• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian, Falsafah dan Sejarah Entrepreneurship

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyaksikan berbagai aktivitas. Seperti misalnya seorang atau sekelompok orang mengeluarkan sejumlah uang untuk membeli sejumlah barang, yang kemudian barang tersebut dipajang di suatu lokasi tertentu untuk dijual kembali kepada para konsumennya. Atau seseorang membeli sejumlah barang, kemudian diolah atau diproses lalu disajikan dalam bentuk makanan di suatu lokasi untuk dinikmati konsumennya. Atau seseorang membuka suatu usaha jasa, dan menunggu kedatangan konsumen yang membutuhkan pelayanan dengan balas jasa tertentu. Kemudian, pada suatu waktu atau suatu periode tertentu mereka mulai menghitung jumlah uang yang telah dikeluarkan dan jumlah uang yang masuk. Dari perhitungan ini ada kelebihan dan ada kekurangan. Jika uang yang masuk lebih besar daripada yang keluar, mereka menyebutnya sebagai keuntungan. Namun jika yang terjadi sebaliknya, mereka menyebutnya sebagai kerugian.1

Menjadi wirausaha berarti memiliki kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang, mengumpulkan sumber daya yang diperlukan serta bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu.

1 Kasmir, S.E., M.M., Kewirausahaan, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada: 2007), Ed. 1-2, h. 15.

Berikut adalah beberapa definisi Entrepreneurship menurut berbagai ahli: Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu nilai yang berbeda dengan mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan, memikul risiko-risiko finansial, psikis dan sosial yang menyertai, serta menerima penghargaan /imbalan moneter dan kepuasan pribadi.

Menurut Peter F Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) .

Menurut Thomas W Zimmerer, kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari.

Sedangkan menurut Andrew J Dubrin, kewirausahaan adalah seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif (Entrepreneurship is a person who founds and operates an innovative business).

Adapun Robbin & Coulter mendefinisikan kewirausahaan sebagai

Entrepreneurship is the process whereby an individual or a group of individuals uses organized efforts and means to pursue opportunities to create value and grow by fulfilling wants and need through innovation and uniqueness, no matter what resources are currently controlled.

Dari definisi tentang Entrepreneurship diatas terdapat 3 tema penting yang dapat di identifikasi:

2. innovation, 3. growth.

Pursuit of opportunities, (entrepreneurship adalah berkenaan dengan mengejar kecenderungan dan perubahan-perubahan lingkungan yang orang lain tidak melihat dan memperhatikannya).

Innovation, (entrepreneurship mencakup perubahan perombakan, pergantian bentuk, dan memperkenalkan pendekatan-pendekatan baru…. Yaitu produk baru atau cara baru dalam melakukan bisnis).

Growth (Pasca entrepreneur mengejar pertumbuhan, mereka tidak puas dengan tetap kecil atau tetap dengan ukuran yang sama. Entrepreneur menginginkan bisnisnya tumbuh dan bekerja keras untuk meraih pertumbuhan sambil secara berkelanjutan mencari kecenderungan dan terus melakukan innovasi produk dan pendekatan baru .

Istilah kewirausahaan pada dasarnya merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya, maka definisinya adalah: Seorang pelopor bisnis baru atau manajer yang mencoba untuk memperbaiki suatu unit organisasi dengan memprakarsai perubahan produk. 2

2

Definisi Kewirausahaan (Entrepreneurship) Menurut Para Ahli. Dalam http://putracenter. wordpress.com/definisi-kewirausahaan- entrepreneurship- menurut-para-ahli/. Diakses pada tanggal 02/03/2009.

