• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan

HAK MILIK TANAH SESEORANG ATAU SUATU BADAN HUKUM

3. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan

Karena saking pentingnya arti tanah bagi menunjang kehidupan manusia menyebabkan ada upaya mempertahan tanah tersebut dari tindakan penyerobotan dari pihak lain begitu pula pihak lain ada upaya penyerobotan tanah guna kepentingannya sendiri. Ada lima permasalahan yang sering terjadi (mengacu kepada UUPA) yaitu:

1. Persoalan yang menyangkut fungsi sosial atas tanah (Pasal 6 UUPA) 2. Jangka waktu atau batas maksimum kepemilikan tanah (Pasal 7 UUPA) 3. Penguasaan dan pemilikan tanah (Pasal 10 UUPA)

4. Hak Monopoli atas tanah (Pasal 13 UUPA) 5. Penetapan ganti rugi tanah (Pasal 18 UUPA)

Kelima persoalan tersebut, secara langsung maupun tidak langsung, memicu konflik pertanahan di masyarakat. Konflik semakin pelik seiring dengan tingginya tingkat kebutuhan masyarakat akan tanah dan pembangunan yang sering melupakan faktor keadilan kepemilikan atas tanah118. Pemicu konflik tanah biasanya muncul dari perbedaan cara pandang dan kepentingan antara mayoritas rakyat yang membutuhkan tanah sebagai sumber utama kehidupan dan pihak lain yang membutuhkan tanah untuk kegiatan skala besar.

118

134 Masih teringat kejadian di kawasan Koja, Tanjung Priok, yang terjadi pada hari Rabu, tanggal 4 April 2010. Atmosfir pertumpahan darah sudah terasa sejak awal. Bentrokan ini terjadi antara Amir Biki dan pendukungnya yang dianggap kelompok garis keras dengan TNI-POLRI. Latar belakang dari permasalahn tersebut adalah konflik pertanahan/sengketa pertanahan.

Sengketa pertanahan dapat terjadi antara masyarakat satu dengan masyarakat yang lain atau antara masyarakat dengen pemerintah. Menurut Elza Syarif sengketa pertanahan antara penduduka dengan pemerintah dapat terbentu sebagai berikut119:

1. Sengketa yang menyangkut tanah perkebunan yaitu berbentuk pendudukan dan penyerobotan tanah-tanah perkebunan yang telah dilekati dengan Hak Guna Usaha, baik yang masih berlaku maupun yang sudah berakhir;

2. Sengketa yang berkaitan dengan kawasan hutan khususnya pemberian hak pengusahaan hutan (HPH) atas kawasan hutan dimana terdapat tanah yang dikuasai oleh masyarakat hukum adat (tanah ulayat) serya yang berkaitan dengan kawasan pertambangan dan kawasan yang diklaim hutan tetapi senyatanya sudah merupakan non hutan;

3. Sengketa yang berkaitan dengan kawasan pertambangan dan kawasan yang diklaim sebagai hutan tetapi senyatanya sudah merupakan non hutan;

4. Sengketa yang berkaitan dengan tumpang tindih atau sengketa batas, tanah bekas hak milik adat (girik) dan tanah bekas hak eigendom;

119

135 5. Sengketa tanah yang berkaitan dengan tukar-menukar tanah bengkok desa/tanah kas desa, sebagai akibat perubahan status tanah bengkok desa/Tanah Kas Desa menjadi aset Pemda.

6. Sengketa yang berkaitan dengan tanah bekas partikelir yang saat ini dikuasai oleh berbagai instansi pemerintah;

7. Sengketa yang berkaitan dengan putusan pengadilan yang tidak dapat diterima dan dijalankan.

Sengketa-sengketa tersebut diatas merupakan gambaran kecil daripada permasalahan pertanahan yang ada di Indonesia. Dikaitkan dengan permasalahan ini adalah apabila pemerintah tidak hati-hati dalam menetukan kebijakan dalam hal ketidak adanya dokumen-dokumen pertanahan yang dikarenakan peristiwa kebakaran pada kantor pertanahan maka sengketa pertanahan akan semakin bertambah. Sebelum membahas apakah surat pernyataan kepemilikan atas bidang tanah dapat memberikan kepastian hukum sertipikat tersebut benar-benar asli yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan ada kalanya dijelaskan surat perngertian itu sendiri.

Mengenai pengertian surat pernyataan adalah surat yang dibuat oleh seseorang yang berisi pernyataan dirinya atau menerangkan orang lain bahwa orang tersebut pernah atau tidak pernah melakukan sesuatu. Ada juga pengertian lain, yaitu surat pernyataan adalah pernyataan tertulis yang mengemukakan kesediaan/kesanggupan seseorang atau kelompok untuk menanggung segala risiko yang berkaitan dengannnya. Surat pernyataan yang menyangkut aspek hukum harus di tulis di atas kertas segel atau kertas biasa yang di bubuhi materai. Dengan

136 hal itu juga terkandung pengertian bahwa surat pernyataan yang menyangkut aspek hukum hanya di buat oleh seseorang yang telah dewasa.

