• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEOR

1) Pengertian STAD

Menurut Slavin (dalam Rusman,2011:213–214), STAD merupakan variasi tipe-tipe pembelajaran kooperatif yang paling mudah diterapkan dalam pembelajaran. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswi di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut. Mereka juga tidak diperbolehkan saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa dibandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa mereka capai. Nilai-nilai tersebut dijumlah untuk mendapatkan nilai kelompok dan kelompok yang mencapai kriteria tertentu akan mendapatkan penghargaan. Slavin memaparkan bahwa gagasan utama dari STAD adalah memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru.

Menurut Isjoni (dalam Taniredja,2014:64), STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif paling sederhana yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

STAD merupakan tipe dari model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin ini melibatkan kompetisi antarkelompok. Siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis. Pertama, siswa mempelajari materi bersama dengan teman-teman satu kelompoknya. Selanjutnya mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis. Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok mereka. Jadi, setiap anggota harus berusaha memperoleh nilai maksimal dalam kuis jika kelompok mereka ingin mendapatkan skor yang tinggi (Huda,2011:116).

Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti berpendapat bahwa STAD merupakan tipe dari model pembelajaran kooperatif yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi antara siswa untuk saling memotivasi, mendorong, dan membantu dalam kelompok heterogen untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru, bersaing dengan kelompok lainnya, dan memperoleh penghargaan kelompok guna mencapai prestasi yang maksimal.

2) Komponen Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Slavin (2005:143-146) memaparkan bahwa ada lima komponen dalam sintaks STAD, yaitu:

a) Presentasi kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi pelajaran di dalam kelas. Materi diperkenalkan dalam bentuk presentasi di dalam kelas yang dapat dilakukan dengan pengajaran langsung atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga dilakukan dengan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa adalah presentasi tersebut harus benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa menyadari bahwa mereka harus memberi perhatian penuh selama presentasi kelas karena dapat membantu mereka dalam mengerjakan kuis-kuis.

b) Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang berbeda tingkat kemampuan akademiknya, berbeda jenis kelamin, juga ras, dan etnis. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota benar-benar belajar dan mempersiapkan anggota- anggotanya untuk dapat mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materi, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi. Diskusi tim ini melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan

mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila ada anggota tim yang membuat kesalahan.

c) Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru menyampaikan materi dan diskusi tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis, sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. d) Skor Kemajuan Individual

Skor kemajuan individual dilakukan untuk memberikan tujuan prestasi yang ingin dicapai apabila siswa berusaha lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan nilai maksimum pada kelompoknya dan setiap siswa memiliki skor dasar yang diperoleh dari rata-rata tes atau kuis sebelumnya. Selanjutnya, siswa menyumbangkan skor untuk kelompok berdasarkan peningkatan skor individu yang diperoleh.

e) Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

3) Keunggulan STAD

Hamdayama (2014:118) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki beberapa keunggulan, yaitu :

a) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

Siswa termotivasi untuk membuat kelompoknya lebih unggul daripada kelompok lain dengan tetap menjunjung norma-norma kelompok, seperti saling menghargai, kerja sama dilakukan oleh seluruh kelompok, dan norma lainnya yang disepakati dalam kelompok.

b) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

Siswa memberi arahan satu sama lain dan membantu anggota kelompok untuk saling mengingatkan apabila ada anggota yang lupa materi ataupun cara yang digunakan dalam mengerjakan soal. c) Siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih

meningkatkan keberhasilan kelompok.

Siswa yang sudah paham dan tidak mengalami kesulitan, berperan sebagai tutor sebaya untuk membantu teman sekelompok yang belum paham dan mengalami kesulitan.

4) Kekurangan STAD

Hamdayama (2014:118) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu:

a) Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.

Siswa yang memiliki prestasi tinggi akan lebih dominan dan aktif dalam diskusi kelompok dibandingkan siswa berprestasi rendah sehingga kontribusi berupa ide dan pemikiran dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.

b) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.

Siswa yang berprestasi rendah dianggap kurang berkontribusi sehingga siswa yang berprestasi tinggi merasa kecewa.

c) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.

Diskusi kelompok yang menjadi kegiatan pembelajaran tidak sesuai atau melebihi alokasi waktu yang ditentukan sehingga kurikulum yang telah ditargetkan pun tidak dapat tercapai.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memang memiliki beberapa keunggulan yang patut diterapkan dalam pembelajaran agar lebih memotivasi siswa. Selain memiliki keunggulan, STAD juga memiliki beberapa kekurangan, namun hal tersebut tidak bisa dijadikan alasan bahwa STAD kurang layak untuk diterapkan dalam

pembelajaran. Guru dapat meminimalisir kekurangan-kekurangan STAD akan timbul saat diterapkan pada pembelajaran, sehingga guru dan siswa yang melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan STAD dapat lebih merasakan keunggulan atau hal positifnya daripada kekurangannya. Dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat sesuai bila diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran matematika karena membuat siswa aktif dalam pembelajaran, siswa bisa menjadi tutor sebaya bagi temannya yang mengalami kesulitan, bekerja sama dalam kelompok untuk berkompetisi dalam mengunggulkan kelompoknya, dan mempunyai tanggung jawab pribadi untuk meningkatkan nilainya sendiri sehingga kegiatan pembelajaran matematika menjadi lebih menarik, menantang, dan menyenangkan.

e. Matematika

1) Pengertian Matematika

Menurut Johnson&Rising (dalam Runtukahu,2013:28-29), matematika adalah pengetahuan terstruktur, di mana sifat dan teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan dan berdasarkan aksioma, sifat, atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Di pihak lain, Reys (Runtukahu,2013:28-29) mengatakan bahwa matematika adalah studi tentang pola dan hubungan, cara berpikir dengan strategi organisasi,

analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis. Daryanto (2012:240) mendefinisikan matematika adalah pengetahuan yang membekali siswa untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama yang baik.

Russel (dalam Uno,2009:108) mendefinisikan bahwa matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian- bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Arah yang dikenal itu tersusun baik (konstruktif), secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks),misalnya dari bilangan bulat ke bilangan pecah, bilangan riil ke bilangan kompleks, dari penjumlahan dan perkalian ke diferensial dan integral, dan menuju matematika yang lebih tinggi.

Dari berbagai pandangan para ahli dapat disimpulkan bahwa matematika adalah pengetahuan yang dimulai dari pengkajian bagian- bagian yang dikenal (konkrit) menuju bagian yang rumit (abstrak) dengan cara berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan mampu memecahkan masalah yang telah dibuktikan kebenarannya.

Dokumen terkait