SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI)
Oleh:
Ahmad Majdi Tsabit NIM: 204046102887
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Oleh:
Ahmad Majdi Tsabit NIM: 204046102887
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI)
Oleh:
Ahmad Majdi Tsabit NIM: 204046102887
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag. Dr. K.H.A. Juaini Syukri, LCS. MA NIP. 150 275 509 NIP. 150 256 969
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
EKONOMI UMAT: TELAAH ATAS PEMIKIRAN MUHAMMAD YUNUS telah
diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 04 Maret 2009. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 04 Maret 2009
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof.DR.H.Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM
NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Prof.DR.H.M. Amin Suma, SH, MA, MM. (...) NIP. 150 210 422
2. Sekretaris : Drs. H. A. Yani, MA. (...) NIP. 150 269 678
3. Pembimbing I : Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag. (...) NIP. 150 275 509
4. Pembimbing II : Dr. K.H.A. Juaini Syukri, LCS. MA. (...) NIP. 150 256 969
5. Penguji I : Drs. H. Afifi Fauzi Abbas, MA. (...) NIP. 150 210 421
6. Penguji II : Drs. H. Zainul Arifin Yusuf, MPd. (...)
iii
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
Atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 4 Maret 2009
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.EI) pada pogram studi Muamalat,
konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam upaya memenuhi persyaratan tersebut, maka skripsi ini ditulis dengan
judul “Kredit Tanpa Jaminan Untuk Pengembangan Ekonomi Umat: Telaah
Atas Pemikiran Muhammad Yunus”.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini terdapat banyak kesalahan,
kekurangan dan kekhilafan didalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa
tanpa kontribusi pemikiran, gagasan serta dorongan berbagai pihak, sulit dibayangkan
skripsi ini akan terselesaikan. Berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak,
maka sebagai ungkapan rasa hormat yang dalam, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Ummi dan Aba, yang tidak pernah berhenti mencintai dan mendoakan
penulis di sepanjang siang dan malam. Semoga penulis masih diberi
v
2. Bapak Prof. Dr .Drs. H.M. Amin Suma, SH, MA, MM. selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum; Ibu Dr.Euis Amalia, M.Ag Selaku ketua
Jurusan PS/ Perbankan Syariah dan Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif,
M.Ag. sebagai sekretaris jurusan Perbankan Syariah. Beserta seluruh staf
pengajar di jurusan Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H.Mujar Ibnu Syarif, M.Ag dan Dr. K.H.A. Juaini Syukri, LCS. M.A.
Selaku pembimbing skripsi, yang dengan sabar dan bijak terus
membimbing, menasehati dan mengarahkan penulis untuk menghasilkan
karya terbaik yang penulis miliki.
4. Prof. Dr. H. Hasanuddin AF, MA., sebagai dosen pembimbing akademik
yang senantiasa sabar menyemangati penulis dan memberi perspektif
metodologis yang mencerahkan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Penguji Skripsi: Bapak Drs. H. Afifi Fauzi Abbas, MA., dan Drs. H.
Zainul Arifin Yusuf, MPd., atas pertanyaan kritis, masukan dan arahannya
yang sangat berharga.
6. Para petugas di Bagian Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Syariah
dan Hukum yang telah memberikan layanan selama penulis menempuh
studi.
7. Semua guru penulis, mulai dari guru ngaji, guru di Madrasah Ibtidaiyah,
vi
tanpa sikap menggurui. Ucapan terima kasih jelas tidak cukup imbang
dengan jasa-jasa yang sudah mereka berikan.
8. Sudara-Saudariku; Fairuzah Tsabit, Ubaidillah Tsabit, Kak Hazim, Mbak
Rahma, dan Adikku tercinta Ahmad Hassan Tsabit yang senantiasa
memberikan semangat dan dorongan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
9. Lailatul Faizah atas dorongan, doa serta kesediaannya menemani penulis
di setiap waktu tanpa mengenal lelah. Engkau adalah yang spesial dalam
hidupku.
10. Sejumlah sahabat yang inspiratif dan mencerahkan serta banyak berjasa
dalam proses penulisan skripsi ini: kak Musthafa dan bang Nabil yang
telah membantu membenahi judul dan skripsi ini. Juga kepada bang Idris
yang telah sudi meminjamkan skripsinya kepada saya, Ustd. Habibullah
dan kak Yazid yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
mengoreksi skripsi ini dan membantu menerjemahkan beberapa teks
Inggris.
11. Kawan-kawan yang senasib seperjuangan, Team Bero, Team Ganteng,
Kholil, Faiq, Wasil, Kholili, Mahalli, Subairi, Imron, Joe, Robert, Basit,
Rafi’i dan semua kawan-kawan yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-persatu. Semoga kalian tetap semangat. Terimakasih atas dukungannya
vii
12. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung turut
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Kritik dan saran yang sifatnya konstruktif sangat penulis harapkan. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya, dan bagi masyarakat
pada umumnya. Akhirnya hanya do’a jualah yang dapat penulis mohonkan kepada
Allah SWT. semoga senantiasa membimbing langkah kita menuju masa depan yang
lebih baik. Amin.
Jakarta, 4 Maret 2009
viii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Review Studi Terdahulu ... 7
E. Metode Penelitian ... 15
F. Sistematika Penulisan ... 15
BAB II SEKILAS TENTANG ENTREPRENEURSHIP A. Pengertian, Falsafah dan Sejarah Entrepreneurship ... 17
B. Ciri-ciri Entrepreneurship... 27
C. Peran Entrepreneurship... 30
D. Pengertian Bisnis Sosial ... 32
BAB III BIOGRAFI MUHAMMAD YUNUS A. Riwayat Hidup Muhammad Yunus ... 37
B. Karya-karya Muhammad Yunus... 49
C. Pokok-pokok pikiran Muhammad Yunus... 55
BAB IV PEMIKIRAN MUHAMMAD YUNUS TENTANG KREDIT TANPA JAMINAN A. Konsep Kredit Tanpa Jaminan Menurut Muhammad Yunus.... 66
B. Kendala-kendala Yang Dihadapi dalam Pemberian Kredit Tanpa Jaminan... 71
ix
D. Kemungkinan Penerapan Konsep Kredit Tanpa Jaminan
Dalam Konteks Indonesia ... 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 101
B. Saran-Saran... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 103
1 A. Latar Belakang Masalah
Sudah begitu banyak analisa yang selalu menampilkan kesimpulan bahwa
perekonomian kontemporer memiliki banyak kelemahan, bahkan ada yang
mengkategorikan bahwa perekonomian kontemporer cenderung berbahaya secara
jangka panjang bagi kehidupan manusia.1
Dari analisa yang bersifat kritis pada kebijakan-kebijakan yang di ambil
oleh perekonomian dunia kontemporer (kapitalis), hasil pembangunan semu yang
memanjakan sekelompok kecil manusia di dunia sampai pada sistem ekonomi
dunia yang bukan hanya memporak-porandakan kehidupan ekonomi tapi juga
merusak tatanan sosial-budaya dalam pergaulan umat manusia, telah menjadi
hangat dalam diskusi-diskusi ekonomi saat ini.2
Sistem kapitalis memandang bahwa manusia adalah pemilik satu-satunya
terhadap harta yang telah diusahakan. Tidak terdapat hak orang lain di dalamnya.
Ia memiliki hak mutlak untuk membelanjakan sesuai dengan keinginannya.3
Sosok pribadi dipandang memiliki hak untuk memonopoli sarana-sarana produksi
1
Ali Sakti, Analisis Teoritis : Ekonomi Islam Jawaban atas kekacauan Ekonomi Modern, (Jakarta: Paradigma dan AQSA Publishing, 2007), Cet I, h. 22.
2 Ali Sakti,
Analisis Teoritis, h. 22.
3 Abdullah Abdul Husain at-Tariqi,
Ekonomi Islam; Prinsip, Dasar, dan Tujuan,
sesuai kekuasaannya. Ia akan mengalokasikan hartanya hanya pada bidang yang
memiliki nilai guna materi (profit oriented).
Konsep kapitalisme terutama dapat ditelusuri dari tulisan para ahli teori
sosialis. Karya Sombart adalah konsep kapitalisme yang secara pasti diakui
sebagai dasar bagi sistem pemikiran ekonomi. Konsep ini menunjukkan bahwa
kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi yang secara jelas ditandai oleh
berkuasanya kapital. Seperti sistem ekonomi lainnya, kapitalisme juga
mengandung unsur pokok yang merupakan semangat atau pandangan ekonomi –
jumlah dari keseluruhan tujuan, motif dan prinsip. Motif dan prinsip ini
didominasi oleh tiga gagasan: perolehan, persaingan dan rasionalitas.4
Sistem kapitalisme dinilai hanya semakin melahirkan ketimpangan sosial
dan ekonomi antara negara-negara maju dengan negara berkembang dan
terkebelakang.5 Hal ini dapat dilihat dari kegagalan menyelaraskan
kepentingan-kepentingan individu dan masyarakat.6
Selain itu, sistem kapitalis juga dinilai hanya menghasilkan kecenderungan
konsumeristik, materialistik dan individualistik dalam masyarakat dunia yang
kemudian menggerogoti perekonomian, terlihat dari variabel-variabel seperti
corak konsumsi, jenis dan variasi produk, tingkat kemiskinan dan pengangguran.7
Islam dan Tantangan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), Cet I, h. 20.
7
Hingga kini kapitalisme belum mampu mengatasi masalah tersebut.
Dapatkah sistem ekonomi yang kapitalistik menyelamatkan masyarakat dunia
dari himpitan kemiskinan? Pertanyaan inilah yang terus mengusik Yunus dalam
upayanya membangun sistem usaha alternatif yang diharapkan mampu
menghapus kemiskinan yang kini telah mengglobal.
Sistem kapitalis, menurut Yunus, bukan sebuah sistem yang dapat
menyelamatkan manusia dari 'ancaman kemiskinan'.
Dengan berbagai bencana dunia saat ini, seperti AIDS/HIV, flu burung,
maupun bencana alam seperti banjir, tsunami, tanah longsor, dan kebakaran,
mereka yang telah menjadi korban kemiskinan akan semakin miskin. Lalu apakah
mempercayakan diri pada institusi-institusi keuangan dunia akan mampu
meringankan beban mereka?
Dengan sistem baku sekarang ini, nampaknya harapan itu sangatlah tidak
mungkin. Sebab sistem bisnis sekarang ini memiliki prinsip profit maximizing
business (PMB). Manusia menjadi mesin uang (money machine), tak lebih!
Sehingga tujuan bisnis dalam sistem kapitalis adalah mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya, tanpa ingin tahu apakah itu masih mengikuti
hati naluri manusia atau justeru sebenarnya telah mengorbankan harkat
(kehormatan) manusia.
Dari sinilah kemudian Yunus mulai membangun sebuah sistem bisnis yang
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Tapi lebih dari itu, juga merupakan
suatu rangkaian upaya untuk mengangkat martabat manusia.8
Yunus juga membongkar kepalsuan kapitalisme yang jelas-jelas
diskriminatif terhadap orang miskin (khususnya kaum perempuan) seperti yang
terlihat dari praktik perbankan, mulai dari bank lokal sampai bank-bank
internasional. Apartheid (yaitu pembedaan ras. Apartheid tersebut merupakan
kebijakan suatu bank yang digunakan di Afrika pada masa lalu) finansial adalah
konsep yang cocok menggambarkan diskriminasi institusional yang dilakukan
oleh sistem perbankan di mana-mana di dunia ini. Rasionalisme berlandaskan
logika kapitalisme menjadi bagian dalam melaksanakan dan mempertahankan
“politik apartheid” ini. Rasionalisme mungkin mencerahkan, tetapi logika
tersebut belum pasti. Silogisme (yaitu bentuk, cara berpikir atau menarik
kesimpulan yang terdiri atas premis umum, premis khusus, dan kesimpulan)
kapitalisme perbankan mempunyai premis-premis yang sangat ketat: (i) Bank
harus untung dari usaha deposito dan kredit, tanpa membedakan apakah uang itu
didepositokan dan dipinjam oleh orang kaya atau orang miskin, pokoknya
memenuhi prinsip-prinsip ekonomi yang sangat rasional. (ii) Dengan premis ini
maka kredit yang dikucurkan adalah kredit dalam jumlah besar yang
menguntungkan bank, yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang kaya saja.
(iii) Oleh karena itu, adalah tidak rasional dan tidak ekonomis jika bank
8 M. Syamsi Ali,
meminjamkan uangnya dalam jumlah kecil. Kesimpulannya, karena alasan
rasional dan ekonomis, tidak mungkin bank memihak kepada orang miskin.9
Kesalahan terbesar yang dilakukan bank-bank selama ini karena mereka
hanya mau meminjamkan uang atau membuka kran kredit kepada orang yang
sudah punya "uang" dalam arti penghasilan dan aset. Coba kita datang ke bank
meminjam uang, mana mereka mau tanpa jaminan. Entah berupa surat motor,
surat mobil, surat rumah atau tanah, dan lainnya.
Pendeknya kita harus punya penghasilan dulu baru bisa dipinjami uang.
Artinya, hanya orang yang punya uang bisa meminjam. Muncullah istilah
"bankable" (dapat diterima bank), sebuah kata yang sangat menyesakkan bagi
mereka yang tak punya uang, tak punya aset untuk dijadikan jaminan (kolateral)
kepada bank agar bisa memiliki akses untuk meminjam.
Pikiran bankir, pasti hanya orang yang sudah punya penghasilan yang bisa
mengembalikan pinjamannya. Kalau pun ada penghasilan, namun pinjaman
tersebut tidak dikembalikan, bank bisa menyita aset jaminan kita. Lalu siapa lagi
yang mau meminjamkan orang yang belum punya penghasilan, orang yang
miskin, orang yang tak punya aset untuk dijaminkan?10
Kesalahan cara pandang dan pola berpikir itulah yang hendak "diputar" oleh
Yunus, yang meraih Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2006. Ia memang bukan
9 Muhammad Yunus,
Bank Kaum Miskin; Kisah Yunus dan Grameen Bank Memerangi Kemiskinan, Diterjemahkan oleh Irfan Nasution,(Jakarta: Margin Kiri, 2007), Cet III, h. XI.
10 “
Sosok dan Bisnis: Muhammad Yunus, Pengemis pun Dipinjami”, Dalam
bankir, tetapi seorang profesor ekonomi, yang sesak melihat kemiskinan di
negerinya.
Memperhatikan uniknya pemikiran Yunus dalam pengembangan ekonomi
umat adalah penting bagi kita untuk mengkaji pemikirannya. Penulis berharap,
pembahasan ini dapat memberi kontribusi bagi studi-studi ekonomi Islam yang
telah ada. Studi ini juga perlu mengingat pentingnya pengaruh dari pemikiran
Yunus bagi perkembangan ekonomi. Apalagi hingga kini belum ada yang
membahas secara mendalam pemikiran-pemikiran Yunus menyangkut
pengembangan ekonomi umat. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk menulis
skripsi ini dengan judul “Kredit Tanpa Jaminan Untuk Pengembangan Ekonomi
Umat: Telaah Atas Pemikiran Muhammad Yunus”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari pandangan di atas, maka penulis berusaha membatasi
penulisan skripsi ini pada pemikiran Yunus tentang kredit tanpa jaminan. Untuk
tidak terlalu menyimpang dari tujuan pokok dalam penulisan skripsi ini, masalah
yang hendak difokuskan hanyalah dalam ruang lingkup seputar konsep dan
pemikiran Yunus mengenai kredit tanpa jaminan.
Adapun perumusan masalah yang akan dikaji dalam penulisan skripsi ini
adalah :
1. Apa yang disebut kredit tanpa jaminan?
3. Siapa yang menerapkannya?
4. Bagaimana penerapan konsep kredit tanpa jaminan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berusaha memotret dan mengkaji profil
Yunus serta pemikirannya tentang Perbankan, terutama kontribusinya terhadap
perkembangan ekonomi.
Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan
praktis. Secara teoritis penulisan ini diharapkan memberi sumbangsih bagi
pengembangan ekonomi Islam secara umum. Adapun secara praktis penulisan
skripsi ini diharapkan menambah khazanah kepustakaan, khususnya mengenai
pemikiran Yunus tentang Perbankan.
D. Review Studi Terdahulu/Tinjauan Pustaka
Penelitian ini dapat dikatakan minimal membahas tentang pemikiran
ekonomi Yunus, konsep kredit tanpa jaminan, serta kemungkinan penerapannya
dalam konteks indonesia.
