• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KURS NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN INDEKS NIKKEI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) TAHUN 2007 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KURS NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN INDEKS NIKKEI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) TAHUN 2007 2010"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

NIKKEI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) TAHUN 2007-2010

Skripsi

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

Eko Yuono (F0107007)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv Karya ini penulis persembahkan untuk:

Allah SWT

(5)

commit to user

v Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati, penulis memanjatkan puji

syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya yang telah memberikan

kesempatan berproses sehingga dapat menyelasaikan skripsi yang berjudul

”Pengaruh Kurs Nilai Tukar, Suku Bunga Deposito dan Indeks Nikkei terhadap

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Tahun 2007-2010 ”. Skripsi ini

dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1

pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi UNS yang telah memberikan wawasan

mengenai dan pengaruh ilmu fiskal saya selama di FE UNS .

3. Ibu Siti Aisyah Tri R., SE, Msi., selaku Pembimbing yang telah memberikan

izin penelitian dan bimbingan yang luar biasa. Mohon maaf apabila saya

merepotkan, tetapi anda adalah dosen dan pembimbing yang luar biasa.

4. Ibu Dr. Yunastiti Purwaningsih dan Drs. Sutomo, MS, selaku Pembimbing

Akademik. Ilmu yang anda ajarkan dikelas Ekonomi SDM tidak akan

terlupakan Pak.

5. Ibu Dwi Prasetyani, SE, Msi yang memberikan pendidikan luar biasa bersama

(6)

commit to user

vi Makro, terima kasih bu. Bapak Dr. A. Suryantoro, MS yang memberikan saya

pengaruh ilmu evaluasi proyek, kelas yang menyenangkan untuk berdiskusi

pak. Bapak Dr. AM. Susilo, MS, untuk kelas perencanaan pembangunan yang

luar biasa. Bapak Joko Nugroho, Drs, ME, untuk ilmu matematika ekonomi

yang selalu terpakai hingga saat ini.

7. Ibu Tri Mulyaningsih SE, M.Si dan Ibu Nurul Istiqomah, SE, M.Si yang

benar-benar memberikan kelas statistika ekonomi yang menyenangkan. Bapak

Hari Murti, Drs, M.Si yang memberikan mata kuliah Metodologi Penelitian.

Bapak Mugi Rahardjo, Drs, M.Si berkat anda saya menyukai konsentrasi

ekonomi SDA pak terima kasih. Ibu Nunung Sri Mulyani, Dra yang

memberikan saya dasar ekonomi mikro yang kuat. Pak Sri Mulyono, Drs,

M.Si, yang memberikan ilmu moneter pertama saya di FE UNS.

8. Bapak Wahyu Agung Setyo, Drs, M.Si., yang mengajarkan mengenai ilmu

koperasi dan ekonomi internasional yang luar biasa, anda benar-benar

qualified pak. Pak Vinc Hadiwiyono, Drs, MA yang sering berdiskusi saya

bersama Bapak Bhimo Rizky SE, M.Si., terima kasih atas segala

masukannya.Bapak Sutanto, Drs, M.Si.,yang memberikan mata kuliah

ekonomi internasional terima kasih atas ilmunya pak.

9. Bapak Sumardi, SE, ilmu keuangan daerah yang anda ajarkan sangat senang

untuk saya aplikasikan di daerah saya, terima kasih pak. Bapak Riwi

Sumantyo, SE, Msi, terima kasih atas ilmu LQ, Shift Share dan kelas di

(7)

commit to user

vii pentingnya berlaku jujur dalam dunia pendidikan, terima kasih pak.

10. Bapak Dr. Guntur Riyanto, M.Si., kelas pertanian sangat menyenangkan pak,

dan saya tahu anda pribadi yang qualified dalam ilmu ekonomi pertanian pak.

Bapak Bambang Irawan, SE, M.Si., yang benar-benar memberikan saya

pengetahuan bahwa dunia luas, saya ingin memiliki wawasan seperti anda

nantinya pak, terima kasih atas kelas kelas Perekonomian Indonesia yang luar

biasa.

11. Bapak Akhmad Daerobi, Drs, MS, Bapak Bambang Supriyanto, SE, Bapak

Mulyanto, Drs, ME, Bapak Heri Sulistyo Jati N., SE, Bapak Lukman Hakim,

SE, Msi, Bapak Supriyono, Drs serta Bapak Tetuko Rawidyo, SE, Msi

walaupun tidak pernah menerima ilmu langsung dari anda, namun terima

kasih atas waktu yang diberikan untuk berdiskusi sekedarnya dengan saya.

12. Seluruh staff kemanan RS Islam Klaten karena telah mengizinkan saya

mengerjakan skripsi ini di ruang gawat darurat selama hampir 2 bulan.

13. Tim Basket FE UNS dan UBB UNS, Futsal E-United dan Jatas FC walau

hanya sebentar bersama tapi sangat berkesan.

14. Ibu, yang berkali-kali mendengar anaknya kesakitan lahir dan batin. Bapak

yang tak pernah lelah bekerja, serta Nita, adik kecil yang akan kujadikan

dokter nantinya.

15. Untuk Ery Prabasari, alumni Manajemen FE UNS 2006 sebagai kekasih yang

mendukungku selama 3 tahun di UNS, semoga kamu segera sadar dari

(8)

commit to user

viii akan datang demi cita-cita kita berdua.

16. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, kami

mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT selalu memberikan

rahmat-Nya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi wacana pengembangan penelitian Ilmu

Ekonomi dan Studi Pembangunan, khususnya konsentrasi ekonomi moneter dan

implikasinya pada tataran empiris dan praktis. Segala kritik dan saran yang

bersifat membangun kepada penulis diterima dengan senang hati.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Surakarta, 09 Juni 2011

(9)

commit to user

ix

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

c. Metode Perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan ... 20

e. Perhitungan Harga Teoritis dan Penyesuaian Nilai Dasar ... 23

f. Teori Permintaan Aset ... 33

g. Efficient Market Theory ... 39

h. Hipotesis Random Walk ... 42

2. Nilai Tukar Mata Uang ... 44

(10)

commit to user

x

c. Sistem Nilai Tukar Mata Uang ... 46

d .Nilai Tukar Riil ... 47

e. Interest Parity Condition ... 48

f. Peran Suku Bunga Terhadap Pembentukan Nilai Tukar ... 51

g. Interest Arbitrage ... 54

3. Suku Bunga a. Perbedaan Tingkat Bunga ... 56

b. Permintaan Tabungan ... 60

c. Permintaan Investasi ... 63

d. Keseimbangan Tingkat Bunga (Teori Klasik) ... 64

e. Teori Preferensi Likuiditas Tingkat Bunga ... 65

f. Keseimbangan Tingkat Bunga pada Teori Dana Pinjaman ... 68

B. Penelitian Terdahulu ... 69

C. Kerangka Penelitian ... 74

D. Hipotesis ... 75

BAB III METODE PENELITIAN ... 78

A. Desain Penelitian ... 77

B. Ruang Lingkup Penelitian ... 78

C. Defenisi Operasional Variabel ... 79

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 79

2. Kurs Nilai Tukar ... 80

3. Indeks Nikkei ... 80

4. Suku Bunga Deposito 3 Bulan ... 80

D. Metode Pengumpulan Data ... 81

E. Metode Analisis Data ... 81

1. Uji Pemilihan Model ... 83

2. Pembentukan Model Autoregressive Distributed Lag ... 86

(11)

commit to user

xi

5. Uji Statistik ... 93

5. Membentuk Variabel Jangka Panjang pada Model ARDL ... 95

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 99

A. Gambaran Umum Variabel IHSG ... 101

B. Gambaran Umum Variabel Kurs Nilai Tukar ... 112

C. Gambaran Umum Variabel Suku Bunga Deposito 3 Bulan ... 121

D. Gambaran Umum Indeks Nikkei ... 129

E. Pemilihan Model ... 138

F. Pembentukan Model Autoregressive Distributed Lag ... 140

G. Pemilihan Tingkat Lag Optimum ... 142

H. Uji Asumsi Klasik ... 144

K. Goodness of Fit atau Koefisien Determinasi ... 149

I. Interpretasi Hasil ... 150

(12)

commit to user

xii

Tabel Halaman

4.1 Hasil Uji MWD ... 139

4.2 Hasil Regresi Model Log-linier ... 141

4.3 Pemilihan Lag Optimum ... 142

4.4 Hasil Regresi Model ARDL ... 143

4.5 Koefisien Jangka Panjang dan Jangka Pendek Model ARDL ... 143

4.6 Hasil Uji Normalitas ... 144

4.7 Hasil Uji Multikolinieritas ... 146

4.8 Hasil Uji Autokorelasi ... 147

4.9 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 147

(13)

commit to user

xiii DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

2.1 Efek Kenaikan Tingkat Suku Bunga terhadap Mata Uang Domestik ... 52

2.2 Efek Kenaikan Tingkat Pengembalian Mata Uang Asing.... ... 53

2.3 Kenaikan dalam Premi Resiko. ... 59

2.4 Hubungan Tingkat Bunga dan Tabungan ... ... 62

2.5 Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi ... 63

2.6 Hubungan Tingkat Bunga, Jumlah Tabungan dan Investasi... 65

4.1 Pergerakan IHSG tahun 2007 ... 101

4.9 Pergerakan Suku Bunga Deposito tahun 2007 ... 121

4.10 Pergerakan Suku Bunga Deposito tahun 2008 ... 122

4.11 Pergerakan Suku Bunga Deposito dan BI Rate ... 124

4.12 Pergerakan Suku Bunga Deposito Tahun 2009 ... 125

4.13 Pergerakan Suku Bunga Deposito tahun 2010 ... 127

4.14 Pergerakan Indeks Nikkei tahun 2007 ... 129

4.15 Pergerakan Indeks Nikkei tahun 2008 ... 131

4.16 Pergerakan Indeks Nikkei tahun 2009 ... 133

(14)

commit to user

xiv DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 74

3.1 One-Tail Test Level of Significance... 95

3.2 One-Tail Test Level of Significance... 97

(15)

commit to user

i

PENGARUH KURS NILAI TUKAR, SUKU BUNGA DEPOSITO DAN INDEKS NIKKEI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)

TAHUN 2007-2010

ABSTRAK

Eko Yuono

F0107007

Penelitian ini meneliti dampak kurs nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, Indeks Nikkei dan Suku Bunga Deposito 3 bulan terhadap IHSG. Tujuan penelitian ini adalah melihat hubungan yang terjadi antara variabel independen dengan dependen yaitu kurs nilai tukar terhadap IHSG, indeks Nikkei terhadap IHSG dan suku bunga deposito terhadap IHSG.

Penelitian ini menggunakan model Autoregressive Distributed Lag

(ARDL) dengan alasan terdapat masalah spurious regression apabila melakukan estimasi dengan model loglinier. Model ARDL merupakan model yang memasukkan variabel lag di sisi kanan persamaan baik variabel independen dan dependen. Data yang digunakan adalah data bulanan dari tahun 2007-2010. Pemilihan model menggunakan uji MWD dan memberikan hasil bahwa model yang tepat adalah model loglinier. Lag yang dipilih dalam penelitian ini adalah lag t-1 dan dipilih menggunakan parameter SIC.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa kurs nilai tukar, dan indeks Nikkei berpengaruh signifikan terhadap IHSG dengan tingkat signifikansi masing-masing sebesar 0.0009 dan 0.0313 pada tingkat kesalahan 5%. Sedangkan untuk suku bunga deposito 3 bulan tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap IHSG pada tingkat kesalahan 5%. Hubungan antara IHSG dan indeks Nikkei adalah positif dimana apabila indek Nikkei mengalami penguatan sebesar 1% maka IHSG akan ikut menguat sebesar 2.93% pada jangka panjang . Hubungan antara kurs nilai tukar dan IHSG adalah negatif, apabila kurs mengalami depresiasi maka IHSG akan tertekan sebesar 4.98%. Variabel suku bunga deposito 3 bulan t-1 tidak signifikan sehingga koefisien suku bunga tersebut dianggap sebesar -1.00 yang artinya kenaikan tingkat suku bunga 1% akan memberikan efek pada turunnya IHSG sebesar 1%.

Untuk memacu kinerja pasar modal domestik, Pemerintah dapat mempergunakan peluang depresiasi nilai tukar. Variabel suku bunga deposito tidak memberikan efek kepada perubahan IHSG sehingga Pemerintah tidak perlu menggunakan instrumen kebijakan suku bunga deposito untuk mengendalikan pasar modal. Kinerja Nikkei yang searah dengan IHSG menunjukkan bahwa terdapat peluang untuk pengembangan pasar modal domestik melalui pihak asing.

(16)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Liberalisasi perekonomian dunia menyebabkan hubungan ekonomi antar

negara menjadi lebih erat ketimbang satu dasawarsa yang lalu. Integrasi

perekonomian yang terjadi di dunia terjadi secara perlahan namun pasti. Kawasan

Asia Tenggara yang ditempati oleh Indonesia dan beberapa negara tetangga

menunjukkan geliatnya dalam melakukan aktivitas ekonomi bersama. Dampaknya

adalah globalisasi di bidang perekonomian sehingga siapa saja dapat menanamkan

modalnya di berbagai negara tanpa ada batasan wilayah.

Salah satu indikator makro yang paling diperhatikan adalah Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG). Gerakan indeks harga saham suatu negara dapat

dijadikan sebagai salah satu tolak ukur untuk melihat kondisi perekonomian

negara tersebut secara makro (Nachrowi dan Usman, 2007). Sepanjang tahun

2007, kinerja IHSG menunjukkan hasil yang positif berupa penguatan dari level

1757 pada Januari 2007 ke level 2754 pada Desember 2007 atau sebesar lebih dari

60% dari awal tahun.

Krisis surat utang yang terjadi di Amerika pada tahun 2008 menggerus

perekonomian global terutama dari sisi permintaan negara maju seperti Amerika

dan Uni Eropa. Pertumbuhan ekspor Indonesia yoy (Year on Year) semenjak

(17)

commit to user

2 dari semula 13,6% pada kuartal pertama sampai kepada level 1,6% pada kuartal

keempat (Bank Indonesia, 2009:7). Tergerusnya pertumbuhan ekspor Indonesia

dibarengi dengan lesunya perdagangan saham di bursa efek yang hanya mencapai

angka perdagangan saham rata-rata 50 milyar lembar dari bulan November 2008

hingga maret 2009 (Bank Indonesia, 2008:104-105). Bandingkan dengan

bulan-bulan berikutnya yaitu Agustus 2009 dimana jumlah saham yang diperdagangkan

mencapai angka 188 milyar lembar yang menandakan ekonomi mulai bergeliat

dari sisi pasar modal. Apabila perekonomian suatu negara dalam keadaan baik,

maka IHSG juga memiliki pola yang baik dalam arti memiliki trend meningkat.

Sedangkan apabila trend perekonomian Indonesia menurun, IHSG cenderung

terkena imbasnya dengan mengalami koreksi atau penurunan (Novita dan

Nachrowi, 2006).

Sementara itu, dalam era globalisasi yang semakin menyatukan aktivitas

perekonomian global, membuat indeks bursa saham di dunia saling terkait melalui

pergerakan modal dan kordinasi kebijakan antar negara (Valdkhani dan

Chancarat, 2008). Keterkaitan ini mengakibatkan aliran dana antar negara

mengalir sangat deras baik itu dalam bentuk capital inflow atau capital outflow.

Masuknya dana asing ke dalam perekonomian suatu negara disebut dengan

capital inflow (Aydemir dan Demirhan, 2009). Aliran dana ini ibarat darah segar

bagi pertumbuhan positif IHSG dalam negeri, terlebih bagi negara berkembang

(18)

commit to user

3 menentukan apakah investor akan bertahan atau keluar dari aktivitas investasinya

(Ayemir dan Demirhan, 2009).

Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa perekonomian negara saat

sekarang ini saling mempengaruhi karena terintegrasi satu sama lainnya. Ekonomi

negara yang lebih kuat mempunyai kencenderungan mendominasi negara yang

perekonomiannya lebih lemah (Wondabio, 2006). Hatten Marry Louise (1986)

dalam Wondabio (2006) mengatakan bahwa suatu negara yang memiliki modal

yang kuat pasti unggul dalam setiap transaksi perekonomian. Dengan asumsi

kapitalisasi pasar modal negara maju yang lebih besar dibanding negara

berkembang, maka dapat diambil suatu fenomena bahwa IHSG negara dengan

perekonomian yang kuat dapat mempengaruhi IHSG negara dengan

perekonomian yang lebih lemah (Nachrowi dan Usman dalam Nachrowi , 2007).

Masih dan Masih (1999) dalam Valadkhani dan Chancarat (2008) mengemukakan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara indeks harga saham negara maju

dengan indeks harga saham negara berkembang.

Indeks Nikkei adalah indeks perdagangan saham di negara Jepang.

Keterkaitan antara Jepang dan Indonesia dapat dikatakan sangat kuat karena

aktivitas perekonomian, terutama dari sisi ekpor. Jepang adalah negara tujuan

ekspor terbesar Indonesia. Negara Jepang merupakan konsumen nomor satu

ekspor material energi seperti minyak bumi dan batu bara yang berasal dari

Indonesia. Seiring dengan dominasi sektor energi di neraca ekspor kita, saham

(19)

commit to user

4 Sesuai dengan pendapat (Nachrowi dan Usman dalam Nachrowi , 2007)

mengatakan bahwa pasar modal negara kuat akan mempengaruhi pasar modal

negara berkembang maka dalam konteks ini indeks Nikkei akan mempengaruhi

IHSG. Nikkei memiliki kapitalisasi pasar modal yang lebih besar daripada

Indonesia. Sampai dengan Desember 2010 kapitalisasi rupiah berada pada level

3.243 triliun Rupiah sedangkan indeks Nikkei berada pada level 30.492 triliun

Rupiah atau hampir sepuluhs kali lipat IHSG.

Kurs rupiah terhadap USD memainkan peranan penting dalam

perekonomian utamanya di pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan

Indonesia cenderung memiliki hubungan yang negatif dengan kurs. Nachowi dan

Usman (2007) mengemukakan bahwa IHSG berhubungan negatif dengan kurs

nilai tukar Rupiah terhadap USD dimana apabila terjadi penguatan nilai tukar

Dollar dalam hal ini depresiasi Rupiah maka IHSG akan cenderung melemah.

Argumentasi ini pun dikuatkan oleh pendapat Wahyudi (2005) dalam Nachrowi

dan Usman (2007) dimana pasar modal dan pasar uang memiliki hubungan yang

negatif dalam jangka pendek. Pelemahan nilai tukar atau depresiasi juga

mempengaruhi kinerja IHSG di berbagai negara. Ajayi dan Mogue (1996) dalam

Murwaningsari (2008) berpendapat bahwa peningkatan jumlah harga saham

domestik mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai mata uang domestik dalam

jangka pendek dan berpengaruh postif dalam jangka panjang. Sedangkan

depresiasi mata uang berpengaruh negatif terhadap pasar modal baik dalam jangka

(20)

commit to user

5 2005,dalam Nachrowi dan Usman, 2007). Di sisi lain, Kurihara (2006) dan Batori

et al (2010) berpendapat bahwa depresiasi nilai mata uang justru akan

meningkatkan ekspor sehingga saham-saham di negara yang berorientasi pada

ekspor akan ikut meningkat. Novita dan Nachrowi (2006) mengatakan bahwa

indeks harga saham gabungan dipengaruhi oleh harga input dan output melalui

mekanisme depresiasi mata uang yang disebut dengan traditional approach.

Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap USD akan mempengaruhi kinerja

perusahaan-perusahaan di dalam negeri yang berorientasi impor karena harga

input produksi akan meningkat sehingga menurunkan daya saing perusahaan. Ini

sesuai dengan pendapat Novita dan Nachrowi (2006) bahwa perubahan nilai tukar

akan mempengaruhi daya saing internasional suatu perusahaan. Akibat dari

depresiai nilai tukar adalah menurunnya proyeksi keuntungan perusahaan yang

bergantung pada produk impor, sehingga apabila perusahaan ini terdaftar di bursa

efek maka sahamnya akan cenderung melemah (Liu dan Shrestha, 2008). Profit

yang berkurang ini dikarenakan harga input yang diimpor akan lebih mahal akibat

dari depresiasi (Aydemir dan Demirhan 2009). Hal ini senada dengan yang

dikatakan oleh Case dan Fair (2007:267) tentang hubungan yang negatif antara

kurs dan harga saham. Nilai tukar mempunyai pengaruh terhadap daya saing

perusahaan berkaitan dengan harga input dan outputnya (Joseph 2002 dalam

Aydemir dan Demirhan 2009). Namun, dalam kasus negara yang emitennya

berorientasi ekspor, depresiasi cenderung akan memperkuat indeks harga saham

(21)

commit to user

6 disebabkan oleh meningkatnya permintaan produksi barang dalam negeri yang

dieskpor . Peningkatan permintaan ini disebabkan oleh harga barang yang

cenderung murah akibat dari depresiasi. Pendapatan akan meningkat dari sisi

valuta asing sehingga investor akan cenderung menginvestasikan dananya ke

saham perusahaan-perusahaan tersebut. Mao Kao (1990) dalam Batori et al

(2010) mengatakan bahwa indeks harga saham gabungan memiliki hubungan

yang positif dengan depresiasi mata uang dan sebaliknya di negara yang

berorientasi impor.

IHSG Indonesia mencetak rekor tertingginya pada bulan Desember tahun

2010 di level 3703. Penguatan IHSG ini juga dikarenakan tingkat suku bunga (BI

rate) yang cenderung stabil di level 6,5% dalam kurun waktu 17 bulan semenjak

Agustus 2009 hingga Desember 2010. Suku bunga deposito perbankan juga

menunjukkan kestabilan di level 7%. Tingkat suku bunga yang tinggi akan

mempengaruhi IHSG secara negatif, artinya adalah apabila tingkat suku bunga

naik (dalam kasus ini adalah suku bunga deposito) maka IHSG akan cenderung

terkoreksi. Ini dikarenakan apabila semakin tinggi tingkat bunga maka belanja

investasi akan semakin kecil (Case dan Fair, 2007:171). Salah satu instrumen

belanja investasi adalah saham. Saham adalah salah satu sumber modal

perusahaan untuk berkespansi. Akibat lain dari kenaikan tingkat suku bunga

adalah kenaikan biaya produksi dan menurunkan daya saing produknya yang

berujung pada menurunnya proyeksi keuntungan perusahaan dimasa yang akan

(22)

commit to user

7 dibayarkan kepada para pemegang saham disebut sebagai dividen. Semakin besar

dividen yang dibagikan akan semakin besar harga sahamnya sehingga apabila

akibat kenaikan suku bunga akan menyebabkan laba perusahaan tertekan maka

harga saham pun akan ikut menurun (Case dan Fair, 2007:266). Jika tingkat suku

bunga yang dibayarkan bank kepada penabung naik, maka investor akan

beramai-ramai meletakkan dana mereka di perbankan daripada meletakkan dananya di

pasar modal (Olugunde et al 2006:156).

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada November 2008 memaksa

sektor perbankan menaikkan suku bunga deposito ke level lebih dari 10 % . Krisis

ini memicu jatuhnya IHSG ke level 1241 dari sebelumnya di level 1832 pada

bulan sebelumnya yaitu Oktober 2008. Pelemahan sebesar 30% dalam jangka

waktu yang hanya sebulan yaitu pada Oktober-November 2008 merupakan

sinyalemen buruk bagi perekonomian Indonesia. Pelemahan IHSG terjadi seiring

dengan melemahnya nilai tukar rupiah ke level lebih dari Rp 12.000 atau

mengalami pelemahan sebesar 20% dari sebelum sebelumnya yang berada di level

Rp 10.000

Disamping itu variabel suku bunga deposito juga ikut mempengaruhi

fluktuasi harga saham dan nilai tukar. Suku bunga deposito menjadi salah satu

tolak ukur masyarakat dalam menanamkan modalnya. Pemilik modal akan

mengalokasikan kekayaannya pada aset berdasarkan tingkat return dan resiko

yang ada pada suatu aset. Suku bunga deposito menjadi hal yang penting dalam

(23)

commit to user

8 modal di suatu negara. Apabila suku bunga cenderung naik, maka pemilik modal

akan mengalokasikan dananya ke dalam instrument investasi yang lain seperti

deposito (Novita dan Nachrowi, 2006). Liu dan Shrestha (2008) menemukan

hubungan yang negatif antara suku bunga dan indeks harga saham.

