BAB III METODE PENELITIAN
H. Teknik Analisis Data
2. Statistik Inferensial
Nugroho (2005:1) memaparkan bahwa statistik inferensial bertujuan untuk menguji hipotesis. Kasmadi (2013:92) menyatakan bahwa statistik inferensial sering disebut juga uji hipotesis penelitian. Menurut Siregar (2014:2), statistik inferensial adalah serangkaian teknik yang digunakan untuk mengkaji, menaksir, dan mengambil kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari sampel untuk menggambarkan karakteristik atau ciri dari suatu populasi. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa statistik inferensial merupakan serangkaian teknik untuk mengkaji,
menaksir, menguji hipotesis, dan menyimpulkan berdasarkan data yang diperoleh. Pengujian statistik inferensial pada penelitian ini meliputi uji normalitas, uji homogenitas, uji beda, dan uji hipotesis.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui bahwa sebaran data penelitian berdistribusi normal atau tidak (Kasmadi,2013:92). Nugroho (2005:18) juga memaparkan bahwa uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Sama dengan pendapat Kasmadi maupun Nugroho, Siregar (2014:153) juga menyatakan bahwa uji normalitas terhadap serangkaian data adalah untuk mengetahui populasi data berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa uji normalitas untuk mengetahui sebaran data atau populasi data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak.
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan nilai skewness dan nilai kurtosis. Nugroho (2005: 19) memaparkan bahwa skewness adalah kecondongan (kemiringan) suatu kurva. Kurtosis adalah ketinggian, keruncingan, atau ketumpulan suatu kurva. Budi (2005:68) memaparkan bahwa ketentuan untuk dapat menentukan data tersebut berdistribusi normal atau tidak, sebagai berikut:
1) Bila ratio skewness dan ratio kurtosis < 2 berarti data berdistribusi normal.
2) Bila ratio skewness dan ratio kurtosis > 2 berarti data berdistribusi tidak normal.
b. Uji Homogenitas
Kasmadi (2013:92) menyatakan bahwa uji homogenitas bertujuan untuk menguji kesamaan varian populasi yang berdistribusi normal. Siregar (2014:167) juga memaparkan bahwa pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah obyek yang diteliti mempunyai varian yang sama. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa uji homogenitas adalah untuk mengetahui kesamaan varian dari suatu obyek yang diteliti.
Uji homogenitas dilakukan dengan membandingkan hasil kuesioner awal, kuesioner akhir, pretest, dan posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Teknik yang digunakan dalam pengujian homogenitas adalah Lavene’s statistic pada program SPSS 16.0 for windows. Lavene’s
statistic bertujuan untuk menguji apakah kelompok data mempunyai
varian yang sama atau berbeda (Santoso,2010:109). Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
1) Hipotesis Homogenitas Data Awal Motivasi Belajar
H0 : tidak terdapat perbedaan skor kuesioner awal yang signifikan
Ha : terdapat perbedaan skor kuesioner awal yang signifikan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Ketentuan yang digunakan untuk membuktikkan homogenitas adalah: a) Jika nilai sig (2-tailed)> 0,05; maka H0 diterima dan Ha ditolak
yang berarti data homogen dan tidak terdapat perbedaan skor kuesioner awal yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
b) Jika nilai sig (2-tailed)< 0,05; maka H0 ditolak dan Ha diterima
yang berarti data tidak homogen dan terdapat perbedaan skor kuesioner awal yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
2) Hipotesis Homogenitas Data Akhir Motivasi Belajar
H0 : tidak terdapat perbedaan skor kuesioner akhir yang signifikan
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Ha : terdapat perbedaan skor kuesioner akhir yang signifikan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Ketentuan yang digunakan untuk membuktikkan homogenitas adalah: a) Jika nilai sig (2-tailed)> 0,05; maka H0 diterima dan Ha ditolak
yang berarti data homogen dan tidak terdapat perbedaan skor kuesioner akhir yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
b) Jika nilai sig (2-tailed)< 0,05; maka H0 ditolak dan Ha diterima
kuesioner akhir yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
3) Hipotesis Homogenitas Pretest
H0 : tidak terdapat perbedaan skor pretest yang signifikan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Ha : terdapat perbedaan skor pretest yang signifikan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
Ketentuan yang digunakan untuk membuktikkan homogenitas adalah: a) Jika nilai sig (2-tailed)> 0,05; maka H0 diterima dan Ha ditolak
yang berarti data homogen dan tidak terdapat perbedaan skor
pretest yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
b) Jika nilai sig (2-tailed)< 0,05; maka H0 ditolak dan Ha diterima
yang berarti data tidak homogen dan terdapat perbedaan skor
pretest yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
4) Hipotesis Homogenitas Posttest
H0 : tidak terdapat perbedaan skor posttest yang signifikan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Ha : terdapat perbedaan skor posttest yang signifikan antara kelompok
Ketentuan yang digunakan untuk membuktikkan homogenitas adalah: a) Jika nilai sig (2-tailed)> 0,05; maka H0 diterima dan Ha ditolak
yang berarti data homogen dan tidak terdapat perbedaan skor
posttest yang signifikan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
b) Jika nilai sig (2-tailed)< 0,05; maka H0 ditolak dan Ha diterima
yang berarti data tidak homogen dan terdapat perbedaan skor
posttest yang signifikan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
Bila data awal motivasi belajar dan pretest yang diuji normalitasnya berdistribusi normal dan data yang diuji homogenitas terbukti homogen, maka penghitungan uji beda selanjutnya menggunakan statistik parametrik, yaitu paired-sample t test. Bila data terbukti tidak berdistribusi normal dan tidak homogen atau berbeda maka penghitungan selanjutnya menggunakan statistik nonparametrik, two
related samples test dengan uji Wilcoxon.
