• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.4. Kecurangan

2.1.4.1. Pengertian Kecurangan

Kegiatan usaha yang semakin luas dan cukup tinggi, biasanya tindakan kecurangan dapat terjadi karena adanya kesempatan dan keinginan dari karyawan untuk berbuat curang demi kepentingan pribadinya. Kecurangan yang terjadi diperusahaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan kegiatan operasional oleh karyawan. Dengan demikian, kecurangan baik skala kecil maupun besar haruslah diantisipasi secepat mungkin agar tidak terjadi berkelanjutan yang dapat membahayakan kegiatan operasional perusahaan.

Menurut Tunggal (2013:24), “Kecurangan (fraud) adalah suatu penyajian yang palsu atau penyembunyian fakta-fakta yang material yang menyebabkan seseorang memiliki sesuatu”.

Menurut Fahmi (2013:156), “Kecurangan (Fraud) merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja dan itu dilakukan untuk tujuan pribadi atau kelompok, dimana tindakan yang disengaja tersebut telah menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu atau institusi tertentu”.

Berikut ini ada beberapa pengertian kecurangan menurut para ahli yang dikutip oleh Karyono (2013:3), yaitu:

1. Association of Certified Fraud Examiner (ACFE) berpendapat bahwa kecurangan berkenaan dengan adanya keuntungan yang diperoleh seseorang dengan menghadirkan sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Di dalamnya termasuk unsur-unsur surprise atau tidak terduga, tipu daya, licik, dan tidak jujur yang merugikan orang lain.

2. Blaks Law Dictionary, berpendapat bahwa kecurangan mencakup segala macam yang dapat dipikirkan manusia dan yang diupayakan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau memaksakan kebenaran tersembunyi dan setiap cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain tertipu.

3. G.Jack Balogna dan Robert Lindquist, berpendapat bahwa kecurangan adalah penipuan yang disengaja umumnya diterangkan sebagai kebohongan, penjiplakan, dan pencurian. Fraud dapat dilakukan terhadap pelanggan, kreditor,pemasok, banker, investor, penjamin asuransi, dan pemerintah.

Berdasarkan pengertian kecurangan di atas menurut para ahli, dapat dikemukakan bahwa kecurangan yang terjadi mengandung makna sebuah penyimpangan dan atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan secara sengaja untuk tujuan tertentu seperti memberikan gambaran atau informasi yang salah dan keliru kepada pihak lain yang dilakukan oleh orang-orang baik dari dalam maupun dari luar organisasi. Kecurangan dilakukan dan dirancang untuk mendapatkan keuntungan baik pribadi maupun kelompok yang memanfaatkan peluang-peluang secara tidak jujur, baik secara langsung maupun tidak langsung merugikan pihak lain.

2.1.4.2. Klafisikasi Kecurangan

Menurut Karyono (2013:11-12), kecurangan dapat diklasifikasikan menurut pelaku kecurangannya, yaitu:

1. Kecurangan dari dalam organisasi (intern), terbagi atas dua bagian, yaitu:

a. Kecurangan manajemen (management fraud)

Kecurangan manajemen antara lain berupa kesalahan penyajian mengenai tingkat kinerja perusahaan atau unit organisasi yang sengaja dilakukan oleh karyawan dalam peran manajerialnya, dengan tujuan mendapatkan keuntungan dari kecurangan tersebut. Manajemen fraud dilakukan oleh manajemen puncak dalam suatu perusahaan yang dengan sengaja memberikan data informasi yang salah kepada pemegang saham, kreditur, fiskus, maupun auditor independen. Selain itu, manajemen fraud mungkin dapat juga mencakup penyewaan atau pengambilan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi. Pada manajemen fraud dikenal pula white collar crime atau kejahatan kerah putih, contoh pemalsuan data untuk menghindari pengenaan pajak, memakai dana perusahaan asuransi milik negara dengan tingkat bunga rendah, melakukan business crime untuk kepentingan bisnisnya berupa kejahatan lingkungan, melanggar undang-undang anti trust. Ciri-ciri white collar crime, adalah:

1. Bermaksud melakukan kejahatan (crime).

2. Menyamarkan tujuan (disguise of purpose)

3. Mempercayai kenaifan korban.

4. Menyembunyikan pelanggaran (concealment of the violation) b.Kecurangan karyawan (non management fraud)

Kecurangan karyawan merupakan tindakan-tindakan tidak jujur di dalam suatu perusahaan yang dilakukan oleh karyawan walaupun manajemen telah menciptakan langkah-langkah dan usaha tertentu untuk mencegahnya.

Kecurangan karyawan ini biasanya melibatkan perpindahan aset dari pemberi kerja, dan merupakan tindakan langsung dari pencurian dan atau manipulasi.

2. Kecurangan dari luar organisasi (ekstern)

Kecurangan dari pihak luar organisasi antara lain dilakukan oleh pemasok, leveransir dan oleh kontraktor, dengan cara:

a. Pengiriman barang yang lebih sedikit, dan penggantian barang dengan kualitas rendah.

b.Penyerahan pekerjaan dengan kualitas yang rendah.

c. Penagihan ganda atau penagihan lebih besar dari prestasi yang diberikan.

3. Kecurangan yang melibatkan orang dalam dan orang luar organisasi

Kecurangan ini dilakukan melalui kerjasama yang tidak sehat (kolusi) atau persengkongkolan antara orang dalam dan luar organisasi, seperti pimpinan proyek pemerintah bersama kontraktor sepakat untuk menandatangani Berita Acara Serah Terima Pekerjaan yang akan dijadikan dasar pembayaran lunas terhadap pekerjaan yang tercantum dalam kontrak.

Menurut Fahmi (2013:158-189), adapun bentuk-bentuk kecurangan yaitu:

1. Intentional error

Kekeliruan bisa disengaja dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri dalam bentuk window dressing (merekayasa laporan keuangan supaya terlihat lebih baik agar lebih mudah mendapat kredit dari bank) dan check kitting (saldo rekening bank ditampilkan lebih besar sehingga rasio lancar terlihat lebih baik)

2. Unintentional error

Kecurangan dapat terjadi secara tidak disengaja (kesalahan manusiawi), misalnya salah menjumlah atau penerapan standar akuntansi yang salah karena ketaktahuan.

3. Collusion

Kecurangan yang dilakukan oleh lebih dari satu orang dengan cara bekerjasama dengan tujuan untuk menguntungkan orang-orang tersebut, biasanya merugikan perusahaan atau pihak ketiga. Misalnya, di suatu perusahaan terjadi kolusi antara bagian pembelian, bagian gudang, bagian keuangan, dan pemasok dalam pembelian bahan atau barang. Kolusi merupakan bentuk kecurangan yang sulit dideteksi, walaupun pengendalian intern perusahaan cukup baik. Salah satu cara pencegahan yang banyak digunakan dilarangnya pegawai yang mempunyai hubungan keluarga (suami-istri, adik-kakak) untuk bekerja diperusahaan yang sama.

4. Intentional misrepresentation

Memberi saran bahwa sesuatu itu benar, padahal itu salah, oleh seseorang yang mengetahui bahwa itu salah.

5. Negligent misrepresentation

Pernyataan bahwa sesuatu itu salah oleh seseorang yang tidak mempunyai dasar yang kuat untuk menyatukan bahwa hal itu betul.

6. False promises

Sesuatu janji yang diberikan tanpa keinginan untuk memenuhi janji tersebut.

7. Employee fraud

Kecurangan yang dilakukan pegawai untuk menguntungkan dirinya sendiri.

Hal ini banyak di jumpai dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari office boy yang memainkan bon pembelian makanan sampai pegawai yang memasukkan pengeluaran pribadi untuk keluarganya sebagai biaya perusahaan.

8. Management fraud

Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen sehingga merugikan pihak lain, termasuk pemerintah. Misalnya manipulasi pajak, manipulasi kredit bank, kontraktor yang menggunakan cost plus fee.

