• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan motivasi dan prestasi belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri Ngupasan dengan mengimplementasikan model pembelajaran koperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan motivasi dan prestasi belajar Matematika siswa kelas IV SD Negeri Ngupasan dengan mengimplementasikan model pembelajaran koperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)"

Copied!
481
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI NGUPASAN

DENGAN MENGIMPLEMENTASIKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISIONS

(STAD)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Monica Nugraheni Sulistya NIM: 121134068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

 Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat dan anugerah.

 Kedua orangtua saya Bapak Suwarsono dan Ibu YF. Sumaryati, S.Pd yang selalu memberikan doa, restu, dukungan moral dan material untuk kesuksesan saya.

 Adik saya Marcelinus Kristiadhi Nugroho serta seluruh keluarga besar yang selalu mendoakan dan menyemangati saya.

 Bapak Drs. Adimassana, M.A. dan Ibu Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. yang sabar dan tidak lelah membimbing selama proses menempuh ujian skripsi.

 Seluruh dosen PGSD USD yang telah memberikan pengetahuan dan pengalaman belajar tanpa mengenal lelah.

 Teman-teman di kelas B PGSD USD angkatan 2012 yang memberikan semangat dan dukungan.

(5)

v MOTTO

 Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.

(Amsal 3: 5)

 Bermimpilah setinggi langit, jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang.

(Soekarno)

 Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kita jatuh.

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

PERBEDAAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI NGUPASAN DENGAN

MENGIMPLEMENTASIKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

Monica Nugraheni Sulistya Universitas Sanata Dharma

2017

Latar belakang penelitian ini adalah belum diketahuinya perbedaan motivasi dan prestasi belajar antara kelompok yang mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok yang menggunakan metode konvensional. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui apakah terdapat perbedaan motivasi belajar siswa antara kelompok yang mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok yang menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Ngupasan dan (2) mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara kelompok yang mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok yang menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Ngupasan .

Jenis penelitian ini adalah quasi experiment desain nonequivalent control group. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV SD Negeri Ngupasan tahun ajaran 2015/2016. Dengan teknik sampling purposive terpilih dua sampel, yaitu kelas IV A sebagai sampel kelompok eksperimen dan kelas IV B sebagai sampel kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan pada kegiatan pembelajaran dengan mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan pada kelompok kontrol diberlakukan metode pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan motivasi belajar antara kelompok yang mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok yang menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Ngupasan dengan nilai signifikansi sebesar 0,003 (atau < 0,05); (2) terdapat perbedaan prestasi belajar antara kelompok yang mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok yang menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Ngupasan dengan nilai signifikansi sebesar 0,012 (atau < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar dibandingkan metode pembelajaran konvensional.

(9)

ix ABSTRACT

THE DIFFERENCE OF MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT OF MATHEMATICS FOR FOURTH GRADE STUDENTS OF NGUPASAN ELEMENTARY PUBLIC SCHOOL BY IMPLEMENTING STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

(STAD) TYPE COOPERATIVE LEARNING MODEL learning motivation and learning achievement between groups that implementing STAD type cooperative learning model and groups that using conventional method. The research aims (1) to know the differences of motivation achievement between groups that implementing STAD type cooperative learning model and groups that using conventional method in mathematics for fourth grade of Ngupasan Elementary Public School and (2) to know the differences of learning achievement between groups that implementing STAD type cooperative learning model and groups that using conventional method in mathematics for fourth grade of Ngupasan Elementary Public School.

The type of this research was quasi experiment with non-equivalent control group design. The subject of the research were students in fourth grade of Ngupasan Elementary Public School academic year 2015/2016. With purposive sampling technique selected two samples, they were class IV A as an experiment group sample and class IV B as the control group sample. The experiment group was taught by implementing STAD type cooperative learning model, while the control group was taught by using conventional teaching method.

The results shown that (1) there were learning motivation differences between groups that were implementing STAD type cooperative learning model and groups that using conventional method in mathematics in fourth grade of Ngupasan Elementary Public School with the significant value mounting 0.003 ( or < 0,05); (2) there were learning achievement differences between groups that were implementing STAD type cooperative learning model and groups that using conventional method in mathematics in fourth grade Ngupasan Elementary Public School with the value mounting 0,012 (or < 0,05). This result shows that STAD type cooperative learning model can improve motivation and learning achievement than conventional method.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Perbedaan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Ngupasan dengan Mengimplementasikan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD)”. Tugas akhir skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan tugas akhir skripsi ini tidak akan berhasil tanpa perhatian, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Apri Damai Sagita Krissandi S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

4. Drs. YB. Adimassana, M.A. selaku dosen pembimbing I yang memberikan bimbingan dengan sabar dan bijaksana.

5. Maria Agustina Amelia, S.Si., M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan untuk membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dan penulisan skripsi hingga selesai.

6. Seluruh dosen dan staf sekretariat prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pengarahan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi.

(11)
(12)

xii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

(13)

xiii

b. Prestasi Belajar ... 22

1) Pengertian Prestasi Belajar ... 22

2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 23

c. Model Pembelajaran Kooperatif ... 32

1) Pengertian Model Pembelajaran ... 32

2) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 32

3) Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Koperatif ... 34

d. Student Teams Achievement Divisions (STAD) ... 36

(14)
(15)

xv

b. Uji Homogenitas ... 108

c. Uji Beda ... 111

d. Uji Hipotesis ... 113

(16)

xvi

Tabel 3.11 Hasil Penilaian Validitas Silabus Kelompok Eksperimen ... 80

Tabel 3.12 Hasil Penilaian Validitas Silabus Kelompok Kontrol ... 81

Tabel 3.13 Hasil Penilaian Validitas RPP Kelompok Eksperimen ... 83

Tabel 3.14 Hasil Penilaian Validitas RPP Kelompok Kontrol ... 86

Tabel 3.15 Hasil Penilaian Validitas LKS Kelompok Eksperimen ... 89

Tabel 3.16 Hasil Penilaian Validitas LKS Kelompok Kontrol ... 90

Tabel 3.23 Klasifikasi Koefisien Korelasi ... 104

Tabel 3.24 Hasil Pengujian Reliabilitas Pretest ... 104

Tabel 3.25 Hasil Pengujian Reliabilitas Posttest ... 105

Tabel 4.1 Skor Awal Motivasi Belajar ... 118

Tabel 4.2 Skor Akhir Motivasi Belajar ... 120

(17)

xvii

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Awal Kelompok Eksperimen ... 124