Dalam kehidupan sehari-hari surat pernyataan biasanya dibuat oleh seseorang untuk melengkapi suatu kelengkapan administrasi baik dalam hal surat lamaran pekerjaan atau untuk keperluannya setelah dia pendidikan atau bekerja dalam suatu instansi tertentu. Dalam urusan dinas, seseorang pimpinan sering juga membuat surat pernyataan yang isinya menerangkan tentang anak buah atau bawahannya. Surat pernyataan dinas mempunyai bentuk, fungsi, dan penyusunan yang relative sama dengan surat keterangan.

Tidak jarang juga lembaga-lembaga ataupun perusahaan-perusahaan yang hendak menerima pegawai baru meminta yang bersangkutan untuk membuat surat pernyataan yang isinya disesuaikan dengan kebuthan lembaga maupun perusahaan. Dalam hal seperti ini sebaiknya lembaga tersebut mempersiapkan blangko surat untuk diisi oleh para peserta sebagai suatu persyaratan. Pembuatan surat pernyataan dalam bentuk blangko memudahkan penelitian isi surat yang masuk karena semua bentuknya sudah lama. Adapun manfaat surat pernyataan tersebut adalah :

a. Bagi si penerima, surat pernyataan berfungsi sebagai alat bukti meminta pertanggungjawaban pihak yang menulis jika ia menempati, atau apa yang dinyatakannya ternyata tidak benar.

b. Bagi si pembuat, surat pernyataan berfungsi sebagai alat bukti penguat untuk diakui pihak lain, bahwa dirinya benar-benar seperti apa yang

137 dinyatakan dalam surat tersebut. Oleh karena itu surat lamaran pekerjaan bagi pegawai negeri, biasanya dilampiri berbagai surat pernyataan.

Surat pernyataan pribadi mempunyai bentuk yang sederhana. Semua dapat membuatnya dalam bentuk resmi atau setengah balok. Meskipun termasuk surat pribadi, pihak yang menerima surat pernyataan ini sebaiknya membuatkan blangko. Surat pernyataan dalam bentuk blangko/formulir berfungsi memudahkan bentuk untuk mengecek isinya, karena isi pernyataan yang dianggap penting sudah langsung dicetak/diketik. Pihak pribadi yang mengisi tinggal melengkapi bagian-bagian data pribadi saja.

Mengenai susunannya, surat pernyataan terbagi menjadi tiga bagian pokok, yaitu:

a. Nama surat pernyataan, biasanya ditulis centering atau di tengah-tengah dengan huruf kapital semua.

b. Isi pernyataan, meliputi beberapa hal. 1. identitas pihak yang menyatakan

2. isi pernyataan berupa kesungguhan dalam menyatakan sesuai dengan kenyataan yang ada,

3. identitas pihak yang menyatakan jika surat pernyataan itu dibuat oleh pihak lain.

c. Penutup pernyataan, meliputi hal-hal: 1. tempat dan tanggal dibuatnya surat, 2. identitas yang membuat surat

138

4.2. Surat Pernyataan Pemilikan Bidang Tanah Dalam Memberikan

Kepastian Hukum

Berbeda halnya dengan Surat Pernyataan pada umumnya, Surat Pernyataan Pemilikan Bidang Tanah mempunyai bentuk susunan sebagai berikut :

1. Identitas yang membuat pernyataan

2. Isi pernyataan yang meliputi beberapa hal : a. Data sertipikat

b. Batas-batas tanah

c. Sertipikat tersebut benar asli diterbitkan oleh Kantor Pertanahan

d. Tanah tersebut dikuasai secara terus-menerus, tidak tersangkut dalam suatu sengketa, bebas dari suatu sitaan dan tidak terkait sebagai jaminan/tanggungan hutang serta tidak dibebani oleh suatu hak e. Adanya identitas 2 (dua) orang saksi

3. Penutup pernyataan, meliputi hal-hal:

a. Tempat dan tanggal dibuatnya surat pernyataan

b. Identitas dan tanda tangan yang membuat surat pernyataan c. Identitas dan tanda tangan saksi-saksi

d. Identitas dan tanda tangan Kepala Desa/Lurah sesuai dengan letak tanah Seperti yang yang telah dijelaskan diatas mengenenai surat pernyataan, dapat disimpulkan bahwa surat pernyataan pemilikan atas bidang tanah tidak dapat memberikan kepastian hukum kepada pemegang hak milik atas tanah akibat terjadinya kebakaran pada Kantor Pertanahan. Seperti sifatnya surat pernyataan

139 sendiri adalah surat yang dibuat sendiri untuk keperluannya sendiri, jadi siapa saja dapat membuat surat pernyataan kepemilikan atas bidang tanah.