9. Organized crime

Kejahatan yang terorganisasi, misalnya pemalsuan kartu kredit, pengiriman barang melebih atau kurang dari yang seharusnya dimana si pelaksana akan mendapat bagian 10%.

10. Computer crime

Kejahatan dengan memanfaatkan teknologi komputer, sehingga si pelaku bisa mentransfer dana dari rekening orang lain kerekening sendiri.

11. White collar crime

Kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang berdasi (kalangan atas), misalnya mafia tahan, paksaan secara halus untuk merger, dan lain-lain.

Dikemukakan bahwa ada banyak kecurangan yang terjadi dilapangan, sehingga kondisi ini menjadikan hal penting untuk diketahui dengan baik dan benar oleh manajemen. Banyaknya jenis kecurangan tersebut menunjukkan bahwa berbagai tindakan penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang oleh karyawan untuk kepentingan pribadi atau kelompok dapat dilakukan sehingga manajemen perlu mengantisipasi atau meminimalkan resiko yang dapat merugikan perusahaan secara material. Kecurangan yang terjadi pada tiap perusahaan pada dasarnya berbeda-beda tergantung pada banyak faktor dan tujuan yang hendak dicapai dari kecurangan dilakukan, sehingga upaya penyelesaian atau penanggulangan berbeda-beda.

2.1.4.3. Tanda-tanda Kecurangan dan Pencegahan Kecurangan

Kemampuan dan keterampilan untuk mengidentifikasi atau mendeteksi kecurangan yang terjadi sangat dibutuhkan sehingga dapat segara diambil langkah penyelesaian atau pencegahan agar tidak terjadi berkesinambungan di masa mendatang dan membahayakan operasional perusahaan dalam mencapai tujuan utamanya.

Menurut Tunggal (2013:131-132), berikut ini tanda-tanda adanya kecurangan, antara lain:

1. Terdapat perbedaan angka laporan keuangan yang mencolok dengan tahun-tahun sebelumnya.

2. Perbedaan antara buku besar dengan buku tambahan.

3. Perbedaan antara yang terungkapkan dari hasil konfirmasi.

4. Transaksi yang tidak didukung oleh bukti yang memadai.

5. Transaksi yang tidak dicatat sesuai dengan otorisasi manajemen baik yang khusus, maupun yang umum.

6. Penyelesaian yang tidak lazim menjelang atau pada tanggal neraca.

7. Terdapat banyak koreksi dalam pembukuan.

8. Pencatatan yang sengaja dirumitkan.

9. Perusahaan dalam kesulitan keuangan (ada tendensi manajemen melakukan berbagai penyimpangan).

10. Pembatalan yang diberikan bagi auditor (internal atau eksternal) oleh karyawan.

11. Penyampaian SPT yang tidak didasarkan pada angka audit.

12. Seseorang menangani hampir semua transaksi yang penting.

13. Terdapat perbedaan kepentingan (conflict of interest) pada tugas pekerjaan karyawan.

14. Tidak ada pengambilan cuti karyawan atau pada saat cuti, tidak ada orang yang menggantikan karyawan yang sedang cuti tersebut.

15. Tidak ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas.

16. Supervisi yang lemah.

17. Tidak ada rotasi pekerjaan karyawan.

18. Pengendalian operasi yang tidak baik.

19. Perkembangan perusahaan yang sulit.

20. Sangat tergantung pada sejumlah kecil pelanggan dan pemasok.

21. Kebanyakan pinjaman atau hutang (kesulitan mendapatkan kredit).

22. Kompetesi yang meningkat.

23. Situasi karyawan yang sedang dalam tekanan karena banyak berhutang, menderita sakit berat, mengalami masalah perjudian, masalah alkohol, turunnya moral karyawan dan lain-lain.

