• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara etimologi, menghafal dalam kamus Munawwir berasal dari kata

اًظْفِح – ُظَفْحَي – َظِفَح

(Ḥafiẓa-yaḥfaẓu-Ḥifẓan) yang artinya menjaga, memelihara melindungi.8 Dalam buku al-Mu’jam al-Mufahras karya Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi menjelaskan bahwasannya di dalam al-Qur’an, kata al-Ḥifdẓ dengan segala perubahannya telah disebutkan oleh Allah swt. sebanyak 23 kali.9 Dari kata-kata tersebut bermakna menjaga, mengawasi, memelihara sesuatu (dengan teliti secara terus menerus), malaikat-malaikat pengawas seperti kata

َظ ًة َح َف

(surat al-an‘am/6:61) dan

َح ِظ ْي ِفا

َن

(surat al-Infiṭār/82:10) dan nama tempat yaitu lauhul mahfuz

ظْوُفْحَم

(surat al-Buruj/85:22). Sedangkan menurut Abdurrab Nawabuddin, menghafal berasal dari kata al- Ḥifdẓ yang merupakan lawan kata dari lupa, yaitu selalu ingat atau sedikit lupa.10

Adapun menghafal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa menghafal berasal dari kata dasar hafal yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang pelajaran atau dapat mengucapkan di luar kepala tanpa melihat buku atau catatan lain. Kemudian mendapat awalan me- menjadi menghafal yang artinya adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.11 Selain itu menghafal juga dapat diartikan dari

8 A.W. Munawir, Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif, 1977), 279.

9 Muhammad Fuad ‘Abdul Baqi, Mu’jam Mufahras (Beirut: Daar Kutub al-Mashriyah), 207.

10 Abdurrab Nawabuddin, Kaifa Tahfazhul Qur’an, terj. Bambang Saiful Ma’arif (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), 23.

11 Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustama, 2003), 381.

kata memory yang artinya ingatan, daya ingatan, juga mengucapkan di luar kepala.12

Menghafal menurut Ibnu Madzkur yang telah dikutip oleh Abdurrab Nawabuddin dalam buku Tehnik Menghafal al-Qur’an, yaitu orang yang selalu menekuni pekerjaannya.13 Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdur Ra’uf mendefinisikan menghafal adalah suatu proses pengulangan baik dengan membaca atau mendengar karena pekerjaan apapun yang sering diulang maka akan hafal dengan sendirinya.14

Menghafal merupakan landasan awal ketika Rasulullah saw.

menerima Qur’an dari malaikat Jibril as. Firman Allah dalam surah

al-‘Ankabūt[29]: 49

“Sebenarnya, al-Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di dalam dada orang-orang yang diberiilmu ...”15 (QS. Al-‘Ankabūt[29]: 49)

Sungguh betapa indahnya ayat ini yang menjelaskan tentang agungnya aktifitas dada orang-orang yang menghafal ayat-ayat Allah swt.

mereka disifatkan sebagai orang-orang yang diberi ilmu oleh Allah swt.16 Tradisi menghafal al-Qur’an telah ada sejak pengaruh Wali Songo,17 dan tradisi ini dipelihara secara turun-temurun sepanjang zaman, baik oleh

12 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia An English Indonesian Dictionary (Jakarta: Gramedia, 1992), 378.

13 Abdurrab Nawabuddin, dkk., Teknik Menghafal al-Qur’an, cet. 1 (Bandung:

Sinar Baru, 1991), 49.

14 Abdul Aziz Abdul Rauf, Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur’an Da’iyah (Bandung:

PT. Syamil Cipta Media, 2004), 23.

