PROFIL FAKULTAS USHULUDDIN, FAKULTAS KEDOKTERAN DAN MAHASISWA
A. Profil Fakultas Ushuluddin 1. Sejarah Singkat
2. Visi dan Misi 4
Visi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah “Menjadikan FKIK UIN Syarif Hidayatullah sebagai lembaga pendidikan tinggi kedokteran dan ilmu kesehatan terkemuka dalam mengintegrasikan aspek keilmuan kedokteran dan kesehatan, keislaman dan keindonesiaan.
Berdasarkan visi tersebut, misi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah
a. Menghasilkan Dokter, Tenaga Kesehatan Masyarakat, Apoteker dan Ners yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif dalam persaingan global.
3 Pedoman Akademik Program Strata UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010/2011, 302-303.
4 Pedoman Akademik Program Strata UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014/2015, 367.
b. Melakukan reintegritas ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan dengan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.
i. Memberikan landasan moral terhadap pengembangan ilmu dan teknologi kedokteran dan kesehatan serta melakukan pencerahan dalam pembinaan iman dan taqwa.
ii. Mengikuti secara aktif dan berperan serta dalam pengembangan ilmu dan teknologi kedokteran dan kesehatan melalui kegiatan penelitian.
iii. Memberikan kontribusi bermakna dalam pembangunan karakter bangsa melalui upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat.
C. Profil Mahasiswa 1. Mahasiswa Umum
Berdasarkan data yang penulis ambil langsung dari Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (PUSTIPANDA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis mendapatkan profil mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Kedokteran dari Angkatan 2017/2018 dan 2018/2019 sebagai berikut:
a. Mahasiswa Ushuluddin
Tabel 3.1.
Jumlah Mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir berdasarkan Jenis Sekolah Tahun Akademik 2017/20185
No. Jenis Sekolah Orang
1. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 59
2. Madrasah Aliyah Swasta (MAS) 89
3. Madrasah Aliyah Khusus (MAK) 3
5Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (PUSTIPANDA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Jum’at, 21 Februari 2020.
4. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 18 5. Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS) 25 6. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 10
7. Pondok Pesantren 44
8. Tidak Terdefinisi 40
Jumlah 288
Tabel 3.2.
Jumlah Mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir berdasarkan Jenis Sekolah Tahun Akademik 2018/20196
No. Jenis Sekolah Orang
1. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 68
2. Madrasah Aliyah Swasta (MAS) 73
3. Madrasah Aliyah Khusus (MAK) 2
4. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 37 5. Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS) 32 6. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 3
7. Pondok Pesantren 54
8. Tidak Terdefinisi -
Jumlah 269
6Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (PUSTIPANDA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Jum’at, 21 Februari 2020.
Dapat diketahui dari tabel di atas berapa banyak jumlah mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir pada Tahun Akademik 2017/2018 sebanyak 288 orang dan Tahun Akademik 2018/2019 sebanyak 269 orang yang berasal dari berbagai sekolah seperti Madrasah Aliyah Negeri (MAN), Madrasah Aliyah Swasta (MAS), Madrasah Aliyah Khusus (MAK), Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN), Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Pondok Pesantren yang telah lulus dengan seleksi yang bermacam-macam seperti SNMPTN,7 SBMPTN,8 SPMB,9 PTAIN,10 PMDK11 dan hasil kerja sama yaitu melalui berbagai macam beasiswa12 dan pindahan dari perguruan tinggi lainnya.
b. Mahasiswa Kedokteran
Tabel 3.3.
Jumlah Mahasiswa Kedokteran berdasarkan Jenis Sekolah Tahun Akademik 2017-201813
No. Jenis Sekolah Orang
1. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 17
2. Madrasah Aliyah Swasta (MAS) 21
3. Madrasah Aliyah Khusus (MAK) -
4. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 47 5. Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS) 19
7Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
8Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
9Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru.
10Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri.
11Penelusuran Minat dan Kemampuan.
12Contohnya seperti beasiswa prestasi bagi calon mahasiswa yang berasal dari Madrasah Aliyah, Pesantren maupun Sekolah Menengah Umum.
13Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (PUSTIPANDA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Jum’at, 21 Februari 2020.
6. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) -
7. Pondok Pesantren 5
8. Tidak Terdefinisi -
Jumlah 109
Tabel 3.4.
Jumlah Mahasiswa Kedokteran berdasarkan Jenis Sekolah Tahun Akademik 2018-201914
No. Jenis Sekolah Orang
1. Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 24
2. Madrasah Aliyah Swasta (MAS) 19
3. Madrasah Aliyah Khusus (MAK) -
4. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 79 5. Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS) 25 6. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) -
7. Pondok Pesantren 3
8. Tidak Terdefinisi -
Jumlah 150
Dapat diketahui dari tabel di atas berapa banyak jumlah mahasiswa Kedokteran pada Tahun Akademik 2017/2018 sebanyak 109 orang dan
14Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (PUSTIPANDA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Jum’at, 21 Februari 2020.
Tahun Akademik 2018/2019 sebanyak 150 orang yang berasal dari berbagai sekolah seperti Madrasah Aliyah Negeri (MAN), Madrasah Aliyah Swasta (MAS), Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN), Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS) dan Pondok Pesantren yang telah lulus dengan seleksi yang bermacam-macam seperti SNMPT,15 SBMPTN,16 SPMB17 dan PTAIN.18
2. Responden
Hasil penelusuran penulis untuk data Mahasiswa Penghafal al-Qur’an di Fakultas Ushuluddin dari Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA selaku pembimbing mahasiswa yang menghafal al-Qur’an melalui salah satu anak didiknya yang bernama Agung mengatakan bahwa jumlah mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir yang mengikuti program kegiatan menghafal al-Qur’an secara keseluruhan sekitar 25 orang.
Kemudian menurut penuturan dari Dr. Endah Wulandari, S.Si., M.
Biomed selaku Dekan III Fakultas Kedokteran dan yang menguji mahasiswa kedokteran yang memiliki hafalan, ketika akan mengajukan beasiswa bahwa Fakultas Kedokteran belum pernah mendata mahasiswa yang memiliki hafalan namun ada beberapa mahasiswa yang mengajukan beasiswa dengan kategori prestasi (menghafal al-Qur’an). Karena keterbatasan waktu penulis maka tidak semua mahasiswa penghafal al-Qur’an dapat dijadikan sebagai subyek penelitian. Penulis hanya mengambil 10 Informan yang terdiri 7 orang perempuan dan 3 orang laki-laki, masing Fakultas 5 Informan. Berikut profil dari masing-masing informan.
Pertama, Nada Syifa Syahidah, Jurusan Pendidikan Dokter semester tujuh yang diwawancarai pada tanggal 31 Agustus 2020. Nada berasal dari
15 Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
16 Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri.
17 Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru.
18 Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri.
Jakarta Barat. Menyelesaikan Pendidikan di Mualimat Muhammadiyah Yogyakarta.19 Kedua, Ririn Eka Aryanti jurusan Kedokteran semester 7 yang diwawancarai pada tanggal 5 September. Ririn berasal dari Lombok Nusa Tenggara Barat. Dia menyelesaikan sekolahnya di Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren Nurul Hakim.20
Ketiga, Radina Rahmi jurusan Pendidikan Dokter semester tujuh yang diwawancarai pada tanggal 5 September. Radina berasal dari Pontianak dan telah menyelesaikan sekolahnya di Madrasah Aliyah Negeri 02 Pontianak dan pernah belajar di Rumah Qur’an untuk mengikuti kegiatan taḥfīẓ Qur’an.21 Keempat, Arini Mafazal Izzati Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir semester tujuh yang diwawancarai pada tanggal 5 Desember 2020. Mafaza berasal dari Cirebon telah menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Aliyah Cadangpinggan Indramayu dan pernah belajar di Pondok Pesantren Ulumuddin Cirebon dan UQ Demak.22
Kelima, Amirah Balqis Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir semester lima yang penulis wawancarai pada tanggal 5 Desember 2020. Amirah menyelesaikan pendidikan sekolah dan Pondok Pesantren di Madrasah Darud Da’wah al-Irsyad Sulawesi.23 Keenam, Nurussinayah jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir semester tujuh. Yang telah penulis wawancarai pada tanggal 5 Desember 2020. Naya telah menyelesaikan pendidikannya di
19Nada Syifa Syahidah (Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), diwawancarai oleh Indah Alfa Rahmatina, Ciputat, 31 Agustus 2020, Banten.
20Ririn Eka Aryanti (Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), diwawancarai oleh Indah Alfa Rahmatina, Ciputat, 5 September 2020, Banten.