Dengan mengetahui tanda-tanda dari kecurangan di perusahaan, hal ini dapat dengan cepat menjadikan manajemen dengan cepat dan respon memberikan solusi untuk penanganan dari kecurangan yang baru terjadi atau telah terjadi. Tiap bentuk tanda kecurangan yang timbul dan terjadi di perusahaan akan membutuhkan penanganan yang berbeda dan lama waktu dibutuhkan untuk penyelesaian kecurangan tersebut. Dengan adanya penanganan yang tepat dan berdaya guna diharapkan kegiatan operasional perusahaan tidak terganggu baik jangka pendek maupun jangka panjang

Menurut Karyono (2013:71-74), adapun pencegahan menurut jenis fraud-nya antara lain :

1. Pencurian kas sebelum dicatat

a. Dilakukan pemisahan fungsi pencatatan penyimpanan dan otorisasi sehingga bila terjadi fraud dapat diketahui karena adanya perbedaan hasil kerja pada fungsi-fungsi itu.

b. Pengamanan akses fisik akun sehingga peluang untuk pencurian dapat dibatasi atau dicegah.

c. Pencatatan transaksi tepat waktu (tepat tanggal) dan tepat jumlah sehingga sisa kas yang ada terkontrol saldonya dengan catatan yang ada.

d. Rekonsiliasi secara berkala dan rutin sehingga terhadap sisa kas di bank dapat diketahui keberadaannya setiap saat.

e. Klasifikasi akun secara tepat agar ketidaktepatan posting dapat dicegah.

f. Pengendalian cek dan penerimaan uang, agar keamanan uang keluar dapat terkontrol.

2. Pencurian kas sesudah dicatat (Larceny)

a. Pemisahan fungsi penerimaan kas, opname fisik, dan penyetoran ke bank dan rekonsiliasi.

b. Rotasi dan keharusan cuti bagi pengelola kas agar pegawai tidak dapat menyembunyikan perbuatan curangnya.

c. Opname secara mendadak agar setiap terjadi kekurangan kas dapat diketahui secara dini dan mencegah terjadinya kecurangan.

d. Pengamanan fisik kas dengan keamanan fisik penyimpannnya dan pembatasan sisa uang tunai.

3. Kecurangan penagihan (Billing scheme)

a. Pemberian nomor urut pracetak (prenumbered), sehingga mempersempit penyalahgunaan bukti penagihan.

b. Otorisasi yang tepat dan dipatuhi dalam pelaksanaannya, sehingga hanya orang tertentu yang diberi kewenangan penagihan.

c. Dibuka pengaduan dari pihak yang terkait.

4. Kecurangan persediaan (inventory fraudulent)

a. Inventarisasi oleh petugas independen secara mendadak dan rutin untuk mengurangi niat kecurangan karena cepat ketahuan dengan adanya inventarisasi mendadak.

b. Pemisahan antara otorisasi, penyimpan, dan pencatat agar terjadi saling kontrol ketiga fungsi itu.

c. Dokumen penerimaan pracetak (prenumbered) sehingga sulit terjadi penyalahgunaan dokumen.

d. Pengamanan fisik terhadap persediaan berupa tempat penyimpanan (kunci, satpam) dibatasi aksesnya dan dapat juga dengan menggunakan elektronik (kamera) dan sebagainya, sehingga pelaku kecurangan sulit aksesnya ke persediaan.

5. Kecurangan pembayaran (Disbursement Fraudulent)

a. Terhadap petugas register dilakukan pengawasan langsung dan ada supervisi dekat fisik uangnya.

b. Akses ke register harus diawasi secara ketat dan kode akses register juga dijaga ketat.

c. Kelengkapan pita kas register dan urutan nomornya di-review.

d. Dokumen register yang lengkap dan kas harus dikirim ke orang yang tepat sesegera mungkin.