c. Uji Beda
Uji beda yang dilakukan adalah uji beda kuesioner awal dan pretest
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji beda dilakukan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berada pada taraf inteligensi dan motivasi awal yang sama atau tidak. Uji beda statistik parametrik menggunakan paired-sample t test pada program
SPSS 16.0 for windows, sedangkan pada statistik nonparametrik menggunakan two related samples test dengan uji Wilcoxon pada program SPSS 16.0 for windows. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1) Hipotesis Uji Beda Data Awal Motivasi Belajar
H0 : tidak terdapat perbedaan skor kuesioner awal yang signifikan
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Ha : terdapat perbedaan skor kuesioner awal yang signifikan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Ketentuan yang digunakan untuk membuktikkan homogenitas adalah: a) Jika nilai sig (2-tailed)< 0,05; maka H0 ditolak dan Ha diterima
yang berarti terdapat perbedaan skor kuesioner awal yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. b) Jika nilai sig (2-tailed)> 0,05; maka H0 diterima dan Ha ditolak
yang berarti tidak terdapat perbedaan skor kuesioner awal yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 2) Hipotesis Uji Beda Pretest
H0 : tidak terdapat perbedaan skor pretest yang signifikan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Ha : terdapat perbedaan skor pretest yang signifikan antara kelompok
Ketentuan yang digunakan untuk membuktikkan homogenitas adalah: a) Jika nilai sig (2-tailed)< 0,05; maka H0 ditolak dan Ha diterima yang
berarti terdapat perbedaan skor pretest yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
b) Jika nilai sig (2-tailed)> 0,05; maka H0 diterima dan Ha ditolak yang
berarti tidak terdapat perbedaan skor pretest yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Bila data akhir motivasi belajar dan posttest yang diuji normalitasnya berdistribusi normal dan data yang diuji homogenitas terbukti homogen atau sama, maka penghitungan uji hipotesis selanjutnya menggunakan statistik parametrik, yaitu paired-sample t test. Bila data terbukti tidak berdistribusi normal dan tidak homogen atau berbeda maka penghitungan selanjutnya menggunakan statistik nonparametrik, two related samples test dengan uji Wilcoxon.
d. Uji Hipotesis Penelitian
Menurut Siregar (2014:65) hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya. Pengujian hipotesis penelitian statistik parametrik menggunakan paired-sample t test pada program
SPSS 16.0 for windows sedangkan pengujian hipotesis penelitian statistik
nonparametrik menggunakan two related samples test dengan uji Wilcoxon pada program SPSS 16.0 for windows. Uji hipotesis membahas mengenai hipotesis motivasi belajar dan prestasi belajar.
1) Uji Hipotesis Motivasi Belajar
Pada penelitian ini, rumusan hipotesis motivasi belajar sebagai berikut:
H0 : tidak terdapat perbedaan motivasi belajar siswa antara kelompok
yang mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok yang menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Ngupasan.
Ha : terdapat perbedaan motivasi belajar siswa antara kelompok yang
mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok yang menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Ngupasan.
Ketentuan yang digunakan untuk mengambil keputusan mengenai motivasi belajar tersebut adalah:
a) Jika nilai sig (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima
yang berarti terdapat perbedaan motivasi belajar siswa antara kelompok yang mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok yang tidak mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Ngupasan. b) Jika nilai sig (2-tailed) > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak
yang berarti tidak terdapat perbedaan motivasi belajar siswa antara kelompok yang mengimplementasikan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dan kelompok yang menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Ngupasan.
2) Uji Hipotesis Prestasi Belajar
Berikut ini dirumuskan hipotesis prestasi belajar:
H0 : tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara kelompok
yang mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok yang menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Ngupasan. Ha : terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara kelompok yang
mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok yang menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Ngupasan.
Ketentuan yang digunakan untuk mengambil keputusan mengenai prestasi belajar tersebut adalah:
a) Jika nilai sig (2-tailed) < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima
yang berarti terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara kelompok yang mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok yang menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Ngupasan.
b) Jika nilai sig (2-tailed) > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak
yang berarti tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara kelompok yang mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok yang menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Ngupasan.