Untuk persoalan kredit tanpa jaminan, dengan berbagai konteks dan
perspektif kajian, telah cukup banyak literatur dan penelitian yang telah
diterbitkan. Akan tetapi yang berkaitan dengan pemikiran Yunus, sejauh yang
penulis dapatkan, tak banyak penelitian yang bisa dibaca. Dalam konteks
kredit tanpa jaminan, tak banyak pula ekonom ataupun praktisi yang secara
intensif mendiskusikan soal ini dalam karyanya. Dalam hal ini, penulis hanya
menemukan beberapa karya tulis yang berbentuk artikel yang menjelaskan
tentang pemikiran Yunus.
Uraian berikut ini akan mencoba menjelaskan mengenai bahasan-bahasan
tersebut, dengan memaparkan beberapa penelitian yang sudah dilakukan,
termasuk ruang dan celah yang ditinggalkan sehingga kemudian menjadi jelas
bagaimana penelitian ini relevan dan penting dilakukan.
Di antara beberapa artikel yang mencoba memperkenalkan sosok Yunus dan
pemikirannya ke publik Indonesia antara lain adalah sebagai berikut:
Artikel yang ditulis oleh Diannika D. Wardhani dengan tema Dari
Muhammad Yunus Buat kaum Miskin, (http://www.halamansatu.net, 14-10-06).
Menjelaskan tentang bagimana proses Yunus dalam menjalankan program
kreditnya serta proses pendirian Grameen Bank.
Selain itu, artikel yang ditulis oleh Prof. Dr. Mubyarto dengan tema
Tantangan Ilmu Ekonomi Dalam Menanggulangi Kemiskinan (http://www.
indonesia.com/, 2 Maret 2004) lebih banyak membahas mengenai kondisi
Bangladesh daripada konsep yang diterapkan oleh Yunus. Namun tidak hanya itu
saja, Prof. Dr. Mubyarto juga menjelaskan mengenai konsep social enterpreneur
yang diterapkan Yunus serta menjelaskan beberapa kebijakan yang diterapkan
Selanjutnya, artikel yang ditulis oleh Erwin dengan tema Nobel Perdamaian
Jatuh ke Muhammad Yunus (http://www.Tempointeraktif.com. Jum'at, 13
Oktober 2006) lebih membahas tentang penghargaan nobel perdamaian yang
diperoleh Yunus.
Artikel yang ditulis oleh Mukhijab dengan tema Tidak Makan Bunga Bank
dari Muhammad Yunus (Pikiran Rakyat, 18 Mei 2007, http://marjinkiri.com/).
Membahas tentang perkembangan dan sistem yang diterapkan Grameen Bank.
Yaitu mengenai kredit yang disalurkan oleh Grameen Bank serta menjelaskan
tentang riba atau bunga.
Artikel yang ditulis oleh Didit Ernanto dan Dina Sasti Damayanti dengan
tema Konsep Muhammad Yunus Cocok Diterapkan di Indonesia
(http://www.sinarharapan.co.id/, rabu 08 agustus 2007). Menjelaskan bahwa
konsep Yunus sangat potensial diterpkan di Indonesia. Selain itu, artikel ini juga
menjelaskan tentang pentingnya peran pemerintah dalam penerapan konsep kredit
tersebu serta menjelaskan mengenai pentingnya pemberdayaan SME, yaitu Small
and Medium-sized Enterprises yang merupakan kunci untuk mencapai
kesejahteraan atau mengurangi kemiskinan.
Artikel yang ditulis oleh Aris heru Utomo dengan tema Nobel Muhammad
Yunus, (http://arishu.blogspot.com/, 16.10.06). Menjelaskan tentang hadiah nobel
yang diterima Yunus. Komite Nobel memilih Muhammad Yunus dengan
pertimbangan bahwa yang bersangkutan banyak membantu memberdayakan
penduduk miskin. Hal tersebut tampaknya dinilai oleh Komite Nobel sebagai
langkah yang lebih konkrit mengingat kemiskinan merupakan sumber dari banyak
perselisihan. Sebagai orang awam, keputusan Komite Nobel tentu saja layak
diamini. Apalagi ternyata berbagai kekerasan yang terjadi di berbagai kawasan
dunia memang disebabkan oleh kemiskinan dan (juga) ketidakadilan.
Aartikel yang ditullis oleh Safak Muhammad dengan tema Bertambah Kaya
dengan Menyejahterakan Orang Lain, (diambil dari Majalah Nurul Hayat,
Surabaya. http://bukubagus.com/, 09 Aug 07). Artikel ini lebih mellihat dari segi
agama bahwa apa yang telah dilakukan Yunus sesuai dengan apa yang tertera
dalam al-qur’an. Yaitu mengenai Hakikat orang memberi makan orang lain
adalah memberi makan dirinya sendiri, karena pemberian itu merupakan amal
yang akan bermanfaat di akhirat. Sedangkan manfaat di dunia, kita akan
mendapatkan imbalan rejeki, karena orang yang kita beri makan biasanya akan
mendo’akan kelancaran rejeki kita. Hakikat orang mengajar ilmu pengetahuan
adalah mengajar dirinya sendiri karena dengan mengajar, ilmu yang diajarkan
tidak akan lupa, malah semakin diingat dan berkembang. Hakikat orang
membantu mencarikan pekerjaan bagi orang lain adalah meringankan pekerjaan
bagi diri sendiri karena dengan kebaikan tersebut orang yang kita bantu biasanya
balik membantu, memberikan peluang bisnis lain, dan sebagainya. Kalau pun
tidak, Allah sendiri yang akan membantu dari jalan yang tidak disangka - sangka.
Selain itu, artikel yang ditulis oleh Nurul Qomariyah yang bertema
detikfinance.com/index.php/detik.nakanal/idkanal/,Senin,05/11/07) menjelaskan
bahwa program kemiskinan dunia sudah tidak berlaku.
Sejak dibentuk 60 tahun silam, Bank Dunia sama sekali tidak memperbarui
program kemiskinannya. Tak heran, program-program kemiskinan Bank Dunia
kini terasa basi.
Dalam artikel ini dijelaskan bahwwa ritikan tersebut disampaikan peraih
Nobel perdamaian asal Bangladesh, Muhammad Yunus usai pertemuan dengan
Presiden Bank Dunia Robert Zoellick.
"Bank Dunia dibentuk hampir 60 tahun yang lalu. Dan sejak 60 tahun itu,
dunia sudah banyak berubah, namun Bank Dunia sama sekali tidak mengubah
gayanya," kritik Yunus seperti dikutip dari AFP, Senin (5/11/2007).
Menurut Yunus, Bank Dunia sama sekali tidak melibatkan masyarakat
untuk menghapus kemiskinan. Padahal bank tersebut diciptakan dengan tujuan
untuk mengakhiri kemiskinan di berbagai belahan dunia
Artikel yang ditulis oleh Bachtiar Hassan Miraza dengan tema Beda
Bangladesh dengan Indonesia (http://www.waspada.co.id, 28 agustus 2007.
selasa). Menjelaskan mengenai tanggapan pemerintah Indonesia berkaitan dengan
pesan Yunus sewaktu berkunjung ke Indonesia. Indonesia yang selama kurang
lebih 30 tahun mencoba menanggulangi kemiskinan dengan idenya, namun
hingga saat ini belum nampak hasilnya. Indonesia selama ini hanya bisa
Artikel yang ditulis oleh G. Budiwaluyo dengan tema Option For The Poor
Versi Muhammad Yunus (http://gbudiwaluyo.wordpress.com/, Maret 4, 2008).
Menjelaskan tentang kemiskinan secara umum. Dalam artikel ini dijelaskan
bahwa masalah kemiskinan bukan masalah yang ringan yang hanya difokuskan
pada data-data, tetapi masalah riil yang harus segera ditindak lanjuti.
Selain itu juga menjelaskan mengenai pola yang digunakan untuk
mengatasai kemiskinan di negara Indonesia. Pola yang digunakan bisa dilakukan
dengan berbagai versi. Belajar dari pengetasan kemiskinan di Kalkuta India dan
di Bangladesh sangat cocok dengan kondisi kemiskinan di Indonesia. Yang satu
dengan pendekatan sosial dan yang satu lagi dengan pendekatan ekonomi.