Namun seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia, maka suku

bunga deposito cenderung turun hingga sekarang berada pada level 7,2% untuk

rata-rata seluruh bank di Indonesia. Kestabilan nilai tukar yang dijaga oleh Bank

Indonesia dan suku bunga yang cenderung stabil ikut menyumbang penguatan

IHSG selain karena membaiknya perekonomian dunia. IHSG pun sempat

mencapai rekor tertinggi yaitu berada di level 3789 pada bulan Desember 2010.

Di banyak negara, suku bunga merupakan faktor paling penting dalam

mempengaruhi indeks harga saham (Kurihara, 2006). Integrasi yang terjadi di

pasar modal Indonesia semenjak tahun 1980 menyebabkan aliran modal masuk

(capital inflow) dari luar negeri semakin deras sehingga IHSG cenderung

menguat. Keadaan makro ekonomi yang stabil yaitu kestabilan nilai tukar dan

suku bunga, menarik para investor asing untuk berinvestasi di Indonesia (Bank

Indonesia, 2009:93). Artinya adalah IHSG Indonesia cenderung memberikan

imbal hasil yang baik sehingga investor tertarik untuk berinvestasi.

Peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Nilai tukar sebagai salah

satu variabel independen berpengaruh negatif terhadap IHSG seperti yang

(24)

commit to user

9 IHSG dapat ditunjukkan melalui 2 pendekatan yaitu pendekatan tradisional

(traditional approach) dan pendekatan keseimbangan portofolio (portofolio

balance approach) (Novita dan Nachrowi, 2006). Doong et al dalam Aydemir dan

Demirhan (2009) menyatakan bahwa hubungan antara nilai tukar dan harga saham

di Indonesia adalah negatif. Hubungan pasar modal antar negara juga telah

dijelaskan oleh Nachrowi dan Usman (2007) bahwa pasar modal yang lemah

dipegaruhi oleh pasar modal yang kuat. Dalam konteks kapitalisasi pasar, maka

indeks Nikkei merepresentasikan pasar modal yang lebih kuat dibandingkan

dengan IHSG. Kapitalisasi indeks Nikkei adalah lebih besar daripada kapitalisasi

IHSG. Sedangkan untuk variabel tingkat suku bunga, Olugunde et al (2006)

mendapatkan pengaruh negatif suku bunga terhadap indeks harga saham dimana

apabila suku bunga dinaikkan maka investor akan cenderung beralih dari

investasinya di pasar modal. Ini sejalan dengan pendapat (Sunariyah 2006:110)

yang menyatakan bahwa apabila tingkat bunga naik maka harga sekuritas (saham)

akan cenderung turun.

Berdasarkan uraian diatas dan penelitian sebelumnya maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan cakupan masalah Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) sebagai variabel dependen sedangkan kurs nilai tukar Rupiah

terhadap USD, Indeks Nikkei dan suku bunga deposito sebagai variabel

independen. Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh Kurs Nilai Tukar, Suku

Bunga Deposito dan Indeks Nikkei terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

(25)

commit to user

10 B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, untuk memberikan

batasan permasalahan dan pedoman arah penelitian, maka permasalahan yang

diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh yang negatif dari kurs nilai tukar terhadap

IHSG?

2. Apakah terdapat pengaruh yang negatif dari suku bunga deposito

terhadap IHSG ?

3. Apakah terdapat pengaruh yang positif dari indeks Nikkei terhadap

IHSG?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka

penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Menganalisis pengaruh kurs nilai tukar Rupiah terhadap IHSG.

2. Menganalisis pengaruh suku bunga deposito terhadap IHSG.

3. Menganalisis pengaruh indeks Nikkei terhadap IHSG.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dua aspek

yaitu aspek praktis dan aspek akademis.

1. Kegunaan praktis, penelitian ini dapat menghasilkan implikasi yang

(26)

commit to user

11 permasalahan perekonomian Indonesia terutama dalam bidang pasar

modal.

2. Kegunaan akademis, sebagai referensi bagi penelitian yang lebih lanjut

dan mendalam serta dapat memacu motivasi kepada peneliti lainnya

untuk melakukan penelitian sejenis dengan menggunakan metode yang

lain.

(27)

commit to user

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pasar Modal

Pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang

terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan

semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan

surat-surat berharga yang beredar (Sunariyah 2006:4). Pasar modal merupakan

sekumpulan institusi keuangan yang memberikan pinjaman jangka pendek

dan jangka panjang (Olugunde et al, 2006:154). Secara sempit pasar modal

adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan surat berharga. Di

dalam pasar ini, pihak yang kelebihan dana akan melakukan investasi

dalam surat-surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Selain itu pihak

yang ingin memperoleh dana akan melakukan listing terlebih dahulu

kepada badan otoritas pasar modal seperti yang baru-baru ini dilakukan

oleh PT KrakatauSteel dan perusahaan penerbangan Garuda Indonesia.

Pasar modal dirancang untuk investasi jangka panjang. Pengguna

pasar modal adalah individu-individu, pemerintah, organisasi dan

perusahaan. Pasar ini adalah tempat transkasi instrumen finansial seperti

sekuritas, saham dan obligasi dimana individu, pemerintah dan institusi

(28)

commit to user

13 2006). Perbedaan mendasar antara pasar uang dan pasar modal adalah

jangka waktunya, dimana pasar uang biasanya mempertemukan

permintaan dan penawaran jangka pendek, biasanya kurang dari 1 tahun

(Sunariyah 2006:11) (Olugunde et al, 2006).

a. Macam-Macam Pasar Modal

Aktivitas pasar modal secara umum dapat dibagi menjadi 2

yaitu pasar perdana (primary market) dan pasar sekunder

(secondary market) (Olugunde et al, 2006). Penjualan saham

termasuk sekuritas lainnya kepada masyarakat umumnya dilakukan

melalui 2 mekanisme pasar yaitu pasar perdana dan pasar

sekunder (Sunariyah 2006:12).

1)Pasar Perdana.

Menurut Paker (1987) dalam Sunariyah (2006:13)

pasar perdana adalah tempat penawaran saham dari

perusahaan yang menerbitkan saham (emiten) kepada

pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak sebelum

saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Saham

adalah surat berharga sebagai bukti pemilikan individu

maupun institusi dalam suatu perusahaan (Bursa Efek

Indonesia 2010:46). Ketika suatu sekuritas pertama kali

(29)

commit to user

14 di pasar perdana (Haugen 2001:20). Pasar perdana adalah

pasar finansial dimana sekuritas yang baru dilepas di pasar

seperti saham dan obligasi ditawarkan kepada publik oleh

institusi pemerintah (Mishkin 2004:26). Pasar perdana

berperan penting dalam pelepasan perdana sekuritas

(Olugunde et al, 2006). Pengertian tersebut menunjukkan,

bahwa pasar perdana merupakan pasar modal yang

memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya

untuk dijual pertama kalinya (penawaran umum) sebelum

saham tersebut dicatatkan di bursa.

Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh

penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public

(emiten) sesuai dengan analisis fundamental mengenai

perusahaan tersebut. Peran penjamin emisi selain

menentukan harga saham juga melakukan penjualan

langsung kepada investor di pasar perdana. Perusahaan

investasi perbankan biasanya berperan penting di pasar

perdana (Haugen 2001:20). Aktivitas initial public offering

(penawaran saham perdana) dilakukan di pasar perdana.

Initial public offering (IPO) adalah penawaran perdana

(30)

commit to user

15 Institusi pemerintah yang mewadahi IPO (Initial

Public Offering) Garuda Indonesia Airlines dan PT

Krakatau Steel yaitu Mandiri Sekuritas dan Danareksa

Sekuritas dapat dikatakan sebagai penjamin emisi.

Penjamin emisi biasanya mempersiapkan prospectus yaitu

brosur yang berisi informasi mengenai keadaan

fundamental suatu perusahaan untuk kemudian dianalisis

oleh investor potensial (Haugen 2001:20) dan (Jones,

2004:85).

2) Pasar Sekunder.

Pasar sekunder adalah tempat perdagangan

sekuritas (contohnya saham) setelah melewati masa

penawaran perdana. Pasar sekunder berguna bagi investor

untuk mengubah instrumen financial mereka (saham)

menjadi bentuk yang lebih likuid yaitu uang (Olugunde et

al, 2006). Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh

kekuatan permintaan dan penawaran antara pembeli dan

penjual (Sunariyah 2006:13).