6. Kecurangan pengeluaran cek

a. Adanya pemisahan yang melekat pada kewenangan penandatanganan, rekonsiliasi dan penyiapan cek.

b. Rekening koran bank direkonsiliasi segera setelah diterima bulanan dan dilakukan oleh bukan orang yang menandatangani cek sehingga bila terjadi kecurangan kas di bank dapat segera diketahui.

c. Bandingkan pembayaran dengan cek kepada seseorang dengan pembayaran tunai kepada orang yang sama agar kecurangan pembayaran ganda dapat dicegah dan diketahui secepatnya.

d. Adanya ketentuan pembatasan jumlah maksimum pembayaran bank, bekerjasama dengan pihak bank.

7. Penyimpangan pemalsuan fisik cek

a. Pembelian cek baru harus melalui prosedur yang baku dan tidak sembarang orang diperkenankan membeli cek.

b. Cek yang belum diketahui dipakai disimpan aman dan aksesnya hanya orang yang diberi kewenangan.

c. Cek yang hilang segera dilaporkan agar tidak ada kesempatan penyalahgunaan.

d. Cek yang dibatalkan disimpan dengan aman dan cek yang tidak dipakai dimusnahkan.

e. Cek yang telah ditandantangani segera dikirimkan.

8. Kecurangan pengadaan barang/jasa

a. Otorisasi yang tepat dan dipatuhi dalam pelaksanaannya.

b. Kompetensi personel yang terlibat pengadaan dan pemisahan fungsi yang harus dilaksanakan.

c. Pengadaan barang/jasa harus berdasarkan permintaan calon pemakai.

d. Setiap permintaan barang/jasa harus jelas jumlahnya, kualitas/spesifikasi teknisnya dan waktu pengadaannya dengan memperhatikan sisa barang yang masih ada.

e. Realisasi pengadaannya dilakukan secara kompetitif dan taat aturan.

f. Setiap penerimaan barang dihitung dengan teliti dan diperiksa kualitas/spesifikasi teknisnya oleh petugas yang kompeten dan dibandingkan dengan kontrak atau dokumen pengadaannya.

g. Pencatatan transaksi dilakukan dengan tepat dalam jumlah dan waktu.

h. Dilakukan review internal pada setiap proses pengadaannya.

i. Dilakukan penelitian atas adanya konflik/pertentangan kepentingan.

j. Dibuka media pengaduan dari rekanan atau pemasok.

k. Ada ketentuan yang mengatur tindak lanjut setiap pelanggaran atau penyimpangan dan dipantau pelaksanaannya.

Menurut Tunggal (2013:126-127), kecurangan dapat dicegah oleh manajemen dengan mengimplementasikan pengendalian internal yang baik sebagai berikut:

1. Memberikan insentif atau benefit yang cukup memadai.

2. Penyerderhanaan struktur organisasi.

3. Adanya internal check antara beberapa bagian yang berhubungan dengan memperhatikan pemisahan fungsi berikut:

a. Membuat atau menyetujui transaksi b. Melaksanakan transaksi

c. Membukukan transaksi

4. Supervisi atau pengawasan yang cukup.

5. Evaluasi dari kewajaran transaksi hubungan istimewa (related party transaction).

6. Adanya rotasi pegawai.

7. Diwajibkan setiap pegawai untuk menggunakan hak cutinya dan selama itu pekerjaan dikerjakan oleh orang lain.

8. Tindakan yang tegas atau berat bagi setiap pelaku kecurangan.

9. Adanya pelaksana yang kompeten (ahli dibidangnya) dan dapat dipercaya dengan garis dan kewajiban yang jelas.

10. Tersedianya catatan dan dokumen yang memadai.

11. Adanya pengendalian secara fisik terhadap setiap aset serta catatan perusahaan.

12. Pelaksanaan audit secara independen (melalui auditor internal atau eksternal).

13. Menerapkan kebijakan conflict of interest dengan menekankan pada:

a. Pemberian uang, hadiah atau jasa setiap orang atau perusahaan kepada siapa perusahaan melakukan bisnis.

b. Penggunaan informasi perusahaan untuk tujuan pribadi.

c. Penggunaan waktu perusahaan atau fasilitas untuk kepentingan pribadi.

d. Ikut serta dalam manajemen (secara langsung) pada setiap perusahaan swasta.

e. Meminjamkan kepada pegawai.

