• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagai hasil karya tulis ilmiah, maka dari itu penulis akan menyusun penulisa skripsi ini secara sistematis. Dalam kerangka penulisannya penulis mencoba membagi menjadi lima bab dan pada setiap babnya akan dibagi dari beberapa sub-bab sebagai penjabaran atau penjelasan. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab pertama membahas tentang pendahuluan, yaitu terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, metodologi penelitian yang terdiri dari metode penelitian, tehnik pengumpulan data, populasi dan tehnik sampel, analisa data, tehnik penulisan dan sistematika penulisan.

Bab kedua berisikan landasan teori yang memuat tentang gambaran umum menghafal al-Qur’an terdiri dari pengertian menghafal, kemudian menjelaskan metode-metode menghafal al-Qur’an, syarat-syarat yang harus

37 Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2017.

dipenuhi untuk menghafal al-Qur’an, selain itu membahas keutamaan bagi para penghafal al-Qur’an.

Bab Ketiga membahas tentang gambaran umum objek penelitian yaitu Fakultas Ushuluddin, Fakultas Kedokteran dan para mahasiswanya.

Pada bab ini penulis menjelaskan profil kedua Fakultas tersebut mencakup sejarah berdirinya, visi dan misi, serta jumlah mahasiswanya.

Bab Keempat membahas tentang hasil penelitian dari objek yang diteliti berdasarkan dari data-data yang telah diambil. Di antaranya wawancara yang dilakukan kepada mahasiswa yang terkait praktik dalam menghafal. Bab ini juga berisikan tentang sejauh mana mahasiswa Prodi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Kedokteran memahami hafalannya itu sendiri, baik secara tehnik ketika mereka menghafal maupun ketika menjaga hafalannya.

Bab Kelima merupakan bagian penutup yang berisikan kesimpulan dari penelitian serta memuat sejumlah saran untuk dapat dimanfaatkan oleh pihak lain yang mana membaca skripsi ini pada umumnya.

Adapun pada bagian terakhir dari skripsi ini terdiri atas daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

19 BAB II KAJIAN TEORI

Sebelum membahas pengertian menghafal al-Qur’an, penulis akan membahas terlebih dahulu tentang sejarah singkat al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan kitabullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

melalui malaikat Jibril kemudian disampaikan kepada para sahabat. Para sahabat langsung menghafalkannya setiap Nabi Muhammad mengajarkan kepada mereka, namun adapula beberapa sahabat yang mampu menulis maka mereka langsung mencatatnya pada pelepah-pelepah kurma, batu, tulang, sobekan kain, kulit binatang, yang biasa mereka sebut shuhuf.

Dengan demikian hafalan para sahabat lebih terjaga.1 Selain itu, mereka juga sangat mengetahui di mana ayat-ayat al-Qur’an tersebut diturunkan. Di antara para sahabat yang sangat menguasai ilmu tersebut adalah Ibnu Mas’ud ra. Kemudian ketika para sahabat mendapatkan kesulitan maka mereka akan langsung menanyakan kepada Nabi saw.2

Di setiap bulan Ramadhan Nabi Muhammad saw. selalu tadarus mengkhatamkan al-Qur’an bersama malaikat Jibril3 yang kemudian diikuti oleh para sahabat.

Meski Nabi Muhammad telah mencurahkan segala upaya yang mungkin dapat dilakukan dalam memelihara keutuhan al-Qur’an, beliau tidak merangkum surah ke dalam satu jilid. Ketika wafatnya Nabi Muhammad berarti wahyu berakhir untuk selamanya. Tidak akan ada ayat lain, perubahan hukum, serta penyusunan ulang. Kondisi seperti itu, telah mapan dalam waktu yang tepat guna memulai penyatuan al-Qur’an ke

1Nur Laila, “Membaca dan Menghafal al-Qur’an di kalangan Mahasiswa Tafsir Hadis UIN Jakarta Studi Kasus Mahasiswa Tafsir Hadis Semester 3 dan 5 Tahun 2013,”

20. 2 Abdul Hamid, Pengantar Studi al-Qur’an (Jakarta: Prenada media, 2016), 10-11.

3 Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan al-Qur’an, terj. Abdul Hayyi al-Kattani (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), 217.

dalam satu jilid. Tidak ada keraguan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan akan tugas ini. Allah swt. memberi bimbingan para sahabat dalam memberi pelayanan terhadap al-Qur’an sebagaimana mestinya memenuhi janji pemeliharaan selamanya terhadap Kitab-Nya. Selain itu, para sahabat mengkhawatirkan akan terjadi kembali peperangan yang menelan korban para sahabat sebagai syuhadā dari para penghafal al-Qur’an dan memungkinkan terjadi musnahnya sebagian al-Qur’an. Maka dari itu, para sahabat sepakat untuk mengumpulkan shuhuf-shuhuf dan huffaz untuk menyatukan ayat-ayat al-Qur’an.4 Dalam hal ini Abū Bakr dan ‘Umar sepakat untuk menyerahkan pengumpulan mushhaf itu kepada Zayd bin Tṡabit, supaya dicocokkan antara al-Qur’an yang ditulis di papan-papan dengan al-Qur’an yang dilafalkan sebelum terjadinya malapetaka terhadap para huffaz sehingga tidak ada keraguan sedikitpun bahwa tulisan dan hafalan itu dapat saling menyempurnakan.5 Setelah beberapa persoalan yang telah dihadapi oleh para sahabat dalam pengumpulan dan penyusunan al-Qur’an sehingga seluruh umat Islam dapat membaca, menghafal dan memahami serta mengamalkan al-Qur’an sampai saat ini.6

Keotentikan al-Qur’an dapat ditelusuri berdasarkan sejarahnya, yaitu sampai sekarang Qur’an teruji melalui perjalanan historisnya bahwa al-Qur’an tidak pernah berubah satu huruf pun dan tidak ada campur tangan manusia. Al-Qur’an tetap menggunakan tulisan Arab dan bahasa aslinya.

Meskipun al-Qur’an dipalsukan maka akan diketahui oleh pembacanya.7

4 Al-A’zami, Sejarah Teks al-Qur’an dari Wahyu sampai Kompilasi: Kajian Perbandingan dengan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, terj. Shihirin Sholihin, dkk.

(Jakarta: Gema Insani Press, 2005), 83-84.

5 Ibrahim al Ibyariy, Pengenalan Sejarah al-Qur’an, terj. Saad Abdul Walid (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), 77.

6Muhammad Ilham Nur, Ketika al-Qur’an Tak Lagi Diagungkan (Jakata: PT Alex Media Komputindo, 2017), 92.

7 Didin Saefuddin Buchori, Pedoman Memahami Kandungan Ayat al-Qur’an (Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005), 18.

Dokumen terkait