15 Soenarjo, al-Qur’an dan terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989), 636.

16 Dar Rasa’il, Yakinlah! Menghafal al-Qur’an itu Mudah, 6.

17 Pamungkas Stiyamulyani dan Sri Jumini, “Pengaruh Menghafal al-Qur’an terhadap Highorder Thingking Skis (HOTS) Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Mahasiswa,” Kajian Pendidikan Sains, vol. IV, no.1 (April 2018): 28.

bangsa yang berbahasa Arab maupun yang bukan berbahasa Arab, termasuk bangsa Indonesia.18

Salah satu cara untuk menjaga keaslian ayat-ayat al-Qur’an adalah dengan menghafalkannya.19 Al-Qur’an adalah cahaya yang menerangi seluruh umat Islam20 agar risalahnya tersampaikan dengan menyeluruh, layaknya sebuah umat yang dilahirkan untuk manusia seluruhnya dan sebagai saksi atas mereka di dunia dan akhirat. Allah telah menjadikan Rasulullah saw. sebagai teladan yang baik bagi umat Islam. Menghafal al-Qur’an adalah bagian dari meneladani sunnah-sunnahnya. Dikarenakan Rasulullah selalu menghafalkannya, rajin membacanya dan simak menyimak dengan para sahabat, begitu pula sebaliknya.21

Fenomena menghafal al-Qur’an merupakan salah satu ciri khas yang dimiliki oleh umat Islam dan tidak dimiliki oleh umat lain. seperti halnya pada penganut agama Kristen, mereka tidak seorang pun yang hafal isinya walaupun hanya seperempat saja baik dia seorang rahib, pendeta, uskup maupun seorang kardinal.22 Inilah satu keistimewaan bahwa al-Qur’an mudah dihafalkan, baik oleh orang Arab sendiri maupun non Arab yang sama sekali tidak mengerti arti kata yang ada dalam al-Qur’an. Bahkan anak yang usianya di bawah 10 tahun pun dapat menghafalkannya.23

Allah memudahkan al-Qur’an untuk diingat walau oleh seorang anak kecil, yang menjaminnya selamat dari berbagai perubahan sehingga al-Qur’an tetap terjaga berkat karunia Allah selama malam dan siang masih

18 Muhammad Makmum Rasyid, Kemukjizatan Menghafal al-Qur’an (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2015), xviii.

19 Muhammad Makmum Rasyid, Kemukjizatan Menghafal al-Qur’an, xiii.

20 Zuhair Ahmad Assiba’i, Dokter-dokter Bagaimana Akhlakmu, terj. Aziz Salim Basyarahil (Jakarta: Gema Insani Press, 1991), 9.

21 Dar Rasa’il, Yakinlah! Menghafal al-Qur’an itu Mudah, 6-8.

22 al-Qardhawi, Berinteraksi dengan al-Qur’an, 187.

23Muhaimin Zen, Tahfidz Qur’an Metode Lauhun: Panduan Menghafal al-Qur’an di Pesantren dan Pendidikan Formal (Jakarta: Transpustaka, 2013), 1.

berganti. Allah memberikan petunjuk bagi orang-orang pilihannya yang cerdas dan bertakwa untuk menghimpun setiap bidang ilmu yang dapat menggembirakan hati orang yang yakin.24 Selain itu pula al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan, akan tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, serta manusia dengan alam sekitarnya.25 Orang-orang yang mempelajari, membaca, atau menghafal al-Qur’an merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih Allah untuk menerima warisan kitab suci al-Qur’an.

ﱓ ﭐ

“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.” (QS. Al-Fāṭir[35]: 32).26

Kemudian mereka yang sering menghafal al-Qur’an maka dia akan sehat baik jiwa maupun raganya, sebagaimana yang telah diberitakan Allah Swt. bahwa al-Qur’an sebagai obat untuk orang-orang beriman.27

24 Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi, At-Tibyan: Adab Penghafal al-Qur’an (Solo: al-Qowam, 2014), 1.

25 Said Agil Husein al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 3.

26 Ni’mah Khoiriyah, “Metode Menghafal al-Qur’an (Studi Komparasi Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga” (S1., Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2016), 24-25.

27 Muhammad Hidayat Ginanjar, “Aktivitas Menghafal al-Qur’an dan Pengaruhnya terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa (Studi Kasus pada Mahasiswa Program Beasiswa Ma’had Huda Islami, Tamansari Bogor),” 46.

Dokumen terkait