Lebih lanjut, G. Budiwaluyo dalam artikel ini menjelaskan mengenai kredit
mikro. Dijelaskan bahwa kunci keberhasilan Muhammad Yunus dalam mengatasi
kemiskinan di Bangladesh adalah dengan mengembangkan Kredit Mikro bagi
masyarakat miskin Bangladesh dan menciptakan kerangka kerja yang secara
hukum membawa pelayanan keuangan pada orang miskin.
Selain itu, dalam artikel ini juga dijelaskan mengenai pandangan Yunus
tentang kaum miskin. Pandangan Muhammad Yunus tentang orang miskin sangat
perbeda dengan pandangan orang pada umumnya. Ada pendapat dikalangan
teknik, intelektual dan politik, bahwa kaum miskin di dunia harus menunggu
dengan sabar sampai kemajuan teknik, ekonomi, ilmu pengetahuan, perdagangan
bebas secara global tercapai. Pandangan ini memperlihatkan bahwa kaum miskin
negara-negara kaya.Untuk itu Muhammad Yunus berjuang untuk membuktikan bahwa
pandangan tersebut tidak benar.
Tidak hanya itu saja, G. Budiwaluyo juga memaparkan bahwa konsep yang
diterapkan Yunus bisa dijadikan pelajaran bagi Negara Indonesia. Belajar dari
pengalaman Bangladesh mengatasi kemiskinan dengan kredit mikro, sebetulnya
Indonesia melalui BRI juga memberikan kredit sektor mikro. Secara data program
BRI cukup sukses tetapi secara realitas masih banyak UKM yang belum
menikmati pinjaman tersebut. Kalau toh dapat harus ada jaminan yang secara
hukum dapat dipertanggungjawabkan Untuk itu Presiden SBY mendukung
gagasan Muhammad Yunus bahwa akses keuangan adalah kunci kemakmuran.
Artinya jika kita kaya maka akan dapat akses yang lebih mudah pada pendanaan,
dan itu bisa digunakan untuk menjadi lebih kaya lagi.
Artikel yang ditulis oleh Muhammad Syamsi Ali, dengan tema Kiat Yunus
Hapus Kemiskinan, Membangun Bisnis Sosial, (http://www.Inilah.com/rubrik.
php,16/02/2008). Menjelaskan tentang tanggapan Yunus mengenai sistem
kapitalis serta bagaimana pentingnya bisnis sosial.
Tidak hanya itu saja, dalam artikel ini juga sedikit mengulas mengenai
perkembanngan Grameen Bnak yang kini mulai melebarkan usahanya dengan
cara bekerjasama dengan Danone, Yogurt dsbb.
Dari berbagai artikel yang dipaparkan secara ringkas ini, terlihat bahwa baik
tanpa jaminan sama-sama masih belum cukup dikaji secara mendalam, sehingga
membuat penelitian ini menjadi cukup relevan untuk dilakukan.
Adapun perbedaan dari skripsi dan artikel tersebut adalah dalam skripsi,
penulis menjelaskan semua yang berkaitan dengan Yunus, baik itu biografi,
Grameen Bank yang didirikannya, konsep kredit tanpa jaminan yang digunkan
Yunus, perkembangan Grameen Bank serta manfaat yang telah dihasilkan dari
konsep kredit tanpa jaminan yang diterapkan oleh Yunus.
Tidak hanya itu saja. Dalam skripsi ini, penulis juga menjelaskan mengenai
kendala-kendala yang dihadapi Yunus dalam menerapkan konsep kredit tanpa
jaminan dan penulis juga menjelaskan bagaimana jika konsep kredit tanpa
jaminan tersebut diterapkan di Indonesia.
Sedangkan artikel yang menulis tentang Yunus tidak selengkap penjelasan
dari skipsi yang telah penulis paparkan. Dalam artikel-artikel tersebut,
penejelasan mengenai Yunus hanya dari sebagaian kecilnya saja, misalnya
menjelaskan mengenai penghargaan Nobel yang telah diterima Yunus, juga
mengenai bisnis sosial yang semua itu hanya bagian kecilnya saja, tidak secara
menyeluruh. Apalagi dalam menjelaskan mengenai konsep kredit tanpa jaminan.
Dalam artikel tersebut hanya menjelaskan bahwa konsep tersebut adalah cara
yang digunakan Yunus dalam memberantas kemiskinan, tanpa menjelaskan
bagaimana penerapannya, kendala-kendalanya serta bagaiimana kemungkinan
E. Metode Penelitian
Bertolak dari model penelitian yang bersifat literal maka sumber data dalam
penelitian skripsi ini sepenuhnya disandarkan pada riset kepustakaan (library
research). Artinya, data-datanya berasal dari sumber-sumber kepustakaan, baik
berupa buku, jurnal, enseklopedi, majalah, surat kabar dan sebagainya. Dalam
pengumpulan data diambil dan dipilih dari karya-karya Yunus atau tulisan dan
karya lain yang memiliki relevansi dengan uraian skripsi ini.
Dalam pembahasan tulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif, dan
analitis kritis. Metode deskriptif diarahkan untuk menggambarkan keadaan obyek
atau peristiwa di sekitarnya tanpa berpretensi membuat kesimpulan-kesimpulan
yang berlaku secara umum. Metode deskriptif ini adalah langkah awal yang
mempunyai signifikansi untuk mengkaji dan menelaah lebih jauh.
Metode analisis kritis digunakan untuk berupaya mencermati kerangka
pendekatan yang digunakannya serta corak pemikirannya terutama dalam
mendiskusikan fenomena ekonomi.
Sedangkan teknik skripsi ini, penulis merujuk pada buku panduan penulisan
skripsi, tesis dan disertasi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008.
F. Sistematika Penulisan
masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab. Secara sistematis bab-bab tersebut
adalah sebagai berikut:
Bab pertama diawali dengan pendahuluan yang membahas antara lain latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan, review studi terdahulu, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua tentang landasan teoritis. Meliputi, pengertian, falsafah dan
sejarah entrepreneurship, ciri-ciri entrepreneurship, peran entrepreneurship dalam
pembangunan ekonomi dan pengertian bisnis sosial.
Bab ketiga menguraikan tentang riwayat hidup Yunus, yang meliputi:
riwayat hidup, karya-karya Yunus dan pokok-pokok pemikiran tentang ekonomi.
Bab keempat adalah bab yang menguraikan pemikiran Yunus tentang kredit
tanpa jaminan. Yang meliputi, konsep kredit tanpa jaminan menurut Yunus,
kendala-kendala yang dihadapi dalam pemberian kredit tanpa jaminan, manfaat
pemberian kredit tanpa jaminan terhadap pengembangan ekonomi Umat, dan
17
A. Pengertian, Falsafah dan Sejarah Entrepreneurship
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyaksikan berbagai aktivitas.
Seperti misalnya seorang atau sekelompok orang mengeluarkan sejumlah uang
untuk membeli sejumlah barang, yang kemudian barang tersebut dipajang di
suatu lokasi tertentu untuk dijual kembali kepada para konsumennya. Atau
seseorang membeli sejumlah barang, kemudian diolah atau diproses lalu disajikan
dalam bentuk makanan di suatu lokasi untuk dinikmati konsumennya. Atau
seseorang membuka suatu usaha jasa, dan menunggu kedatangan konsumen yang
membutuhkan pelayanan dengan balas jasa tertentu. Kemudian, pada suatu waktu
atau suatu periode tertentu mereka mulai menghitung jumlah uang yang telah
dikeluarkan dan jumlah uang yang masuk. Dari perhitungan ini ada kelebihan dan
ada kekurangan. Jika uang yang masuk lebih besar daripada yang keluar, mereka
menyebutnya sebagai keuntungan. Namun jika yang terjadi sebaliknya, mereka
menyebutnya sebagai kerugian.1
Menjadi wirausaha berarti memiliki kemampuan menemukan dan
mengevaluasi peluang-peluang, mengumpulkan sumber daya yang diperlukan
serta bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang-peluang itu.
1 Kasmir, S.E., M.M.,
Berikut adalah beberapa definisi Entrepreneurship menurut berbagai ahli:
Kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu nilai yang berbeda
dengan mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan, memikul risiko-risiko
finansial, psikis dan sosial yang menyertai, serta menerima penghargaan /imbalan
moneter dan kepuasan pribadi.
Menurut Peter F Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and
different) .
Menurut Thomas W Zimmerer, kewirausahaan adalah penerapan kreativitas
dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan
peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari.
