• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pasar Modal 1.Pasar Modal

1) Pengertian Interest Parity Condition

Pada jangka panjang tingkat harga agregat memegang peranan penting dalam mendeterminasikan suku bunga dan tingkat harga relatif dari barang dan jasa yang diperdagangkan antar negara. Hukum satu harga (the law of one price) menyatakan bahwa suatu barang yang identik akan memiliki harga yang sama dengan asumsi tidak ada biaya transaksi dan penghalang untuk bertukar (trade barriers). Sedangkan teori paritas daya beli (purchasing power parity – PPP) menyatakan bahwa nilai tukar antara dua negara akan sama dengan rasio tingkat harga sekelompok barang di kedua negara. Jika harga menjadi lebih mahal (inflasi) di suatu negara maka permintaan atas mata uang dan barang dari negara tersebut

commit to user

49 akan menurun (depresiasi mata uang dan deflasi atas harga-harga). Sebaliknya ketika tingkat harga dalam suatu negara turun (deflasi) maka akan mengarah pada apresiasi mata uang.

Purcasing power parity dibagi menjadi dua, absolute PPP dan relative PPP. Absolute PPP menyatakan bahwa nilai tukar antar dua negara akan sama dengan nilai relatif dari harga pada dua negara. Sedangkan relative PPP mengacu pada persentase perubahan nilai tukar antar dua negara yang akan sama dengan persentase perubahan harga agregat pada dua negara. Secara matematis kedua pengertian diatas ditulis : Absolute PPPà ERd/f = Pd Pf ……….(2.15) Relative PPP à (ERd/f,t -ERd/f,t-1)/ERd/f,t-1 =pd,t -pf,t ...(2.16) Dimana, t f t d, p ,

p - : berbedaan tingkat inflasi antara negara domestik dengan negara luar dimana inflasi suatu negara yang sama dengan persentase perubahan harga agregat.

t f d

ER / , : nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing

commit to user 50 1 , /ft -d

ER : nilai tukar domestik terhadap mata uang asing periode sebelumnya.

Menurut relative PPP, persentase perubahan nilai tukar di masa yang akan datang akan sama dengan perbedaan tingkat inflasi antar dua negara. Maka dalam kondisi PPP perbedaan antara tingkat inflasi yang diekpektasikan akan sama dengan perbedaan tingkat suku bunga (return) yang ditawarkan oleh dua mata uang.

Suatu situasi dimana selisih suku bunga positif di pusat moneter di negara asing sama dengan diskonto berjangka terhadap valuta asing dari negara di mana pusat moneter itu berada disebut kondisi paritas suku bunga (interest parity condition). Dengan kata lain pada pasar valuta asing keadaan ini merupakan keadaaan keseimbangan di mana deposito dari semua mata uang memberikan tingkat pengambalian yang sama.

Hanya ketika semua mata uang memberikan ekpektasi return yang sama maka akan tercipta keseimbangan dimana tidak ada kelebihan permintaan atau penawaran mata uang tertentu. Secara matematis interest parity condition antara return mata uang asing dan mata uang dalam negeri dan ditulis sebagai berikut :

f d f d e f d f d R ER ER ER R = +( / - / )/ / ……….(2.17) Dimana :

commit to user

51 Rd : tingkat suku bunga (return) mata uang domestik

Rf : tingkat suku bunga (return) mata uang asing

e f d

E / : ekspektasi nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang

asing

f d

E / : nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing yang

berlaku

f. Peran Suku Bunga Terhadap Pembentukan Nilai Tukar

Misalnya tingkat return Rupiah sebesar 10 % sedangkan Dollar 5 %, ketika Rupiah diekspektasikan mengalami depresiasi terhadap Dollar sebanyak 7 % , maka return Dollar menjadi 2 % lebih tinggi dari Rupiah. Hal ini disebabkan seorang investor akan memilih aset yang memberikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi maka permintaan atas Dollar akan meningkat sedangkan permintaan atas Rupiah akan menurun. Hal ini berlaku pula sebaliknya. Secara grafis hal tersebut ditunjukan sebagai berikut:

commit to user

52 Grafik 2.1

Efek Kenaikan Tingkat Suku Bunga Terhadap Mata Uang Domestik

Sumber : Krugman, Paul. 2000. International Economics Theory and Practice. Hal:353