Sedangkan definisi entrepreneurship yang terdapat dalam glosarium prentice hall untuk manajemen dan pemasaran adalah fenomena yang terputus-putus, muncul dan hilang; muncul untuk mengawali perubahan dalam proses produksi misalnya, menghilang dan muncul lagi untuk mengawali perubahan dalam proses lainnya. Kewirausahaan selalu dengan perubahan. Wirausahawan mencari perubahan, menanggapinya dan memanfaatkannya sebagai satu kesempatan.3

Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa entrepreneur adalah seseorang yang mempunyai kreativitas suatu bisnis baru dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian yang bertujuan untuk pencapaian laba dan pertumbuhan usaha berdasarkan identifikasi peluang dan mendayagunakan sumber-sumber serta memodali peluang tersebut

Dalam kamus istilah ekonomi populer, entrepreneur adalah seseorang yang tergantung atas inisiatifnya dengan memperhatikan risiko kerugian keuangan yang mungkin dideritanya mendirikan suatu usaha yang dikelola sendiri.4

Entrepreneur menurut kamus Oxford : ”A person who undertakes an entreprise or business, with the chance of profit or loss”. Seorang yang bertanggung jawab atas sebuah bisnis dengan memikul risiko untung atau rugi. Entrepreneur dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu business

3 Benyamin Molan, Glosarium Prentice Hall untuk Manajemen dan Pemasaran, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002), h. 47.

4 Ralona M., Kamus Istilah Ekonomi Populer; Indonesia – Inggris, (Jakarta: Gorga Media, 2006), h. 335.

entrepreneur dan social entrepreneur. Perbedaan pokok keduanya utamanya terletak pada pemanfaatan keuntungan. Bagi business entrepreneur keuntungan yang diperloleh akan dimanfaatkan untuk ekspansi usaha, sedangkan bagi sosial entrepreneur keuntungan yang didapat (sebagian atau seluruhnya) diinvestasikan kembali untuk pemberdayaan ”masyarakat berisiko”. Namun dalam trend global dikotomi semacam itu kian kabur, sebab mereka (business entrepreneur dan

social entrepreneur) sesungguhnya berbicara dalam bahasa yang sama. ”Kami bicara dalam bahasa yang sama yaitu : inovasi, manajemen, efektifitas, mutu dan kompetensi”5

Wirausaha adalah jenis usaha mandiri yang didirikan oleh seorang wirausahawan, atau sering pula disebut sebagai pengusaha. Wirausahawan adalah seseorang yang mampu menciptakan lapangan kerja baru dan mencari cara-cara atau teknik yang lebih baik dalam pemanfaatan sumber daya, memperkecil pemborosan, serta menghasilkan barang atau jasa dalam upayanya memuaskan kebutuhan orang lain.

KBBI mendefinisikan wirausahawan sebagai "orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan operasinya, serta memasarkannya." Sedangkan Louis Jacques Filion menggambarkan wirausahawan sebagai orang yang imajinatif, yang ditandai

5

Bambang Ismawan, Menjawab Persoalan Bangsa dengan Entrepreneurship, dalam, http: // www. binaswadaya.org/index.php.com. Diakses pada tanggal 02/03/2009.

dengan kemampuannya dalam menetapkan sasaran serta dapat mencapai sasaran-sasaran itu. Ia juga memiliki kesadaran tinggi untuk menemukan peluang-peluang dan membuat keputusan.

Kata wirausaha dalam bahasa Inggris, yaitu entrepreneur, merupakan kata serapan dari bahasa Perancis yang mulanya berarti "pemimpin musik atau pertunjukan."

Wirausaha dapat dikelompokkan dengan berbagai macam cara. Winarto menggolongkan aktifitas kewirausahaan menjadi dua, yaitu berwirausaha karena melihat adanya peluang usaha (entrepreneur activity by opportunity) dan kewirausahaan karena terpaksa tidak ada alternatif lain untuk masa depan kecuali dengan melakukan kegiatan usaha tertentu.6

Social entrepreneurship adalah sesuatu yang banyak kita butuhkan di dunia saat ini. Social entrepreneur, menurut Wikipedia adalah seseorang yang menyadari kehadiran masalah sosial, dan memanfaatkan prinsip-prinsip entrepreneurial dalam menciptakan/mengelola organisasi demi melakukan perubahan sosial.7

Sesungguhnya Social Entrepreneurship sudah dikenal ratusan tahun yang lalu diawali antara lain oleh Florence Nightingale (pendiri sekolah perawat pertama) dan Robert Owen (pendiri koperasi). Pengertian Social Entrepreneurship sendiri berkembang sejak tahun 1980 –an yang diawali oleh

6 http://id.wikipedia.org/wiki/Wirausaha. Diakses pada tanggal 02/03/2009.