Sedangkan menurut Andrew J Dubrin, kewirausahaan adalah seseorang
yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha yang inovatif (Entrepreneurship
is a person who founds and operates an innovative business).
Adapun Robbin & Coulter mendefinisikan kewirausahaan sebagai
Entrepreneurship is the process whereby an individual or a group of individuals
uses organized efforts and means to pursue opportunities to create value and
grow by fulfilling wants and need through innovation and uniqueness, no matter
what resources are currently controlled.
Dari definisi tentang Entrepreneurship diatas terdapat 3 tema penting yang
dapat di identifikasi:
2. innovation,
3. growth.
Pursuit of opportunities, (entrepreneurship adalah berkenaan dengan
mengejar kecenderungan dan perubahan-perubahan lingkungan yang orang lain
tidak melihat dan memperhatikannya).
Innovation, (entrepreneurship mencakup perubahan perombakan, pergantian
bentuk, dan memperkenalkan pendekatan-pendekatan baru…. Yaitu produk baru
atau cara baru dalam melakukan bisnis).
Growth (Pasca entrepreneur mengejar pertumbuhan, mereka tidak puas
dengan tetap kecil atau tetap dengan ukuran yang sama. Entrepreneur
menginginkan bisnisnya tumbuh dan bekerja keras untuk meraih pertumbuhan
sambil secara berkelanjutan mencari kecenderungan dan terus melakukan
innovasi produk dan pendekatan baru .
Istilah kewirausahaan pada dasarnya merupakan suatu disiplin ilmu yang
mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam
menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko
yang mungkin dihadapinya, maka definisinya adalah: Seorang pelopor bisnis baru
atau manajer yang mencoba untuk memperbaiki suatu unit organisasi dengan
memprakarsai perubahan produk. 2
2
Sedangkan definisi entrepreneurship yang terdapat dalam glosarium
prentice hall untuk manajemen dan pemasaran adalah fenomena yang
terputus-putus, muncul dan hilang; muncul untuk mengawali perubahan dalam proses
produksi misalnya, menghilang dan muncul lagi untuk mengawali perubahan
dalam proses lainnya. Kewirausahaan selalu dengan perubahan. Wirausahawan
mencari perubahan, menanggapinya dan memanfaatkannya sebagai satu
kesempatan.3
Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa entrepreneur adalah seseorang
yang mempunyai kreativitas suatu bisnis baru dalam menghadapi resiko dan
ketidakpastian yang bertujuan untuk pencapaian laba dan pertumbuhan usaha
berdasarkan identifikasi peluang dan mendayagunakan sumber-sumber serta
memodali peluang tersebut
Dalam kamus istilah ekonomi populer, entrepreneur adalah seseorang yang
tergantung atas inisiatifnya dengan memperhatikan risiko kerugian keuangan
yang mungkin dideritanya mendirikan suatu usaha yang dikelola sendiri.4
Entrepreneur menurut kamus Oxford : ”A person who undertakes an
entreprise or business, with the chance of profit or loss”. Seorang yang
bertanggung jawab atas sebuah bisnis dengan memikul risiko untung atau rugi.
Entrepreneur dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu business
3 Benyamin Molan,
Glosarium Prentice Hall untuk Manajemen dan Pemasaran, (Jakarta: PT.
Prenhallindo, 2002), h. 47.
4 Ralona M.,
entrepreneur dan social entrepreneur. Perbedaan pokok keduanya utamanya
terletak pada pemanfaatan keuntungan. Bagi business entrepreneur keuntungan
yang diperloleh akan dimanfaatkan untuk ekspansi usaha, sedangkan bagi sosial
entrepreneur keuntungan yang didapat (sebagian atau seluruhnya) diinvestasikan
kembali untuk pemberdayaan ”masyarakat berisiko”. Namun dalam trend global
dikotomi semacam itu kian kabur, sebab mereka (business entrepreneur dan
social entrepreneur) sesungguhnya berbicara dalam bahasa yang sama. ”Kami
bicara dalam bahasa yang sama yaitu : inovasi, manajemen, efektifitas, mutu dan
kompetensi”5
Wirausaha adalah jenis usaha mandiri yang didirikan oleh seorang
wirausahawan, atau sering pula disebut sebagai pengusaha. Wirausahawan adalah
seseorang yang mampu menciptakan lapangan kerja baru dan mencari cara-cara
atau teknik yang lebih baik dalam pemanfaatan sumber daya, memperkecil
pemborosan, serta menghasilkan barang atau jasa dalam upayanya memuaskan
kebutuhan orang lain.
KBBI mendefinisikan wirausahawan sebagai "orang yang pandai atau
berbakat mengenali produk baru, menyusun cara baru dalam berproduksi,
menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, mengatur permodalan
operasinya, serta memasarkannya." Sedangkan Louis Jacques Filion
menggambarkan wirausahawan sebagai orang yang imajinatif, yang ditandai
5
dengan kemampuannya dalam menetapkan sasaran serta dapat mencapai
sasaran-sasaran itu. Ia juga memiliki kesadaran tinggi untuk menemukan peluang-peluang
dan membuat keputusan.
Kata wirausaha dalam bahasa Inggris, yaitu entrepreneur, merupakan kata
serapan dari bahasa Perancis yang mulanya berarti "pemimpin musik atau
pertunjukan."
Wirausaha dapat dikelompokkan dengan berbagai macam cara. Winarto
menggolongkan aktifitas kewirausahaan menjadi dua, yaitu berwirausaha karena
melihat adanya peluang usaha (entrepreneur activity by opportunity) dan
kewirausahaan karena terpaksa tidak ada alternatif lain untuk masa depan kecuali
dengan melakukan kegiatan usaha tertentu.6
Social entrepreneurship adalah sesuatu yang banyak kita butuhkan di dunia
saat ini. Social entrepreneur, menurut Wikipedia adalah seseorang yang
menyadari kehadiran masalah sosial, dan memanfaatkan prinsip-prinsip
entrepreneurial dalam menciptakan/mengelola organisasi demi melakukan
perubahan sosial.7
Sesungguhnya Social Entrepreneurship sudah dikenal ratusan tahun yang
lalu diawali antara lain oleh Florence Nightingale (pendiri sekolah perawat
pertama) dan Robert Owen (pendiri koperasi). Pengertian Social
Entrepreneurship sendiri berkembang sejak tahun 1980 –an yang diawali oleh
6 http://id.wikipedia.org/wiki/Wirausaha. Diakses pada tanggal 02/03/2009.
7 Social Entrepreneurship: MYC4, dalam http://vibizlearning.com/new/articles. Diakses pada
para tokoh-tokoh seperti Rosabeth Moss Kanter, Bill Drayton, Charles Leadbeater
dan Profesor Daniel Bell dari Universitas Harvard yang sukses dalam kegiatan
Social Entrepreneurship karena sejak tahun 1980 berhasil membentuk 60
organisasi yang tersebar diseluruh dunia. Pengertian sederhana dari Social
Entrepreneur adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan
menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial
(social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan
dan kesehatan (healthcare). Jika business entrepreneurs mengukur keberhasilan
dari kinerja keuangannya (keuntungan ataupun pendapatan) maka social
entrepreneur keberhasilannya diukur dari manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat.
Bagi disiplin ilmu ekonomi kata entrepreneur merupakan hal yang sudah
mendarah daging karena sejak semester pertama sudah diperkenalkan dengan
tokoh-tokohnya antara lain Richard Cantillon (1755), J.B. Say (1803) dan J.
Schumpeter (1934). Cantillon menyatakan entrepreneur sebagai seseorang yang
mengelola perusahaan atau usaha dengan mendasarkan pada akuntabilitas dalam
menghadapi resiko yang terkait ( a person who undertakes and operates a new
enterprise or venture and assumes some accountability for inherent risks); B. Say
memberikan pengertian entrepreneur sebagai seseorang yang mampu
meningkatkan nilai sumber daya ekonomi ke tingkatan yang lebih tinggi, baik
produktivitasnya maupun nilainya ( a person who creates value by shifting
productivity and greater yield), sedangkan Schumpeter mendefinisikan
“unternehmer” atau entrepreneur sebagai an innovative force for economic
progress, important in the process of creative destruction and therefore as a
change agent.
