• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3. Penggabungan Bidang Tanah

Pasal 50 PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah mengatur bahwa atas permintaan pemegang hak yang bersangkutan, dua bidang tanah atau lebih yang sudah didaftarkan dan letaknya berbatasan yang kesemuanya atas nama pemilik yang sama dapat digabung menjadi satu satuan bidang baru, jika semuanya dipunyai dengan hak yang sama dan bersisa jangka waktu yang sama. Penggabungan bidang-bidang tanah dapat dilakukan terhadap dua bidang tanah atau lebih yang sama status haknya (misalnya sama-sama hak milik) dan juga sama pemegang hak atas tanahnya serta letak masing-masing bidang tanah berbatasan.Pendaftaran penggabungan bidang-bidang tanah dilakukan dengan menyatakan tidak berlaku lagi surat ukur, buku tanah dan sertipikat lama dan membuatkan

93

105 surat ukur, buku tanah dan sertipikat baru untuk bidang tanah hasil penggabungan.

Penggabungan dua bidang tanah atau lebih yang berbeda jangka waktu berakhirnya dapat dilakukan, dengan ketentuan bidang-bidang tanah tersebut disesuaikan dengan jangka waktu berakhirnya hak dengan jangka waktu yang terpendek atau yang terpanjang melalui pelepasan hak untuk jangka waktu yang berlebih atau perolehan hak untuk jangka waktu yang kurang. Kepala Kantor Pertanahan diberi kewenangan untuk memberikan penetapan yang diperlukan untuk penyesuaian jangka waktu tersebut dengan memberikan catatan seperlunya dalam buku tanah dan sertipikat serta daftar umum lainnya.

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah telah memperkaya ketentuan Pasal 19 UUPA, yaitu bahwa dengan diterbitkannya sertipikat hak atas tanah, maka kepada pemiliknya diberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum. Sedangkan Pasal 19 UUPA hanya untuk kepastian hukum saja. Rendahnya pendaftaran tanah di Indonesia disebabkan karena ketidaktahuan birokrasi, keterbatasan ekonomi dan juga disebabkan karena selama ini sertipikat hak atas tanah belum sepenuhnya memberikan jaminan kepastian hukum bagi para pemegang hak. Pada daerah tertentu dimana masyarakatnya masih taat pada hukum adat, menganggap pengakuan masyarakat berserta institusi adat yang lebih penting dan memberikan rasa aman dalam penguasaan tanah.

Pelaksanaan pendaftaran tanah hendaknya dilakukan berdasarkan asas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir, dan terbuka.Sesuai dengan makna asas

106 sederhana, maka hendaknya pelaksanaan pendaftaran tanah dapat dilakukan dengan mudah agar dapat dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama bagi pemegang hak atas tanah. Rasa aman yaitu pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesuai dengan pendaftaran tanah.Asa terjangkau adalah pelayanan yang diberikan dalam rangka pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh pihak yang memerlukan, dari segi pembiayaan maka dilakukan berdasarkan ketentuan Pasal 61 PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang menyatakan bahwa apabila pemohon tidak memiliki kemampuan finansial untuk membayar biaya pendaftaran tanah, maka pemerntah dapat membebaskan pemohon dari seluruh biaya pendaftaran tanah. Dengan adanya pembebasan biaya pendaftaran tanah, maka diharapkan tidak ada lagi alasan bagi masyarakat yang memiliki tanah untuk tidak melakukan pendaftaran tanah dengan alasan biaya pendaftaran.

Menurut pendapat Andrian Sutedi 94, walaupun UUPA telah memberikan jaminan kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah atau pemegang sertipikat, namun pada kenyataannya sertipikat tersebut belum memberikan jaminan kepastian hukum pemiliknya. Peraturannya sendiri memberikan peluang dimana sepanjang terdapat pihak lain yang merasa memiliki tanah dapat menggugat pihak yang namanya tercantum dalam sertipikat secara keperdataan ke Peradilan Umum, atau menggugat kepada Kepala BPN/Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ke Pengadilan Tata Usaha Negara, atau gugatan yang menyangkut

94

Andrian Sutedi, 2006, Kekuatan Hukum Berlakunya Sertipikat Sebagai Tanda Bukti Hak Atas Tanah, Cipta Jaya, Jakarta, hal. 1-2

107 teknis administrasi penerbitannya. Kondisi ini menunjukkan bahwa fungsi hukum melalui berbagai regulasi tidak mutlak memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat pemilik tanah.

Pada tataran pendaftaran tanah maka yang menjadi cita-cita yang diharapkan oleh masyarakat pemegang hak milik atas tanah adalah jaminan kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah.Karena dengan adanya jaminan kepastian tersebut, maka pemegang hak dapat diakui mengenai keberadaan tanah tersebut, sekaligus diperlukan jaminan perlindungan bagi negara.

