• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) 1.Pengertian Strategi Pembelajaran 1.Pengertian Strategi Pembelajaran

1. Pengertian Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis peserta didik penting digalakkan agar mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan kebenaran ilmiah. Berpikir kritis memungkinkan peserta didik menemukan kebenaran di tengah-tengah derasnya informasi yang mengelilingi mereka setiap hari dari berbagai sumber belajar. Menurut Browne dan Keeley berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi membidik berpikir kritis. Merupakan kemampuan berpikir dengan jelas dan imajinatif, menilai bukti, bermain logika, dan mencari alternatif imajinatif dari ide-ide konvensional, memberi rute yang jelas di tengah carut-marut pemikiran pada zaman teknologi saat ini.35

34

Ibid, h. 233-234.

35

Elaine B. Jonson, CTL Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna (Cet. I), (Bandung: Kaifa, 2014), h. 182-183.

33

Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisi asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah kemampuan berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain.

Pengertian berpikir kritis menurut beberapa ahli, John Dewey berpendapat bahwa berpikir kritis adalah sebuah proses aktif yang persistens (terus menerus) serta teliti terhadap suatu keyakinan dan mempertimbangkan sudut alasan-alasan serta kesimpulan-kesimpulan yang mendukungnya.36 Menurut Robert Ennis “Critical thinking is areasonable, reflective thinking that is focused on deciding what to believe

or do”. Kemampuan berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya dan dilakukan.37

Menurut Edward Glaser mendaftarkan kemampuan berpikir kritis untuk mengenal masalah; menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu; mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan; mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan; memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas; menganalisis data; menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan-pernyataan; mengenal adanya hubungan yang logis antara

36

Alec Fisher, Berpikir Kritis Sebuah Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 2.

37

34

masalah-masalah; menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan.38

Menurut Scriven & Paul berpikir kritis didefinisikan sebagai “critical thinking is the intellectually disciplined process of actively and skillfully conceptualizing, applying, analyzing, synthesizing, and or evaluating information gathered from, or generated by observation, experinces, reflection, reasoning, or communication, as guide to belief and action. In itsexemplary form, it is based on universal intellectual values that transcend subject metter divisions: clarity, accuracy, precision, consistency, relevance, sound evidence, good reasons, dept, breadth, and fairness”.39

Berdasarkan dari definisi ini dapat dikatakan bahwa berpikir kritis adalah proses disiplin yang secara intelektual aktif dan terampil mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari atau dihasilkan oleh, pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai panduan untuk kepercayaan dan tindakan. Dalam bentuk contoh, didasarkan pada nilai-nilai intelektual universal yang melampaui bagian-bagian materi subjek, seperti: kejelasan, ketepatan, presis, konsistensi, relevansi, pembuktian, alasan-alasan yang baik, kedalaman, luas, dan kewajaran.

Liliasari mengemukakan bahwa berpikir kritis untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi dan bias yang mendasari tiap-tiap posisi. Akhirnya dapat memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan.40

38

Ibid, h. 7.

39

Muh Tawil, Liliasari, Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam Pembelajaran IPA

(Cet. I), (Makasar: Badan Penerbit Universitas Negri Makassar, 2013), h. 7.

40

35

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah proses pemecahan masalah yang terdiri dari kegiatan menganalisis ide atau gagasan kearah yang lebih spesifik, membedakannya secara tujuan, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan menghubungkan kearah yang lebih sempurna sehingga menghasilkan kesimpulan dan gagasan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi oleh peserta didik. Berpikir kritis adalah proses berpikir aktif dan masuk akal mengenai suatu masalah dan mencari informasi yang logis sehingga dapat melakukan tindakan untuk membuat keputusan dengan mempertimbangkan ilmu pengetahuan agar dapat memberikan argumen atau alasan yang masuk akal dan bermakna.

Berpikir kritis adalah aktifitas terampil, yang bisa dilakukan dengan lebih baik atau sebaliknya, dan pemikiran kritis yang baik akan memenuhi beragam standar intelektual, seperti kejelasan, relevansi, kecukupan, koherensi, dan lain-lain. Berpikir kritis dengan jelas menuntut interpretasi dan evaluasi terhadap observasi, komunikasi, dan sumber-sumber informasi lainnya. Selain itu, menuntut kemampuan dalam memikirkan asumsi-asumsi, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan, dalam menarik implikasi-implikasi, dalam memikirkan dan memperdebatkan isu-isu secara terus menerus. Lebih lanjut pemikir kritis percaya ada banyak situasi dimana cara terbaik memutuskan apa yang harus dipercaya atau dilakukan adalah dengan memakai jenis berpikir kritis dan reflektif.41

41

36

Berpikir kritis memungkinkan peserta didik untuk menemukan kebenaran di tengah banjir kejadian dan informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan peserta didik untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis adalah sebuah proses yang terorganisasi yang memungkinkan peserta didik mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain. Tujuan dari berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat kita mengerti dan maksud di balik ide yang mengarahkan kehidupan sehari-hari.42

Mengajarkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting untuk dikembangkan di sekolah agar peserta didik mampu dan terbiasa menghadapi berbagai permasalahan disekitarnya. Menurut Cabera yang dikutip dalam jurnal didaktik matematika, menyatakan bahwa penguasaan berpikir kritis tidak cukup dijadikan sebagai tujuan pendidikan semata, tetapi juga sebagai proses fundamental yang memungkinkan peserta didik untuk mengatasi berbagai permasalahan masa yang akan mendatang di lingkungannya.43 Untuk itu dalam proses belajar mengajar guru tidak boleh mengabaikan penguasaan berpikir kritis peserta didik.

42

Elaine B. Jonson, Op.Cit, h. 185.

43

Husnidar, et.al, “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Disposisi Matematis Siswa”. Jurnal Didaktik Matematika, ISSN : 2355-4185, h. 72.

37 2. Indikator Berpikir Kritis

Menurut Zeidler, bebrapa karakteristik orang yang mampu berpikir kritis antara lain ialah : a) memiliki perangkat pikiran tertentu yang dipergunakan untuk mendekati gagasanya dan memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan masalah, b) bersikap skeptis, yaitu tidak mudah menerima ide atau gagasan kecuali telah membuktikan sendiri kebenarannya.44

Mengacu pada karakteristik diatas maka dalam proses pembelajaran mengharapkan peserta didik dapat berkembang menjadi manusia yang berpikir secara kritis, dengan bimbingan penuh pada proses perkembangan keterampilan berpikir peserta didik. Kemampuan berpikir kritis seseorang berbeda-beda, untuk membedakannya diperlukan suatu indikator sehingga dapat dinilai tingkat berpikir kritis seseorang. Menurut Ennis dalam Goal for A Critical Thinking Curiculum, terdapat lima tahap berpikir kritis dengan masing-masing indikatornya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1

Indikator Berpikir Kritis45

Indikator Kata-kata operasional

Memberikan penjelasan sederhana Menganalisis pernyataan, mengajukan dan menjawab pertanyaan klarifikasi

Membangun keterampilan dasar Menilai kredibilitas suatu sumber, meneliti dan menilai hasil penelitian

Membuat inferensi

Mereduksi dan menilai deduksi, menginduksi dan menilai induksi, membuat dan menilai penilaian yang berharga

Membuat penjelasan lebih lanjut Mendefinisikan istilah, menilai definisi, dan mengidentifikasi asumsi

Mengatur strategi dan taktik Memutuskan sebuah tindakan dan berinteraksi dengan orang lain

Sumber : Muh. Tawil, Liliasari. Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam Pembelajaran IPA (Cet. I.

44

Wahab Jufri, Op.Cit, h 104.

45

38

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah suatu proses berpikir untuk memahami, mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi dan mengambil keputusan untuk sesuatu yang diyakini dan dilakukan. Menurut Collegiate Assessment of Academic Proficiency (CAAP) tes berpikir kritis bahwa tes mengukur keterampilan, menganalisis, mengevaluasi dan berpendapat.

Meskipun sangat meyakinkan dikatakan bahwa berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, namun berpikir kritis masih memiliki hambatan, yakni: (1) kurangnya informasi yang memadai, kemampuan membaca yang buruk; (2) bias, prasangka, tahayul; (3) egosentrisme (pemikiran yang memusat ke diri sendiri), pikiran sempit; (4) sosiosentrisme (pemikiran yang memusat ke kelompok); (5) tekanan kelompok; (6) pikiran tertutup, tidak percaya pada nalar; (7) berpikir jangka pendek, asumsi-asumsi yang tidak terbukti; (8) penyangkalan, penipuan diri; (9) emosi yang menggebu-gebu.46