14. Melakukan asuransi kerugian atau kehilangan

Dapat dikemukakan bahwa berbagai bentuk kecurangan dapat terjadi dilingkungan perusahaan, baik sifatnya sederhana maupun sudah komplek.

Pengetahuan dan pemahaman mengenai berbagai bentuk kecurangan perlu diketahui dan dipahami dengan baik sehingga dapat ditetapkan langkah antisipasinya dengan menerapkan pengendalian internal secara handal dan kompeten, sehingga berbagai bentuk kecurangan yang dapat dilakukan oleh pribadi atau kelompok diperusahaan dapat dihindari semaksimal mungkin.

2.2. Penelitian Terdahulu

Berikut ini disajikan beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi dengan penelitian yang dilakukan, seperti disajikan pada tabel di bawah ini:

No Nama & Judul Hasil pengendalian intern terhadap piutang usaha pada PT. Nusantara Surya Sakti Amurang cukup efektif. Hal ini terlihat dari diterapkan unsur pengendalian intern piutang usaha yang layak dan memadai ditunjang dengan kebijakan dan prosedur pemberian kredit yang baik. Aktivitas pengendalian perlu adanya pemisahan tugas antara bagian pembukuan dan bagian penerimaan kas dan fungsi pemeriksaan audit internal harus lebih ditingkatkan internal penerimaan kas dan piutang usaha PT. Panggung Baru Semarang belum memenuhi unsur pengendalian internal yang memadai, karena tidak adanya pemisahan tugas untuk fungsi penagihan, fungsi penerimaan kas, dan fungsi akuntansi, kasir yang tidak diasuransikan dan tidak terdapat perputaran jabatan sehingga penyelewengan mungkin dapat terjadi Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

2.3. Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang penelitian dan uraian teoritis, berikut ini disajikan

kerangka konseptual dari penelitian yang dilakukan, yaitu:

Gambar: 2.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan gambar di II.1 di atas dapat diketahui dalam kegiatan operasional perusahaan perlunya diterapkan sistem pengendalian internal terutama pada penerimaan kas dan piutang usaha. Kas merupakan aset lancar yang paling likuid dan mudah diselewengkan oleh karyawan sehingga bila tidak dilakukan pengendalian internal secara ketat dan sistematis maka akan terjadi kecurangan atau penyimpangan

No Nama & Judul Hasil

Tahun 3 Hartati

(2009)

Analisis Pengendalian Intern Piutang Usaha pada PT. SFI Medan

Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari unsur pengendalian internal menurut kerangka kerja COSO, unsur penentuan resiko dan unsur aktivitas pengendalian kurang efektif. Sedangkan unsur lingkungan pengendalian, undur informasi dan

komunikasi serta unsur pengawasan atau pemantauan telah efektif.

SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL

Pengawasan Penerimaan Kas dan Piutang Usaha

Efektifivitas / Efisiensi

LABA

dan dapat menimbulkan kerugian secara material bagi perusahaan. Selain itu, piutang usaha merupakan aset lancar yang cukup likuid dan mempunyai nilai yang material, sehingga adanya pengendalian internal yang baik dan tepat maka tindakan kecurangan seperti penundaan pencatatan (lapping) dapat terhindar.

Dengan demikian, penerimaan kas dan piutang usaha merupakan aset lancar dmiliki perusahaan dan sering terjadinya tindakan kecurangan atau penyelewengan baik dilakukan oleh karywan maupun bekerja sama dengan customer. Adanya sistem pengendalian internal yang akurat dan sistematis maka akan terwujud efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan utamanya dan efisiensi usaha juga tercapai demi kelangsungan usaha. Untuk itu, kegiatan operasional yang efektif dan efisien dapat mengoptimalkan perolehan laba usaha seperti yang telah direncanakan oleh pimpinan perusahaan

Karyono (2013), berpendapat bahwa dalam kegiatan pengawasan penerimaan kas dan piutang usaha yang terdapat di perusahaan sebaiknya menerapkan sistem pengendalian internal dengan baik dan benar sehingga hal ini ditujukan agar tercipta efektivitas atau efisien dalam operasional perusahaan. Dengan adanya efektivitas dan efisiensi usaha maka tujuan untuk perolehan laba usaha dapat dioptimalkan sedemikian rupa.

