekerja sama untuk kebaikan semua. Dengan kata lain, mereka harus mengikuti tata perilaku yang ditentukan oleh kepemimpinan organisasi sehingga tujuan-tujuan yang telah disepakati itu bisa tercapai.

Apa saja organisasi, apakah itu suatu perkumpulan, kantor, perusahaan, pemerintah, sekolah dan sebagainya, tidak mau mematuhi peraturan atau hukum yang telah ditetapkan oleh organisasi itu, maka akan menghadapi keruntuhan yang sukar untuk dihindarkan, kekacauan bahkan tujuan yang ingin dicapai tidak akan terwujud. Termasuk juga disini, yaitu kedisiplinan belajar di sekolah. Apabila siswa tidak mematuhi peraturan tentang bagaimana belajar di sekolah yang baik, niscaya siswa tersebut tidak akan tercapai apa yang diharapkan atau tidak akan mencapai keberhasilan dalam belajarnya.

(64)

menetapkan dan menguatkan peraturan adalah teknik pemecahan masalah yang efektif karena telah terbukti bahwa anak-anak akan berperilaku dengan cara yang lebih dapat diterima jika dunia mereka dapat diramalkan dan mereka akan mampu mengantisipasi dari perilaku m ereka/1

Pengertian kedisiplinan berasal dari kata “disiplin” yang mendapat awalan ke- dan akhiran -an, yang mana menurut W. J. S. Perwadarminta, kedisiplinan berarti ketaatan pada aturan dan tata tertib. Disiplin ialah latihan batin dan watk dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib (di sekolah dan sebagainya)/* Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kcdisiplinann berarti kataatan (kepatuhan) kepada peraturan, tata tertib dan sebagainya atau tata tertib (di sekolah kemiliteran dan sebagainya)/J

Good's Dictionary O f Education, yang dikutip oleh Oteng Sutisna menjelaskan istilah “disiplin” mengandung benyak arti, yaitu sebagai berikut:

a. Proses atau hasil pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan, atau kepentingan demi suatu cita-cita atau untuk mencapai tindakan yang lebih efektif.

b. Pencarian suatu cara bertindak yang terpilih dengan gigih, aktif dan _____wTi senain. seKaimun men2naaam rinranean. 2 * 23

2lJerry Wyckoff dan Barbara C. Unnel, Disiplin Tanpa Teriakan Atau Pukulan, Alih Liaiiasa iv.ia w iryacu, tsinarupa AKsara, jaicarta, Cetakan i, i994. him. 14

"W . J. S. Poerwadarminta, op. cit., him. 254

Gambar

TABEL 17.4Tabel Untuk mencari Koefisien Korelasi Antara Variabel Akhlak
FASILITAS PENDIDIKAN SMP ”JAM'IYYATUT THOLIBIN”TABEL 1.3
TABEL 2.3PERLENGKAPAN SEKOLAH SMP ’’JAM'IYYATUT THOLIBIN”
DATA SISWA SMP ’’JAM'IYYATUT THOLIBIN” TEGALSARI,TABEL 3.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

mempercepat aliran pengerjaan (the flow of work) dengan menentukan transfer lots, yaitu lot untuk membawa sebagian part (dari suatu batch yang terdiri part yang identik) yang

Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji disiplin kerja pada Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan variabel independen, yaitu pengawasan

Hasil akhir dari penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa sistem monitoring mampu melakukan pembacaan terhadap log service yang di tampilkan dalam bentuk web menggunakan

Pembahasan sebelumnya pada titik sounding 1 Konfigurasi Schlumberger diduga terdapat lapisan yang cukup keras pada kedalaman 6,89 m ke bawah, maka dapat dikorelasikan

Oleh karena itu penelitian tahun kedua ini akan meneliti tentang ukuran partikel dan jumlah bahan pengisi ( carbon black ) serta melihat pengaruhnya terhadap

Untuk mempelajari pengaruh penambahan gelatin terhadap viskositas sirup, bubuk gelatin dilarutkan ke dalam sirup dengan berbagai macam variasi konsentrasi, kemudian

Key words : A Winter Piece, November, The Snow Shower , figurative language, romantic era, William Cullen Bryant.. x

Suyami (2012) mengatakan bahwa dengan menggunakan media animasi peserta didik mampu mengingat 50% dari yang dilihat, didengar.. dan apa yang dilakukan dalam