Dari berbagai pengertian tersebut maka Social Entrepreneur sesungguhnya
adalah agen perubahan (change agent) yang mampu untuk :
1. Melaksanakan cita-cita mengubah dan memperbaiki nilai-nilai sosial
2. Menemu kenali berbagai peluang untuk melakukan perbaikan
3. Selalu melibatkan diri dalam proses inovasi, adaptasi, pembelajaran yang
terus menerus
4. Bertindak tanpa menghiraukan berbagai hambatan atau keterbatasan yang
dihadapinya
5. Memiliki akuntabilitas dalam mempertanggungjawabkan hasil yang
dicapainya, kepada masyarakat.
Yang menggembirakan bahwa akhir-akhir ini adalah terjadinya pergeseran
social entrepreneurship yang semula dianggap merupakan kegiatan ”non-profit”
(antara lain melalui kegiatan amal) menjadi kegiatan yang berorientasi bisnis
(entrepreneurial private-sector business activities).8
Adapun falsafah dari entrepreneur adalah sebagai berikut:
8 Setyanto P. Santosa,
Sampai tingkat tertentu keberhasilan sebagai seorang wirausaha tergantung
kepada kesediaannya untuk bertanggungjawab atas pekerjaannya. Salah satunya
adalah dengan cara mengenali diri sendiri. Hal tersebut dimaksudkan untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan yang diinginkan dalam hidupnya.
Kekuatannya datang dari tindakan-tindakannya dan bukan pada tindakan orang
lain. Meskipun risiko kegagalan selalu ada, para wirausaha mengambil risiko
dengan jalan menerima tangguungjawab atas tindakan mereka sendiri. Kegagalan
harus diterima sebagai pengalamman belajar. Beberapa wirausaha berhasil setelah
mengalami banyak kegagalan. Belajar dari pengalaman masa lalu akan
membantunya untuk menyalurkan kegiatan-kegiatannya guna mencapai
hasil-hasil yang lebih positif, dan keberhasil-hasilan merupakan buah dari usaha-usaha yang
tidak mengenal lelah.
Mereka harus mengejar tujuan-tujuan yang berhubungan dengan
kemampuan-kemampuan dan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya. 9
Dengan spirit yang dimilikinya, entrepreneur dapat mengubah masyarakat
bahkan dunia. Contoh berikut membuktikan hal itu.
Pertama, Thomas Alva Edison (1847 – 1931) pada usia 22 tahun
menemukan Telegraf, dan beberapa tahun kemudian menemukan Lampu Pijar
pertama yang dapat menyala 40 jam. Ia terus berkarya hingga usia 84 tahun dan
menghasilkan sekitar 1.300 paten atas namanya, serta telah memasarkan sebagian
9 Geoffrey G. Meredith et. al.,
besar produknya. Perusahaan yang didirikan untuk memasarkan produknya kita
kenal dengan nama General Electric (GE). GE adalah perusahaan no. 5 di
Amerika Serikat dan no. 9 di dunia yang mempekerjakan sekitar 325.000
karyawan.
Kedua, Muhammad Yunus pendiri Grameen Bank dan peraih nobel
perdamaian 2006 dari Bangladesh. Ekonom ini lulusan Vanderbilt University,
AS ini sangat terusik dengan kemiskinan yang massive di negerinya, sementara
teori-teori ekonomi yang dipelajarinya tidak bisa memecahkan persoalan
kemiskinan. Akhirnya ia terjun langsung dengan memberikan pinjaman sekitar
US$ 27 bagi 42 orang petani dan pengrajin. Upaya ini kemudian bertumbuh
menjadi model lembaga keuangan pedesaan yang terkemuka di dunia. Model
pelayanan keuangan yang dikembangkannya telah direplikasikan di 58 negara.
Lembaga keuangan tersebut dikenalsebagai Grameen Bank (bank desa) yang kini
melayani sekitar 7 juta orang (7.309.335 per 30 September 2007) dan sebagian
besar(97 %) adalah perempuan. Jumlah outstanding credit US$ 500,67 juta dan
tingkat pengembalian 98,40 %. Karya Yunus membuktikan, bahwa orang-orang
miskin, atau pengusaha mikro (economically active poor) adalah bankable.
Bina Swadaya Entrepreneruship.
Bina Swadaya merupakan lembaga pemberdayaan masyarakat yang lahir
pada 24 Mei 1967 oleh sejumlah aktivis Ikatan Petani Pancasila (IPP) yang
merasa terpanggil untuk memberdayakan masyarakat miskin dan terpinggirkan.
mandiri dan konsisten, serta hadir secara kontekstual. Mandiri berarti adanya
tekad untuk membangun dan menjaga kemandirian keuangan, dengan tidak
bergantung pada bantuan lembaga dana. Konsisten dibuktikan dengan tetap
berpegang teguh pada visi – misi pemberdayaan masyarakat miskin dan
terpinggirkan. Kontekstual berarti hadir untuk menjawab kebutuhan dan
mengantisipasi tantangan dan peluang yang ada.10
B. Ciri-ciri Entrepreneurship
Dalam membuka usaha baru banyak unsur ketidakpastian antara ide
wirausaha dengan peluang, ketidakpastian antar sumber daya dengan peluang dan
ketidakpastian antara sumber daya dengan ide wirausaha. Oleh karena itu seorang
wirausaha dituntut siap menghadapi tantangan dan mampu mengambil resiko,
mempunyai sifat optimis serta sigap dalam pengambilan keputusan. Untuk
memberi gambaran tentang wirausaha, penulis kemukakan pendapat dari
Geoffrey G. Meredith et al. ”Para wirausaha adalah orang-orang yang mempunyai
kemampuan melihat dan menilai kesempatan bisnis, mengumpulkan
sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan
mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses” sementara Howard
H.Stevenson, mengatakan ”Kewirausahaan merupakan suatu pola tingkah laku
manajerial terpadu dimana merupakan upaya pemanfaatan peluang-peluang yang
10 Bambang Ismawan,
Menjawab Persoalan Bangsa dengan Entrepreneurship, dalam, http: //
tersedia tanpa mengabaikan sumber daya yang dimilikinya”. Dan H. Leibenstein
mendifinisikan entrepreneur sebagai seorang atau sekelompok individu yang
memiliki karakteristik, mampu menggandengkan peluang-peluang menjadi pasar,
mampu memperbaiki kelemahan pasar, bisa menjadi seorang input
complementer, dapat menciptakan atau memperluas time bending dan input
transforming entitities. Dengan mengacu pada beberapa pengertian tersebut jelas
bahwa seorang intrepreneur atau wirausaha dituntut mempunyai ciri-ciri tertentu
yang dapat menunjang keberhasilannya dalam menekuni dunia usaha.11
Para wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan,
dan bermotivasi tinggi yang mengambil risiko dalam mengejar tujuannya.
Ada beberapa ciri-ciri dan sifat-sifat yang dimiliki oleh para wirausaha,
yaitu:
1. Percaya diri.
Hal ini terkait dengan keyakinan, ketidaktergantungan, individualitas, dan
optimisme.
2. Berorientasikan tugas dan hasil.
Yang meliputi kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba, ketekunan dan
ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energitic, dan
inisiatif.
3. Pengambil risiko
11 Erge, March 23rd, 2008,
Maksudnya adalah kemampuan dalam mengambil risiko serta suka terhadap
tantangan.
4. Kepemimpinan
Yaitu bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain
serta menanggapi saran-saran dan kritik.
5. Keorisinalan
Maksudnya adalah inovatif dan kreatif, fleksibel, punya banyak sumber, serba
bisa dan mengetahui banyak hal.
6. Berorientasi ke masa depan
Maksudnya adalah mempunyai pandangan ke depan dan perseptif.
Ciri-ciri tersebut meliputi watak-watak yang sebaiknya dimiliki dan
dikembangkan untuk menjadi seorang wirausaha.12
Selain ciri-ciri di atas, seorang wirausaha juga harus mempunyai beberapa
hal, yaitu:
1. Semangat Berprestasi
2. Sibuk Mencari Peluang
3. Think Big & Whole
4. Intuisi Tajam dalam Berbisnis
5. Berani dan Siap Mengambil Risiko
6. Toleran terhadap Ambiguitas
12 Geoffrey G. Meredith et. al.,
7. Optimis dan Segera’Bangun’ saat Jatuh
8. Cepat Berhitung & Mengambil Keputusan
9. Terpacu untuk lebih ‘Sejahtera’13
C. Peran Entrepreneurship Dalam Pembangunan Ekonomi
Social Entreprenuers makin berperan dalam pembangunan ekonomi karena
ternyata mampu memberikan daya cipta nilai–nilai sosial maupun ekonomi,
yakni:
1. Menciptakan kesempatan kerja
Manfaat ekonomi yang dirasakan dari Social Entrepreneurship di
berbagai negara adalah penciptaan kesempatan kerja baru yang meningkat
secara signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh John Hopkins University
pada tahun 1998 di 13 negara menunjukan bahwa tenaga kerja yang bekerja
disektor ini berkisar antara 1 – 7 %.