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Akhir Kelompok Eksperimen ... 125

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Awal Kelompok Kontrol ... 126

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Akhir Kelompok Kontrol ... 127

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Data Motivasi Belajar ... 129

Tabel 4.9 Hasil Uji Beda Data Awal Motivasi Belajar ... 131

Tabel 4.10 Hasil Uji Hipotesis Data Motivasi Belajar ... 133

Tabel 4.11 Perolehan Skor Pretest dan Posttest ... 135

Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Data Prestasi Belajar ... 136

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen ... 138

Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen ... 139

Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Kontrol ... 140

Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Kontrol ... 141

Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Belajar ... 143

Tabel 4.18 Hasil Uji Beda Pretest ... 145

Tabel 4.19 Hasil Uji Hipotesis Data Prestasi Belajar ... 147

Tabel 4.20 Rangkuman Uji Normalitas Motivasi dan Prestasi Belajar ... 148

Tabel 4.21 Rangkuman Uji Homogenitas Data Awal dan Akhir Motivasi dan Prestasi Belajar ... 148

Tabel 4.22 Rangkuman Uji Beda Data Akhir Motivasi dan Prestasi Belajar ... 149

Tabel 4.23 Rangkuman Uji Beda Data Akhir Motivasi dan Prestasi Belajar ... 149

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan penelitian yang relevan ... 51

Gambar 3.1 nonequivalent control group design ... 57

Gambar 3.2 Keterkaitan Variabel Penelitian ... 60

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Nilai Kuesioner ... 134

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Surat Ijin Melakukan Penelitian ... 165

LAMPIRAN 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 166

LAMPIRAN 3

Data Nilai Ulangan Matematika Materi Operasi Hitung Campuran Tahun Ajaran 2014 / 2015 Kelas IV A ... 167

LAMPIRAN 4

Data Nilai Ulangan Matematika Materi Operasi Hitung Campuran Tahun Ajaran 2014 / 2015 Kelas IV B ... 168

LAMPIRAN 5 Validitas Instrumen Perangkat Penelitian Oleh Validator 2 ... 169

LAMPIRAN 6 Validitas Instrumen Perangkat Penelitian Oleh Validator 3 ... 172

LAMPIRAN 7 Validitas Instrumen Perangkat Penelitian Oleh Validator 4 ... 175

LAMPIRAN 8 Validitas Instrumen Perangkat Pembelajaran Kelompok Eksperimen Oleh Validator 1 ... 178

LAMPIRAN 9 Validitas Instrumen Perangkat Pembelajaran Kelompok Eksperimen Oleh Validator 3 ... 184

LAMPIRAN 10 Validitas Instrumen Perangkat Pembelajaran Kelompok Kontrol Oleh Validator 1 ... 190

LAMPIRAN 11 Validitas Instrumen Perangkat Pembelajaran Kelompok Kontrol Oleh Validator 4 ... 196

LAMPIRAN 18 LKS Kelompok Eksperimen Pertemuan II ... 259

(20)

xx

LAMPIRAN 25 Hasil Observasi Motivasi Belajar Kelompok Eksperimen Kondisi Awal ... 326

LAMPIRAN 26 Hasil Observasi Motivasi Belajar Kelompok Eksperimen Pertemuan I ... 330

LAMPIRAN 27 Hasil Observasi Motivasi Belajar Kelompok Eksperimen Pertemuan II ... 333

LAMPIRAN 28 Hasil Observasi Motivasi Belajar Kelompok Kontrol Kondisi Awal ... 336

LAMPIRAN 29 Hasil Observasi Motivasi Belajar Kelompok Kontrol Pertemuan I ... 340

LAMPIRAN 30 Hasil Observasi Motivasi Belajar Kelompok Kontrol Pertemuan II ... 343

LAMPIRAN 31 Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 346

LAMPIRAN 32 Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Kelompok Kontrol ... 350

LAMPIRAN 33 Hasil Data Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 357

LAMPIRAN 34 Hasil Penilaian STAD Kelompok Eksperimen ... 359

LAMPIRAN 35 Hasil Penilaian Sikap Kelompok Eksperimen ... 363

LAMPIRAN 36 Hasil Penilaian Keterampilan Kelompok Eksperimen ... 367

LAMPIRAN 37 Hasil Data Prestasi Belajar Kelompok Kontrol ... 368

LAMPIRAN 38 Hasil Penilaian Sikap Kelompok Kontrol ... 370

LAMPIRAN 39 Hasil Penilaian Keterampilan Kelompok Kontrol ... 374

LAMPIRAN 40 Hasil Penghitungan Validitas Pretest ... 375

(21)

xxi

LAMPIRAN 42 Hasil Penghitungan Reliabilitas Pretest ... 385 LAMPIRAN 43 Hasil Penghitungan Reliabilitas Posttest ... 386 LAMPIRAN 44 Hasil Penghitungan Statistik Inferensial

Motivasi Belajar ... 387 LAMPIRAN 45 Hasil Penghitungan Statistik Inferensial

Prestasi Belajar ... 389 LAMPIRAN 46 Sampel Hasil Pengerjaan Kuesioner

Kelompok Eksperimen ... 391 LAMPIRAN 47 Sampel Hasil Pengerjaan Kuesioner

Kelompok Kontrol ... 397 LAMPIRAN 48 Sampel Hasil Pengerjaan LKS Kelompok Eksperimen

Pertemuan I ... 403 LAMPIRAN 49 Sampel Hasil Pengerjaan LKS Kelompok Eksperimen

Pertemuan II ... 410 LAMPIRAN 50 Sampel Hasil Pengerjaan LKS Kelompok Kontrol

Pertemuan I ... 419 LAMPIRAN 51 Sampel Hasil Pengerjaan LKS Kelompok Kontrol

Pertemuan II ... 425 LAMPIRAN 52 Sampel Hasil Pengerjaan Uji Coba Pretest

(Belum Dihitung Validitas Dan Reliabilitasnya) ... 431 LAMPIRAN 53 Sampel Hasil Pengerjaan Uji Coba Posttest