21Radina Rahmi (Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), diwawancarai oleh Indah Alfa Rahmatina, Ciputat, 5 September 2020, Banten.
22 Arini Mafazal Izzati (Mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayati Jakarta), diwawancarai oleh Indah Alfa Rahmatina, Ciputat, tanggal 5 Desember 2020, Banten.
23Amirah Balqis (Mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), diwawancarai oleh Indah Alfa Rahmatina, Ciputat, 5 Desember 2020, Banten.
Madrasah Aliyah Nusantara Arjawinangun Cirebon dan Pondok Pesantren di Darut at-Tauhid Arjawinangun Cirebon.24 Ketujuh, Luthfi Zain jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir semester lima. Yang penulis wawancarai pada tanggal 23 Desember 2020. Luthfi menyelesaikan pendidikan sekolahnya di SMA 01 Bandar Lampung dan pernah belajar di Griya Qur’an al-Kamil Lampung.25
Kedelapan, Muhammad Farhan Abdurrahman jurusan Pendidikan Dokter semester lima yang diwawancarai pada tanggal 23 Januari 2021.
Farhan berasal dari Tangerang selatan dan dia pernah belajar di Pondok Pesantren al-Azkar Pamulang.26 Kesembilan, Zein Fuadi jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir semester lima yang telah penulis wawancarai pada tanggal 23 Januari 2021. Dia berasal dari Aceh dan pernah belajar di Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren Modern Darul Azhar Aceh.27Kesepuluh, Ahmad Asmul Asmar Jurusan Pendidikan Dokter yang penulis wawancarai pada tanggal 24 Januari 2021. Asmul berasal dari Makasar, pernah belajar di Pondok Pesantren IMMIM Makasar dan lulusan dari Madrasah Aliyah yang berada di bawah naungan yayasan tersebut.28
24Nurussinayah (Mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), diwawancarai oleh Indah Alfa Rahmatina, Ciputat, 5 Desember 2020, Banten.
25Luthfi Zain (Mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), diwawancarai oleh Indah Alfa Rahmatina, Ciputat, 23 Desember 2020, Banten.
26 Muhammad Farhan (Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), diwawancarai oleh Indah Alfa Rahmatina, Ciputat, 23 Januari 2021, Banten.
27Zein Fuadi (Mahasiswa Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), diwawancarai oleh Indah Alfa Rahmatina, Ciputat, 23 Januari 2021, Banten.
28 Ahmad Asmul Asmar (Mahasiswa Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), diwawancarai oleh Indah Alfa Rahmatina, Ciputat, 24 Januari 2021, Banten.
47 BAB IV
PENERAPAN MAHASISWA DALAM MENGHAFAL A. Praktik Menghafal al-Qur’an
Praktik menghafal al-Qur’an berbeda dengan praktik menghafal bacaan-bacaan yang lain. Banyak orang yang dapat praktik menghafal al-Qur’an tanpa menggunakan metode seperti metode-metode pada umumnya yang dipakai oleh lembaga-lembaga Taḥfīẓul Qur’an berhasil juga, namun hasilnya ada yang maksimal dan ada juga yang di bawah standar.
Praktik menghafal al-Qur’an tidak semudah dengan praktik menghafal syair lagu yang sangat cepat untuk diingat dan dihafal. Bahkan setelah dihafal butuh waktu yang lama untuk melupakan syair yang sudah dihafal tersebut. Berbeda dengan praktik menghafal al-Qur’an, ternyata praktik menghafal al-Qur’an membutuhkan ketekunan yang biasa dan ia hanya memerlukan waktu yang singkat untuk melupakan hafalan tersebut.
Dari beberapa informan yang penulis teliti memulai menghafal al-Qur’an semenjak duduk di bangku sekolah kemudian dilanjut lagi sampai saat ini bagi mereka yang belum menyelesaikannya hingga juz 30. Dalam menghafal al-Qur’an para informan menggunakan caranya masing-masing dalam menghafal, berikut penjelasan dari para infoman:
Arini memberi pernyataan bahwa dalam menghafal al-Qur’an dirinya menggunakan cara mengulang-ngulang baik dengan diri sendiri maupun dengan ibu nyai. Untuk menambah hafalannya Arini minimal 3 lembar dalam satu hari dengan 2 kali setor hafalan.1 Sedangkan menurut Nurussinayah, “metode yang mudah digunakan dalam menghafal al-Qur’an yaitu dengan memperbanyak pengulangan pada ayat-ayat yang akan dihafal dan ketika ayat tersebut sudah dihafal maka langsung diterapkan ketika
1 Arini Mafazal Izzati, Wawancara
shalat baik shalat wajib maupun sunnah.”2 Tidak jauh berbeda dengan pernyataan Nurussinayah, cara Luthfi dalam menghafal al-Qur’an yang baginya mudah untuk diingat yaitu dengan mengulang-ngulang ayat-ayat yang dihafal.3
Adapun menurut Amirah, “metode yang digunakan dalam menghafal al-Qur’an supaya bacaan mudah diingat yaitu dengan memperbanyak pengulangan sehingga ayat-ayat tersebut akan melekat dalam otak kita.”
Sedangkan menurut Zein, “Terlebih dahulu membaca ketika akan menghafal satu lembar atau 1 halaman sampai bacaan kita lancar kurang lebih 5 kali baca. Kalau sudah bagus bacaannya baru mulai menghafalnya perbaris atau ayatnya.”4
Kemudian Muhammad Farhan menyatakan bahwa “cara yang dilakukannya dalam menghafal al-Qur’an yaitu dengan menghafalkan potongan-potongan ayat secara berulang-ulang berdasarkan tingkat kesulitannya.5 Menurut pernyataan Ahmad Asmul, Dia menghafal dengan cara mengulang-ngulang baik hafalan baru maupun lama, dalam sehari minimal dua kali.”6 Di sini dapat disimpulkan bahwa semakin banyaknya hafalan, maka harus semakin banyaknya pula waktu yang dibutuhkan untuk Takrir. Sedangkan Ririn berdasarkan pernyataannya bahwa cara yang digunakan ketika menghafal al-Qur’an adalah memahami artinya terlebih dahulu baru kemudian menghafalnya tujuannya supaya lebih mudah untuk dihafalkan.7
Nada Syifa mengatakan dirinya ketika menghafal al-Qur’an menggunakan cara pengulangan baik ketika menambah hafalan maupun
2Nurussinayah, Wawancara.
3Luthfi Zain, Wawancara.
4Zein Fuadi, Wawancara.
5Muhammad Farhan, Wawancara.
6Ahmad Asmul Asmar, Wawancara.
7Ririn Eka Aryanti, Wawancara.
muroja’ah. Untuk muroja’ah Nada mempraktikkannya dalam shalat. Selain itu, dia mendengarkan murothal untuk mengingat bacaan yang sudah dihafal. Untuk menambah hafalannya Nada menghafal minimal sekali dalam sehari.8 Tidak lain halnya dengan Radina juga menghafal dengan cara pengulangan setiap harinya, namun lebih sering melakukan muroja’ah dibandingkan dengan menambah hafalan.9
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan para informan, di sini sudah jelas bahwa semua informan menggunakan metode atau cara yang menurutnya mudah, karena metode menghafal merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh para penghafal al-Qur’an. Metode yang digunakan oleh para informan adalah metode Wahdah karena bagi mereka hanya itulah metode yang termudah dari metode yang lain. Namun untuk jumlah pengulangannya itu tergantung dengan kemampuan, waktu dan situasi dari masing-masing informan. Berikut tabel yang menjelaskan jumlah juz dan waktu para mahasiswa dalam menghafal al-Qur’an:
Tabel 4.1.
Jumlah Hafalan dan Waktu Menghafal No. Nama Semester Fakultas Jumlah
hafalan Waktu
1. Arini 7 (Tujuh) FU 30 Juz 3 Tahun
2. Nayah 7 (Tujuh) FU 30 Juz 3.5 Tahun
3. Amirah 5 (Lima) FU 30 Juz 4 Tahun
8Nada Syifa Syahida, Wawancara.
9Radina Rahmi, Wawancara
4. Luthfi 5 (Lima) FU 30 Juz 4 Tahun
5. Zein 5 (Lima) FU 18 Juz 1.5 Tahun
6. Farhan 5 (Lima) FK 30 Juz 8 Tahun
7. Asmul 7 (Tujuh) FK 7 Juz 7 Tahun
8. Nada 7 (Tujuh) FK 15 Juz 3 Tahun
9. Radina 7 (Tujuh) FK 10 Juz 2 Tahun
10. Ririn 7 (Tujuh) FK 5 Juz 2 Tahun
Sumber wawancara langsung dengan para informan
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua mahasiswa yang dijadikan sebagai informan sudah menghafal hingga 30 juz tetapi ada yang 18 juz, 15 juz, 10 juz, 7 juz dan 5 juz. Begitu juga dengan waktu yang ditempuh dalam menghafalpun berbeda-beda. Para informan tersebut sudah mulai menghafal al-Qur’an sebelum masuk UIN yaitu semenjak duduk di bangku sekolah lalu dilanjutkan sampai sekarang bagi yang belum menyelesaikan hingga 30 juz.