Kenaikan dalam tingkat suku bunga / return mata uang domestik dari 1

d

R

menjadi 2

d

R menyebabkan mata uang domestik terapresiasi dari 1 /f d ER (poin 1) ke 2 /f d ER (poin 2). 1 d

R Rd2 Tingkat return (dalam mata uang domestik) Tingkat return mata uang asing yang diekspektasikan f d

E

/ 1 /f d ER 2 /f d ER 1 1’ 2

commit to user

53 Grafik 2.2

Efek Kenaikan Tingkat Pengembalian Mata Uang Asing

Sumber: Krugman,Paul.2000.International Economics Theory and Practice. Hal 353

Kenaikan dalam return deposito mata uang asing menyebabkan

mata uang domestik terdepresiasi dari 1

/f d ER (poin 1) ke 2 /f d ER (poin

2). Hal ini juga juga menggambarkan efek dari kenaikan ekpektasi nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing.

Maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan dalam ekspektasi nilai tukar menyebabkan kenaikan atas nilai tukar saat ini. Begitu juga, penurunan ekpektasi nilai tukar akan menyebabkan penurunan nilai tukar saat ini.

Tingkat return mata uang asing yang diekspektasikan f d

E

/ 2 /f d ER 1 /f d ER 2 d

commit to user

54

g. Interest Arbitrage

Istilah interest abitrage atau abitrase suku bunga pada dasarnya mengacu pada arus modal likuid jangka pendek antar negara yang bertolak dari motif untuk memperoleh suku bunga atau tingkat keuntungan yang lebih besar di luar negeri. Abitrase suku bunga bisa bersifat terbuka atau terselubung.

Jika resiko kurs dalam proses konversi mata uang terselubung maka disini didapatkan kasus abitrase terselubung (covered interest abitrage). Sebaliknya, jika resiko bersifat terbuka maka disebut abitrase suku bunga terbuka (uncovered interest abitrage)

Formulasi uncovered paritas suku bunga berdasar pada tingkat suku bunga yang diekspektasikan :

i = i* + (Eed/f – Ed/f) / Ed/f………..(2.19) Dimana :

i : Suku bunga domestik

i* : Suku bunga asing

Eed/f : Kurs akhir periode investasi Ed/f: Kurs awal periode investasi

Namun para investor biasanya lebih suka penanaman modal jangka pendek dengan menghindari resiko kurs. Maka dipilihlah abitrase suku bunga terselubung. Investor akan menukarkan mata uang domestik menjadi valuta

commit to user

55 asing berdasarkan kurs spot yang tengah berlaku guna membeli surat berharga atau membayar sejumlah investasi di negara asing yang suku bunganya lebih tinggi, dan dalam waktu yang bersamaan menjual secara berkala investasi tersebut secara berjangka (swap) guna menutupi resiko kurs. Formulasi pada uncovered menekankan pada kurs forward yaitu kurs yang nilainya telah disepakati bersama dimasa yang akan datang. Persamaan untuk menghitung margin abitrase suku bunga terselubung (covered interest abitrage-CIA) adalah :

CIA = {(1–i*)/(1+i*)} – {(FR – SR)/SR}………(2.20)

Dimana :

CIA : Covered Interest Arbitrage

i : Suku bunga domestik

i* : Suku bunga asing

FR : Diskonto berjangka

SR : Kurs spot

Bagian yang pertama di sebelah kanan adalah selisih suku bunga antara perekonomian domesik dan asing yang rata-rata 1 ditambah suku bunga yang berlaku dalam perekonomian asing. Sedangkan bagian kedua disebelah paling kanan adalah hitungan untuk diskonto berjangka atas valuta asing yang dibagi

commit to user

56 atas kurs spotnya. Dalam kondisi paritas suku bunga (interest parity condition) CIA = 0. Implikasi dari formulasi tersebut adalah bahwa investor akan berinvestasi dalam valuta asing jika CIA > 0 dan lebih memilih untuk berinvestasi pada mata uang domestik jika CIA < 0.

Yang perlu digaris bawahi, bahwa dibalik kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kurva permintaan dan penawaran valuta asing bukan hanya para pedagang dan investor namun juga para spekulan dan pelaku arbitrase suku bunga. Pemerintah juga aktif beroperasi di pasar-pasar valuta asing, meskipun tujuannya pokoknya adalah semata-mata untuk mengadakan pembayaran dan penerimaan valuta asing dan menciptakan stabilitas tertentu bagi perekonomian domestik.

Dokumen terkait