(Belum Dihitung Validitas Dan Reliabilitasnya) ... 436 LAMPIRAN 54 Sampel Hasil Pengerjaan Pretest Kelompok Eksperimen

(Sudah Dihitung Validitas Dan Reliabilitasnya) ... 440 LAMPIRAN 55 Sampel Hasil Pengerjaan Posttest Kelompok Eksperimen

(Sudah Dihitung Validitas Dan Reliabilitasnya) ... 443 LAMPIRAN 56 Sampel Hasil Pengerjaan Pretest Kelompok Kontrol

(Sudah Dihitung Validitas Dan Reliabilitasnya) ... 446 LAMPIRAN 57 Sampel Hasil Pengerjaan Posttest Kelompok Kontrol

(22)

xxii

(23)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab I pendahuluan, diuraikan mengenai latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A.Latar Belakang Masalah

(24)

melatih kemampuan siswa untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan cara menyodorkan sejumlah masalah baru kepada siswa untuk diselesaikannya, yang terdapat pada mata pelajaran matematika.

(25)

belajar karena motivasi yang sangat baik membuat siswa semangat untuk belajar sehingga prestasi belajar mengalami peningkatan.

(26)

dan memberi penghargaan pada kelompok tersebut untuk memotivasi kelompok lainnya.

(27)

kelas IV B adalah 2,1 yang berada pada klasifikasi kurang baik. Hasil observasi tersebut peneliti sertakan pada lampiran 25 dan lampiran 28.

(28)

materi operasi hitung campuran perlu diajarkan kepada siswa karena materi ini merupakan materi yang berkaitan erat dengan permasalahan matematika sehari-hari, misalnya jual beli, untung rugi, pengukuran suhu, pengukuran kedalaman dan lainnya sehingga materi tersebut harus dikuasai secara tuntas oleh siswa. Dampak positif dari tuntasnya materi tersebut adalah siswa mampu menyelesaikan permasalahan matematika sehari-hari dengan tepat. Dari permasalahan tersebut dapat terlihat bahwa penggunaan metode pembelajaran konvensional dalam kegiatan pembelajaran belum mampu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

(29)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar siswa antara kelompok yang mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok yang menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Ngupasan?

2. Apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara kelompok yang mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok yang menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Ngupasan?

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan motivasi belajar siswa antara kelompok yang mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan kelompok yang menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran matematika di kelas IV SD Negeri Ngupasan.

(30)

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi mengenai pengaruh STAD terhadap motivasi dan prestasi belajar.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan dalam kegiatan pembelajaran matematika dengan mengimplementasikan STAD.

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menerapkan model kooperatif tipe STAD dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

c. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan baru untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pelajaran matematika.

d. Bagi Siswa

(31)

E. Definisi Operasional 1. Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan daya penggerak yang mendorong, mengarahkan, dan menggerakkan perilaku siswa baik itu dari dalam diri siswa itu sendiri maupun dari luar untuk melakukan kegiatan belajar demi mencapai tujuan belajar yang dikehendaki.

2. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik (guru) terhadap proses belajar siswa yang menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis, dan evaluasi setelah menempuh kegiatan belajar.

3. Matematika

Matematika adalah pengetahuan yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang dikenal (konkrit) menuju bagian-bagian yang rumit (abstrak) dengan cara berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan mampu memecahkan masalah yang telah dibuktikan kebenarannya.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

(32)

5. Student Teams Achievement Divisions

Student Teams Achievement Divisions atau STAD merupakan salah satu tipe

dari model pembelajaran kooperatif yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi antara siswa untuk saling memotivasi, mendorong, dan membantu dalam kelompok heterogen untuk menguasai keterampilan yang diajarkan guru, bersaing dengan kelompok lainnya, dan memperoleh penghargaan kelompok guna mencapai prestasi yang maksimal

(33)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II landasan teori, peneliti membahas kajian pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian. Kajian pustaka membahas teori-teori yang mendukung terhadap penelitian yang akan dibahas dan hasil penelitian yang relevan. Selanjutnya dirumuskan kerangka berpikir dan hipotesis penelitian yang menjadi dugaan atau jawaban sementara dari rumusan masalah penelitian.

A.Kajian Pustaka

Pada kajian pustaka, peneliti membahas tentang teori yang mendukung dan hasil penelitian yang relevan. Teori yang mendukung terbagi menjadi motivasi belajar, teori prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif, Student Teams Achievement Divisions, dan matematika.

1. Teori yang Mendukung a. Motivasi Belajar

1) Pengertian Motivasi Belajar

(34)

seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman,1986:73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Tung (2015:341) berpendapat bahwa motivasi adalah penggerak dalam diri manusia untuk berbuat sesuatu serta memberikan arah pada perbuatan itu. Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang berupa dorongan untuk melakukan sesuatu karena ada tujuan tertentu.

Dalam pembelajaran, motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman,1986: 75). Menurut Dimyati (1999:80), motivasi belajar adalah dorongan mental yeng menggerakkan dan mengarahkan perilaku siswa untuk belajar. Sementara Uno (2009:23) mengungkapkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku.

(35)

diri siswa itu sendiri maupun dari luar untuk melakukan kegiatan belajar demi mencapai tujuan belajar yang dikehendaki.

2) Jenis Motivasi a) Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Bila dikaitkan dalam pembelajaran, siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, ahli dalam bidang studi tertentu. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan belajar. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan (Sardiman,1986:89).

b) Motivasi Ekstrinsik

(36)

3) Indikator Motivasi Belajar

a) Menurut Uno (2007:23) indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

(1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

Adanya hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar mendorong siswa untuk menyelesaikan suatu tugas ataupun melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan usaha maksimal untuk memperoleh prestasi belajar yang maksimal.

(2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

Keberhasilan siswa dalam belajar dapat terwujud karena adanya dorongan menghindari kegagalan. Siswa takut bila mengalami kegagalan maka dirinya akan mendapat hukuman atau celaan dari orang lain.

(3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

Dengan adanya harapan dan cita-cita, siswa meyakini bahwa dengan giat belajar maka cita-cita mereka akan tercapai. (4) Adanya penghargaan dalam belajar.