Selain itu memberikan pula peluang kerja kepada penyandang cacat
untuk dilibatkan dalam kegiatan produktif.
2. Melakukan inovasi dan kreasi baru terhadap produksi barang ataupun jasa
yang dibutuhkan masyarakat.
Berbagai inovasi terhadap jasa kemasyarakatan yang selama ini tidak
tertangani oleh pemerintah dapat dilakukan oleh kelompok Social
13 Eileen Rachman & Sylvina Savitri,
Entrepereneurship seperti misalnya : penanggulangan HIV dan narkoba,
pemberantasan buta huruf, kurang gizi. Seringkali standar pelayanan yang
dilakukan pemerintah tidak mengenai sasaran karena terlalu kaku mengikuti
standar yang ditetapkan.
Sedangkan Social Entrepreneurs mampu untuk mengatasinya karena
memang dilakukan dengan penuh dedikasi. Menurut Bill Drayton (2006):
social entrepreneurs need and deserve loyalty. Their work is not a job, it is
their life.
3. Menjadi modal sosial.
Modal sosial merupakan bentuk yang paling penting dari berbagai
modal yang dapat diciptakan oleh social entrepreneur karena walaupun dalam
kemitraan ekonomi yang paling utama adalah nilai -nilai : saling pengertian
(shared value), trust (kepercayaan) dan budaya kerjasama ( a culture of
cooperation), kesemuanya ini adalah modal sosial. Keberhasilan negara
Jerman dan Jepang adalah karena akar dari long-term relationship dan etika
kerjasama yang mampu untuk menumbuhkan inovasi dan mengembangkan
industri di negara masing-masing. Bank Dunia menyatakan pula bahwa
permasalahan yang kritis dalam penanggulangan kemiskinan adalah modal
sosial yang tidak memadai. Dibawah ini digambarkan “virtous circle of social
capital” yang diawali dengan penyertaan awal dari modal sosial oleh social
entrepreneurs. Selanjutnya dibangun jaringan kepercayaan dan kerjasama
aspek keuangan dan sumber daya manusia. Pada saat unit usaha dibentuk
(organizational capital) dan saat usaha sosial mulai menguntungkan maka
makin banyak sarana sosial dibangun.
4. Peningkatan Kesetaraan (equity promotion)
Salah satu tujuan pembangunan ekonomi adalah terwujudnya
kesetaraan dan pemerataan kesejahteraan masayarakat. Dan melalui social
entrepreneurship tujuan tersebut akan dapat diwujudkan, karena para pelaku
bisnis yang semula hanya memikirkan pencapaian keuntungan yang
maksimal, selanjutnya akan tergerak pula untuk memikirkan pemerataan
pendapatan agar dapat dilakukan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Contoh keberhasilan Grameen Bank adalah salah satu bukti dari manfaat ini.14
D. Pengertian Bisnis Sosial
Krisis global seharusnya cukup mencelikkan mata kita dari kebutaan dan
melihat “jalan lain” agar kita bisa hidup berkecukupan dan beradab. Dan salah
satu “jalan lain” tersebut terdapat dalam bisnis sosial. Di bawah ini adalah
penjelasan tentang bisnis sosial dan bagaimana bisnis sosial bisa diciptakan
dimana saja mulai dari lingkungan yang berpengaruh.
Definisi dari bisnis sosial tersebut adalah:
14 Setyanto P. Santosa,
Peran Social Entrepreneurship Dalam Pembangunan, dikutip dari
1. Bisnis Sosial adalah bisnis yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan sosial, misalnya untuk mengurangi kemiskinan, menyediakan
makanan bergizi bagi kaum miskin, asuransi kesehatan, pendidikan dan
perumahan bagi warga menengah ke bawah, dst. Bisnis sosial bisa juga
bergerak di segala bidang, misalnya dari property sampai financial, namun
dimiliki oleh sesama anggota.
2. Seperti layaknya lembaga bisnis, seluruh biaya yang dikeluarkan harus
diperhitungkan dan didanai dari mekanisme bisnis berjalan.
3. Digerakkan oleh cause-driven, bukan profit-driven.
Sedangkan model-model bisnis sosial adalah sebagai berikut:
1. Model 1: Perusahaan yang berorientasi pada penyediaan pelayanan sosial,
bukan mencari keuntungan bagi pemilik atau investor, dan dimiliki oleh
investor untuk tujuan sosial seperti pengurangan kemiskinan, kesehatan bagi
kaum miskin, pendidikan, keadilan sosial, keberlanjutan lingkungan hidup
dan seterusnya.
2. Model 2: Bisnis profit yang dimiliki oleh kaum miskin. Keuntungan
perusahaan dikembalikan untuk kesejahteraan kaum miskin.
3. Perbedaan model 1 dan 2: Pada model 1, barang, jasa dan system yang
bekerja menciptakan keuntungan sosial. Pada model 2, barang dan jasa yang
diproduksi bisa menciptakan atau tidak menciptakan keuntungan sosial.
Keuntungan sosial terletak pada kepemilikan oleh kaum miskin. Keuntungan
juga bisa gabungan kedua model itu: perusahaan yang menciptakan
keuntungan sosial dan sekaligus dimiliki oleh kaum miskin.
Bisakah gabungan bisnis profit dan bisnis sosial? Teorinya bisa. Misalnya
keuntungan dibagi, misalnya 60% untuk tujuan sosial dan 40% untuk tujuan
keuntungan pribadi atau sebaliknya. Pada prakteknya sangat sulit karena
tujuannya saling berlawanan satu dengan yang lain. Management akan lebih
realistik mengelola perusahan bisnis sosial murni atau bisnis profit murni.
Sekedar menyebut beberapa nama sebagai contoh: Grameen Bank dan
perusahaan-perusahaan lain yang berafiliasi dengan Grameen (dalam kurun waktu
kurang dari 3 dekade Grameen sudah memiliki 24 perusahaan dan semua adalah
bisnis sosial model 1, 2 dan campuran keduanya), Credit Union yang mulai pada
abad 19 di German dan mengglobal sampai masuk ke kampung-kampung
nusantara. Bina Swadaya yang menyandang nama NGO terbesar pada tahun
70/80-an kini sudah memiliki beberapa (sebuah sumber menyebut belasan)
perusahaan bisnis sosial.
Bisnis sosial tersebut bisa tercipta apabila:
a. Perusahaan-perusahaan yang ada yang ingin menggerakkan bisnis sosial.
Mereka bisa mengalokasikan sebagian keuntungan untuk bisnis sosial sebagai
bagian dari Corporate Social Responsibility atau dengan menciptakan bisnis
sosial sendiri atau bekerja-sama dengan perusahaan lain atau social business
b. Yayasan-yayasan sosial karitatif, lembaga keagamaan atau
lembaga-lembaga karitatif menciptakan dana untuk bisnis sosial sambil tetap
menjalankan proyek-proyek karitatif.
c. Usahawan individual yang sukses dalam binis profit yang tertantang
menggunakan kreatifitasnya untuk menciptakan bisnis sosial.
d. Badan donor bilateral atau multilateral memberikan dukungan bisnis sosial
kepada negara-negara penerima utang.
e. Pemerintah nasional maupun lokal.
f. Para pensiunan bisa menyisihkan sebagian dananya untuk investasi di bisnis
sosial.
g. Kaum muda yang masih sekolah atau yang sudah lulus bisa memilih untuk
menciptakan bisnis sosial didorong oleh idealisme menciptakan kesejahteraan
dan keadilan dan peluang untuk mengubah dunia.15
Bisnis sosial adalah bisnis seperti bisnis saat ini, tetap mengambil
keuntungan agar roda perusahaan tetap berjalan, mampu memperbesar usaha,
membuka cabang baru, menggaji professional dengan gaji sesuai pasaran,
menjalankan promosi dan strategi marketing. Ukuran keberhasilan bukan pada
berapa keuntungan materi tapi berapa banyak orang yang telah dibantu dan
mendapatkan manfaatnya, serta dampak positif apa yang ditimbulkan. Investor,
Pemilik perusahaan boleh menarik kembali modal yang ditanam dari keuntungan
15J. Sudrijanta, SJ on December 16th, 2008
sampai 100%, setelah itu tidak boleh ambil lagi. Keuntungan berikut akan diputar
kedalam perusahaan.