Besarnya permintaan dan penawaran ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor : (a) faktor internal

(31)

commit to user

16 pada suatu perusahaan beserta kinerja yang dicapai. Hal

ini berkaitan dengan hal-hal yang seharusnya dapat

dikendalikan oleh manajemen. (b) faktor eksternal

perusahaan, yaitu hal-hal diluar kemampuan perusahaan

atau diluar kemampuan manajemen untuk mengendalikan.

Dari sudut pandang investor, keberadaan pasar

sekunder akan menjamin likuiditas sekuritas yang

memang sifatnya negotiable, artinya sekuritas itu dapat

diperjualbelikan oleh investor sesuai dengan

keinginannya. Dari sudut pandang badan usaha yang

membutuhkan dana jangka panjang, keberadaan pasar

sekunder merupakan wadah berkumpulnya dana dari

investor perorangan ataupun lembaga, sehingga pasar

sekunder ini dapat menjadi alternatif pembiayaan. Harga

saham yang terjadi di pasar sekunder adalah harga pasar

saham atau kurs saham.

Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan

sistem atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual

dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan

memperdagangkan efek diantara mereka disebut sebagai

bursa efek (Bursa Efek Indonesia 2010:16). Efek adalah

(32)

commit to user

17 komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit

penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka

atas efek, dan setiap derivative dari efek (UU Pasar Modal

Pasal 1 angka 5). Perdagangan saham di Indonesia

dilakukan oleh suatu organisasi yang dinaungi oleh

BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) yaitu Bursa

Efek Indonesia (BEI). BEI merupakan gabungan atau

peleburan dari 2 pasar bursa sebelumnya pada tahun 2007

yaitu Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek Jakarta

(BEJ).

b. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Pasar modal berfungsi untuk membantu mengalokasikan

modal diantara sektor rumah tangga, perusahaan dan pemerintah

serta menyediakan berbagai macam pilihan bagi investor yang ingin

bertukar atau memperjualbelikan sekuritas secara mudah, cepat dan

efisien (Jones, 2004:83). Pasar ini menyediakan likuiditas dalam

dua cara. Pertama, mereka dapat membuat perusahaan menaikkan

pendanaan mereka dengan menjual sekuritas dan kedua membantu

investor untuk membeli dan menjual sekuritas dengan relatif mudah

dan cepat. Kegiatan membeli dan menjual sekuritas pada umumnya

(33)

commit to user

18 tidak bisa menukar sekuritasnya ke dalam bentuk yang lebih likuid

yaitu uang (Olugunde et al, 2006).

Indikator berupa indeks harga saham seperti JCI, DJIA,

FTSE, NIKKEI, mencerminkan kinerja dari pasar saham. Indeks

harga saham gabungan ( IHSG) adalah suatu nilai yang digunakan

untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di

bursa efek (Sunariyah 2006:142). Indeks tersebut bisa digunakan

untuk mengevaluasi seberapa baik kinerja bursa saham sehubungan

dengan saham-saham yang masuk dalam perhitungan indeks (Jones,

2004:100). Selain IHSG ada yang disebut dengan indeks LQ 45.

Indeks LQ 45 adalah indeks yang terdiri atas 45 saham dengan

likuiditas tinggi (Sunariyah 2006:142).

Harga dari suatu saham menentukan indeks dari saham

secara keseluruhan. Namun indeks harga saham lebih dipengaruhi

oleh saham-saham yang memiliki kapitalisasi besar dan liquid.

Maka penghitungan indeks tidak ditentukan oleh sedikit atau

banyaknya transaksi, tapi oleh harga. Indeks gabungan memasukkan

semua saham dalam proses perhitungannya seperti yang dilakukan

oleh IHSG. Sedangkan indeks yang lain memasukkan sebagian

saham dengan kriteria yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.

(34)

commit to user

19 yang hanya terdiri atas 30 indeks saham perusahaan industri di

Amerika (Jones, 2004:98).

IHSG dapat mencerminkan kondisi bursa efek, apakah pasar

sedang dalam keadaan bullish (harga saham cenderung bergerak

naik) atau dalam keadaan bearish (harga saham cenderung

bergerak turun). Jika IHSG meningkat, berarti harga saham secara

keseluruhan cenderung meningkat, demikian pula sebaliknya.

Apabila IHSG menurun, harga saham keseluruhan cenderung

menurun.

Sedangkan harga saham sendiri dipengaruhi oleh resiko atas

kepemilikan saham. Komponen-komponen dari resiko telah

dikategorikan secara tradisional kedalam beberapa kelompok ;

resiko bisnis, resiko suku bunga, resiko pasar, resiko likuiditas, dan

resiko keuangan. Semua komponen dari resiko merupakan resiko

yang secara sistematik (systematic risk) ditentukan secara eksogen

atau oleh kekuatan pasar serta resiko yang tidak sistematik

(unsystematic risk) yang tidak dapat diprediksi (unique) atau oleh

kekuatan non-pasar.

Resiko sistematik merupakan resiko pasar yang bersifat

umum dan berlaku bagi semua saham dalam pasar modal

(35)

commit to user

20 sekuritas yang secara langsung berhubungan dengan pergerakan

secara keseluruhan dalam suatu perekonomian disebut sebagai

resiko pasar atau resiko sistematis. Resiko ini tidak dapat

didiversifikasikan dan semua sekuritas memiliki resiko ini

(Sunariyah, 2006:194).

Resiko yang tidak sistematis atau resiko non-pasar

merupakan resiko yang unik, tidak terkait pada variasi perubahan

pasar atau perekonomian namun tergantung pada macam sekuritas

dan dipengaruhi oleh faktor-faktor internal perusahaan seperti

resiko bisnis dan keuangan (Sunariyah, 2006:194). Resiko yang

tidak sistematis ini dapat diperkecil dengan cara berinvestasi tidak

hanya pada satu instrumen.

c. Metode Perhitungan Indeks Harga Saham Gabungan

Ada dua metode dalam penghitungan indeks harga saham

gabungan yaitu metode rata-rata (Average Method) dan metode

rata-rata tertimbang (Weighted Average Method) (Sunariyah,

2006:144). Pada metode average method, harga pasar saham-saham

yang dimasukan dalam perhitungan indeks tersebut dijumlah

kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi tertentu. Rumus

indeks harga saham gabungan dengan metode rata-rata tertimbang

(36)

commit to user

IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan

s

å merupakan suatu faktor nilai pembagi dimana faktor

pembagi ini harus dapat beradaptasi terhadap perubahan harga

saham teoritis, karena ada aksi emiten seperti right issue, dividen

saham, saham bonus dan sebagainya. Seperti pada perhitungan

indeks yang lain, IHSG ditentukan hari dasar perhitungan indeks.

Pada hari dasar, harga dasar sama dengan harga pasar sehingga

indeksnya adalah 100%.

Pada metode rata-rata tertimbang (Weighted Average

Method) dalam perhitungan indeks menambahkan pembobotan di

samping harga pasar saham dan harga dasar saham. Ada dua ahli

yang mengemukakan metode ini yaitu metode Paasche dan metode

Laspayres.

(37)

commit to user

Ss = Jumlah saham yang dikeluarkan (outstanding shares)

s

P = Harga pasar saham

base

P = Harga dasar saham

Dalam rumus diatas, (PsxSs) adalah jumlah nilai

kapitalisasi pasar (market capitalization) seluruh saham yang

tergabung dalam indeks yang bersangkutan. Sedangkan

)

(PbasexSs merupakan jumlah seluruh nilai dasar dari saham-saham

yang bergabung dalam indeks yang bersangkutan. Jadi, rumus

Paasche ini membandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham

dengan nilai dasar suatu saham yang bergantung dalam suatu

indeks. Jadi makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan

memberikan pengaruh yang sangat kuat jika terjadi perubahan pada

(38)

commit to user

walaupun ada pengeluaran saham baru. Sedangkan Paasche

menggunakan jumlah saham yang berubah jika ada pengeluaran

saham baru.

d. Perhitungan Harga Teoritis dan Penyesuaian Nilai Dasar

Untuk mengeleminir pengaruh faktor-faktor yang bukan

harga saham, nilai dasar selalu disesuaikan bila terjadi corporate

action seperti split saham, dividen saham, saham bonus, penawaran

terbatas dan sebagainya. Dengan demikian indeks akan

(39)

commit to user

24 Salah satu faktor yang haris dihitung dalam melakukan

indeks adalah harga teoritis saham. Misalnya saham ABC

melakukan split saham dengan rasio 1:1 (satu saham lama

mendapatkan 1 saham baru). Bila harga saham pada hari terakhir

sebelum split adalah Rp 2.000, maka harga terotitis saham pada

hari bursa berikutnya adalah Rp 1.000. Uraian tersebut

menjelaskan perhitungan teoritis terhadap perubahan-perubahan

harga dasar saham tersebut akibat adanya pergerakan saham.