(37)

(5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

Kegiatan yang menarik seperti demonstrasi ataupun permainan lainnya membuat siswa tertarik dalam belajar. Suasana belajar yang menarik dan menyenangkan dapat membuat siswa lebih memahami makna pembelajaran.

(6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.

Lingkungan belajar siswa yang kondusif terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial sekolah yang nyaman bagi siswa. Lingkungan fisik meliputi sarana prasarana pembelajaran yang dimiliki sekolah. Lingkungan sosial sekolah merupakan interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, guru dengan karyawan, dan siswa dengan karyawan.

b) Sardiman (1986:82) memaparkan motivasi yang ada pada diri setiap orang orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

(1) Tekun menghadapi tugas.

Siswa dapat mengerjakan tugas terus- menerus dalam waktu yang lama.

(2) Ulet menghadapi kesulitan.

(38)

(3) Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah.

Siswa menunjukkan ketertarikan dan minatnya untuk menyelesaikan masalah-masalah sederhana sesuai kemampuannya.

(4) Lebih senang bekerja mandiri.

Siswa lebih senang bekerja mandiri karena siswa percaya diri pada kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas daripada mengandalkan orang lain.

(5) Cepat bosan pada tugas yang rutin.

Siswa akan cepat bosan pada tugas yang sama. Siswa lebih tertarik menyelesaikan tugas yang selalu meningkat kesulitannya.

(6) Dapat mempertahankan pendapatnya.

Siswa dapat mempertahankan pendapatnya dan berani mempertahankannya karena merasa yakin dengan kemampuan yang dimilikinya.

(7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini.

(39)

(8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Siswa lebih tertarik pada tugas yang selalu baru ataupun tugas yang selalu meningkat kesulitannya, maka siswa senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal untuk menguji kemampuan dirinya.

Indikator-indikator motivasi dapat dipergunakan sebagai tolok ukur tingkat motivasi yang dimiliki siswa. Indikator-indikator motivasi tersebut adalah berbagai sifat perilaku siswa yang muncul sebagai akibat adanya motif atau dorongan positif dari dalam diri untuk berprestasi.

Berdasarkan pendapat Uno dan Sardiman, peneliti menerapkan indikator motivasi belajar dalam penelitian ini, yaitu 1. adanya hasrat dan keinginan berhasil, 2. tekun menghadapi tugas, 3. ulet menghadapi kesulitan, 4. menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah, 5. adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, 6. dapat mempertahankan pendapatnya.

4) Strategi Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa

a) Menurut Sardiman (1986:91–94) ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah:

(1) Memberi angka

(40)

(2) Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Dalam kegiatan belajar, pemberian hadiah dapat diganti dengan penghargaan.

(3) Saingan atau kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

(4) Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga siswa mau bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri merupakan salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. (5) Memberi ulangan

Memberi ulangan juga merupakan sarana motivasi karena para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui ada ulangan.

(6) Mengetahui hasil

(41)

(7) Pujian

Pujian perlu diberikan pada siswa yang berusaha keras dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik. Pujian yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.

(8) Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif dapat dijadikan sebagai alat motivasi jika diberikan secara tepat dan bijak.

b) Fathurohman dan Suntikno (dalam Rahman,2014:217–218) menyatakan ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, yaitu :

(1) Menjelaskan tujuan belajar ke siswa.

Pada awal pembelajaran, terlebih dahulu guru menjelaskan tentang tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran kepada siswa. Makin jelas tujuan yang akan dicapai siswa maka semakin besar juga motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar.

(2) Memberikan hadiah (reward).

(42)

samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang yang berprestasi.

(3) Memunculkan saingan atau kompetisi.

Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya dan berusaha memperbaiki prestasi belajar yang telah dicapai sebelumnya. (4) Memberikan pujian.

Memberikan pujian atau penghargaan kepada siswa yang berprestasi sudah sepantasnya dilakukan oleh guru yang bersifat membangun.

(5) Memberikan hukuman.

Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses pembelajaran. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau mengubah diri dan berusaha menumbuhkan motivasi belajarnya.

(6) Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar.

Kegiatan yang dilakukan guru adalah memberikan perhatian maksimal kepada psiswa selama proses pembelajaran berlangsung.

(7) Membentuk kebiasaan belajar yang baik.

(43)

(8) Membantu kesulitan belajar siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Dalam kegiatan pembelajaran, saat guru menemukan ada siswa ataupun kelompok yang mengalami kesulitan dalam belajar, guru akan membantu siswa ataupun kelompok tersebut. Dengan cara ini, siswa akan termotivasi untuk mengatasi kesulitan tersebut karena merasa ada guru yang peduli pada kesulitannya.

(9) Menggunakan metode yang bervariasi.

Dalam pembelajaran, metode konvensional harus sudah ditinggalkan guru karena siswa memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dibutuhkan metode yang tepat atau bervariasi dalam memberdayakan kompetensi siswa.

(10) Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Penggunaan media yang tepat sangat membantu dan memotivasi siswa dalam memaknai pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Adanya media yang tepat akan mampu membantu siswa untuk lebih memahami pembelajaran.

(44)

Strategi tersebut di antaranya, menjelaskan tujuan belajar kepada siswa, membangkitkan dorongan untuk belajar, membentuk kebiasaan belajar, membantu kesulitan belajar, menggunakan metode yang bervariasi, memaksimalkan penggunaan media, memberi angka berupa nilai, memberi hadiah, memunculkan saingan atau kompetisi, ego-involvement, memberi ulangan, memberi tahu hasil, memberi pujian, dan memberi hukuman.

b. Prestasi Belajar

1) Pengertian Prestasi Belajar

(45)

Berdasarkan pendapat para ahli diatas peneliti berpendapat bahwa prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik (guru) terhadap proses belajar siswa yang menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis, dan evaluasi setelah menempuh kegiatan belajar.