Informan yang sejak awal memutuskan atau diarahkan untuk menghafal al-Qur’an biasanya akan mengumpulkan informasi terkait siapa dan kemana dia yang akan dijadikan guru. Menurut para responden peran seorang guru atau pembimbing akan sangat membantu untuk menumbuhkan kedisiplinan, membangkitkan motivasi, meningkatkan minat dan memberi tauladan serta membenarkan bacaannya. Berikut pendapat dari setiap responden terkait peran seorang guru atau pembimbing dalam menghafal al-Qur’an.
Arini mengatakan bahwa “dari awal menghafal itu langsung disimak oleh ibu Nyai kemudian setelah masuk bangku perkuliahan muroja’ah yang dibimbing oleh Dosen, karena dalam menghafal kita harus memiliki guru untuk mengoreksi bacaan saya ketika adanya kesalahan.”10 Sementara itu, Amirah juga mengatakan hal yang sama dengan Arini bahwa dalam menghafal al-Qur’an kita diperlukan seorang guru supaya lebih disiplin dan termotivasi untuk menambah hafalan atau sekedar muroja’ah.”11 Menurut Nayah, dengan kita berguru ketika menghafal al-Qur’an selain dikoreksi bacaannya juga mendapat motivasi ketika merasa kesulitan dalam menghafal maka akan selalu mengingat kata-kata dari bu Nyai “apa yang membuatmu susah menghafal al-Qur’an itu bukan karena ayatnya yang susah akan tetapi kamu sendiri belum mencoba untuk dekat dengan ayat-ayat tersebut.”12
Zein menceritakan bahwa dirinya ingin masuk pondok pesantren karena memiliki tujuan salah satunya yaitu supaya lebih fokus menghafal al-Qur’an sebab di Pondok Pesantren tersebut langsung dibimbing oleh Ustadz yang merupakan pengasuh pondok pesantren di mana dirinya belajar karena dengan belajar apapun baiknya memiliki guru termasuk dalam menghafal al-Qur’an agar bacaan dan tajwid yang kita baca dapat diperbaiki ketika ada kesalahan dalam pelafalannya baik yang disadari maupun tidak disadari.13
Sementara itu tidak jauh berbeda dengan Ahmad Asmul mengatakan
“seorang guru dalam menghafal al-Qur’an itu sangatlah dibutuhkan, tujuannya yaitu agar letak kesalahan saya ketika menghafal dapat dikoreksi supaya kedepannya lebih teliti dalam menghafal pada bagian yang salah
10 Arini Mafazal Izzati, Wawancara.
11 Amirah Balqis, Wawancara.
12 Nurussinayah, Wawancara.
13 Ahmad Asmul Asmar, Wawancara.
itu.”14 Sama halnya dengan Nada dan Ririn bahwa dirinya sangatlah membutuhkan seorang guru untuk menyimaknya baik untuk menambah hafalan maupun muroja’ah. Tak lain dengan Radina juga berkata bahwa dia menghafal dibimbing oleh guru akan tetapi tidak mengatakan alasannya.15 Begitu juga dengan Farhan, di tahun pertama dia menyetor hafalan dan muroja’ahnya langsung pada orang tuanya kemudian di tahun berikutnya dibimbing oleh guru dan dia juga tidak memberikan alasannya.16
Dari hasil wawancara penulis dengan para informan menjelaskan bahwasannya seorang guru atau pembimbing dalam menghafal al-Qur’an sangatlah penting bagi para penghafal al-Qur’an karena akan sangat mempengaruhi hasil dari mereka yang sedang menghafal al-Qur’an.
Tujuannya adalah agar bacaan atau pelafalan para penghafal yang sedang dan telah menghafal al-Qur’an dapat diperbaiki ketika adanya letak kesalahan dalam menghafal. Selain itu, para penghafal juga bisa mendapatkan sebuah motivasi dari guru atau pembimbingnya tersebut.