1) Split Saham (Stock Split)

Pemecahan saham (Stock Split) merupakan suatu

aksi emiten dimana dilakukan pemecahan nilai nominal

saham menjadi nilai nominal yang lebih kecil (Jones,

2004:101). Proses pemecahan saham (Stock Split) ini

dilakukan dengan cara menukarkan saham dengan nilai

nominal lama yang dimiliki dengan saham baru dengan

nilai nominal lama yang dimiliki dengan saham baru

(dengan nilai nominal baru). Pemecahan tidak

mempengaruhi modal yang disetor penuh, karena tidak

terjadi penambahan modal disetor, tetapi yang terjadi

hanyalah pemecahan nilai nominal yang lebih kecil

sehingga banyaknya saham meningkat. Harga teoritis

(40)

commit to user

25 harga ini harus mengadakan penyesuaian sehubungan

dengan nilai nominal baru dan harganya secara otomatis

akan mengalami penyesuaian.

Dengan meningkatnya jumlah saham yang beredar,

maka harga dasar saham akan mengalami penyesuaian agar

angka indeks tidak berubah. Untuk itulah dilakukan

perhitungan harga teoritis saham yang diakibatkan karena

split saham. Perhitungan split saham saham dari nominal a

menjadi nominal b sebagai berikut :

n HAS HT =

……….(2.4)

HT : Harga teoritis

HAS : Harga akhir saham dengan nilai nominal lama

n : Nilai nominal lama

Nilai nominal baru

: a Faktor Split

b

Penyesuaian jumlah saham akibat split saham

sehingga nilai nominal saham berubah dari Rp a menjadi

Rp b.

(41)

commit to user

26

c : Jumlah saham setelah split

t : Jumlah saham sebelum split

n : Faktor split (a/b)

Penyesuaian Nilai Dasar karena adanya split :

xNDS NPS

xC H NPS

NDB= +( x )

…….…….…….(2.6)

NDB : Nilai dasar Baru

NPS : Nilai pasar sebelumnya

Hx :Selisih antara harga teoritis dengan harga

pembulatannya

NDS : Nilai Dasar Sebelumnya

2) Saham Bonus

Saham bonus atau bonus shares merupakan

saham-saham baru yang dikeluarkan oleh perseroan untuk para

pemegang saham lama. Saham bonus ini berasal dari agio

saham, yaitu selisih antara harga penawaran umum saham

dengan nilai nominal. Agio saham ini dapat dikembalikan

kepada pemegang saham dalam bentuk saham bonus.

(42)

commit to user

27 menentukan banyaknya saham yang akan diterbitkan

sebagai saham bonus. Saham bonus yang dikeluarkan oleh

emiten ini akan menyebabkan penurunan persentase

kepemilikan saham (delusi) sebanding dengan rasio saham

bonus. Saham bonus ini akan memberikan pengaruh

terhadap jumlah lembar saham dipasar. Seperti yang sudah

diketahui bahwa indeks harga saham akan berubah apabila

terjadi perubahan harga. Oleh karena itu agar indeks ini

tidak berubah, maka dilakukan penyesuaian dan dihitung

berdasarkan harga teoritisnya . Harga teoritis saham

sesudah saham bonus harus dihitung sebab harga ini harus

mengadakan penyesuaian sehubungan dengan penambahan

saham baru. Penambahan saham baru inilah yang

menyebabkan dilusi kepemilikan saham, sehingga harganya

secara otomatis akan mengalami penyesuaian.

Perhitungan harga teoritis saham yang diakibatkan

pembagian saham dividen/bonus dengan rasio p:q

(sejumlah p saham lama mendapatkan q saham baru).

(43)

commit to user

28

q : Jumlah saham baru

Penyesuaian jumlah saham baru akibat saham

bonus/dividen dengan rasio p:q adalah sebagai berikut :

u

U : jumlah saham sebelum split

xNDS

Hx : Selisih antara Harga Teoritis dengan harga

pembulatannya

D :jumlah saham setelah pembagian saham

bonus/dividen

NDS : Nilai Dasar Sebelumnya

3) Penawaran Terbatas (Right Issue)

Right issue adalah kegiatan penawaran umum

terbatas kepada pemegang saham lama dalam rangka

(44)

commit to user

29 umum berarti memberikan tawaran kepada publik untuk

membeli saham, sedangkan makna terbatas adalah bahwa

penawaran umum ditujukan kepada pemegang saham lama.

Jadi, kegiatan yang dilakukan perusahaan adalah penerbitan

hak memegang saham terlebih dahulu. Setiap satu bukti

right yang diterima satu pemegang saham berhak untuk

membeli satu saham baru dengan harga yang telah

ditentukan (exercise price). Exercise price ini biasanya

sama dengan atau diatas nilai nominal saham.

Harga teoritis saham sesudah right issue harus

dihitung, sebab harga ini harus mengadakan penyesuaian

sehubungan dengan penambahan saham baru. Penambahan

saham baru inilah yang menyebabkan dilusi kepemilikan

saham, sehingga harganya secara otomatis akan mengalami

penyesuaian.

Perhitungan harga teoritis saham yang diakibatkan

oleh penawaran terbatas dengan rasio r:s (sejumlah saham

lama mendapat hak membeli sejumlah saham s baru) dan

harga pelaksanaan HP :

(45)

commit to user

30

HP : Harga pelaksanaan hak (exercise price) yaitu

harga yang telah ditetapkan emiten untuk membeli

satu saham baru.

Penyesuaian jumlah saham baru akibat penawaran

saham terbatas dengan rasio r : s, sama dengan penyesuaian

akibat penerbitan saham bonus/dividen, atau berdasarkan

jumlah saham yang ditawarkan dan dilaporkan oleh emiten.

xv

e : jumlah saham setelah penawaran terbatas

v : jumlah saham sebelum penawaran terbatas

xNDS

Hx : Selisih antara Harga Teoritis dengan harga

pembulatannya

NDS : Nilai Dasar Sebelumnya

(46)

commit to user

31 F : Jumlah saham yang ditawarkan

4). Company Listing, Partial Listing, Penukaran Obligasi

dan Penukaran Waran

Company listing, partial listing, penukaran obligasi

dan penukaran waran beberapa kegiatan yang secara otomatis

meningkatkan jumlah saham diterbitkan. Penambahan saham

baru ini akan menyebabkan dilusi persentase kepemilikan

saham.

Pencatatan saham di bursa yang ditawarkan ke

publik atau IPO (Initial Public Offering) disebut first issue.

Saham first issue yang sudah dicatatkan di bursa dapat

diperdagangkan di pasar sekunder. Sedangkan sisa saham yang

merupakan milik pendiri/pemegang saham lama, tidak dapat

diperdagangkan di bursa karena berlum dicatatkan (listed).

Agar saham-saham tersebut dapat diperdagangkan di pasar

sekunder, maka dapat ditempuh 2 cara :

a) Partial Listing yaitu pencatatan sebagian

saham milik pemegang saham lama di bursa

sehingga dapat diperdagangkan di pasar

sekunder. Partial listing dapat dilakukan

(47)

commit to user

32 b) Company Listing yaitu pencatatan seluruh

saham milik pemegang saham lama di bursa

sehingga dapat diperdagangkan di pasar

sekunder.

Penukaran obligasi (convertible bond) adalah

obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham baik saham

penerbit atau saham lain yang dimiliki oleh penerbit

obligasi. Nilai tukar obligasi konversi ke saham ditentukan

dengan nilai tetap terhadap saham yang menjadi target

konversi. Dalam hal terjadinya dilusi saham yang menjadi

nilai tukar, maka nilai tukar obligasi konversi juga akan

mengalami penyesuaian.