Kepastian hukum secara normatif dapat dimaknai ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam hal tidak menimbulkan multitafsir atau keragu-raguan dan logis dalam artian dapat menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Dengan demikian, kepastian hukum merupakan suatu perilaku yang dilakukan oleh subjek hukum secara onsisten berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Implikasi dari kekonsistenan tersebut akan memberikan perlindungan hukum bagi subjek hukum tersebut. Melalui pendaftaran tanah dapat diperoleh informasi suatu bidang tanah, baik penggunaan, pemanfaatannya, maupun informasi mengenai untuk apasebaiknya tanah itu dipergunakan dan sebagainya. Ketentuan yang tercantum dalam UUPA mengenai bidang pendaftaran tanah adalah usaha yang lebih modern dari suatu pendaftaran tanah yang komperhensif yang dikenal dengan land

108 information system yang disebut juga dengan istilah geographic information system.95

Menurut pendapat Maria SW Sumardjono, sertipikat hak atas tanah sebagai hasil akhir proses pendaftaran tanah berisi data fisik (keterangan tentang letak, batas, luas bidang tanah, serta bagian bangunan atau bangunan yang ada di atasnya bila dianggap perlu) dan data yuridis (keterangan tentang status tanah dan bangunan yang didaftar, pemegang hak atas tanah dan hakhak pihak lain, serta beban-beban lain yang berada di atasnya). Dengan memiliki sertipikat, maka kepastian hukum berkenaan dengan jenis hak atas tanah, subyek hak dan obyek haknya menjadi nyata.96 Sertifikat memberikan berbagai manfaat, misalnya mengurangi kemungkinan sengketa dengan pihak lain, serta memperkuat posisi tawar menawar apabila hak atas tanah yang telah bersertifikat diperlukan pihak lain untuk kepentingan pembangunan apabila dibandingkan dengan tanah yang belum bersertifikat serta mempersingkat proses peralihan serta pembebanan hak atas tanah.

Dengan adanya pendaftaran tanah maka pemegang hak akan diberikan jaminan keamanan akan kepemilikannya dalam menuju kepastian hukum. Bahkan seorang pemilik mendapatkan kesempurnaan dari haknya karena hal-hal sebagai berikut:

95

AP. Parlindungan I, Op.Cit, hal. 7 96

Maria S.W. Sumardjono, 2001, Kebijakan Tanah;Antara Regulasi dan Implementasi, Kompas, Jakarta, hal. 45

109 a. Adanya rasa aman dalam memiliki hak atas tanah (security);

b. Mengerti dengan baik apa dan bagaimana yang diharapkan dari pendaftaran tersebut (simplity);

c. Adanya jaminan ketelitian dalam sistem yang dilakukan (accuracy); d. Mudah dilaksanakan (expedition);

e. Dengan biaya yang bisa dijangkau oleh semua orang yang hendak mendaftarkan tanah (cheapness) dan daya jangkau kedepan dapat diwujudkan terutama atas harga tanah itu;

f. Terdapat jaminan kepastian mengenai pengertian, isi, batas-batas hak milik atas tanah dalam kaitannya dengan fungsi sosial hak milik; g. Memperoleh jaminan kepastian mengenai cara-cara memperoleh,

mempergunakan dan menikmati hak milik yang serasi dan seimbang dengan asas dan tujuan hak milik.

Prinsip utama pendaftaran hak atas tanah adalah untuk memfasilitasi jaminan keamanan atas pemilikan tanah dan pemindahan haknya, misalnya pembeli akan menikmati tanah dengan tidak ada gangguan oleh pihak lain. Selain itu pendaftaran tanah dibuat untuk menemukan apakah ada hak-hak pihak ketiga.Pokok gagasan dalam sistem pendaftaran adalah mencatat hak-hak atas tanah, kemudian menggantikan bukti kepemilikan atas pemberian hak atas tanahnya. Apabila kemudian terjadi suatu peralihan hak atas tanah, maka akan jelas terlihat dalam buku tanah dan rekaman ini terpelihara demi kepentingan tanah itu atas kedudukan orang yang berhak daripadanya. Sepanjang isi atau sifat hak itu bisa diagunkan atau dimutasikannya, maka tidak ada pihak yang tidak

110 menghormati bila right to use dan right of dispossal memang diberikan oleh jenis haknya itu sendiri. Kenyataan terwujudnya kepastian hukum yang diterapkan inilah yang menjadi persoalan pokok dan undang-undang untuk saat ini. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pendaftaran hak atas tanah merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan, bahkan setiap bentuk peralihan, hapusnya maupun pembebanan hak atas milik juga wajib didaftarkan.

Bagi pemegang hak atas tanah, memiliki sertipikat mempunyai nilai lebih yaitu memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum. Sebab dibandingkan dengan alat bukti tertulis lainnya, sertipikat merupakan tanda bukti hak yang kuat, artinya pemegang hak atas tanah yang namanya tercantum dalam sertipikat harus dianggap sebagai benar sampai dibuktikan sebaliknya di Pengadilan dengan alat bukti lain.

111 BAB III

BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG