• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Pasar Modal 1.Pasar Modal

3. Suku Bunga

Suku bunga tidak bisa dilepaskan dari keputusan manajemen apabila berhubungan dengan keputusan yang menyangkut aliran arus kas. Aliran arus kas ini yang digunakan untuk pengambilan keputusan, harus dianalisa menggunakan konsep nilai waktu dari uang. Oleh karena itu suku bunga merupakan salah satu alat yang penting dari pengambilan keputusan bisnis. Suku bunga yang dilihat dari pihak yang membutuhkan dana dapat diartikan sebagai besarnya suku bunga yang harus dibayar kepada bank oleh pihak peminjam. Sedangkan sukubunga apabila dilihat dari pihak kelebihan dana merupakan suatu hasil atau pendapatan yang didapat apabila memasukkannya

commit to user

57 dalam bank. Untuk selanjutnya, agar senada dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka suku bunga dilihat dari pihak kelebihan dana (investor/borrower). Suku bunga ini memegang peranan penting dalam penentuan investasi oleh para nasabah dalam pasar finansial. Besarnya suku bunga yang tercantum di bank-bank disebut nominal interest rate. Nominal interest rate ini sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu real interest rate dan inflation premium (Haugen, 2001:338).

a. Perbedaan Tingkat Bunga

Jika pada awalnya kita mengasumsikan tingkat suku bunga domestik sama dengan suku bunga dunia : r = r* maka sebenarnya karena adanya perbedaan resiko negara (q ) dan ekpektasi kurs di tiap negara maka untuk mengkompensasinya tiap negara harus menawarkan tingkat suku bunga yang berbeda. Dimana semakin tinggi tingkat resiko suatu negara semakin tinggi pula tingkat suku bunga untuk mengkompensasi resiko tersebut.

Formulasi dari suku bunga domestik yang disesuaikan dengan tingkat resiko di tiap negara menjadi :

r = r* + q……….(2.21)

Dimana :

commit to user

58

r* : Suku bunga asing

q : Resiko domestik

Hal ini pun akan mempengaruhi persamaan dalam pasar barang dan jasa yang dipresentasikan oleh persamaan kurva IS-LM :

IS* à Y = C (Y-T) + I(r* + q) + G + NX (e) >...(2.22) Dimana :

IS : Investment dan Saving Y : Pendapatan/agregat demand

C : Konsumsi

T : Pajak

r* : Suku bunga asing q : resiko

NX : Netto Eskpor (Ekspor-Impor)

LM* à Y = L (r* + q , Y………(2.23)

Dimana :

LM : Liquidity of Money Y : Pendapatan

commit to user

59 r* : Suku bunga asing

q : resiko

Peningkatan resiko dalam suatu negara (misalkan karena adanya kemelut politik atau gangguan keamanan di satu negara) akan meningkatkan premi resiko (q ) sehingga suku bunga domestik juga naik. Hal ini memiliki dua dampak; di pasar barang (IS*) kenaikan suku bunga akan menurunkan investasi, sedangkan di pasar barang (LM*) hal ini akan menurunkan permintaan uang sehingga menaikkan tingkat pendapatan untuk penawaran uang tertentu. Hasilnya adalah penurunan nilai tukar atau depresiasi bagi negara yang bersangkutan. Secara grafis hal ini diperlihatkan sebagai berikut:

Grafik 2.3

Kenaikan dalam Premi Resiko

Sumber : Mankiw ,Gregory. 1999. Teori Makroekonomi .Erlangga. Hal:306. LM*1 LM*2 IS*1 IS*2 e Y

commit to user

60 Sedangkan dampak pada ekpektasi kurs mendorong terjadinya ekspektasi kurs tesebut dimasa kini. Misalnya jika masyarakat mengekspektasikan suatu mata uang akan mengalami apresiasi maka nilai tukar dari mata uang tersebut akan mengalami apresiasi pada masa kini.

b. Permintaan Tabungan

Suku bunga atau tingkat bunga adalah suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang dibayarkan kepada kreditur (Sunariyah, 2006:80). Menurut ekonomi klasikal, permintaan dan penawaran investasi pada pasar modal menentukan tingkat bunga. Tingkat bunga akan menentukan tingkat keseimbangan antara jumlah tabungan dan permintaan investasi. Adapun tingkat bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan, yaitu penawaran tabungan dan permintaan investasi.

Menurut teori abstinence, tabungan adalah selisih antara pendapatan dan konsumsi. Dengan asumsi tingkat pendapatan adalah sama, maka konsumen yang mengkonsumsi dengan jumlah kecil akan mempunyai tabungan yang lebih besar. Dalam rumah tangga dipertimbangkan sejumlah faktor untuk menentukan berapa banyak uang yang akan dikonsumsi sekarang. Faktor-faktor tersebut termasuk bunga, sebab bunga dianggap sebagai suatu imbalan dari debitur

commit to user

61 kepada kreditur untuk waktu tertentu sampai kreditur mendapatkan uangnya kembali pada masa yang akan datang. Konsumen yang rasional akan memilih konsumsi sekarang dari pada masa yang akan datang, kecuali kalau ada alas an yang kuat untuk memilih konsumsi di masa yang akan datang.

Lebih lanjut, bunga diasumsikan memiliki perana penting untuk menentukan jumlah tabungan. Tingkat bunga yang tinggi akan mendorong masyarakat konsumen menabung dan menginvestasikan kelebihan dananya daripada digunakan untuk konsumsi sekarang. Apabila konsumen mengharap barang dan jasa yang lebih baik dari sejumlah uang pada masa yang akan datang, maka keputusannya adalah menabung. Menurut ekonom klasikal, bunga merupakan suatu alternatif dari berbagai pilihan untuk mengoptimalkan uang, antara lain dapat berinvestasi ke pasar modal, atau menabung dengan tingkat bunga tertentu.

commit to user

62 Grafik 2.4

Hubungan Tingkat Bunga dan Tabungan

Sumber : Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. YKPN Hal: 83.

Jika tingkat bunga adalah sebesar R1 maka tingkat tabungan

akan berada pada posisi S2. Ketika tingkat suku bunga dinaikkan ke

level R2 maka masyarakat yang tadinya menggunakan uangnya untuk

konsumsi akan mengalihkan dana mereka ke tabungan. Posisi S1 akan

bergeser ke S2 yang artinya jumlah tabungan bertambah seiring

dengan meningkatnya suku bunga. Namun dalam hal ini apabila tingkat bunga meningkat maka perusahaan akan enggan meminjam dana dan lebih memilih untuk menggunakan dana internal apabila memadai.

Tingkat Suku Bunga R R2 1 R S 1 S 2 S Jumlah Tabungan 1 S 2 S Jumlah Tabungan

commit to user

63 c. Permintaan investasi

Jumlah dana yang dapat digunakan untuk investasi merupakan faktor penentu tingkat bunga. Tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya tabugan masyarakat. Suatu unit usaha bisnis akan memerlukan dana untuk ekspansi proyek perusahaan. Jika tingkat bunga di pasar menarik bagi investor, maka unit bisnis akan melakukan permintaan dana untuk investasi. Jadi, tinggi rendahnya tingkat bunga akan menentukan pengeluaran investasi.

Grafik 2.5

Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi

Sumber : Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal.YKPN Hal: 85.

Ekonomi klasikal mengemukakan bahwa hubungan permintaan dana untuk modal investasi dengan tingkat bunga di pasar adalah

Tingkat Suku Bunga R R2 1 R I 1 S S2 Jumlah Tabungan

I1 I2 Jumlah Pengeluaran Investasi

commit to user

64 negatif. Ini berarti bahwa kurva permintaan untuk investasi ber-slope negatif. Jadi apabila tingkat bunga naik dari level R1 ke level R2

maka jumlah pengeluaran investasi akan berkurang dari level I2 ke

1

I . Artinya adalah apabila tingkat bunga pasar tingg, volume modal investasi yang diminta turun.

d. Keseimbangan Tingkat Bunga (Teori Klasik)

Ekonomi klasik berpendapa bahwa tingkat bunga pasar ditentukan oleh keseimbangan antara penawaran tabungan dan permintaan investasi. Lebih lanjut, tingkat suku bunga adalah titik pertemuan atau titik potong antara penawaran tabungan dengan permintaan investasi. Misalnya jumlah permintaan tabungan di pasar pada tingkat bunga i adalah 0 unit. Jumlah pengeluaran investasi yang diminta pada tingkat i adalah 0 unit. i adalah kesimbangan tingkat bunga dan Q adalah keseimbangan unit kuantitas yang diminta dan yang ditawar oleh pasar. Titik ini selalu berpindah dan tidak pernah berada pada titik tertentu untuk jangka panjang. Meskipun titik ini akan selalu mencoba untuk tetap berada pada titik E dalam waktu yang lama. Titik ini diilustrasikan pada grafik 2.6 dibawah sebagai berikut.

commit to user

65 Grafik 2.6

Hubungan Tingkat Bunga, Jumlah Tabungan dan Investasi

Sumber : Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal.YKPN Hal: 86.

e. Teori Preferensi Likuiditas Tingkat Bunga

Teori ini ini berhubungan dengan ekonom inggris John Maynard Keynes yang telah mengkritik teori ekonomi klasik tentang pengembangan teori tingkat bunga. Menurut Keyness, teori klasik berlaku hanya untuk bunga jangka panjang. Keyness mengembangkan teori preferensi likuiditas (liquidity preference) ini untuk menjelaskan bunga jangka pendek.

Keyness mengatakan bahwa tingkat bunga merupakan pembayaran untuk penggunaan s ebuah sumber daya yang langka (uang). Tingkat bunga adalah harga yang dikeluarkan debitur untuk

Tingkat Suku Bunga R i I 1 S S2 Jumlah Tabungan

Q Volume of Savings and Investments

I S

commit to user

66 mendorong seorang kreditur memindahkan sumber daya langka tersebut., Akan tetapi, uang yang dikeluarkan debitur tersebut menerima kemungkinan adanya kerugian berupa resiko tidak diterimanya tingkat bunga tertentu.

Di dalam teori ini ada 2 maca investasi yang dikembangkan, yaitu uang dan obligasi. Uang merupakan kekayaan yang paling likuid karena yang mempunyai kemampuan untuk membeli setiap saat. Sedangkan surat obligasi tidak dapat untuk membeli sesuatu kecuali kalau diubah terlebih dahulu dalam bentuk tunai.

Menurut Keyness, permintaan terhadap uang merupakan tindakan rasional. Meningkatnya permintaan uang akan menaikkan tingkat suku bunga. Investasi pada surat obligasi pada saat bunga naik mengakibatkan kerugian capital gain. Misalnya, apabila bunga naik setiap periode, investor akan menunggu hingga tingkat bunga obligasi maksimal sehingga investor akan melakukan investasi pada obligasi tersebut. Sedangkan apabila investor melakukan investasi pada saat bunga belum maksimal investor akan mengalami kerugian sebesar tingkat kenaikan bunga obligasi tersebut. Dari segi lain, apabila tingkat bunga turun, permintaan surat berharga akan naik. Berarti bahwa harga surat obligasi akan meningkat. Sehingga investor akan memperoleh sebuah capital gain jika menjual obligasi tersebut.

commit to user

67 Seorang investor akan melakukan investasi pada saat harga obligasi di pasar rendah dan akan menjual pada saat harga obligasi naik. Jadi, jumlah uang tunai untuk motif spekulasi tergantung pada harga atau tingkat bunga yang dibayarkan. Pada tingkat bunga rendah, investor memperkirakan bahwa tingkat bunga akan segera naik, sehingga investor melakukan permintaan uang untuk menyiapkan diri terhadap penurunan harga obligasi. Pada tingkat bunga tinggi, investor akan memperkirakan bahwa tingkat bunga akan segera turun dan harga obligasi akan segera naik, akibatnya permintaan akan uang akan menurun dan permintaan untuk obligasi meningkat. Jadi tingkat bunga yang tinggi akan mendorong investor untuk mengurangi permintaan uang dan membeli obligasi.

Keseimbangan dari penawaran dan permintaan uang yang akan diminta menentukan tingkat bunga jangka pendek pada suatu pasar. Kekuatan keseimbangan penawaran dan permintaan uang terletak pada tingkat bunga pada suatu pasar. Unit-unit suatu ekonomi membeli obligasi sehingga mengurangi uang pokok yang ada pada sirkulasi masyarakat. Dari sisi lain, dibawah titik keseimbangan, jumlah uang yang diminta akan melebihi jumlah uang yang ditawarkan. Investor akan menjual obligasinya untuk menaikkan tingkat bunga sampai ke titik keseimbangan.

commit to user

68 f. Keseimbangan Tingkat Bunga pada Teori Dana

Pinjaman

Teori ini menggunakan asumsi bahwa tingkat bunga ditentukan antara kekuatan permintaan dan penawaran dana pinjaman. Kekuatan dana pinaman dalam suatu perekonomian berasal dari 3 segmen yaitu pemerintah, masyarakat dan unit bisnis. Masyarakat memiliki kekuatan dana pinjaman untuk keperluan konsumsi sedangkan unit bisnis

memerlukan dana pinjaman untuk ekspansi perusahaannya.