Waran adalah suatu jenis opsi yang sifatnya jangka

panjang yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk

membeli saham biasa atas nama dengan harga yang

ditentukan di dalam Waran (exercise price). Waran

diterbitkan sebagai bumbu suatu penerbitan right issue

maupun obligasi menjadi lebih menarik. Waran yang

biasanya diterbitkan sebagai pemanis dari suatu emisi efek

tertentu seperti obligasi atau right issue. Waran

memberikan hak kepada pemegang untuk melakukan

(48)

commit to user

33 tersebut dengan harga exercise price. Proses penebusan

saham dari waran ini secara otomatis meningkatkan jumlah

saham diterbitkan. Penambahan saham baru ini akan

memberikan dilusi persentase pemilikan saham.

Penyesuaian jumlah saham akibat company listing,

partial listing, penukaran obligasi dan penukaran waran

adalah sama.

xNDS NPS

HASxG NPS

NDB= +( )

…>……….(2.13)

NDB : Nilai Dasar Baru

NPS : Nilai Pasar Sebelumnya

HAS : Harga akhir saham hari sebelumnya

G : Jumlah saham yang dicatatkan

e. Teori Permintaan Aset

Aset merupakan suatu item atau milik yang dimiliki oleh

perorangan atau perusahaan yang memiliki nilai uang. Ada

beberapa hal yang harus dipertimbangkan seorang investor dalam

memutuskan untuk memegang atau melepas suatu aset ( Mishkin,

(49)

commit to user

34 1) Kekayaan (wealth)

Ketika tingkat kekayaan seseorang meningkat, maka

dia memiliki tambahan kekayaan yang dapat digunakan

untuk membeli aset, sehingga akan meningkatkan

permintaannya terhadap aset. Respon permintaan terhadap

suatu jenis aset sebagai akibat terjadinya perubahan tingkat

kekayaan seseorang berbeda-beda. Hal ini tergantung pada

tingkat respon dari permintaan suatu jenis aset terhadap

perubahan tingkat kekayaan dapat diukur melalui

elastisitas kekayaan terhadap permintaan (wealth elasticity

of demand). Elastisitas kekayaan terhadap permintaan

mengukur berapa besar persentase perubahan kuantitas

permintaan atas suatu jenis aset sebagai respon dari adanya

persentase perubahan kekayaan, ceteris paribus.

W

e : elastisitas kekayaan terhadap permintaan

%DDw : persen perubahan kuantitas permintaan permintaan

(50)

commit to user

35

%DW : persen perubahan kekayaan

Semakin tinggi persentase perubahan permintaan

atas suatu aset dibandingkan persentase perubahan

kekayaan, maka semakin tinggi elastisitas kekayaan atas

permintaan suatu aset.

Berdasarkan atas elastisitasnya aset dapat dibedakan

dalam dua kategori, yaitu necessity dan luxury. Suatu aset

disebut necessity, jika elastisitas kekayaan terhadap

permintaannya lebih kecil dari satu, yaitu jika kenaikan

persentase dari kuantitas permintaan terhadap aset tersebut

lebih kecil dari kenaikan persentase kekayaan. Sedangkan

suatu aset disebut bersifat luxury jika elastisitas

kekayaannya lebih besar dari satu. Jika kekayaan

bertambah, maka kuantitas permintaan akan aset ini akan

bertambah dengan persentase yang lebih besar. Semakin

besar kekayaan seorang individu maka keinginannya untuk

menambah aset luxury semakin besar. Saham dan obligasi

termasuk dalam kategori aset yang luxury, sedangkan mata

uang dan checking account deposits termasuk dalam

(51)

commit to user

36 Efek perubahan dari harga terhadap kuantitas

permintaan suatu aset dapat disimpulkan sebagai berikut :

kenaikan kekayaan seseorang akan meningkatkan kuantitas

permintaan terhadap suatu aset, dan peningkatan kuantitas

permintaan pada aset luxury lebih besar dari pada aset

necessities, ceteris paribus.

2) Ekpektasi Pengembalian (Expected Return)

Pengembalian (return) dari suatu aset mengukur

berapa besar keuntungan yang diperoleh apabila kita

menyimpan aset tersebut. Pada saat kita memutuskan untuk

membeli suatu aset, kita akan dipengaruhi oleh besarnya

ekpektasi pengembalian (expected return) yang akan kita

peroleh dari menyimpan aset tersebut.

Pada beberapa jenis aset, khususnya yang bersifat

luxuries, tingkat suku bunga menggambarkan ekspektasi

pengembalian atas suatu aset. Tingkat suku bunga berbanding

terbalik dengan tingkat harapan pengembalian aset. Tingkat

suku bunga yang tinggi menunjukan tingkat pengembalian

yang rendah oleh aset. Artinya aset tersebut cenderung

memiliki resiko atau kerugian yang juga tinggi. Ketika investor

berfikir bahwa suku bunga akan meningkat di masa datang,

(52)

commit to user

37 yang diharapkan sekarang akan turun, dan permintaan aset

tersebut juga akan turun untuk tiap tingkat suku bunga.

Ekpektasi atas tingkat pengembalian relatif antar

aset juga menjadi hal yang mempengaruhi permintaan atas aset.

Jika investor berekspektasi tingkat pengambalian saham akan

lebih tinggi dari obligasi maka permintaan atas obligasi akan

menurun sedangkan permintaan atas saham akan naik.

Perubahan ekspektasi atas inflasi juga

mempengaruhi nilai aset riil secara langsung dan lainnya secara

tidak langsung. Kenaikan ekspektasi atas inflasi akan membuat

nilai nominal dari aset riil naik dan meningkatkan permintaan

atas aset tersebut. Sedangkan karena tingkat pengembalian

yang diharapkan oleh aset lain relatif menjadi lebih rendah

maka permintaan aset lain pun menjadi menurun.

Kesimpulannya adalah peningkatan pada expected

return suatu aset relatif terhadap alternatif aset lainnya akan

meningkatkan kuantitas permintaan dari aset tersebut, ceteris

paribus.

3) Resiko (Risk)

Tingkat risiko atau ketidakpastian dari return suatu

(53)

commit to user

38 besar ketidakpastian akan pergerakan return dari suatu aset

maka semakin besar resikonya. Resiko yang ada dalam suatu

aset dapat diminimalkan dengan menggali informasi

sebanyak-banyaknya atas suatu aset. Dari informasi tersebut seorang

investor akan dapat memperkirakan kemungkinan yang terjadi

dimasa datang sehingga bisa mengantisipasinya.

Namun resiko yang tinggi atas kepemilikan suatu

aset berusaha dikompensasikan dengan tingkat suku bunga

(return) yang juga relatif tinggi. Sehingga investor masih dapat

tertarik untuk memegang aset tersebut. Seseorang yang bersifat

risk averse (menolak resiko) akan memilih saham aset yang

memiliki return lebih pasti dari pada aset yang memiliki resiko

lebih besar, walaupun aset tersebut memiliki expected return

yang yang sama. Sebaliknya seorang investor yang bersifat risk

lover, dia mungkin akan membeli saham yang memiliki resiko

lebih rendah karena dia mengharapkan return yang lebih besar

walaupun dia memiliki resiko juga untuk memperoleh return

yang sangat kecil bahkan dapat merugi.

Kesimpulannya adalah jika resiko suatu aset

meningkat relatif terhadap alternatif aset lainnya, kuantitas

permintaan terhadap aset tersebut akan menurun, ceteris

(54)

commit to user

39 4) Likuiditas (liquidity )

Faktor lain yang mempengaruhi permintaan

terhadap suatu aset adalah seberapa mudah aset tersebut ditukar

menjadi uang (cash) tanpa menimbulkan banyak biaya.

Kebutuhan akan likuiditas suatu aset semakin tinggi ketika

kebutuhan atas transaksi harian meningkat. Aset berupa

saham, lebih likuid dari pada aset berupa sebidang tanah.

Saham dapat dijual dengan biaya transaksi yang lebih rendah

dalam pasar yang terorganisasi dengan baik, dimana terdapat

banyak pembeli, sehingga saham dapat dijual dengan biaya

transaksi yang rendah.