2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (internal) maupun dari luar diri (eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto (2010:56), yaitu a) Faktor Intern

Pada faktor intern ini akan dibahas menjadi dua faktor, yaitu: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

(1) Faktor jasmaniah, terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. (a)Faktor kesehatan

(46)

agar dapat melaksanakan kegiatan belajar yang baik pula sehingga memperoleh prestasi belajar yang maksimal. (b)Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Keadaan cacat tubuh dapat berpengaruh pada kegiatan belajar siswa. Jika hal ini terjadi, hendaknya siswa belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.

(2) Faktor psikologis

Ada enam faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

(a)Inteligensi

(47)

(b) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat meningkatkan kesungguhan untuk belajar. (c)Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar. Bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakat siswa, maka prestasi belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan tentunya akan lebih giat lagi dalam belajar.

(d)Motif

Motif berperan penting sebagai daya penggerak atau pendorong untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik.

(e)Kematangan

(48)

sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi, kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

(f) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi tanggapan atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar. Jika siswa sudah ada kesiapan untuk belajar, maka prestasi belajar yang diraih pun akan lebih baik.

b) Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar dikelompokkan menjadi 2 faktor, yaitu faktor keluarga dan faktor sekolah.

(1) Faktor Keluarga

(49)

(a)Cara Orang Tua Mendidik

Orang tua yang baik mendidik anak dengan cara mengatur waktu belajar dan bermain anak sehingga anak tidak berlarut-larut dalam belajar ataupun terlalu sering bermain. Orang tua juga perlu peduli terhadap kesulitan belajar anak dan memantau perkembangan atau kemajuan belajar anak serta tidak memanjakannya. Jika orang tua berperan serta dalam proses belajar anak, maka proses belajar anak dapat berlangsung dengan baik. Hal itu dapat berdampak positif pada prestasi belajar anak yang akan mengalami kemajuan atau meningkat.

(b)Relasi Antar anggota Keluarga

Relasi yang dimaksudkan, diawali dengan relasi orang tua dengan anaknya, kemudian relasi anak dengan saudara ataupun anggota keluarga lainnya. Wujud relasi itu misalnya hubungan yang penuh kasih sayang, perhatian, kepedulian, disertai dengan bimbingan dan bila perlu anak juga diberi penguatan-penguatan untuk mensukseskan proses belajar anak.

(c)Suasana Rumah

(50)

ketenangan pada anak untuk belajar. Oleh sebab itu, perlu diusahakan suasana rumah yang tenang dan tenteram agar anak betah tinggal di rumah dan dapat belajar dengan baik. (2) Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi prestasi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Berikut ini pembahasan faktor-faktor tersebut.

(a)Metode Mengajar

Metode mengajar merupakan cara mengajar yang diterapkan dalam proses pembelajaran. Metode mengajar guru yang kurang sesuai akan berdampak negatif pada proses belajar siswa. Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja menyebabkan siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar dan motivasi siswa untuk belajar.

(b)Kurikulum

(51)

dapat berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar maupun prestasi belajar siswa.

(c)Relasi Guru dengan Siswa

Proses pembelajaran terjadi antara guru dengan siswa. Jadi cara belajar siswa dipengaruhi oleh relasi dengan gurunya. Di dalam relasi yang baik, siswa akan menyukai gurunya dan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.

(d)Relasi Siswa dengan Siswa

Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri, atau sedang mengalami tekanan batin akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya, masalah yang dihadapi siswa akan mengganggu belajarnya. Oleh sebab itu, guru juga perlu turut serta dalam menciptakan relasi yang baik antarsiswa agar dapat memberi pengaruh positif terhadap belajar siswa.

(e)Disiplin Sekolah

(52)

dan bertanggung jawab dalam proses belajar, maka prestasi belajar yang dicapai siswa juga akan meningkat. (f) Alat Pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat-alat pelajaran dapat berupa buku-buku, peralatan laboratorium, ataupun media. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa sehingga siswa lebih giat belajar dan prestasi belajarnya pun akan lebih baik dari sebelumnya.

(g)Keadaan Gedung

Keadaan gedung harus memadai seiring dengan jumlah siswa yang semakin banyak serta variasi karakteristik setiap siswa. Hal itu tentunya akan membuat setiap siswa belajar dengan nyaman.

(h)Metode Belajar

(53)

(i) Tugas Rumah

Waktu belajar yang paling utama adalah di sekolah. Di samping untuk belajar, biarlah siswa menggunakan waktunya untuk kegiatan lain di rumah. Maka diharapkan, guru tidak memberi tugas rumah yang berlebihan yang dapat menyita seluruh waktu siswa di rumah.

(54)

c. Model Pembelajaran Kooperatif 1) Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Suprijono,2014:46).

Menurut Udin (dalam Mulyatiningsih,2011:211), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar yang akan diberikan untuk mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan penyelenggaraan proses belajar dari awal sampai akhir. Model berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti berpendapat bahwa model pembelajaran merupakan pedoman dan prosedur yang sistematis dalam merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran dari awal sampai akhir untuk mencapai tujuan tertentu.

2) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

(55)

diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran-pembelajaran anggota yang lain. Parker (dalam Huda,2011:29) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai kegiatan pembelajaran di mana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Priyanto (dalam Wena,2009:189) pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Lie (dalam Wena,2009:190) berpendapat sama bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur dan dalam tugas ini guru bertindak sebagai fasilitator.

(56)

bekerja sama dengan sesama siswa dalam kelompok-kelompok kecil di mana setiap siswa bertanggungjawab terhadap pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran-pembelajaran anggota yang lain untuk mencapai tujuan bersama.

3) Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

Hamdayama (2014:64-65) menjabarkan ada empat unsur dasar pembelajaran kooperatif, yaitu:

a) Prinsip Ketergantungan Positif

Hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau dan mampu membantu teman-temannya untuk menyelesaikan tugasnya.

b) Tanggung jawab Perseorangan

(57)

c) Interaksi Tatap Muka

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerjasama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing anggota.

d) Partisipasi dan Komunikasi

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Oleh sebab itu, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara, cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain dengan santun, tidak memojokkan, cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna.

Model pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe, yaitu jigsaw, Numbered Heads Together (NHT), Group Investigation, Make a Match, Team Accelarated Instruction (TAI), Cooperative Integrated Reading and Ccomposition (CIRC), Teams Game

(58)

Achievement Divisions (STAD). Penelitian ini mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

d. Student Teams Achievement Divisions (STAD) 1) Pengertian STAD

(59)

Menurut Isjoni (dalam Taniredja,2014:64), STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif paling sederhana yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

STAD merupakan tipe dari model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin ini melibatkan kompetisi antarkelompok. Siswa dikelompokkan secara beragam berdasarkan kemampuan, gender, ras, dan etnis. Pertama, siswa mempelajari materi bersama dengan teman-teman satu kelompoknya. Selanjutnya mereka diuji secara individual melalui kuis-kuis. Perolehan nilai kuis setiap anggota menentukan skor yang diperoleh oleh kelompok mereka. Jadi, setiap anggota harus berusaha memperoleh nilai maksimal dalam kuis jika kelompok mereka ingin mendapatkan skor yang tinggi (Huda,2011:116).

(60)

2) Komponen Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Slavin (2005:143-146) memaparkan bahwa ada lima komponen dalam sintaks STAD, yaitu:

a) Presentasi kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi pelajaran di dalam kelas. Materi diperkenalkan dalam bentuk presentasi di dalam kelas yang dapat dilakukan dengan pengajaran langsung atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga dilakukan dengan presentasi audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa adalah presentasi tersebut harus benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa menyadari bahwa mereka harus memberi perhatian penuh selama presentasi kelas karena dapat membantu mereka dalam mengerjakan kuis-kuis.

b) Tim

(61)

mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila ada anggota tim yang membuat kesalahan.

c) Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru menyampaikan materi dan diskusi tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis, sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. d) Skor Kemajuan Individual

Skor kemajuan individual dilakukan untuk memberikan tujuan prestasi yang ingin dicapai apabila siswa berusaha lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan nilai maksimum pada kelompoknya dan setiap siswa memiliki skor dasar yang diperoleh dari rata-rata tes atau kuis sebelumnya. Selanjutnya, siswa menyumbangkan skor untuk kelompok berdasarkan peningkatan skor individu yang diperoleh.

e) Rekognisi Tim

(62)

3) Keunggulan STAD

Hamdayama (2014:118) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki beberapa keunggulan, yaitu :

a) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.

Siswa termotivasi untuk membuat kelompoknya lebih unggul daripada kelompok lain dengan tetap menjunjung norma-norma kelompok, seperti saling menghargai, kerja sama dilakukan oleh seluruh kelompok, dan norma lainnya yang disepakati dalam kelompok.

b) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

Siswa memberi arahan satu sama lain dan membantu anggota kelompok untuk saling mengingatkan apabila ada anggota yang lupa materi ataupun cara yang digunakan dalam mengerjakan soal. c) Siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih

meningkatkan keberhasilan kelompok.

(63)

4) Kekurangan STAD

Hamdayama (2014:118) mengungkapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu:

a) Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.

Siswa yang memiliki prestasi tinggi akan lebih dominan dan aktif dalam diskusi kelompok dibandingkan siswa berprestasi rendah sehingga kontribusi berupa ide dan pemikiran dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.

b) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.

Siswa yang berprestasi rendah dianggap kurang berkontribusi sehingga siswa yang berprestasi tinggi merasa kecewa.

c) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.

Diskusi kelompok yang menjadi kegiatan pembelajaran tidak sesuai atau melebihi alokasi waktu yang ditentukan sehingga kurikulum yang telah ditargetkan pun tidak dapat tercapai.

(64)

pembelajaran. Guru dapat meminimalisir kekurangan-kekurangan STAD akan timbul saat diterapkan pada pembelajaran, sehingga guru dan siswa yang melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan STAD dapat lebih merasakan keunggulan atau hal positifnya daripada kekurangannya. Dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat sesuai bila diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran matematika karena membuat siswa aktif dalam pembelajaran, siswa bisa menjadi tutor sebaya bagi temannya yang mengalami kesulitan, bekerja sama dalam kelompok untuk berkompetisi dalam mengunggulkan kelompoknya, dan mempunyai tanggung jawab pribadi untuk meningkatkan nilainya sendiri sehingga kegiatan pembelajaran matematika menjadi lebih menarik, menantang, dan menyenangkan.

e. Matematika

1) Pengertian Matematika

(65)

analisis dan sintesis, seni, bahasa, dan alat untuk memecahkan masalah-masalah abstrak dan praktis. Daryanto (2012:240) mendefinisikan matematika adalah pengetahuan yang membekali siswa untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama yang baik.

Russel (dalam Uno,2009:108) mendefinisikan bahwa matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal. Arah yang dikenal itu tersusun baik (konstruktif), secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks),misalnya dari bilangan bulat ke bilangan pecah, bilangan riil ke bilangan kompleks, dari penjumlahan dan perkalian ke diferensial dan integral, dan menuju matematika yang lebih tinggi.

Dari berbagai pandangan para ahli dapat disimpulkan bahwa matematika adalah pengetahuan yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang dikenal (konkrit) menuju bagian-bagian yang rumit (abstrak) dengan cara berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan mampu memecahkan masalah yang telah dibuktikan kebenarannya.

2) Hakikat Belajar Matematika

(66)

matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakannya dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah.

Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti berpendapat bahwa hakikat belajar matematika adalah suatu aktivitas untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian menerapkannya dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah.

3) Tahap Pembelajaran Matematika

a) Menurut Hammil dan Bavel, (dalam Rusman,2010:226-227) proses pembelajaran matematika yang sesuai dengan karakteristik matematika dan anak, sebagai berikut :

(1) Tahap Penanaman Konsep

Dalam tahap ini, mengaitkan materi yang akan diajarkan sekarang dengan materi yang telah diajarkan dan dalam kehidupan siswa. Kegiatan pembelajaran memfungsikan panca indera siswa seperti melihat, mendengar, meraba, memindahkan objek-objek, dan mengomunikasikan.

(2) Tahap Pemahaman

(67)

penyelesaian masalah. Metode atau strategi pembelajaran matematika yang digunakan harus mengutamakan pemahaman anak, bukan hafalan.

(3) Tahap Keterampilan

Dalam tahap keterampilan, siswa dilatih menggunakan konsep-konsep matematika yang telah diperoleh dalam memecahkan masalah. Pembinaan dapat dilakukan dengan bentuk mencongak dalam berhitung dan menyelesaikan soal cerita. Latihan soal sesuai dengan materi dan tujuan yang akan dicapai. Waktu yang digunakan pada tahap ini dibatasi sesuai dengan kegiatan yang dipilih.

b) Heruman (2008:3) memaparkan bahwa pembelajaran matematika terbagi menjadi 3 tahap, yaitu:

(1) Penanaman Konsep

(68)

(2) Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.

(3) Pembinaan Keterampilan

Pembinaan keterampilan yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep yang bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.

Berdasarkan pendapat para ahli, peneliti berpendapat bahwa pembelajaran matematika terbagi menjadi 3 tahap, yaitu penanaman konsep, pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan.

4) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Berikut ini merupakan tabel standar kompetensi dan kompetensi kelas IV semester II.

Tabel 2.1 SK dan KD Kelas IV Semester II Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Bilangan 5.3 Melakukan operasi hitung

(69)

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 6. Menggunakan pecahan

dalam pemecahan masalah

6.1 Menjelaskan arti pecahan dan urutannya

6.2 Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan

6.3 Menjumlahkan pecahan 6.4 Mengurangkan pecahan 6.5 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan pecahan 7. Menggunakan

lambang bilangan Romawi

7.1 Mengenal lambang bilangan Romawi

7.2 Menyatakan bilangan cacah sebagai bilangan Romawi dan

sebaliknya

8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana

8.2 Menentukan jaring-jaring balok dan kubus

8.3 Mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris 8.4 Menentukan hasil pencerminan

suatu bangun datar

(70)

2. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengkaji dari penelitian yang sudah ada yang digunakan sebagai acuan, yaitu:

(71)

Fitrina (2013) meneliti tentang Pengaruh Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 36 Pontianak Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa tentang operasi hitung campuran bilangan bulat kelas V SDN 36 Pontianak Selatan. Metode penelitian yang digunakan metode eksperimen dengan bentuk penelitiannya eksperimen semu. Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa rata-rata nilai pretest kelas eksperimen adalah 52 dan rata-rata posttest 80,5. Rata-rata nilai pretest kelas kontrol adalah 50,45 dan rata-rata posttest adalah 62,83. Dengan demikian hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari hasil belajar siswa dengan tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini berarti pembelajaran dengan kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN 36 Pontianak Selatan.

(72)

dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Data kemampuan numerik dan hasil belajar matematika, di kumpulkan melalui tes dan di analisis dengan menggunakan analisis ANAVA dua jalur dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD berdampak lebih baik secara signifikan terhadap hasil belajar matematika dibandingkan dengan konvensional. Terjadi interaksi antara model pembelajaran dengan kemampuan numerik dimana ditemukan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih sesuai untuk siswa dengan kemampuan numerik tinggi namun sebaliknya terjadi terhadap model pembelajaran konvensional.

Ketiga jurnal penelitian di atas, diambil oleh peneliti untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan. Jurnal penelitian tersebut dianggap relevan oleh peneliti karena sudah terbukti hasilnya. Melalui jurnal penelitian di atas, diharapkan dapat mendukung proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai perbedaan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Ngupasan dengan mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Berikut ini merupakan bagan mengenai

(73)

Gambar 2.1 Bagan penelitian yang relevan

Penelitian ini dapat dikatakan merupakan hal yang baru karena meneliti mengenai operasi hitung campuran bilangan positif dan bilangan negatif pada bilangan bulat kelas IV. Penelitian ini tidak hanya meneliti mengenai prestasi belajar saja, tetapi juga meneliti mengenai motivasi belajar siswa. Selain menyajikan soal operasi hitung campuran biasa,

Yang diteliti Belajar Matematika Tentang Soal Cerita

Pecahan pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Fitrina (2013)

Pengaruh Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V

SDN 36 Pontianak Selatan

Sunilawati, dkk (2013)

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil

Belajar Matematika Ditinjau dari Kemampuan Numerik Siswa Kelas IV

(74)

penelitian ini juga menyajikan soal cerita operasi hitung campuran bilangan positif dan bilangan negatif pada bilangan bulat untuk mengajarkan pemecahan masalah yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

B.Kerangka Berpikir

Matematika merupakan ilmu yang mengajarkan pada siswa mengenai pemecahan masalah (problem solving) yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kemampuan tersebut dapat tercapai apabila dalam kegiatan pembelajaran siswa memiliki motivasi belajar yang sangat baik. Adanya motivasi belajar membuat siswa bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran matematika dan berdampak positif pula pada prestasi belajar yang mengalami peningkatan. Menumbuhkan motivasi dan menghasilkan prestasi belajar yang maksimal dapat dilakukan dengan cara mengimplementasikan model pembelajaran inovatif, menarik, dan menyenangkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD. STAD merupakan tipe kooperatif yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu antaranggota kelompok dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi maksimal.

(75)

termotivasi dalam pembelajaran, sehingga berpengaruh pada prestasi belajar yang belum maksimal. Permasalahan tersebut merupakan bukti bahwa metode pembelajaran konvensional terbukti belum mampu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

(76)

siswa lebih mendalami materi sehingga prestasi belajar siswa lebih meningkat dari sebelumnya. Adanya pemberian penghargaan pada kelompok berprestasi pada akhir pembelajaran dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi untuk memperoleh prestasi belajar yang maksimal. Selanjutnya dilakukan pembandingan motivasi dan prestasi belajar antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok A yang mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, menghasilkan motivasi dan prestasi belajarnya lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok B yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hasil dari pembandingan pada penelitian ini sebagai pembuktian bahwa STAD patut dipertimbangkan untuk diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran terutama pada mata pelajaran matematika guna meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dibandingkan metode konvensional.

C.Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

(77)
(78)

56 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III metode penelitian, membahas tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, dan teknik analisis data.

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu. Quasi experiment merupakan jenis

penelitian dimana peneliti tidak dapat melakukan penempatan pada kelompok yang mendapat perlakuan dan kelompok yang merupakan kelompok kontrol (Kountour,2003:128). Salah satu desain dari quasi experiment adalah non-equivalent control group design.

(79)

sama. Hal yang membedakan kedua kelompok ialah bahwa kelompok eksperimen diberi treatment atau perlakuan tertentu, sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan seperti keadaan biasanya (Yusuf,2014:185). Treatment atau perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian yang dilakukan menggunakan jenis penelitian quasi experiment atau eksperimen semu desain nonequivalent control group. Adapun gambaran mengenai desain nonequivalent control

group menurut Cohen (2000:214) sebagai berikut:

Experimental

Control

Gambar 3.1 nonequivalent control group design Keterangan :

O1 : rata-rata skor pretest kelompok eksperimen (experimental)

O2 : rata-rata skor posttest kelompok eksperimen (experimental)

X : pemberian perlakuan (treatment)

O3 : rata-rata skor pretest kelompok kontrol (control)

O4 : rata-rata skor posttest kelompok kontrol (control)

O1 X O2

(80)

B.Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat penelitian diuraikan sebagai berikut: 1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Senin, 11 Januari 2016 sampai Jumat, 16 Desember 2016.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ngupasan yang terletak di Jalan Reksobayan 6, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta 55122 DI Yogyakarta. SD Negeri Ngupasan terdiri dari 12 kelas, yaitu 6 kelas paralel. Setiap kelas terdiri dari dua bagian, yaitu kelas A dan kelas B.

C.Populasi dan Sampel 1. Populasi

(81)

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling. Nonprobabaility sampling adalah teknik

(82)

D.Variabel Penelitian

Pada penelitian ini, terdapat 2 variabel, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas IV.

Gambar 3.2 Keterkaitan Variabel Penelitian

E. Teknik Pengumpulan Data

(83)

1. Non Tes a. Wawancara

Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab atau dialog secara lisan antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh peneliti (Widoyoko,2012:40). Berdasarkan jenisnya, wawancara dibedakan menjadi dua, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan data. Wawancara terstruktur digunakan apabila pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam hal ini, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disiapkan (Widoyoko,2012:42). Wawancara tidak terstuktur atau terbuka adalah wawancara yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya merupakan garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Widoyoko,2012:44).

(84)

untuk mengetahui kondisi pembelajaran, kesulitan yang dialami siswa, motivasi, dan prestasi belajar siswa serta upaya guru dalam membelajarkan matematika.

b. Observasi

Widoyoko (2012:46) mendefinisikan bahwa observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data di mana pengumpul data mengamati secara visual gejala yang diamati serta menginterpretasikan hasil pengamatan tersebut dalam bentuk catatan. Penelitian ini memilih melakukan observasi partisipan. Dengan kata lain peneliti turut ambil bagian dalam kegiatan atau terlibat langsung dalam aktivitas orang-orang yang sedang diobservasi.

c. Kuesioner

(85)

akhir motivasi belajar siswa setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran.

2. Tes

a) Soal Tes

Menurut Widoyoko (2012:50) tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Soal tes diberikan kepada siswa dengan tujuan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest yang terdiri 20 soal pilihan ganda dan posttest yang terdiri dari 20 soal pilihan ganda. Selain itu juga terdapat kuis selama proses pembelajaran berlangsung yang digunakan untuk menilai kemajuan setiap siswa. Materi soal mengenai operasi hitung campuran.

F. Instrumen Penelitian

(86)

1. Instrumen Non Tes a. Wawancara

Wawancara dilakukan sebelum peneliti melaksanakan penelitian. Wawancara dilakukan pada hari Selasa, 19 Januari 2016 bersama wali kelas IV A dan IV B. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi belajar siswa, prestasi, dan motivasi belajar siswa.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Wawancara

No Indikator Item Pertanyaan

1 Proses pembelajaran matematika 1

2 Prestasi belajar matematika 2, 3

3 Motivasi belajar matematika 4, 5

4 Upaya guru membelajarkan matematika 6

(87)

Tabel 3.2 Pedoman Pertanyaan Wawancara

No Pertanyaan

1 Bagaimana proses pembelajaran Matematika di kelas? 2 Bagaimana kemampuan siswa dalam memahami dan

mengerjakan soal Matematika yang diberikan? 3 Berapa rata-rata nilai Matematika di kelas IV?

4 Bagaimana antusiasme siswa saat mengikuti pelajaran Matematika di kelas?

5 Apa yang menjadi kendala siswa dalam memahami mata pelajaran matematika?

6 Apa model atau metode pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran matematika?

Tabel di atas merupakan pedoman pertanyaan wawancara, yaitu penjabaran pertanyaan dari kisi-kisi wawancara yang telah dibuat. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan untuk mendapat informasi mengenai kondisi pembelajaran matematika, prestasi belajar, motivasi belajar di kelas IV A dan IV B, serta upaya guru dalam membelajarkan matematika sebelum dilakukan penelitian.

b. Observasi

Gambar

Tabel 2.1 SK dan KD Kelas IV Semester II
Gambar 2.1 Bagan penelitian yang relevan
Gambar 3.1 nonequivalent control group design
Gambar 3.2  Keterkaitan Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

sustainability in our three pillars of energy resources, energy services and energy infrastructure, also carries out the roles of mentor to communities and steward of

Hasil dari penelitian ini adalah di area Outer Tube Casting PT Kayaba Indonesia terdapat sumber-sumber yang dapat menyebabkan berpotensi kebakaran, selain itu

Bagi para pengusaha kecil dan menengah yang memiliki keterbatasan dalam modal usaha untuk promosi dan menjual produk dapat memanfaatkan teknologi e-Commece ini, karena tidak

Jika jumlah yang direalisasi terhadap penjualan Kolateral atau mana-mana bahagian daripadanya atau sebaliknya selaras dengan peruntukan Fasal 10 tidak mencukupi

Begitu pun di PT Pos Indonesia (Persero), fenomena yang terjadi di PT Pos Indonesia (Persero) seperti yang dikemukan oleh Accounting Manager PT Pos Indonesia

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ilmiah yang berjudul: ” Analisis Usahatani Perkebunan Kopi Rakyat Di Desa Gombengsari Kecamatan

[r]

Kwh meter atau dalam dunia PLN disebut Alat Pembatas dan alat Pengukur (APP) adalah Alat milik PT PLN (Persero) yang berfungsi untuk membatasi daya listrik yang dipakai serta