Pemerintah dalam konteks permintaan dana pinjaman memainkan perannya untuk memenuhi kebutuhan sosial warga negaranya.

Penawaran dana pinjaman berasal dari berbagai macam aktivitas. Tabungan domestik yang berasal dari berbagai segmen seperti pemerintah, masyarakat dan kalangan bisnis akan menyuplai kebutuhan dana pinjaman di dalam perekonomian. Selain itu aktivitas seperti peminjaman dana kepada institusi perbankan luar negeri seperti Bank Dunia akan ikut mensuplai kebutuhan dana pinjaman domestik.

commit to user

69 \Grafik 2.7

Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi

Sumber : Sunariyah. 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal.YKPN Hal: 94.

Perpotongan antara permintaan dana pinjaman dan penawara dana pinjaman akan menentukan tingkat bunga di pasar dan kuantitas dana pinjaman. Titik perpotongan tersebut kita sebut titik E, dengan tingkat bunga setinggi i dan volume dana yang dipinjam di pasar modal sebesar q. Kurva DD adalah permintaan dana pinjaman dan kurva SS adalah penawaran dana pinjaman. Q adalah kuantitas dana pinjaman yang diminta dan i adalah tingkat suku bunga sekarang dalam suatu pasar.

Tingkat Suku Bunga R i D 1 S 2 S Jumlah Tabungan

q Jumlah Dana Pinjaman

D S

commit to user

70 B. Penelitian Terdahulu

1. Prediksi IHSG dengan Model GARCH dan Model ARIMA (Nachrowi dan

Usman, 2007:73-91)

Penelitian yang dilakukan oleh Nachrowi dan Usman (2007) mempergunakan IHSG Indonesia (Jakarta Composite Index) sebagai variable dependen dan variabel independennya adalah IHSG NIKKEI (Jepang), Dow Jones (Amerika), IHSG SET (pasar modal Thailand) dan kurs dollar terhadap rupiah. Nachorowi dan Usman mempergunakan model GARCH karena model ini dapat mengatasi masalah varians residual yang hetereokedastis. Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa hubungan antara IHSG dan NIKKEI adalah searah dimana ketika NIKKEI mengalami apresiasi maka IHSG akan ikut terkena imbasnya melalui penguatan di pasar modal pula. Hal serupa juga terjadi dimana hubungan antara Dow Jones dan IHSG adalah searah.

Hasil penelitian sebelumnya oleh Nachrowi dan Novita (2005) mengatakan bahwa pasar modal negara yang kuat mempengaruhi pasar modal negara berkembang. Sedangkan hubungan antara IHSG dan SET adalah negatif. Dalam awal penelitiannya Nachrowi dan Usman (2007) mengemukakan bahwa hubungan negatif yang terjadi antara IHSG dan SET (Thailand) adalah karena pemindahan aset dikarenakan kondisi geopolitik Thailand saat itu tidak memungkinkan untuk melakukan investasi.Dan hubungan negatif yang terjadi antara IHSG dengan kurs dikarenakan ketika dollar menguat maka investor akan cenderung beralih memegang dollar dan

commit to user

71 menjual saham di pasar modal sehingga terjadi panic selling. Keadaan ini pada akhirnya akan menyebabkan pasar modal tertekan dan mengalami pelemahan.

2. The Relationship between Stock Prices and Exchange Rates Evidence from Turkey (Aydemir dan Dermirhan, 2009:27-215).

Penelitian yang dilakukan oleh Aydemir dan Demirhan (2009) menekankan pada pola hubungan antara nilai tukar dan harga saham. Dalam penelitian ini, keduanya mengemukakan bahwa penguatan harga saham dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain performa perusahaan atau emiten, nilai tukar, suku bunga, indeks harga sama negara lain dan sebagainya. Nilai tukar mempengaruhi performa perusahaan melalui arus kas, investasi dan jumlah keuntungan. Aydemir dan Demirhan mengatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara nilai tukar dan harga saham. Ketika nilai tukar melemah maka akan menurunkan kekayaan domestik yang kemudian akan memicu pelemahan nilai tukar dan menurunkan tingkat suku bunga. Pelemahan indeks harga saham yang dicerminkan melalui pelemahan harga saham akan memicu investor untuk melepas aset dan mata uang domestik.. Pergeseran permintaan dan penawaran valuta asing menyebabkan pelarian modal ke luar negeri (capital outflow) serta depresiasi nilai tukar. Kesimpulan yang dikemukakan oleh Aydemir dan Demirhan (2009) bahwa hubungan antara nilai tukar dan harga saham adalah negatif.

commit to user

72 3. The Relationship between Exchange Rate and Stock Prices during the

Quantitative Easing Policy Japan (Kurihara, 2006: 375-386).

Bank of Japan (Bank Sentral Pemerintah Jepang) mengeluarkan kebijakan moneter yang bersifat longgar untuk merangsang harga saham dengan tujuan memperbaiki perekonomian. Kurihara melakukan penelitian mengenai hubungan antara variabel makro ekonomi terhadap harga saham. Penelitian ini memperhatikan nilai tukar (exchange rate) dan suku bunga yang dikeluarkan oleh BoJ (Bank of Japan) sebagai variabel independen yang mempengaruhi variabel harga saham khususnya di indeks NIKKEI. Kurihara (2006) memilih tingkat suku bunga sebagai variabel karena tingkat suku bunga merupakan determinan dari harga saham. Selain variabel makro ekonomi suku bunga dan harga saham , variabel makro lainnya yaitu nilai tukar dan harga saham di Amerika memainkan peranan pentingnya dalam menentukan harga saham domestik (NIKKEI) (Kurihara, 2006). Campbell dan Ammer (1993) dalam Kurihara (2006) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara suku bunga dan harga saham .

Harga saham ini merupakan cerminan dari indeks harga saham gabungan. Sebagai negara yang berbasis ekspor maka Kurihara (2006) menyimpulkan bahwa depresiasi terhadap mata uang domestik (yen) menyebabkan harga saham meningkat ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas ekspor perusahaan dalam negeri. Sedangkan untuk variabel harga saham Amerika yaitu DJIA (Dow Jones Industrial Average) Kurihara (2006) mendapatkan hubungan yang

commit to user

73 signifikan karena ekonomi Jepang dan Amerika berhubungan sangat erat terutama dari segi ekspor dan impor. Di lain sisi, Kurihara (2006) mendapatkan hubungan yang tidak signifikan antara suku bunga dan harga saham karena pemerintah jepang dalam masa penelitian ini melakukan kebijakan suku bunga yang hampir mendekati nol untuk mengatasi deflasi. 4. Analysis of the Long-term Relationship between Macroeconomics

Variables and the Chinese Stock Market Using Heterocedastic Cointegration (Liu dan Shrestha 2008:744-755).

Penelitian yang dilakukan oleh Liu dan Shrestha (2008) bertujuan untuk menginvestigasi hubungan antara pasar modal dan beberapa variabel makro ekonomi seperti nilai tukar, suku bunga, inflasi, penawaran uang dan produkvitas industri. Fama (1981) dan Schwert (1990) dalam Liu (2008) melakukan penelitian mengenai dampak suku bunga, nilai tukar dan aktivitas riil terhadap harga saham di pasar modal. Liu dan Shrestha(2008) menyatakan bahwa tingkat suku bunga yang rendah menyebabkan depresiasi nilai tukar ini bertujuan untuk memacu roda perekonomian melalui ekspansi kredit. Variabel suku bunga dan nilai tukar dalam pengamatan Liu dan Shrestha (2008) menunjukkan hubungan yang negatif. Nilai tukar menurut Liu dan Shrestha (2008) mempengaruhi perusahaan terutama dari sisi arus kas dan keuantungan. Untuk variabel suku bunga Liu dan Shrestha (2008) menyatakan bahwa suku bunga dan harga saham memiliki hubungan yang negatif dan signifikan. Hubungan yang negatif ini dikarenakan apabila terjadi perubahan

commit to user

74 suku bunga maka akan ikut merubah proyeksi keuntungan perusahaan sehingga investor ragu untuk berinvestasi.

Dokumen terkait