Kesimpulannya adalah semakin likuid suatu jenis

aset relatif terhadap aset lainnya, maka aset tersebut akan

semakin diinginkan sehingga kuantitas permintaannya akan

meningkat.

f. Efficient Market Theory

Teori ini merupakan teori paralel dari ekspektasi rasional (rational

expectation) yang dipakai pada pasar uang karena memiliki kesimpulan

yang sama : ekspektasi pada pasar akan sama dengan peramalan optimal

dengan menggunakan semua informasi yang tersedia (Sunariyah

(55)

commit to user

40

Pasar efisien adalah pasar dimana harga sekuritasnya

merefleksikan seluruh informasi yang berhubungan dengan sekuritas

tersebut (Mishkin, 2004:150). Investor di dalam pasar efisien akan

menggunakan seluruh informasi yang ada untuk melakukan aktivitas

jual-beli aset mereka. Pasar dikatakan efisien apabila di dalamnya terdapat

banyak investor di dalamnya sehingga harga sebuah sekuritas tidak dapat

dipengaruhi secara perorangan (Jones, 2004:314). Informasi merupakan

elemen penting dalam pasar efisien, oleh karena itu seberapa cepat

informasi menyebar dan digunakan oleh investor akan ikut menentukan

tingkat efisiensi pasar. Sensitivitas informasi sangat terlihat di pasar

efisien, sebagai contoh adalah harga saham akan langsung berubah apabila

suatu informasi diumumkan (Sunariyah, 2006:184).

Efisiensi pasar dapat diukur melalui 3 bentuk efisiensi yaitu the

weak form efficient market hypothesis (hipotesa pasar efisien bentuk

lemah), the semistrong form efficient market hypothesis (hipotesa pasar

bentuk efisien bentuk setengah kuat) dan strong form efficienst market

hypothesis (hipotesa pasar efisien bentuk kuat) (Jones, 2004:338).

Hipotesa pasar efisien bentuk lemah mengemukakan bahwa harga

saham merefleksikan semua informasi harga historis (Sunariyah,

2006:185). Harga saham yang ada di pasar modal saat sekarang

dipengaruhi oleh harga saham masa lalu. Informasi mengenai pasar di

(56)

commit to user

41 akan datang baik itu yang berbentuk harga maupun volume yang

diperdagangkan (Jones, 2004:317). Hipotesa ini menyatakan bahwa harga

saham mengikuti suatu kecenderungan sehingga investor dapat

memproyeksikan pergerakan saham secara tepat.

Hipotesa pasar efisien bentuk setengah kuat (semistrong) adalah

bentuk hipotesa yang lebih komprehensif dibandingkan dengan hipotesa

pasar efisien bentuk lemah. Pasar efisien bentuk setengah kuat mencakup

seluruh informasi yang dipublikasikan dan tidak terbatas hanya pada

informasi seputar pasar (Jones, 2004:318). Bentuk informasi non pasar

contohnya adalah dividen, pendapatan, pengumuman stock split yang

seluruhnya berhubungan dengan saham tersebut.

Pasar efisien bentuk kuat (the strong form) adalah bentuk pasar

dimana harga sekuritas mencerminkan seluruh informasi baik itu informasi

yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan (Sunariyah,

2006:186). Informasi yang tidak dipublikasikan berhubungan dengan

internal perusahaan dan biasanya berhubungan dengan strategi perusahaan.

Private information adalah informasi yang hanya diketahui oleh orang

dalam dan bersifat rahasia karena alasan srategi (Sunariyah, 2004:186).

Efficient market theory didasarkan pada asumsi bahwa harga dari

sekuritas dalam pasar keuangan sepenuhnya merefleksikan seluruh

(57)

commit to user

42 teori ini adalah bahwa tidak semua terinformasi dengan baik atau memiliki

ekspektasi rasional atas harga sampai mencapai titik pasar yang efisien

dalam konteks ini bisa diartikan juga sebagai kondisi dimana tidak ada

kesempatan keuntungan yang tidak tereksploitasi (unexploitated profit

opportunies).

g. Hipotesis Ramdom Walk

Secara teori diartikan bahwa harga dari suatu aset di masa lalu

tidak menjadi indikasi dari pembentukan harga dimasa yang akan datang

(Mishkin, 2004:154). Random walk dideskripsikan sebagai proses statistik

yang perubahannya merupakan faktor yang independen. Informasi yang

akan mempengaruhi harga baik baru maupun lama, baik maupun buruk,

juga tidak dapat diprediksi. Hipotesis random walk menyatakan bahwa

harga bereaksi secara cepat terhadap informasi dan bergerak secara

random (Sunariyah, 2006:190). Maka informasi yang dimiliki oleh

investor akan digunakan seketika dan harga akan berubah dengan seketika

itu juga.

Kinerja dari sekelompok saham yang sama menyiratkan tendensi

untuk saham dengan industri yang sama untuk bergerak dengan arah yang

sama. Kinerja dari perekonomian suatu negara juga menjadi komponen

utama yang mempengaruhi pergerakan harga saham. Persepsi investor atas

(58)

commit to user

43 menjadi kunci dalam pergerakan harga saham. Faktor-faktor pengaruh

pergerakan harga saham dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar:

1) Faktor makro / pasar

a) Tingkat inflasi dan suku bunga. Ini akan mempengaruhi

pemilihan antara aset riil dan finansial serta antara saham

dengan sekuritas dengan pendapatan tetap.

b) Kebijakan fiskal dan moneter. Hal ini mendeterminasikan

penampilan dari pasar modal.

c) Tingkat dan trend dari aktifitas ekonomi. Hal ini

mempengaruhi aktifitas saham untuk meningkatkan

devidennya.

d) Ekonomi internasional. Hal ini diwakili oleh kompetisi

tinggi dari perusahaan asing dan dampak dari perubahan

nilai tukar mata uang asing.

2) Faktor mikro

a) Profit. Harga saham suatu perusahaan yang secara

konsisten meningkat seiring dengan pertumbuhan

keuntungan perusahaan.

b) Deviden. Profit dari perusahaaan akan dialirkan pada

(59)

commit to user

44 c) Kelebihan aliran dana. Perusahaan dengan pertumbuhan

pemasukan yang tinggi dan beban hutang yang rendah

bisanya memiliki nilai saham yang tinggi.

d) Perubahan fundamental pada perusahan / industri.

e) Perubahan prilaku investasi. Hal ini menggambarkan realita

bahwa investor sering berganti pilihan aset dari waktu ke

waktu.

2. Nilai Tukar Mata Uang

a. Pengertian Nilai Tukar Mata Uang

Harga satu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai

tukar mata uang atau exchange rate (Salvatore, 1997:10) (Krugman dan

Obsfeld, 2003:324). Penilaian atau pernyataan nilai tukar mata uang ini

bisa menggunakan dua cara yaitu: European term, biasa juga disebut

indirect quote dan American term, biasa disebut direct quote. Metode

European term menyatakan nilai tukar mata uang asing (foreign currency)

per satu satuan mata uang asal (home currency). Sebaliknya, American

term menyatakan nilai tukar mata uang asal (home currency) per satu

satuan mata uang asing (foreign currency). Indonesia, seperti kebanyakan

negara lain, menggunakan European term. Jadi, untuk mendapatkan satu

Gambar

  Grafik 2.1
Grafik 2.2
Grafik 2.3 Kenaikan dalam Premi Resiko
  Grafik 2.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Pengaruh Nilai Tukar (Kurs) Dolar Amerika/Rupiah (US$/Rp), Tingkat Suku Bunga SBI, Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di

PENGARUH INFLASI, KURS, SUKU BUNGA SBI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) PADA BURSA EFEK.. INDONESIA PERIODE 2005-2009 TRI

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga dan Indeks Nikkei

Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, Suku Bunga SBI, Indeks Dow Jones, dan Indeks Nikkei 225 terhadap Indeks Sektor Pertambangan yang Terdaftar Di Bursa

Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar (Kurs) Rupiah, Inflasi, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Hang Seng terhadap Indeks

Artinya bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat dijelaskan oleh variabel independen yang terdiri dari tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, nilai tukar Rupiah,

Dengan demikian, IHSG sebagai indikator harga saham secara umum akan dipengaruhi oleh indikator harga investasi lainnya, seperti tingkat suku bunga deposito, kurs Rupiah

Pemodelan Fungsi Transfer untuk menggambarkan nilai IHSG yang berperan sebagai deret output dan deret indeks Nikkei, indeks Hangseng, indeks DJI, dan Kurs