2.4. Hipotesis

Berdasarkan uraian teoritis dan latar belakang penelitian, berikut ini disajikan hipotesis penelitian sebagai berikut: Penerapan pengendalian internal penerimaan kas dan piutang usaha pada PT. Bright Supermart M. Yamin Medan cukup efektif dalam

kegiatan operasionalnya.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif. Menurut Martono (2010:19), Penelitian kuantitatif dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka atau rasio. Data yang berupa angka atau rasio selanjutnya diolah dan dianalisis untuk memperoleh informasi ilmiah.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Bright Supermart M. Yamin Medan yang berada di Jl. Jl. Prof. H.M. Yamin, SH Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei s.d. Juni 2016.

3.3. Batasan Operasional

Adapun batasan operasional pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Penerimaan kas b. Piutang usaha

c. Pengendalian internal

3.4. Definisi Operasional

Berikut ini disajikan definisi operasional variabel penelitian yang digunakan, sebagai berikut:

No Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala

2 Kas Cash adalah semua mata uang kertas dan logam, baik mata uang dalam negeri maupun luar negeri serta surat-surat yang mempunyai sifat seperti mata uang yaitu sifat dapat segera dipergunakan untuk melakukan pembayaran pada setiap saat dikendaki Sumber: Munanda (2006)

1. Mempunyai sistem dan prosedur

perlakukan terhadap transaksi kas 2. Pemisahan fungsi penanganan kas dari fungsi pencatatan 3. Setiap dokumen dalam organisasi

harus membuat anggaran penerimaan

kas, pengeluaran kas dan saldo kas 4. Lakukan control terhadap sistem

penerimaan kas melalui register tape 5. Semua kas diterima segera dilakukan

penyetoran ke bank 6. Semua pembayaran dengan cek, pembayaran tunai untuk pengeluaran

kecil dengan dana kas kecil 7. Lakukan validasi sebagai kaebsahan

sebelum dilakukan pembayaran 8. Susun laporan rekonsiliasi bank secara

teratur dan berkala perusahaan kepada pihak lain yang nantinya akan dimintakan

pembayarannya jika sudah sampai pada waktunya Sumber: Munandar (2006)

1. Otorisasi yang semestinya atas transaksi dan kegiatan 2. Pemisahan fungsi 3. Perancangan dan penggunaan

dokumen dan catatan yang memadai unutk membantu pencatatan secara

semestinya transaksi atau peristiwa 4. Pengamanan yang cukup atas akses

dan penggunaan aktiva perusahaan dan catatan 5. Pengecekan secara independen atas pelaksanaan dan penilaian semestinya

atas jumlah yang dicatat Sumber: Sunyoto (2014)

Interval Tabel 3.1

Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel

3.5. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan pada variabel penelitian ini adalah menggunakan skala Interval. Skala interval adalah skala ordinal yang memiliki poin jarak objektif dalam keteraturan kategori peringkat, tapi jarak yang tercipta sama antar masing-masing angka (Martono, 2010:45).

Berikut ini disajikan skor keusioner pengendalian internal atas penerimaan kas dan piutang usaha pada penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1. Populasi

Menurut Sulistyo (2010:22), ”Populasi yaitu keseluruhan objek yang akan diteliti”. Populasi pada penelitian ini yaitu karyawan yang bekerja di PT. Bright Supermart M. Yamin Medan sebanyak 30 orang pada tahun 2016.

3.6.2. Sampel

Menurut Martono (2010:65), ”Sampel yaitu bagian dari populasi yang

Menurut Martono (2010:65), ”Sampel yaitu bagian dari populasi yang

Dokumen terkait