Akan tetapi surat pernyataan pemilikan bidang tanah dapat memberikan kepastian hukum yang syah apabila didukung dengan beberapa syarat administrasi lainnya yakni:

1. Surat pernyataan tersebut dibuat dibawah sumpah dihadapan Pejabat Kantor Pertanahan maupun pejabat lain yang ditunjuk untuk hal itu.

2. Adanya surat pernyataan dari aparat desa setempat mengenai penguasaan bidang tanah,

Dalam permasalahan ini harus ada peraturan yang mengatur tentang surat pernyataan pemilikan bidang tanah, ada yang menjalankan aturan tersebut, dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional, dan masyarakat yang tunduk akan aturan itu. Namun saat ini sesuai dengan hasil rapat yang dilakukan oleh para pihak yang berwenang dalam hal terbakarnya Kantor Pertanahan di Kabupaten Buleleng disepakati bahwa, untuk melakukan suatu perbuatan hukum terkait dengan peralihan hak terhadap suatu sertipikat hak atas tanah, pemilik diwajibkan untuk menandatangani surat pernyataan pemilikan bidang tanah, disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi dan disahkan oleh Kepala Desa/Kepala Kelurahan.

Dalam hal ini ditemukan kekurangan kelengkapan administrasi guna memperkuat surat pernyataan pemilikan bidang tanah agar dapat memberikan kepastian hukum terhadap pemegang hak atas tanah setelah terbakarnya Kantor Pertanahan. Perlu kiranya penambahan beberapa surat yang mesti dibuatkan guna menjamin kepastian hukum terhadap pemegang hak atas tanah, seperti

140 pembuatan surat pernyataan dibawah sumpah dihadapan pejabat Kantor Pertanahan maupun pejabat yang ditunjuk untuk itu.

Pada dasarnya setiap sengketa pemilikan hak atas tanah, hal yang dijadikan bukti pemilikan hak atas tanah tersebut berupa sertipikat hak atas tanah. Alat bukti menurut hukum pertanahan sangat berperan untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.

Pembuktian hak baru berdasarkan Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dimaksudkan untuk keperluan pendaftaran hak meliputi :

a. hak atas tanah baru dibuktikan dengan :

1) penetapan pemberian hak dari Pejabat yang berwenang memberikan hak yang bersangkutan menurut ketentuan yang berlaku apabila pemberian hak tersebut berasal dari tanah Negara atau tanah hak pengelolaan;

2) asli akta PPAT yang memuat pemberian hak tersebut oleh pemegang hak milik kepada penerima hak yang bersangkutanapabila mengenai hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah hak milik;

b. hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan pemberian hak pengelolaan oleh Pejabat yang berwenang;

c. tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf;

141 e. pemberian hak tanggungan dibuktikan dengan akta pemberian hak

tanggungan

Selanjutnya pembuktian hak lama berdasarkan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yaitu :

(1) Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik, dianggap cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya.

(2) Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembuktian hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang bersangkutan selama. 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon pendaftaran dan pendahulupendahulunya, dengan syarat :

1. penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta, diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya;

2. penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumumansebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 tidak

142 dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan ataupun pihak lainnya.

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah menjelaskan alat bukti tertulis untuk pembuktian hak baru dan hak lama sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Pasal 60 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran Tanah tersebut menyatakan bahwa alat bukti tertulis yang digunakan bagi pendaftaran hak-hak lama adalah :

a. grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overshrijvings Ordonantie (S. 1834-27), yang telah dibubuhi catatan bahwa hak eigendom yang bersangkutan dikonversi menjadi hak milik;

b. grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overshrijvings Ordonantie (S.1834-27) sejak berlakunya UUPA sampai tanggal pendaftaran tanah dilaksanakan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 di daerah yang bersangkutan; c. surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan

Swapraja yang bersangkutan;

d. sertipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 9 Tahun 1959;

143 e. surat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik sebelum ataupun sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban untuk mendaftarkan hak yang diberikan tetapi telah dipenuhi sernua kewajiban yang disebut didalamnya;

f. petuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding Indonesia sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961;

g. akta pemindahan hak yang dibuat &bawah Langan yang dibubuhi tanda kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala Desa/Kelurahan yang dibuat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dengan disertai alas hak yang dialihkan;

h. akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan; i. akta ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak

mulai dilaksanakan. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 dengan disertai alas hak yang diwakafkan;

j. risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan;

k. surat penunjukkan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang diambil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah;

l. surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dengan disertai alas hak yang

144 dialihkanm. lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, VI dan VII Ketentuan-ketentuan Konversi UUPA.

Pembuktian dengan saksi dalam hukum pertanahan dipergunakan apabila bukti kepemilikan sebidang tanah berupa bukti tertulis yang dimaksud di atas tidak lengkap atau tidak ada. Dalam hal dimaksud pembuktian hak dapat dilakukan dengan pernyataan oleh yang bersangkutan dan keterangan yang dapat dipercaya dari sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi dari lingkungan masyarakat setempat. Saksi yang dibutuhkan harus tidak mempunyai hubungan keluarga dengan yang bersangkutan sampai derajat kedua baik dalam kekerabatan keatas maupun ke-samping yang menyatakan bahwa yang bersangkutan adalah benar pemilik atas bidang tanah tersebut.

Kebenaran atas keterangan saksi-saksi atau keterangan yang diberikan tersebut, maka Panitia Ajudikasi berdasarkan Pasal 60 ayat (4) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dapat :

a. Mencari keterangan tambahan dari masyarakat yang berada di sekitar bidang tanah tersebut yang dapat digunakan untuk memperkuat kesaksian atau keterangan mengenai pembuktian kepemilikan tanah tersebut;

b. meminta keterangan tambahan dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada huruf a yang diperkirakan dapat mengetahui riwayat kepemilikan

145 bidang tanah tersebut dengan melihat usia dan lamanya bertempat tinggal pada daerah tersebut;

c. melihat keadaan bidang tanah di lokasinya untuk mengetahui apakah yang bersangkutan secara fisik menguasai tanah tersebut atau digunakan pihak lain dengan seizin yang bersangkutan, dan selain itu dapat menilai bangunan dan tanaman yang ada di atas bidang tanah yang mungkin dapat digunakan sebagai petunjuk untuk pembuktian kepemilikan seseorang seseorang atas bidang tanah tersebut.

Surat pernyataan, sumpah/janji beserta kesaksian di atas yang dituangkan dalam bentuk dokumen yang akan disampaikan kepada Panitia Ajudikasi merupakan alat bukti dalam hukum pertanahan yang juga dikenal dalam, KUHPerdata dan dengan uraian di atas penulis berpendapat bahwa alat-alat bukti untuk pembuktian hak lama mendapatkan pengakuan secara hukum akan eksistensinya pada saat ini. Artinya suatu peralihan hak atas tanah dapat dilangsungkan dengan alat bukti yang digunakan untuk pembuktian hak lama tanpa adanya suatu sertipikat hak atas tanah, dalam hal tersebut hanyalah khusus untuk hak lama yang telah jatuh tempo.

146

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut :

1. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, maupun peraturan pelaksanaannya yakni Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 1997 tentang peraturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah tidak adanya pengaturan tentang ketidakadaan dokumen-dokumen penting seperti halnya buku tanah atas Kantor Pertanahan yang terbakar sebagai ius constituendum (hukum yang dicita-citakan). Untuk memberikan perlindungan hukum apabila terjadi peralihan hak terhadap pemegang hak atas tanah akibat terbakarnya Kantor Pertanahan, dilakukan dengan cara membuat surat pernyataan di bawah sumpah dihadapan Pejabat Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk dan membuat Surat Pernyataan Pemilikan Bidang Tanah yang diketahui oleh Kepala Desa atau Kelurahan sesuai dengan letak tanah dan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi.

2. Bahwa Surat Pernyataan Pemilikan Bidang Tanah yang dipakai syarat untuk pencocokan buku tanah terhadap peralihan hak, tidak dapat

147 memberikan jaminan kepastian hukum terhadap pemegang hak atas tanah setelah terjadi peralihan hak, perlu adanya syarat-syarat penunjang lain guna memastikan bahwa sertipikat tersebut memang benar dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan guna menghindari adanya sengketa.

5.2 Saran-saran

Berdasarkan uraian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya terhadap permasalahan yang dikaji dalam tesis ini maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada Pembuat Undang-undang agar mengeluarkan produk hukum yang mengatur tentang ketidakadaan dokumen penting sebagai akibat peristiwa terbakarnya Kantor Pertanahan, hal ini dapat memberikan kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah, dan tidak hanya berdasarkan Surat Pernyataan Pemilikan Bidang Tanah yang belum dapat memberikan kepastian bahwa sertipikat tersebut asli produknya Kantor Pertanahan.

2. Kepada Kantor Pertanahan sebaiknya bersifat pro aktif dalam pendataan sertipikat yang dokumenya terbakar, baik dengan cara pendataan kelokasi tanah, maupun dengan cara mendata laporan bulanan yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang ditembuskan ke Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (Kanwil BPN) dengan mengganggarkan biaya dari Anggaran Belanja Negara, selanjutnya agar menyimpan dokumen-dokumen kedalam bentuk data elektronik,

148 maupun menyimpannya dalam sebuah ruangan yang khusus yang tahan api.