• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kredit Tampa Jaminan untuk Pengembangan Ekonomi Umat: Telaah Atas Pemikiran Muhammad Yunus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kredit Tampa Jaminan untuk Pengembangan Ekonomi Umat: Telaah Atas Pemikiran Muhammad Yunus"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI)

Oleh:

Ahmad Majdi Tsabit NIM: 204046102887

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Oleh:

Ahmad Majdi Tsabit NIM: 204046102887

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI)

Oleh:

Ahmad Majdi Tsabit NIM: 204046102887

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag. Dr. K.H.A. Juaini Syukri, LCS. MA NIP. 150 275 509 NIP. 150 256 969

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(4)

EKONOMI UMAT: TELAAH ATAS PEMIKIRAN MUHAMMAD YUNUS telah

diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 04 Maret 2009. Skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 04 Maret 2009

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof.DR.H.Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Prof.DR.H.M. Amin Suma, SH, MA, MM. (...) NIP. 150 210 422

2. Sekretaris : Drs. H. A. Yani, MA. (...) NIP. 150 269 678

3. Pembimbing I : Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag. (...) NIP. 150 275 509

4. Pembimbing II : Dr. K.H.A. Juaini Syukri, LCS. MA. (...) NIP. 150 256 969

5. Penguji I : Drs. H. Afifi Fauzi Abbas, MA. (...) NIP. 150 210 421

6. Penguji II : Drs. H. Zainul Arifin Yusuf, MPd. (...)

(5)

iii

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

Atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 4 Maret 2009

(6)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI) pada pogram studi Muamalat,

konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Dalam upaya memenuhi persyaratan tersebut, maka skripsi ini ditulis dengan

judul “Kredit Tanpa Jaminan Untuk Pengembangan Ekonomi Umat: Telaah

Atas Pemikiran Muhammad Yunus”.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini terdapat banyak kesalahan,

kekurangan dan kekhilafan didalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa

tanpa kontribusi pemikiran, gagasan serta dorongan berbagai pihak, sulit dibayangkan

skripsi ini akan terselesaikan. Berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,

maka sebagai ungkapan rasa hormat yang dalam, penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada:

1. Ummi dan Aba, yang tidak pernah berhenti mencintai dan mendoakan

penulis di sepanjang siang dan malam. Semoga penulis masih diberi

(7)

v

2. Bapak Prof. Dr .Drs. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM. selaku Dekan

Fakultas Syariah dan Hukum; Ibu Dr.Euis Amalia, M.Ag Selaku ketua

Jurusan PS/ Perbankan Syariah dan Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif,

M.Ag. sebagai sekretaris jurusan Perbankan Syariah. Beserta seluruh staf

pengajar di jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H.Mujar Ibnu Syarif, M.Ag dan Dr. K.H.A. Juaini Syukri, LCS. M.A.

Selaku pembimbing skripsi, yang dengan sabar dan bijak terus

membimbing, menasehati dan mengarahkan penulis untuk menghasilkan

karya terbaik yang penulis miliki.

4. Prof. Dr. H. Hasanuddin AF, MA., sebagai dosen pembimbing akademik

yang senantiasa sabar menyemangati penulis dan memberi perspektif

metodologis yang mencerahkan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Penguji Skripsi: Bapak Drs. H. Afifi Fauzi Abbas, MA., dan Drs. H.

Zainul Arifin Yusuf, MPd., atas pertanyaan kritis, masukan dan arahannya

yang sangat berharga.

6. Para petugas di Bagian Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Syariah

dan Hukum yang telah memberikan layanan selama penulis menempuh

studi.

7. Semua guru penulis, mulai dari guru ngaji, guru di Madrasah Ibtidaiyah,

(8)

vi

tanpa sikap menggurui. Ucapan terima kasih jelas tidak cukup imbang

dengan jasa-jasa yang sudah mereka berikan.

8. Sudara-Saudariku; Fairuzah Tsabit, Ubaidillah Tsabit, Kak Hazim, Mbak

Rahma, dan Adikku tercinta Ahmad Hassan Tsabit yang senantiasa

memberikan semangat dan dorongan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

9. Lailatul Faizah atas dorongan, doa serta kesediaannya menemani penulis

di setiap waktu tanpa mengenal lelah. Engkau adalah yang spesial dalam

hidupku.

10. Sejumlah sahabat yang inspiratif dan mencerahkan serta banyak berjasa

dalam proses penulisan skripsi ini: kak Musthafa dan bang Nabil yang

telah membantu membenahi judul dan skripsi ini. Juga kepada bang Idris

yang telah sudi meminjamkan skripsinya kepada saya, Ustd. Habibullah

dan kak Yazid yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

mengoreksi skripsi ini dan membantu menerjemahkan beberapa teks

Inggris.

11. Kawan-kawan yang senasib seperjuangan, Team Bero, Team Ganteng,

Kholil, Faiq, Wasil, Kholili, Mahalli, Subairi, Imron, Joe, Robert, Basit,

Rafi’i dan semua kawan-kawan yang tidak bisa penulis sebutkan

satu-persatu. Semoga kalian tetap semangat. Terimakasih atas dukungannya

(9)

vii

12. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung turut

membantu dalam penulisan skripsi ini.

Kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat penulis harapkan. Semoga

skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi masyarakat

pada umumnya. Akhirnya hanya do’a jualah yang dapat penulis mohonkan kepada

Allah SWT. semoga senantiasa membimbing langkah kita menuju masa depan yang

lebih baik. Amin.

Jakarta, 4 Maret 2009

(10)

viii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Review Studi Terdahulu ... 7

E. Metode Penelitian ... 15

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II SEKILAS TENTANG ENTREPRENEURSHIP A. Pengertian, Falsafah dan Sejarah Entrepreneurship ... 17

B. Ciri-ciri Entrepreneurship... 27

C. Peran Entrepreneurship... 30

D. Pengertian Bisnis Sosial ... 32

BAB III BIOGRAFI MUHAMMAD YUNUS A. Riwayat Hidup Muhammad Yunus ... 37

B. Karya-karya Muhammad Yunus... 49

C. Pokok-pokok pikiran Muhammad Yunus... 55

BAB IV PEMIKIRAN MUHAMMAD YUNUS TENTANG KREDIT TANPA JAMINAN A. Konsep Kredit Tanpa Jaminan Menurut Muhammad Yunus.... 66

B. Kendala-kendala Yang Dihadapi dalam Pemberian Kredit Tanpa Jaminan... 71

(11)

ix

D. Kemungkinan Penerapan Konsep Kredit Tanpa Jaminan

Dalam Konteks Indonesia ... 81

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran-Saran... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Sudah begitu banyak analisa yang selalu menampilkan kesimpulan bahwa

perekonomian kontemporer memiliki banyak kelemahan, bahkan ada yang

mengkategorikan bahwa perekonomian kontemporer cenderung berbahaya secara

jangka panjang bagi kehidupan manusia.1

Dari analisa yang bersifat kritis pada kebijakan-kebijakan yang di ambil

oleh perekonomian dunia kontemporer (kapitalis), hasil pembangunan semu yang

memanjakan sekelompok kecil manusia di dunia sampai pada sistem ekonomi

dunia yang bukan hanya memporak-porandakan kehidupan ekonomi tapi juga

merusak tatanan sosial-budaya dalam pergaulan umat manusia, telah menjadi

hangat dalam diskusi-diskusi ekonomi saat ini.2

Sistem kapitalis memandang bahwa manusia adalah pemilik satu-satunya

terhadap harta yang telah diusahakan. Tidak terdapat hak orang lain di dalamnya.

Ia memiliki hak mutlak untuk membelanjakan sesuai dengan keinginannya.3

Sosok pribadi dipandang memiliki hak untuk memonopoli sarana-sarana produksi

1

Ali Sakti, Analisis Teoritis : Ekonomi Islam Jawaban atas kekacauan Ekonomi Modern, (Jakarta: Paradigma dan AQSA Publishing, 2007), Cet I, h. 22.

2 Ali Sakti,

Analisis Teoritis, h. 22.

3 Abdullah Abdul Husain at-Tariqi,

Ekonomi Islam; Prinsip, Dasar, dan Tujuan,

(13)

sesuai kekuasaannya. Ia akan mengalokasikan hartanya hanya pada bidang yang

memiliki nilai guna materi (profit oriented).

Konsep kapitalisme terutama dapat ditelusuri dari tulisan para ahli teori

sosialis. Karya Sombart adalah konsep kapitalisme yang secara pasti diakui

sebagai dasar bagi sistem pemikiran ekonomi. Konsep ini menunjukkan bahwa

kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang secara jelas ditandai oleh

berkuasanya kapital. Seperti sistem ekonomi lainnya, kapitalisme juga

mengandung unsur pokok yang merupakan semangat atau pandangan ekonomi –

jumlah dari keseluruhan tujuan, motif dan prinsip. Motif dan prinsip ini

didominasi oleh tiga gagasan: perolehan, persaingan dan rasionalitas.4

Sistem kapitalisme dinilai hanya semakin melahirkan ketimpangan sosial

dan ekonomi antara negara-negara maju dengan negara berkembang dan

terkebelakang.5 Hal ini dapat dilihat dari kegagalan menyelaraskan

kepentingan-kepentingan individu dan masyarakat.6

Selain itu, sistem kapitalis juga dinilai hanya menghasilkan kecenderungan

konsumeristik, materialistik dan individualistik dalam masyarakat dunia yang

kemudian menggerogoti perekonomian, terlihat dari variabel-variabel seperti

corak konsumsi, jenis dan variasi produk, tingkat kemiskinan dan pengangguran.7

Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), Cet I, h. 20.

7

(14)

Hingga kini kapitalisme belum mampu mengatasi masalah tersebut.

Dapatkah sistem ekonomi yang kapitalistik menyelamatkan masyarakat dunia

dari himpitan kemiskinan? Pertanyaan inilah yang terus mengusik Yunus dalam

upayanya membangun sistem usaha alternatif yang diharapkan mampu

menghapus kemiskinan yang kini telah mengglobal.

Sistem kapitalis, menurut Yunus, bukan sebuah sistem yang dapat

menyelamatkan manusia dari 'ancaman kemiskinan'.

Dengan berbagai bencana dunia saat ini, seperti AIDS/HIV, flu burung,

maupun bencana alam seperti banjir, tsunami, tanah longsor, dan kebakaran,

mereka yang telah menjadi korban kemiskinan akan semakin miskin. Lalu apakah

mempercayakan diri pada institusi-institusi keuangan dunia akan mampu

meringankan beban mereka?

Dengan sistem baku sekarang ini, nampaknya harapan itu sangatlah tidak

mungkin. Sebab sistem bisnis sekarang ini memiliki prinsip profit maximizing

business (PMB). Manusia menjadi mesin uang (money machine), tak lebih!

Sehingga tujuan bisnis dalam sistem kapitalis adalah mendapatkan

keuntungan sebanyak-banyaknya, tanpa ingin tahu apakah itu masih mengikuti

hati naluri manusia atau justeru sebenarnya telah mengorbankan harkat

(kehormatan) manusia.

Dari sinilah kemudian Yunus mulai membangun sebuah sistem bisnis yang

(15)

mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Tapi lebih dari itu, juga merupakan

suatu rangkaian upaya untuk mengangkat martabat manusia.8

Yunus juga membongkar kepalsuan kapitalisme yang jelas-jelas

diskriminatif terhadap orang miskin (khususnya kaum perempuan) seperti yang

terlihat dari praktik perbankan, mulai dari bank lokal sampai bank-bank

internasional. Apartheid (yaitu pembedaan ras. Apartheid tersebut merupakan

kebijakan suatu bank yang digunakan di Afrika pada masa lalu) finansial adalah

konsep yang cocok menggambarkan diskriminasi institusional yang dilakukan

oleh sistem perbankan di mana-mana di dunia ini. Rasionalisme berlandaskan

logika kapitalisme menjadi bagian dalam melaksanakan dan mempertahankan

“politik apartheid” ini. Rasionalisme mungkin mencerahkan, tetapi logika

tersebut belum pasti. Silogisme (yaitu bentuk, cara berpikir atau menarik

kesimpulan yang terdiri atas premis umum, premis khusus, dan kesimpulan)

kapitalisme perbankan mempunyai premis-premis yang sangat ketat: (i) Bank

harus untung dari usaha deposito dan kredit, tanpa membedakan apakah uang itu

didepositokan dan dipinjam oleh orang kaya atau orang miskin, pokoknya

memenuhi prinsip-prinsip ekonomi yang sangat rasional. (ii) Dengan premis ini

maka kredit yang dikucurkan adalah kredit dalam jumlah besar yang

menguntungkan bank, yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang kaya saja.

(iii) Oleh karena itu, adalah tidak rasional dan tidak ekonomis jika bank

8 M. Syamsi Ali,

(16)

meminjamkan uangnya dalam jumlah kecil. Kesimpulannya, karena alasan

rasional dan ekonomis, tidak mungkin bank memihak kepada orang miskin.9

Kesalahan terbesar yang dilakukan bank-bank selama ini karena mereka

hanya mau meminjamkan uang atau membuka kran kredit kepada orang yang

sudah punya "uang" dalam arti penghasilan dan aset. Coba kita datang ke bank

meminjam uang, mana mereka mau tanpa jaminan. Entah berupa surat motor,

surat mobil, surat rumah atau tanah, dan lainnya.

Pendeknya kita harus punya penghasilan dulu baru bisa dipinjami uang.

Artinya, hanya orang yang punya uang bisa meminjam. Muncullah istilah

"bankable" (dapat diterima bank), sebuah kata yang sangat menyesakkan bagi

mereka yang tak punya uang, tak punya aset untuk dijadikan jaminan (kolateral)

kepada bank agar bisa memiliki akses untuk meminjam.

Pikiran bankir, pasti hanya orang yang sudah punya penghasilan yang bisa

mengembalikan pinjamannya. Kalau pun ada penghasilan, namun pinjaman

tersebut tidak dikembalikan, bank bisa menyita aset jaminan kita. Lalu siapa lagi

yang mau meminjamkan orang yang belum punya penghasilan, orang yang

miskin, orang yang tak punya aset untuk dijaminkan?10

Kesalahan cara pandang dan pola berpikir itulah yang hendak "diputar" oleh

Yunus, yang meraih Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2006. Ia memang bukan

9 Muhammad Yunus,

Bank Kaum Miskin; Kisah Yunus dan Grameen Bank Memerangi Kemiskinan, Diterjemahkan oleh Irfan Nasution,(Jakarta: Margin Kiri, 2007), Cet III, h. XI.

10

Sosok dan Bisnis: Muhammad Yunus, Pengemis pun Dipinjami”, Dalam

(17)

bankir, tetapi seorang profesor ekonomi, yang sesak melihat kemiskinan di

negerinya.

Memperhatikan uniknya pemikiran Yunus dalam pengembangan ekonomi

umat adalah penting bagi kita untuk mengkaji pemikirannya. Penulis berharap,

pembahasan ini dapat memberi kontribusi bagi studi-studi ekonomi Islam yang

telah ada. Studi ini juga perlu mengingat pentingnya pengaruh dari pemikiran

Yunus bagi perkembangan ekonomi. Apalagi hingga kini belum ada yang

membahas secara mendalam pemikiran-pemikiran Yunus menyangkut

pengembangan ekonomi umat. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk menulis

skripsi ini dengan judul “Kredit Tanpa Jaminan Untuk Pengembangan Ekonomi

Umat: Telaah Atas Pemikiran Muhammad Yunus”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari pandangan di atas, maka penulis berusaha membatasi

penulisan skripsi ini pada pemikiran Yunus tentang kredit tanpa jaminan. Untuk

tidak terlalu menyimpang dari tujuan pokok dalam penulisan skripsi ini, masalah

yang hendak difokuskan hanyalah dalam ruang lingkup seputar konsep dan

pemikiran Yunus mengenai kredit tanpa jaminan.

Adapun perumusan masalah yang akan dikaji dalam penulisan skripsi ini

adalah :

1. Apa yang disebut kredit tanpa jaminan?

(18)

3. Siapa yang menerapkannya?

4. Bagaimana penerapan konsep kredit tanpa jaminan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berusaha memotret dan mengkaji profil

Yunus serta pemikirannya tentang Perbankan, terutama kontribusinya terhadap

perkembangan ekonomi.

Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan

praktis. Secara teoritis penulisan ini diharapkan memberi sumbangsih bagi

pengembangan ekonomi Islam secara umum. Adapun secara praktis penulisan

skripsi ini diharapkan menambah khazanah kepustakaan, khususnya mengenai

pemikiran Yunus tentang Perbankan.

D. Review Studi Terdahulu/Tinjauan Pustaka

Penelitian ini dapat dikatakan minimal membahas tentang pemikiran

ekonomi Yunus, konsep kredit tanpa jaminan, serta kemungkinan penerapannya

dalam konteks indonesia.