7 Social Entrepreneurship: MYC4, dalam http://vibizlearning.com/new/articles. Diakses pada tanggal 02/03/2009.

para tokoh-tokoh seperti Rosabeth Moss Kanter, Bill Drayton, Charles Leadbeater dan Profesor Daniel Bell dari Universitas Harvard yang sukses dalam kegiatan Social Entrepreneurship karena sejak tahun 1980 berhasil membentuk 60 organisasi yang tersebar diseluruh dunia. Pengertian sederhana dari Social Entrepreneur adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial (social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare). Jika business entrepreneurs mengukur keberhasilan dari kinerja keuangannya (keuntungan ataupun pendapatan) maka social entrepreneur keberhasilannya diukur dari manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.

Bagi disiplin ilmu ekonomi kata entrepreneur merupakan hal yang sudah mendarah daging karena sejak semester pertama sudah diperkenalkan dengan tokoh-tokohnya antara lain Richard Cantillon (1755), J.B. Say (1803) dan J. Schumpeter (1934). Cantillon menyatakan entrepreneur sebagai seseorang yang mengelola perusahaan atau usaha dengan mendasarkan pada akuntabilitas dalam menghadapi resiko yang terkait ( a person who undertakes and operates a new enterprise or venture and assumes some accountability for inherent risks); B. Say memberikan pengertian entrepreneur sebagai seseorang yang mampu meningkatkan nilai sumber daya ekonomi ke tingkatan yang lebih tinggi, baik produktivitasnya maupun nilainya ( a person who creates value by shifting economic resources out of an area of lower and into an area of higher

productivity and greater yield), sedangkan Schumpeter mendefinisikan

“unternehmer” atau entrepreneur sebagai an innovative force for economic progress, important in the process of creative destruction and therefore as a change agent.

Dari berbagai pengertian tersebut maka Social Entrepreneur sesungguhnya adalah agen perubahan (change agent) yang mampu untuk :

1. Melaksanakan cita-cita mengubah dan memperbaiki nilai-nilai sosial 2. Menemu kenali berbagai peluang untuk melakukan perbaikan

3. Selalu melibatkan diri dalam proses inovasi, adaptasi, pembelajaran yang terus menerus

4. Bertindak tanpa menghiraukan berbagai hambatan atau keterbatasan yang dihadapinya

5. Memiliki akuntabilitas dalam mempertanggungjawabkan hasil yang dicapainya, kepada masyarakat.

Yang menggembirakan bahwa akhir-akhir ini adalah terjadinya pergeseran

social entrepreneurship yang semula dianggap merupakan kegiatan ”non-profit” (antara lain melalui kegiatan amal) menjadi kegiatan yang berorientasi bisnis (entrepreneurial private-sector business activities).8

Adapun falsafah dari entrepreneur adalah sebagai berikut:

8 Setyanto P. Santosa, Peran Social Entrepreneurship Dalam Pembangunan, dikutip dari acara dialog “ Membangun Sinergisitas Bangsa Menuju Indonesia Yang Inovatif, Inventif dan Kompetitif” diselenggarakan oleh Himpunan IESP FE-Universitas Brawijaya,Malang, 14 Mei 2007. dalam setyanto@pacific.net.id. Diakses pada tanggal 02/03/2009.

Sampai tingkat tertentu keberhasilan sebagai seorang wirausaha tergantung kepada kesediaannya untuk bertanggungjawab atas pekerjaannya. Salah satunya adalah dengan cara mengenali diri sendiri. Hal tersebut dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan yang diinginkan dalam hidupnya. Kekuatannya datang dari tindakan-tindakannya dan bukan pada tindakan orang lain. Meskipun risiko kegagalan selalu ada, para wirausaha mengambil risiko dengan jalan menerima tangguungjawab atas tindakan mereka sendiri. Kegagalan harus diterima sebagai pengalamman belajar. Beberapa wirausaha berhasil setelah mengalami banyak kegagalan. Belajar dari pengalaman masa lalu akan membantunya untuk menyalurkan kegiatan-kegiatannya guna mencapai hasil-hasil yang lebih positif, dan keberhasil-hasilan merupakan buah dari usaha-usaha yang tidak mengenal lelah.

Mereka harus mengejar tujuan-tujuan yang berhubungan dengan kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya. 9

Dengan spirit yang dimilikinya, entrepreneur dapat mengubah masyarakat bahkan dunia. Contoh berikut membuktikan hal itu.

Pertama, Thomas Alva Edison (1847 – 1931) pada usia 22 tahun menemukan Telegraf, dan beberapa tahun kemudian menemukan Lampu Pijar pertama yang dapat menyala 40 jam. Ia terus berkarya hingga usia 84 tahun dan menghasilkan sekitar 1.300 paten atas namanya, serta telah memasarkan sebagian

9 Geoffrey G. Meredith et. al., Kewirausahaan; Teori dan Praktek, (Jakarta: PT Pusaka Binaman Pressindo, 2000), Cet VI, h. 7.

besar produknya. Perusahaan yang didirikan untuk memasarkan produknya kita kenal dengan nama General Electric (GE). GE adalah perusahaan no. 5 di Amerika Serikat dan no. 9 di dunia yang mempekerjakan sekitar 325.000 karyawan.

Kedua, Muhammad Yunus pendiri Grameen Bank dan peraih nobel perdamaian 2006 dari Bangladesh. Ekonom ini lulusan Vanderbilt University, AS ini sangat terusik dengan kemiskinan yang massive di negerinya, sementara teori-teori ekonomi yang dipelajarinya tidak bisa memecahkan persoalan kemiskinan. Akhirnya ia terjun langsung dengan memberikan pinjaman sekitar US$ 27 bagi 42 orang petani dan pengrajin. Upaya ini kemudian bertumbuh menjadi model lembaga keuangan pedesaan yang terkemuka di dunia. Model pelayanan keuangan yang dikembangkannya telah direplikasikan di 58 negara. Lembaga keuangan tersebut dikenalsebagai Grameen Bank (bank desa) yang kini melayani sekitar 7 juta orang (7.309.335 per 30 September 2007) dan sebagian besar(97 %) adalah perempuan. Jumlah outstanding credit US$ 500,67 juta dan tingkat pengembalian 98,40 %. Karya Yunus membuktikan, bahwa orang-orang miskin, atau pengusaha mikro (economically active poor) adalah bankable.

Bina Swadaya Entrepreneruship.

Bina Swadaya merupakan lembaga pemberdayaan masyarakat yang lahir pada 24 Mei 1967 oleh sejumlah aktivis Ikatan Petani Pancasila (IPP) yang merasa terpanggil untuk memberdayakan masyarakat miskin dan terpinggirkan. Bina Swadaya pun berupaya menjadi wahana pemberdayaan masyarakat yang

mandiri dan konsisten, serta hadir secara kontekstual. Mandiri berarti adanya tekad untuk membangun dan menjaga kemandirian keuangan, dengan tidak bergantung pada bantuan lembaga dana. Konsisten dibuktikan dengan tetap berpegang teguh pada visi – misi pemberdayaan masyarakat miskin dan terpinggirkan. Kontekstual berarti hadir untuk menjawab kebutuhan dan mengantisipasi tantangan dan peluang yang ada.10