Ini menarik. Para donatur yang biasanya menyumbang tak harap kembali,
bisa mendapatkan uangnya kembali dari konsep Bisnis Sosial. Donatur bisa
mengivestasikan lagi ke Binis Sosial lainnya, terus dan terus. Dengan demikian
orang miskin tidak selalu mengharapkan uang dari donatur karena ada mesin uang
yang sudah berjalan. Pemberian uang tunai sangat tidak mendidik dan tidak
memacu orang untuk berkarya lebih keras.
Ciri-ciri Binis Sosial bisa beraneka ragam dengan visi dan misi yang sama.
Mereka merancang, menjual produk yang dibutuhkan kalangan miskin dengan
harga murah tapi perusahaan harus tetap bisa untung. Memberikan keringanan
dalam membayar jika barangnya tidak bisa dibuat murah. Produk yang dijual
umumnya yang berdampak meningkatkan kesehjateraan orang miskin misalnya
makanan sehat bagi anak-anak, solar cell untuk pembangkit listrik 50 watt, kredit
mikro.
Semakin banyak orang menjalankan Bisnis Sosial, lambat laun kemiskinan
akan terkikis dengan sendirinya.16
16
Bisnis Sosial Jadi Pilihan para Donatur, July 23rd, 2008 dalam http://www.
37
A. Riwayat Hidup Muhammad Yunus
Yunus lahir pada 28 Juni 1940, adalah seorang bankir dan ekonom. Dia
adalah profesor ekonomi yang terkenal dengan keberhasilan penerapan kredit
mikronya; yaitu perluasan pinjaman kecil. Pinjaman ini diberikan pada
pengusaha-pengusaha yang terlalu miskin untuk memenuhi syarat atas
peminjaman bank tradisional. Yunus juga pendiri bank Grameen.
Dia adalah ketiga tertua dari sembilan saudaranya. Yunus lahir 28 Juni
1940 dari sebuah keluarga muslim di desa Bathua, sekitar Boxirhat Road di
Hathazari, Chittagong, Bangladesh. Ayahnya adalah Hazi Dula Mia Shoudagar,
seorang penjual permata dan ibunya adalah Sofia Khatun.
Dia menghabiskan awal masa kanak-kanaknya di desa pada 1944, lalu
keluarganya pindah ke kota Chittagong dan diapun pindah sekolah dari SD di
desanya ke SD Lamabazar. Pada 1949, ibunya menderita penyakit kejiwaan.
Dia melewati ujian masuk perguruan tinggi di kampus Chittagong
Collegiate School dan berada di posisi ke 16 dari 39 ribu siswa yang beruji di
Pakistan Timur. Selama tahun-tahun dia sekolah, dia adalah anggota pramuka
yang aktif, dan sudah berjalan ke Pakistan Timur dan India pada 1952, dan ke
Kanada pada 1955 untuk mengikuti Jambore-Jambore.
aktifitas-aktifitas budaya dan memenangkan penghargaan untuk aksi panggung.
Pada 1957, dia mengambil jurusan ekonomi di Dhaka University dan
menyelesaikan BA nya, pada tahun 1960 dan MA pada 1961.
Yunus bergabung dalam Bureau of Economics sebagai asisten peneliti
dalam penelitian-penelitian masalah ekonominya Profesor Nurul Islam dan
Rehman Sobhan. Lalu dia ditunjuk sebagai penceramah dalam bidang ekonomi
di Chittagong College pada 1961. Selama waktu itu, dia juga mulai usaha di
pabrik pembungkus yang menguntungkan.
Dia pun ditawari beasiswa Fulbrighat untuk belajar di US pada tahun
1965. Dia memperoleh gelar Ph.D. dibidang ekonomi di Vanderbilt University,
US melalui jurusan Economic Development pada 1969. Dari tahun itu hingga
1972 Yunus menjadi profesor asisten ekonomi di Middle Tennessee State
University di Murfreesboro, TN. Selama perang pembebasan Bangladesh pada
1971, Yunus mendirikan komisi warga dan bergegas ke Bangladesh Information
Center, dengan beberapa orang Bangladesh lain yang tinggal di US, untuk
memberikan dukungan atas kebebasan.
Dia juga mempublikasi Bangladesh Neswletter dari rumahnya di
Nashville. Setelah perang, Yunus kembali ke Bangladesh dan di tetapkan sebagai
anggota Goverment Planning Commission yang di ketuai oleh Nurul Islam, lalu
dia merasa bosan dengan pekerjaaan itu dan pindah ke Chittagong University
sebagai kepala bagian Ekonomi.
kelaparan yang terjadi tahun 1974, dan mendirikan program ekonomi pedesaan
sebagai proyek riset. Pada 1975, dia mengembangkan Nabajug (New Era (Masa
baru)) Tebhaga Khamar (three share farm (pertanian bagi tiga)) yang diadopsi
pemerintah sebagai perogram masukan pembungkus. Agar proyek itu bisa lebih
efektif, Yunus dan kelompoknya mengajukan program Gram Sarkar
(pemerintahan desa). Dikenalkan oleh presiden Ziaur Rahman pada akhir tahun
1970-an, pemerintah mendirikan 40,392 pemerintahan-pemerintahan desa
sebagai pemerintah lapisan ke empat pada tahun 2003.
2 Agustus 2005, dalam menjawab surat permohonan dari Bangladesh
Legal Aids dan Services Trust (BLAST) akhirnya Hakim Agung mengumumkan
bahwa Gram Sarkar adalah Ilegal dan tidak sesuai dengan konstitusi.
Pada 1976, selama kunjungan ke wilayah perumahan termiskin di desa
Jobra dekat Chittagong University, Yunus menemukan bahwa pinjaman yang
sangat sedikit bisa membuat ketidakseimbangan pada orang miskin.
Wanita-wanita Jobra yang membuat peralatan rumah tangga dari bambu telah mengambil
pinjaman yang banyak untuk membeli bambu, untuk membayar keuntungannya
kepada tukang kredit. Pinjaman pertamanya 27 dolar dari sakunya yang
dikeluarkan untuk 42 wanita di desa, yang membayar keuntungan bersihnya 0.52
(0.02 dolar) dalam tiap pinjaman.
Konsep penyediaan kredit bagi orang miskin sebagai alat untuk
mengurangi kemiskinan bukanlah hal yang unik. Dr. Akhtar Hameed Khan,
Academy for Rural Development), dihargai karena memelopori ide. Dari
pengalamannya di Jobra, Yunus dan Dr. Hameed, menyadari bahwa pembuatan
suatu institusi dibutuhkan untuk memberikan pinjaman pada mereka yang tak
punya apa-apa.
Sementara bank-bank tradisional tidak tertarik untuk memberikan
pinjaman berjumlah kecil dalam tingkat bunga yang tidak masuk akal bagi
orang-orang miskin karena resiko pembayaran yang tinggi, Yunus percaya bahwa
memberikan kesempatan kepada orang miskin untuk melunasi uang yang
dipinjam oleh karena itu kredit kecil merupakan model bisnis yang dapat terus
berjalan
Yunus dan koleganya menghadapi tantangan dari kelompok konservatif
aliran kiri radikal yang mengatakan kepada para wanita bahwa mereka akan
ditolak di pekuburan muslim jika mereka meminjam uang dari Grameen Bank.
Pada bulan juli 2007, Grameen Bank telah mengeluarkan 6.39 miliyar dolar
untuk 7.4 juta peminjam. Untuk memastikan pengembalian pinjaman, bank
menggunakan sistem grup solidaritas. Kelompok informal ini bersama-sama
mengunakan dana pinjaman dan -bersama anggotanya- bertindak sebagai
penjamin akan pengembalian pinjaman dan saling mendukung pada
pengembangan ekonomi itu sendiri.
Akhirnya Yunus sukses dalam pengamanan pinjaman dari Bank Janata
Pemerintah untuk meminjamkannya kepada orang miskin di Jobra Desember