Untuk persoalan kredit tanpa jaminan, dengan berbagai konteks dan

perspektif kajian, telah cukup banyak literatur dan penelitian yang telah

diterbitkan. Akan tetapi yang berkaitan dengan pemikiran Yunus, sejauh yang

penulis dapatkan, tak banyak penelitian yang bisa dibaca. Dalam konteks

(19)

kredit tanpa jaminan, tak banyak pula ekonom ataupun praktisi yang secara

intensif mendiskusikan soal ini dalam karyanya. Dalam hal ini, penulis hanya

menemukan beberapa karya tulis yang berbentuk artikel yang menjelaskan

tentang pemikiran Yunus.

Uraian berikut ini akan mencoba menjelaskan mengenai bahasan-bahasan

tersebut, dengan memaparkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan,

termasuk ruang dan celah yang ditinggalkan sehingga kemudian menjadi jelas

bagaimana penelitian ini relevan dan penting dilakukan.

Di antara beberapa artikel yang mencoba memperkenalkan sosok Yunus dan

pemikirannya ke publik Indonesia antara lain adalah sebagai berikut:

Artikel yang ditulis oleh Diannika D. Wardhani dengan tema Dari

Muhammad Yunus Buat kaum Miskin, (http://www.halamansatu.net, 14-10-06).

Menjelaskan tentang bagimana proses Yunus dalam menjalankan program

kreditnya serta proses pendirian Grameen Bank.

Selain itu, artikel yang ditulis oleh Prof. Dr. Mubyarto dengan tema

Tantangan Ilmu Ekonomi Dalam Menanggulangi Kemiskinan (http://www.

indonesia.com/, 2 Maret 2004) lebih banyak membahas mengenai kondisi

Bangladesh daripada konsep yang diterapkan oleh Yunus. Namun tidak hanya itu

saja, Prof. Dr. Mubyarto juga menjelaskan mengenai konsep social enterpreneur

yang diterapkan Yunus serta menjelaskan beberapa kebijakan yang diterapkan

(20)

Selanjutnya, artikel yang ditulis oleh Erwin dengan tema Nobel Perdamaian

Jatuh ke Muhammad Yunus (http://www.Tempointeraktif.com. Jum'at, 13

Oktober 2006) lebih membahas tentang penghargaan nobel perdamaian yang

diperoleh Yunus.

Artikel yang ditulis oleh Mukhijab dengan tema Tidak Makan Bunga Bank

dari Muhammad Yunus (Pikiran Rakyat, 18 Mei 2007, http://marjinkiri.com/).

Membahas tentang perkembangan dan sistem yang diterapkan Grameen Bank.

Yaitu mengenai kredit yang disalurkan oleh Grameen Bank serta menjelaskan

tentang riba atau bunga.

Artikel yang ditulis oleh Didit Ernanto dan Dina Sasti Damayanti dengan

tema Konsep Muhammad Yunus Cocok Diterapkan di Indonesia

(http://www.sinarharapan.co.id/, rabu 08 agustus 2007). Menjelaskan bahwa

konsep Yunus sangat potensial diterpkan di Indonesia. Selain itu, artikel ini juga

menjelaskan tentang pentingnya peran pemerintah dalam penerapan konsep kredit

tersebu serta menjelaskan mengenai pentingnya pemberdayaan SME, yaitu Small

and Medium-sized Enterprises yang merupakan kunci untuk mencapai

kesejahteraan atau mengurangi kemiskinan.

Artikel yang ditulis oleh Aris heru Utomo dengan tema Nobel Muhammad

Yunus, (http://arishu.blogspot.com/, 16.10.06). Menjelaskan tentang hadiah nobel

yang diterima Yunus. Komite Nobel memilih Muhammad Yunus dengan

pertimbangan bahwa yang bersangkutan banyak membantu memberdayakan

(21)

penduduk miskin. Hal tersebut tampaknya dinilai oleh Komite Nobel sebagai

langkah yang lebih konkrit mengingat kemiskinan merupakan sumber dari banyak

perselisihan. Sebagai orang awam, keputusan Komite Nobel tentu saja layak

diamini. Apalagi ternyata berbagai kekerasan yang terjadi di berbagai kawasan

dunia memang disebabkan oleh kemiskinan dan (juga) ketidakadilan.

Aartikel yang ditullis oleh Safak Muhammad dengan tema Bertambah Kaya

dengan Menyejahterakan Orang Lain, (diambil dari Majalah Nurul Hayat,

Surabaya. http://bukubagus.com/, 09 Aug 07). Artikel ini lebih mellihat dari segi

agama bahwa apa yang telah dilakukan Yunus sesuai dengan apa yang tertera

dalam al-qur’an. Yaitu mengenai Hakikat orang memberi makan orang lain

adalah memberi makan dirinya sendiri, karena pemberian itu merupakan amal

yang akan bermanfaat di akhirat. Sedangkan manfaat di dunia, kita akan

mendapatkan imbalan rejeki, karena orang yang kita beri makan biasanya akan

mendo’akan kelancaran rejeki kita. Hakikat orang mengajar ilmu pengetahuan

adalah mengajar dirinya sendiri karena dengan mengajar, ilmu yang diajarkan

tidak akan lupa, malah semakin diingat dan berkembang. Hakikat orang

membantu mencarikan pekerjaan bagi orang lain adalah meringankan pekerjaan

bagi diri sendiri karena dengan kebaikan tersebut orang yang kita bantu biasanya

balik membantu, memberikan peluang bisnis lain, dan sebagainya. Kalau pun

tidak, Allah sendiri yang akan membantu dari jalan yang tidak disangka - sangka.

Selain itu, artikel yang ditulis oleh Nurul Qomariyah yang bertema

(22)

detikfinance.com/index.php/detik.nakanal/idkanal/,Senin,05/11/07) menjelaskan

bahwa program kemiskinan dunia sudah tidak berlaku.

Sejak dibentuk 60 tahun silam, Bank Dunia sama sekali tidak memperbarui

program kemiskinannya. Tak heran, program-program kemiskinan Bank Dunia

kini terasa basi.

Dalam artikel ini dijelaskan bahwwa ritikan tersebut disampaikan peraih

Nobel perdamaian asal Bangladesh, Muhammad Yunus usai pertemuan dengan

Presiden Bank Dunia Robert Zoellick.

"Bank Dunia dibentuk hampir 60 tahun yang lalu. Dan sejak 60 tahun itu,

dunia sudah banyak berubah, namun Bank Dunia sama sekali tidak mengubah

gayanya," kritik Yunus seperti dikutip dari AFP, Senin (5/11/2007).

Menurut Yunus, Bank Dunia sama sekali tidak melibatkan masyarakat

untuk menghapus kemiskinan. Padahal bank tersebut diciptakan dengan tujuan

untuk mengakhiri kemiskinan di berbagai belahan dunia

Artikel yang ditulis oleh Bachtiar Hassan Miraza dengan tema Beda

Bangladesh dengan Indonesia (http://www.waspada.co.id, 28 agustus 2007.

selasa). Menjelaskan mengenai tanggapan pemerintah Indonesia berkaitan dengan

pesan Yunus sewaktu berkunjung ke Indonesia. Indonesia yang selama kurang

lebih 30 tahun mencoba menanggulangi kemiskinan dengan idenya, namun

hingga saat ini belum nampak hasilnya. Indonesia selama ini hanya bisa

(23)

Artikel yang ditulis oleh G. Budiwaluyo dengan tema Option For The Poor

Versi Muhammad Yunus (http://gbudiwaluyo.wordpress.com/, Maret 4, 2008).

Menjelaskan tentang kemiskinan secara umum. Dalam artikel ini dijelaskan

bahwa masalah kemiskinan bukan masalah yang ringan yang hanya difokuskan

pada data-data, tetapi masalah riil yang harus segera ditindak lanjuti.

Selain itu juga menjelaskan mengenai pola yang digunakan untuk

mengatasai kemiskinan di negara Indonesia. Pola yang digunakan bisa dilakukan

dengan berbagai versi. Belajar dari pengetasan kemiskinan di Kalkuta India dan

di Bangladesh sangat cocok dengan kondisi kemiskinan di Indonesia. Yang satu

dengan pendekatan sosial dan yang satu lagi dengan pendekatan ekonomi.

Lebih lanjut, G. Budiwaluyo dalam artikel ini menjelaskan mengenai kredit

mikro. Dijelaskan bahwa kunci keberhasilan Muhammad Yunus dalam mengatasi

kemiskinan di Bangladesh adalah dengan mengembangkan Kredit Mikro bagi

masyarakat miskin Bangladesh dan menciptakan kerangka kerja yang secara

hukum membawa pelayanan keuangan pada orang miskin.

Selain itu, dalam artikel ini juga dijelaskan mengenai pandangan Yunus

tentang kaum miskin. Pandangan Muhammad Yunus tentang orang miskin sangat

perbeda dengan pandangan orang pada umumnya. Ada pendapat dikalangan

teknik, intelektual dan politik, bahwa kaum miskin di dunia harus menunggu

dengan sabar sampai kemajuan teknik, ekonomi, ilmu pengetahuan, perdagangan

bebas secara global tercapai. Pandangan ini memperlihatkan bahwa kaum miskin

(24)

negara-negara kaya.Untuk itu Muhammad Yunus berjuang untuk membuktikan bahwa

pandangan tersebut tidak benar.

Tidak hanya itu saja, G. Budiwaluyo juga memaparkan bahwa konsep yang

diterapkan Yunus bisa dijadikan pelajaran bagi Negara Indonesia. Belajar dari

pengalaman Bangladesh mengatasi kemiskinan dengan kredit mikro, sebetulnya

Indonesia melalui BRI juga memberikan kredit sektor mikro. Secara data program

BRI cukup sukses tetapi secara realitas masih banyak UKM yang belum

menikmati pinjaman tersebut. Kalau toh dapat harus ada jaminan yang secara

hukum dapat dipertanggungjawabkan Untuk itu Presiden SBY mendukung

gagasan Muhammad Yunus bahwa akses keuangan adalah kunci kemakmuran.

Artinya jika kita kaya maka akan dapat akses yang lebih mudah pada pendanaan,

dan itu bisa digunakan untuk menjadi lebih kaya lagi.

Artikel yang ditulis oleh Muhammad Syamsi Ali, dengan tema Kiat Yunus

Hapus Kemiskinan, Membangun Bisnis Sosial, (http://www.Inilah.com/rubrik.

php,16/02/2008). Menjelaskan tentang tanggapan Yunus mengenai sistem

kapitalis serta bagaimana pentingnya bisnis sosial.

Tidak hanya itu saja, dalam artikel ini juga sedikit mengulas mengenai

perkembanngan Grameen Bnak yang kini mulai melebarkan usahanya dengan

cara bekerjasama dengan Danone, Yogurt dsbb.

Dari berbagai artikel yang dipaparkan secara ringkas ini, terlihat bahwa baik

(25)

tanpa jaminan sama-sama masih belum cukup dikaji secara mendalam, sehingga

membuat penelitian ini menjadi cukup relevan untuk dilakukan.

Adapun perbedaan dari skripsi dan artikel tersebut adalah dalam skripsi,

penulis menjelaskan semua yang berkaitan dengan Yunus, baik itu biografi,

Grameen Bank yang didirikannya, konsep kredit tanpa jaminan yang digunkan

Yunus, perkembangan Grameen Bank serta manfaat yang telah dihasilkan dari

konsep kredit tanpa jaminan yang diterapkan oleh Yunus.

Tidak hanya itu saja. Dalam skripsi ini, penulis juga menjelaskan mengenai

kendala-kendala yang dihadapi Yunus dalam menerapkan konsep kredit tanpa

jaminan dan penulis juga menjelaskan bagaimana jika konsep kredit tanpa

jaminan tersebut diterapkan di Indonesia.

Sedangkan artikel yang menulis tentang Yunus tidak selengkap penjelasan

dari skipsi yang telah penulis paparkan. Dalam artikel-artikel tersebut,

penejelasan mengenai Yunus hanya dari sebagaian kecilnya saja, misalnya

menjelaskan mengenai penghargaan Nobel yang telah diterima Yunus, juga

mengenai bisnis sosial yang semua itu hanya bagian kecilnya saja, tidak secara

menyeluruh. Apalagi dalam menjelaskan mengenai konsep kredit tanpa jaminan.

Dalam artikel tersebut hanya menjelaskan bahwa konsep tersebut adalah cara

yang digunakan Yunus dalam memberantas kemiskinan, tanpa menjelaskan

bagaimana penerapannya, kendala-kendalanya serta bagaiimana kemungkinan

(26)

E. Metode Penelitian

Bertolak dari model penelitian yang bersifat literal maka sumber data dalam

penelitian skripsi ini sepenuhnya disandarkan pada riset kepustakaan (library

research). Artinya, data-datanya berasal dari sumber-sumber kepustakaan, baik

berupa buku, jurnal, enseklopedi, majalah, surat kabar dan sebagainya. Dalam

pengumpulan data diambil dan dipilih dari karya-karya Yunus atau tulisan dan

karya lain yang memiliki relevansi dengan uraian skripsi ini.

Dalam pembahasan tulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif, dan

analitis kritis. Metode deskriptif diarahkan untuk menggambarkan keadaan obyek

atau peristiwa di sekitarnya tanpa berpretensi membuat kesimpulan-kesimpulan

yang berlaku secara umum. Metode deskriptif ini adalah langkah awal yang

mempunyai signifikansi untuk mengkaji dan menelaah lebih jauh.

Metode analisis kritis digunakan untuk berupaya mencermati kerangka

pendekatan yang digunakannya serta corak pemikirannya terutama dalam

mendiskusikan fenomena ekonomi.

Sedangkan teknik skripsi ini, penulis merujuk pada buku panduan penulisan

skripsi, tesis dan disertasi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008.

F. Sistematika Penulisan

(27)

masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab. Secara sistematis bab-bab tersebut

adalah sebagai berikut:

Bab pertama diawali dengan pendahuluan yang membahas antara lain latar

belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penulisan, review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua tentang landasan teoritis. Meliputi, pengertian, falsafah dan

sejarah entrepreneurship, ciri-ciri entrepreneurship, peran entrepreneurship dalam

pembangunan ekonomi dan pengertian bisnis sosial.

Bab ketiga menguraikan tentang riwayat hidup Yunus, yang meliputi:

riwayat hidup, karya-karya Yunus dan pokok-pokok pemikiran tentang ekonomi.

Bab keempat adalah bab yang menguraikan pemikiran Yunus tentang kredit

tanpa jaminan. Yang meliputi, konsep kredit tanpa jaminan menurut Yunus,

kendala-kendala yang dihadapi dalam pemberian kredit tanpa jaminan, manfaat

pemberian kredit tanpa jaminan terhadap pengembangan ekonomi Umat, dan

(28)

17

A. Pengertian, Falsafah dan Sejarah Entrepreneurship

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyaksikan berbagai aktivitas.

Seperti misalnya seorang atau sekelompok orang mengeluarkan sejumlah uang

untuk membeli sejumlah barang, yang kemudian barang tersebut dipajang di

suatu lokasi tertentu untuk dijual kembali kepada para konsumennya. Atau

seseorang membeli sejumlah barang, kemudian diolah atau diproses lalu disajikan

dalam bentuk makanan di suatu lokasi untuk dinikmati konsumennya. Atau

seseorang membuka suatu usaha jasa, dan menunggu kedatangan konsumen yang

membutuhkan pelayanan dengan balas jasa tertentu. Kemudian, pada suatu waktu

atau suatu periode tertentu mereka mulai menghitung jumlah uang yang telah

dikeluarkan dan jumlah uang yang masuk. Dari perhitungan ini ada kelebihan dan

ada kekurangan. Jika uang yang masuk lebih besar daripada yang keluar, mereka

menyebutnya sebagai keuntungan. Namun jika yang terjadi sebaliknya, mereka

menyebutnya sebagai kerugian.1

Menjadi wirausaha berarti memiliki kemampuan menemukan dan

mengevaluasi peluang-peluang, mengumpulkan sumber daya yang diperlukan

serta bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu.

1 Kasmir, S.E., M.M.,

(29)

Berikut adalah beberapa definisi Entrepreneurship menurut berbagai ahli:

Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu nilai yang berbeda

dengan mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan, memikul risiko-risiko

finansial, psikis dan sosial yang menyertai, serta menerima penghargaan /imbalan

moneter dan kepuasan pribadi.

Menurut Peter F Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and

different) .

Menurut Thomas W Zimmerer, kewirausahaan adalah penerapan kreativitas

dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan

peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari.

Sedangkan menurut Andrew J Dubrin, kewirausahaan adalah seseorang

yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif (Entrepreneurship

is a person who founds and operates an innovative business).

Adapun Robbin & Coulter mendefinisikan kewirausahaan sebagai

Entrepreneurship is the process whereby an individual or a group of individuals

uses organized efforts and means to pursue opportunities to create value and

grow by fulfilling wants and need through innovation and uniqueness, no matter

what resources are currently controlled.

Dari definisi tentang Entrepreneurship diatas terdapat 3 tema penting yang

dapat di identifikasi:

(30)

2. innovation,

3. growth.

Pursuit of opportunities, (entrepreneurship adalah berkenaan dengan

mengejar kecenderungan dan perubahan-perubahan lingkungan yang orang lain

tidak melihat dan memperhatikannya).

Innovation, (entrepreneurship mencakup perubahan perombakan, pergantian

bentuk, dan memperkenalkan pendekatan-pendekatan baru…. Yaitu produk baru

atau cara baru dalam melakukan bisnis).

Growth (Pasca entrepreneur mengejar pertumbuhan, mereka tidak puas

dengan tetap kecil atau tetap dengan ukuran yang sama. Entrepreneur

menginginkan bisnisnya tumbuh dan bekerja keras untuk meraih pertumbuhan

sambil secara berkelanjutan mencari kecenderungan dan terus melakukan

innovasi produk dan pendekatan baru .

Istilah kewirausahaan pada dasarnya merupakan suatu disiplin ilmu yang

mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam

menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko

yang mungkin dihadapinya, maka definisinya adalah: Seorang pelopor bisnis baru

atau manajer yang mencoba untuk memperbaiki suatu unit organisasi dengan

memprakarsai perubahan produk. 2

2

(31)

Sedangkan definisi entrepreneurship yang terdapat dalam glosarium

prentice hall untuk manajemen dan pemasaran adalah fenomena yang

terputus-putus, muncul dan hilang; muncul untuk mengawali perubahan dalam proses

produksi misalnya, menghilang dan muncul lagi untuk mengawali perubahan

dalam proses lainnya. Kewirausahaan selalu dengan perubahan. Wirausahawan

mencari perubahan, menanggapinya dan memanfaatkannya sebagai satu

kesempatan.3

Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa entrepreneur adalah seseorang

yang mempunyai kreativitas suatu bisnis baru dalam menghadapi resiko dan

ketidakpastian yang bertujuan untuk pencapaian laba dan pertumbuhan usaha

berdasarkan identifikasi peluang dan mendayagunakan sumber-sumber serta

memodali peluang tersebut

Dalam kamus istilah ekonomi populer, entrepreneur adalah seseorang yang

tergantung atas inisiatifnya dengan memperhatikan risiko kerugian keuangan

yang mungkin dideritanya mendirikan suatu usaha yang dikelola sendiri.4

Entrepreneur menurut kamus Oxford : ”A person who undertakes an

entreprise or business, with the chance of profit or loss”. Seorang yang

bertanggung jawab atas sebuah bisnis dengan memikul risiko untung atau rugi.

Entrepreneur dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu business

3 Benyamin Molan,

Glosarium Prentice Hall untuk Manajemen dan Pemasaran, (Jakarta: PT.

Prenhallindo, 2002), h. 47.

4 Ralona M.,

(32)

entrepreneur dan social entrepreneur. Perbedaan pokok keduanya utamanya

terletak pada pemanfaatan keuntungan. Bagi business entrepreneur keuntungan

yang diperloleh akan dimanfaatkan untuk ekspansi usaha, sedangkan bagi sosial

entrepreneur keuntungan yang didapat (sebagian atau seluruhnya) diinvestasikan

kembali untuk pemberdayaan ”masyarakat berisiko”. Namun dalam trend global

dikotomi semacam itu kian kabur, sebab mereka (business entrepreneur dan

social entrepreneur) sesungguhnya berbicara dalam bahasa yang sama. ”Kami

bicara dalam bahasa yang sama yaitu : inovasi, manajemen, efektifitas, mutu dan

kompetensi”5

Wirausaha adalah jenis usaha mandiri yang didirikan oleh seorang

wirausahawan, atau sering pula disebut sebagai pengusaha. Wirausahawan adalah

seseorang yang mampu menciptakan lapangan kerja baru dan mencari cara-cara

atau teknik yang lebih baik dalam pemanfaatan sumber daya, memperkecil

pemborosan, serta menghasilkan barang atau jasa dalam upayanya memuaskan

kebutuhan orang lain.

KBBI mendefinisikan wirausahawan sebagai "orang yang pandai atau

berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi,

menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan

operasinya, serta memasarkannya." Sedangkan Louis Jacques Filion

menggambarkan wirausahawan sebagai orang yang imajinatif, yang ditandai

5

(33)

dengan kemampuannya dalam menetapkan sasaran serta dapat mencapai

sasaran-sasaran itu. Ia juga memiliki kesadaran tinggi untuk menemukan peluang-peluang

dan membuat keputusan.

Kata wirausaha dalam bahasa Inggris, yaitu entrepreneur, merupakan kata

serapan dari bahasa Perancis yang mulanya berarti "pemimpin musik atau

pertunjukan."

Wirausaha dapat dikelompokkan dengan berbagai macam cara. Winarto

menggolongkan aktifitas kewirausahaan menjadi dua, yaitu berwirausaha karena

melihat adanya peluang usaha (entrepreneur activity by opportunity) dan

kewirausahaan karena terpaksa tidak ada alternatif lain untuk masa depan kecuali

dengan melakukan kegiatan usaha tertentu.6

Social entrepreneurship adalah sesuatu yang banyak kita butuhkan di dunia

saat ini. Social entrepreneur, menurut Wikipedia adalah seseorang yang

menyadari kehadiran masalah sosial, dan memanfaatkan prinsip-prinsip

entrepreneurial dalam menciptakan/mengelola organisasi demi melakukan

perubahan sosial.7

Sesungguhnya Social Entrepreneurship sudah dikenal ratusan tahun yang

lalu diawali antara lain oleh Florence Nightingale (pendiri sekolah perawat

pertama) dan Robert Owen (pendiri koperasi). Pengertian Social

Entrepreneurship sendiri berkembang sejak tahun 1980 –an yang diawali oleh

6 http://id.wikipedia.org/wiki/Wirausaha. Diakses pada tanggal 02/03/2009.

7 Social Entrepreneurship: MYC4, dalam http://vibizlearning.com/new/articles. Diakses pada

(34)

para tokoh-tokoh seperti Rosabeth Moss Kanter, Bill Drayton, Charles Leadbeater

dan Profesor Daniel Bell dari Universitas Harvard yang sukses dalam kegiatan

Social Entrepreneurship karena sejak tahun 1980 berhasil membentuk 60

organisasi yang tersebar diseluruh dunia. Pengertian sederhana dari Social

Entrepreneur adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan

menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial

(social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan

dan kesehatan (healthcare). Jika business entrepreneurs mengukur keberhasilan

dari kinerja keuangannya (keuntungan ataupun pendapatan) maka social

entrepreneur keberhasilannya diukur dari manfaat yang dirasakan oleh

masyarakat.

Bagi disiplin ilmu ekonomi kata entrepreneur merupakan hal yang sudah

mendarah daging karena sejak semester pertama sudah diperkenalkan dengan

tokoh-tokohnya antara lain Richard Cantillon (1755), J.B. Say (1803) dan J.

Schumpeter (1934). Cantillon menyatakan entrepreneur sebagai seseorang yang

mengelola perusahaan atau usaha dengan mendasarkan pada akuntabilitas dalam

menghadapi resiko yang terkait ( a person who undertakes and operates a new

enterprise or venture and assumes some accountability for inherent risks); B. Say

memberikan pengertian entrepreneur sebagai seseorang yang mampu

meningkatkan nilai sumber daya ekonomi ke tingkatan yang lebih tinggi, baik

produktivitasnya maupun nilainya ( a person who creates value by shifting

(35)

productivity and greater yield), sedangkan Schumpeter mendefinisikan

“unternehmer” atau entrepreneur sebagai an innovative force for economic

progress, important in the process of creative destruction and therefore as a

change agent.

Dari berbagai pengertian tersebut maka Social Entrepreneur sesungguhnya

adalah agen perubahan (change agent) yang mampu untuk :

1. Melaksanakan cita-cita mengubah dan memperbaiki nilai-nilai sosial

2. Menemu kenali berbagai peluang untuk melakukan perbaikan

3. Selalu melibatkan diri dalam proses inovasi, adaptasi, pembelajaran yang

terus menerus

4. Bertindak tanpa menghiraukan berbagai hambatan atau keterbatasan yang

dihadapinya

5. Memiliki akuntabilitas dalam mempertanggungjawabkan hasil yang

dicapainya, kepada masyarakat.

Yang menggembirakan bahwa akhir-akhir ini adalah terjadinya pergeseran

social entrepreneurship yang semula dianggap merupakan kegiatan ”non-profit”

(antara lain melalui kegiatan amal) menjadi kegiatan yang berorientasi bisnis

(entrepreneurial private-sector business activities).8

Adapun falsafah dari entrepreneur adalah sebagai berikut:

8 Setyanto P. Santosa,

(36)

Sampai tingkat tertentu keberhasilan sebagai seorang wirausaha tergantung

kepada kesediaannya untuk bertanggungjawab atas pekerjaannya. Salah satunya

adalah dengan cara mengenali diri sendiri. Hal tersebut dimaksudkan untuk

mencapai tujuan yang sesuai dengan yang diinginkan dalam hidupnya.

Kekuatannya datang dari tindakan-tindakannya dan bukan pada tindakan orang

lain. Meskipun risiko kegagalan selalu ada, para wirausaha mengambil risiko

dengan jalan menerima tangguungjawab atas tindakan mereka sendiri. Kegagalan

harus diterima sebagai pengalamman belajar. Beberapa wirausaha berhasil setelah

mengalami banyak kegagalan. Belajar dari pengalaman masa lalu akan

membantunya untuk menyalurkan kegiatan-kegiatannya guna mencapai

hasil-hasil yang lebih positif, dan keberhasil-hasilan merupakan buah dari usaha-usaha yang

tidak mengenal lelah.

Mereka harus mengejar tujuan-tujuan yang berhubungan dengan

kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya. 9

Dengan spirit yang dimilikinya, entrepreneur dapat mengubah masyarakat

bahkan dunia. Contoh berikut membuktikan hal itu.

Pertama, Thomas Alva Edison (1847 – 1931) pada usia 22 tahun

menemukan Telegraf, dan beberapa tahun kemudian menemukan Lampu Pijar

pertama yang dapat menyala 40 jam. Ia terus berkarya hingga usia 84 tahun dan

menghasilkan sekitar 1.300 paten atas namanya, serta telah memasarkan sebagian

9 Geoffrey G. Meredith et. al.,

(37)

besar produknya. Perusahaan yang didirikan untuk memasarkan produknya kita

kenal dengan nama General Electric (GE). GE adalah perusahaan no. 5 di

Amerika Serikat dan no. 9 di dunia yang mempekerjakan sekitar 325.000

karyawan.

Kedua, Muhammad Yunus pendiri Grameen Bank dan peraih nobel

perdamaian 2006 dari Bangladesh. Ekonom ini lulusan Vanderbilt University,

AS ini sangat terusik dengan kemiskinan yang massive di negerinya, sementara

teori-teori ekonomi yang dipelajarinya tidak bisa memecahkan persoalan

kemiskinan. Akhirnya ia terjun langsung dengan memberikan pinjaman sekitar

US$ 27 bagi 42 orang petani dan pengrajin. Upaya ini kemudian bertumbuh

menjadi model lembaga keuangan pedesaan yang terkemuka di dunia. Model

pelayanan keuangan yang dikembangkannya telah direplikasikan di 58 negara.

Lembaga keuangan tersebut dikenalsebagai Grameen Bank (bank desa) yang kini

melayani sekitar 7 juta orang (7.309.335 per 30 September 2007) dan sebagian

besar(97 %) adalah perempuan. Jumlah outstanding credit US$ 500,67 juta dan

tingkat pengembalian 98,40 %. Karya Yunus membuktikan, bahwa orang-orang

miskin, atau pengusaha mikro (economically active poor) adalah bankable.

Bina Swadaya Entrepreneruship.

Bina Swadaya merupakan lembaga pemberdayaan masyarakat yang lahir

pada 24 Mei 1967 oleh sejumlah aktivis Ikatan Petani Pancasila (IPP) yang

merasa terpanggil untuk memberdayakan masyarakat miskin dan terpinggirkan.

(38)

mandiri dan konsisten, serta hadir secara kontekstual. Mandiri berarti adanya

tekad untuk membangun dan menjaga kemandirian keuangan, dengan tidak

bergantung pada bantuan lembaga dana. Konsisten dibuktikan dengan tetap

berpegang teguh pada visi – misi pemberdayaan masyarakat miskin dan

terpinggirkan. Kontekstual berarti hadir untuk menjawab kebutuhan dan

mengantisipasi tantangan dan peluang yang ada.10

B. Ciri-ciri Entrepreneurship

Dalam membuka usaha baru banyak unsur ketidakpastian antara ide

wirausaha dengan peluang, ketidakpastian antar sumber daya dengan peluang dan

ketidakpastian antara sumber daya dengan ide wirausaha. Oleh karena itu seorang

wirausaha dituntut siap menghadapi tantangan dan mampu mengambil resiko,

mempunyai sifat optimis serta sigap dalam pengambilan keputusan. Untuk

memberi gambaran tentang wirausaha, penulis kemukakan pendapat dari

Geoffrey G. Meredith et al. ”Para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai

kemampuan melihat dan menilai kesempatan bisnis, mengumpulkan

sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan

mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses” sementara Howard

H.Stevenson, mengatakan ”Kewirausahaan merupakan suatu pola tingkah laku

manajerial terpadu dimana merupakan upaya pemanfaatan peluang-peluang yang

10 Bambang Ismawan,

Menjawab Persoalan Bangsa dengan Entrepreneurship, dalam, http: //

(39)

tersedia tanpa mengabaikan sumber daya yang dimilikinya”. Dan H. Leibenstein

mendifinisikan entrepreneur sebagai seorang atau sekelompok individu yang

memiliki karakteristik, mampu menggandengkan peluang-peluang menjadi pasar,

mampu memperbaiki kelemahan pasar, bisa menjadi seorang input

complementer, dapat menciptakan atau memperluas time bending dan input

transforming entitities. Dengan mengacu pada beberapa pengertian tersebut jelas

bahwa seorang intrepreneur atau wirausaha dituntut mempunyai ciri-ciri tertentu

yang dapat menunjang keberhasilannya dalam menekuni dunia usaha.11

Para wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan,

dan bermotivasi tinggi yang mengambil risiko dalam mengejar tujuannya.

Ada beberapa ciri-ciri dan sifat-sifat yang dimiliki oleh para wirausaha,

yaitu:

1. Percaya diri.

Hal ini terkait dengan keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan

optimisme.

2. Berorientasikan tugas dan hasil.

Yang meliputi kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan dan

ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energitic, dan

inisiatif.

3. Pengambil risiko

11 Erge, March 23rd, 2008,

(40)

Maksudnya adalah kemampuan dalam mengambil risiko serta suka terhadap

tantangan.

4. Kepemimpinan

Yaitu bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain

serta menanggapi saran-saran dan kritik.

5. Keorisinalan

Maksudnya adalah inovatif dan kreatif, fleksibel, punya banyak sumber, serba

bisa dan mengetahui banyak hal.

6. Berorientasi ke masa depan

Maksudnya adalah mempunyai pandangan ke depan dan perseptif.

Ciri-ciri tersebut meliputi watak-watak yang sebaiknya dimiliki dan

dikembangkan untuk menjadi seorang wirausaha.12

Selain ciri-ciri di atas, seorang wirausaha juga harus mempunyai beberapa

hal, yaitu:

1. Semangat Berprestasi

2. Sibuk Mencari Peluang

3. Think Big & Whole

4. Intuisi Tajam dalam Berbisnis

5. Berani dan Siap Mengambil Risiko

6. Toleran terhadap Ambiguitas

12 Geoffrey G. Meredith et. al.,

(41)

7. Optimis dan Segera’Bangun’ saat Jatuh

8. Cepat Berhitung & Mengambil Keputusan

9. Terpacu untuk lebih ‘Sejahtera’13

C. Peran Entrepreneurship Dalam Pembangunan Ekonomi

Social Entreprenuers makin berperan dalam pembangunan ekonomi karena

ternyata mampu memberikan daya cipta nilai–nilai sosial maupun ekonomi,

yakni:

1. Menciptakan kesempatan kerja

Manfaat ekonomi yang dirasakan dari Social Entrepreneurship di

berbagai negara adalah penciptaan kesempatan kerja baru yang meningkat

secara signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh John Hopkins University

pada tahun 1998 di 13 negara menunjukan bahwa tenaga kerja yang bekerja

disektor ini berkisar antara 1 – 7 %.

Selain itu memberikan pula peluang kerja kepada penyandang cacat

untuk dilibatkan dalam kegiatan produktif.

2. Melakukan inovasi dan kreasi baru terhadap produksi barang ataupun jasa

yang dibutuhkan masyarakat.

Berbagai inovasi terhadap jasa kemasyarakatan yang selama ini tidak

tertangani oleh pemerintah dapat dilakukan oleh kelompok Social

13 Eileen Rachman & Sylvina Savitri,

(42)

Entrepereneurship seperti misalnya : penanggulangan HIV dan narkoba,

pemberantasan buta huruf, kurang gizi. Seringkali standar pelayanan yang

dilakukan pemerintah tidak mengenai sasaran karena terlalu kaku mengikuti

standar yang ditetapkan.

Sedangkan Social Entrepreneurs mampu untuk mengatasinya karena

memang dilakukan dengan penuh dedikasi. Menurut Bill Drayton (2006):

social entrepreneurs need and deserve loyalty. Their work is not a job, it is

their life.

3. Menjadi modal sosial.

Modal sosial merupakan bentuk yang paling penting dari berbagai

modal yang dapat diciptakan oleh social entrepreneur karena walaupun dalam

kemitraan ekonomi yang paling utama adalah nilai -nilai : saling pengertian

(shared value), trust (kepercayaan) dan budaya kerjasama ( a culture of

cooperation), kesemuanya ini adalah modal sosial. Keberhasilan negara

Jerman dan Jepang adalah karena akar dari long-term relationship dan etika

kerjasama yang mampu untuk menumbuhkan inovasi dan mengembangkan

industri di negara masing-masing. Bank Dunia menyatakan pula bahwa

permasalahan yang kritis dalam penanggulangan kemiskinan adalah modal

sosial yang tidak memadai. Dibawah ini digambarkan “virtous circle of social

capital” yang diawali dengan penyertaan awal dari modal sosial oleh social

entrepreneurs. Selanjutnya dibangun jaringan kepercayaan dan kerjasama

(43)

aspek keuangan dan sumber daya manusia. Pada saat unit usaha dibentuk

(organizational capital) dan saat usaha sosial mulai menguntungkan maka

makin banyak sarana sosial dibangun.

4. Peningkatan Kesetaraan (equity promotion)

Salah satu tujuan pembangunan ekonomi adalah terwujudnya

kesetaraan dan pemerataan kesejahteraan masayarakat. Dan melalui social

entrepreneurship tujuan tersebut akan dapat diwujudkan, karena para pelaku

bisnis yang semula hanya memikirkan pencapaian keuntungan yang

maksimal, selanjutnya akan tergerak pula untuk memikirkan pemerataan

pendapatan agar dapat dilakukan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Contoh keberhasilan Grameen Bank adalah salah satu bukti dari manfaat ini.14

D. Pengertian Bisnis Sosial

Krisis global seharusnya cukup mencelikkan mata kita dari kebutaan dan

melihat “jalan lain” agar kita bisa hidup berkecukupan dan beradab. Dan salah

satu “jalan lain” tersebut terdapat dalam bisnis sosial. Di bawah ini adalah

penjelasan tentang bisnis sosial dan bagaimana bisnis sosial bisa diciptakan

dimana saja mulai dari lingkungan yang berpengaruh.

Definisi dari bisnis sosial tersebut adalah:

14 Setyanto P. Santosa,

Peran Social Entrepreneurship Dalam Pembangunan, dikutip dari

(44)

1. Bisnis Sosial adalah bisnis yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan sosial, misalnya untuk mengurangi kemiskinan, menyediakan

makanan bergizi bagi kaum miskin, asuransi kesehatan, pendidikan dan

perumahan bagi warga menengah ke bawah, dst. Bisnis sosial bisa juga

bergerak di segala bidang, misalnya dari property sampai financial, namun

dimiliki oleh sesama anggota.

2. Seperti layaknya lembaga bisnis, seluruh biaya yang dikeluarkan harus

diperhitungkan dan didanai dari mekanisme bisnis berjalan.

3. Digerakkan oleh cause-driven, bukan profit-driven.

Sedangkan model-model bisnis sosial adalah sebagai berikut:

1. Model 1: Perusahaan yang berorientasi pada penyediaan pelayanan sosial,

bukan mencari keuntungan bagi pemilik atau investor, dan dimiliki oleh

investor untuk tujuan sosial seperti pengurangan kemiskinan, kesehatan bagi

kaum miskin, pendidikan, keadilan sosial, keberlanjutan lingkungan hidup

dan seterusnya.

2. Model 2: Bisnis profit yang dimiliki oleh kaum miskin. Keuntungan

perusahaan dikembalikan untuk kesejahteraan kaum miskin.

3. Perbedaan model 1 dan 2: Pada model 1, barang, jasa dan system yang

bekerja menciptakan keuntungan sosial. Pada model 2, barang dan jasa yang

diproduksi bisa menciptakan atau tidak menciptakan keuntungan sosial.

Keuntungan sosial terletak pada kepemilikan oleh kaum miskin. Keuntungan

(45)

juga bisa gabungan kedua model itu: perusahaan yang menciptakan

keuntungan sosial dan sekaligus dimiliki oleh kaum miskin.

Bisakah gabungan bisnis profit dan bisnis sosial? Teorinya bisa. Misalnya

keuntungan dibagi, misalnya 60% untuk tujuan sosial dan 40% untuk tujuan

keuntungan pribadi atau sebaliknya. Pada prakteknya sangat sulit karena

tujuannya saling berlawanan satu dengan yang lain. Management akan lebih

realistik mengelola perusahan bisnis sosial murni atau bisnis profit murni.

Sekedar menyebut beberapa nama sebagai contoh: Grameen Bank dan

perusahaan-perusahaan lain yang berafiliasi dengan Grameen (dalam kurun waktu

kurang dari 3 dekade Grameen sudah memiliki 24 perusahaan dan semua adalah

bisnis sosial model 1, 2 dan campuran keduanya), Credit Union yang mulai pada

abad 19 di German dan mengglobal sampai masuk ke kampung-kampung

nusantara. Bina Swadaya yang menyandang nama NGO terbesar pada tahun

70/80-an kini sudah memiliki beberapa (sebuah sumber menyebut belasan)

perusahaan bisnis sosial.

Bisnis sosial tersebut bisa tercipta apabila:

a. Perusahaan-perusahaan yang ada yang ingin menggerakkan bisnis sosial.

Mereka bisa mengalokasikan sebagian keuntungan untuk bisnis sosial sebagai

bagian dari Corporate Social Responsibility atau dengan menciptakan bisnis

sosial sendiri atau bekerja-sama dengan perusahaan lain atau social business

(46)

b. Yayasan-yayasan sosial karitatif, lembaga keagamaan atau

lembaga-lembaga karitatif menciptakan dana untuk bisnis sosial sambil tetap

menjalankan proyek-proyek karitatif.

c. Usahawan individual yang sukses dalam binis profit yang tertantang

menggunakan kreatifitasnya untuk menciptakan bisnis sosial.

d. Badan donor bilateral atau multilateral memberikan dukungan bisnis sosial

kepada negara-negara penerima utang.

e. Pemerintah nasional maupun lokal.

f. Para pensiunan bisa menyisihkan sebagian dananya untuk investasi di bisnis

sosial.

g. Kaum muda yang masih sekolah atau yang sudah lulus bisa memilih untuk

menciptakan bisnis sosial didorong oleh idealisme menciptakan kesejahteraan

dan keadilan dan peluang untuk mengubah dunia.15

Bisnis sosial adalah bisnis seperti bisnis saat ini, tetap mengambil

keuntungan agar roda perusahaan tetap berjalan, mampu memperbesar usaha,

membuka cabang baru, menggaji professional dengan gaji sesuai pasaran,

menjalankan promosi dan strategi marketing. Ukuran keberhasilan bukan pada

berapa keuntungan materi tapi berapa banyak orang yang telah dibantu dan

mendapatkan manfaatnya, serta dampak positif apa yang ditimbulkan. Investor,

Pemilik perusahaan boleh menarik kembali modal yang ditanam dari keuntungan

15J. Sudrijanta, SJ on December 16th, 2008

(47)

sampai 100%, setelah itu tidak boleh ambil lagi. Keuntungan berikut akan diputar

kedalam perusahaan.

Ini menarik. Para donatur yang biasanya menyumbang tak harap kembali,

bisa mendapatkan uangnya kembali dari konsep Bisnis Sosial. Donatur bisa

mengivestasikan lagi ke Binis Sosial lainnya, terus dan terus. Dengan demikian

orang miskin tidak selalu mengharapkan uang dari donatur karena ada mesin uang

yang sudah berjalan. Pemberian uang tunai sangat tidak mendidik dan tidak

memacu orang untuk berkarya lebih keras.

Ciri-ciri Binis Sosial bisa beraneka ragam dengan visi dan misi yang sama.

Mereka merancang, menjual produk yang dibutuhkan kalangan miskin dengan

harga murah tapi perusahaan harus tetap bisa untung. Memberikan keringanan

dalam membayar jika barangnya tidak bisa dibuat murah. Produk yang dijual

umumnya yang berdampak meningkatkan kesehjateraan orang miskin misalnya

makanan sehat bagi anak-anak, solar cell untuk pembangkit listrik 50 watt, kredit

mikro.

Semakin banyak orang menjalankan Bisnis Sosial, lambat laun kemiskinan

akan terkikis dengan sendirinya.16

16

Bisnis Sosial Jadi Pilihan para Donatur, July 23rd, 2008 dalam http://www.

(48)

37

A. Riwayat Hidup Muhammad Yunus

Yunus lahir pada 28 Juni 1940, adalah seorang bankir dan ekonom. Dia

adalah profesor ekonomi yang terkenal dengan keberhasilan penerapan kredit

mikronya; yaitu perluasan pinjaman kecil. Pinjaman ini diberikan pada

pengusaha-pengusaha yang terlalu miskin untuk memenuhi syarat atas

peminjaman bank tradisional. Yunus juga pendiri bank Grameen.

Dia adalah ketiga tertua dari sembilan saudaranya. Yunus lahir 28 Juni

1940 dari sebuah keluarga muslim di desa Bathua, sekitar Boxirhat Road di

Hathazari, Chittagong, Bangladesh. Ayahnya adalah Hazi Dula Mia Shoudagar,

seorang penjual permata dan ibunya adalah Sofia Khatun.

Dia menghabiskan awal masa kanak-kanaknya di desa pada 1944, lalu

keluarganya pindah ke kota Chittagong dan diapun pindah sekolah dari SD di

desanya ke SD Lamabazar. Pada 1949, ibunya menderita penyakit kejiwaan.

Dia melewati ujian masuk perguruan tinggi di kampus Chittagong

Collegiate School dan berada di posisi ke 16 dari 39 ribu siswa yang beruji di

Pakistan Timur. Selama tahun-tahun dia sekolah, dia adalah anggota pramuka

yang aktif, dan sudah berjalan ke Pakistan Timur dan India pada 1952, dan ke

Kanada pada 1955 untuk mengikuti Jambore-Jambore.

(49)

aktifitas-aktifitas budaya dan memenangkan penghargaan untuk aksi panggung.

Pada 1957, dia mengambil jurusan ekonomi di Dhaka University dan

menyelesaikan BA nya, pada tahun 1960 dan MA pada 1961.

Yunus bergabung dalam Bureau of Economics sebagai asisten peneliti

dalam penelitian-penelitian masalah ekonominya Profesor Nurul Islam dan

Rehman Sobhan. Lalu dia ditunjuk sebagai penceramah dalam bidang ekonomi

di Chittagong College pada 1961. Selama waktu itu, dia juga mulai usaha di

pabrik pembungkus yang menguntungkan.

Dia pun ditawari beasiswa Fulbrighat untuk belajar di US pada tahun

1965. Dia memperoleh gelar Ph.D. dibidang ekonomi di Vanderbilt University,

US melalui jurusan Economic Development pada 1969. Dari tahun itu hingga

1972 Yunus menjadi profesor asisten ekonomi di Middle Tennessee State

University di Murfreesboro, TN. Selama perang pembebasan Bangladesh pada

1971, Yunus mendirikan komisi warga dan bergegas ke Bangladesh Information

Center, dengan beberapa orang Bangladesh lain yang tinggal di US, untuk

memberikan dukungan atas kebebasan.

Dia juga mempublikasi Bangladesh Neswletter dari rumahnya di

Nashville. Setelah perang, Yunus kembali ke Bangladesh dan di tetapkan sebagai

anggota Goverment Planning Commission yang di ketuai oleh Nurul Islam, lalu

dia merasa bosan dengan pekerjaaan itu dan pindah ke Chittagong University

sebagai kepala bagian Ekonomi.

(50)

kelaparan yang terjadi tahun 1974, dan mendirikan program ekonomi pedesaan

sebagai proyek riset. Pada 1975, dia mengembangkan Nabajug (New Era (Masa

baru)) Tebhaga Khamar (three share farm (pertanian bagi tiga)) yang diadopsi

pemerintah sebagai perogram masukan pembungkus. Agar proyek itu bisa lebih

efektif, Yunus dan kelompoknya mengajukan program Gram Sarkar

(pemerintahan desa). Dikenalkan oleh presiden Ziaur Rahman pada akhir tahun

1970-an, pemerintah mendirikan 40,392 pemerintahan-pemerintahan desa

sebagai pemerintah lapisan ke empat pada tahun 2003.

2 Agustus 2005, dalam menjawab surat permohonan dari Bangladesh

Legal Aids dan Services Trust (BLAST) akhirnya Hakim Agung mengumumkan

bahwa Gram Sarkar adalah Ilegal dan tidak sesuai dengan konstitusi.

Pada 1976, selama kunjungan ke wilayah perumahan termiskin di desa

Jobra dekat Chittagong University, Yunus menemukan bahwa pinjaman yang

sangat sedikit bisa membuat ketidakseimbangan pada orang miskin.

Wanita-wanita Jobra yang membuat peralatan rumah tangga dari bambu telah mengambil

pinjaman yang banyak untuk membeli bambu, untuk membayar keuntungannya

kepada tukang kredit. Pinjaman pertamanya 27 dolar dari sakunya yang

dikeluarkan untuk 42 wanita di desa, yang membayar keuntungan bersihnya 0.52

(0.02 dolar) dalam tiap pinjaman.

Konsep penyediaan kredit bagi orang miskin sebagai alat untuk

mengurangi kemiskinan bukanlah hal yang unik. Dr. Akhtar Hameed Khan,

(51)

Academy for Rural Development), dihargai karena memelopori ide. Dari

pengalamannya di Jobra, Yunus dan Dr. Hameed, menyadari bahwa pembuatan

suatu institusi dibutuhkan untuk memberikan pinjaman pada mereka yang tak

punya apa-apa.

Sementara bank-bank tradisional tidak tertarik untuk memberikan

pinjaman berjumlah kecil dalam tingkat bunga yang tidak masuk akal bagi

orang-orang miskin karena resiko pembayaran yang tinggi, Yunus percaya bahwa

memberikan kesempatan kepada orang miskin untuk melunasi uang yang

dipinjam oleh karena itu kredit kecil merupakan model bisnis yang dapat terus

berjalan

Yunus dan koleganya menghadapi tantangan dari kelompok konservatif

aliran kiri radikal yang mengatakan kepada para wanita bahwa mereka akan

ditolak di pekuburan muslim jika mereka meminjam uang dari Grameen Bank.

Pada bulan juli 2007, Grameen Bank telah mengeluarkan 6.39 miliyar dolar

untuk 7.4 juta peminjam. Untuk memastikan pengembalian pinjaman, bank

menggunakan sistem grup solidaritas. Kelompok informal ini bersama-sama

mengunakan dana pinjaman dan -bersama anggotanya- bertindak sebagai

penjamin akan pengembalian pinjaman dan saling mendukung pada

pengembangan ekonomi itu sendiri.

Akhirnya Yunus sukses dalam pengamanan pinjaman dari Bank Janata

Pemerintah untuk meminjamkannya kepada orang miskin di Jobra Desember

Referensi

Dokumen terkait

menyampaikan rekomendasi hasil asistensi dan penilaian maturitas penyelenggaraan SPIP di Provinsi/Kab/Kota LHP Peningkatan Kapabilitas APIP BPKP Perwakilan Surat kepala perwakilan

perkembangan wilayah di Timor Leste Khusunya di Distrit Ermera dan Sub Distrit Hatolia maka timbul pula masalah yang perlu dipecahkan sesuai dengan tingkat

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana perilaku penemuan informasi siswa kelas XII SMA dalam persiapan memasuki perguruan tinggi yang

saham, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ KANDUNGAN INFORMASI PADA SESI PRA PEMBUKAAN DAN VOLUME PERDAGANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP

Setiap individu mempunyai kekuatan yang bersumber dari dirinya, namun banyak orang yang merasa tidak mempunyai kemampuan apa-apa, merasa dirinya tidak berguna dan

Di antara jenis pupuk kandang, pupuk kandang sapilah yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, pupuk kandang sapi dapat memberikan beberapa manfaat yaitu

DNS ( Domain Name System , bahasa Indonesia: Sistem Penamaan Domain ) adalah sebuah sistem yang menyimpan informasi tentang nama host maupun nama domain

[r]