• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNA ANGGARAN Direktur RSUD Sidikalang

Pejabat Pembuat Komitmen Atas nama N.M.

Panitia Pengadaan Atas nama M.L.M.

Panitia Penerima Barang Atas nama Z.

SK. No:

903/1133/XII/2011

SK. No:

445.01/482/SK/III/2012

SK. No:

663/SK/IV/2012

SK. No:

664/SK/IV/2012

Penyedia Barang/Jasa CV. R.A.L SPK No: 16/PPK-PONEK/VIII/2012

BA No: 06/PBJ-PONEK/VIII/2012

Sumber: Hasil Olahan Data

a. Pengguna Anggaran (PA)

Pasal 1 ayat (5) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 (Perpres 54/2010) memberikan pengertian Pengguna Anggaran sebagai Pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/

Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi lain Pengguna APBN/APBD. Pengertian ini mengacu pada pengertian Pengguna Anggaran dalam Pasal 1 angka (12) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara dan juga Konsiderans Perpres 54/2010.

Siapa saja yang dapat menjadi Pengguna Anggaran didalam Perpres tersebut tidak disebutkan dengan jelas, sehingga didalam menentukan yang dapat menjadi Pengguna Anggaran, haruslah mengacu pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 yang diatur dalam Pasal 4 sampai Pasal 6. Pengguna Anggaran yaitu:

1) Pengguna Anggaran haruslah/merupakan Menteri/Pimpinan Lembaga yang memimpin kementerian/kelembagannya tersebut.

2) Pengguna Anggaran haruslah/merupakan seorang Gubernur bagi Pemerintah Provinsi, Bupati bagi Pemerintahan Kabupaten atau Walikota bagi Pemerintahan Kota, selaku Kepala Pemerintah Daerah tersebut;

3) Pengguna Anggaran adalah seorang yang mengepalai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) bagi SKPD yang dipimpinnya.

Dalam hal pengadaan alkes di RSUD Sidikalang, Direktur RSUD Sidikalang pelimpahan jabatan sebagai pengguna anggaran berdasarkan Surat Keputusan Bupati Dairi Nomor: 903/1133/XII/2011 tertanggal 30 Desember 2011. Pelimpahan kekuasaan ini sejalan dengan apa yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Pelimpahan kekuasaan dan pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah dari Kepala Daerah kepada Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran diatur di dalam pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyebutkan bahwa Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD, dan dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.

Selanjutnya di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah diatur di dalam pasal 5 ayat (3), yang berbunyi:

“Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh:

a. kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku PPKD;

b. kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang daerah”.

Di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 diatur pada pasal 5 ayat (3), yang menyebutkan Kepala Daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah

melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada: (a) sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah; (b) kepala SKPKD selaku PPKD; dan (c) kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.

Guna pelaksanaan tugas dan wewenang pelaksana kuasa pengelolaan keuangan daerah dari Kepala Daerah, Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang, pelimpahannya harus ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.122 Dari frasa di atas maka salah satu pelaksana kuasa pengelolaan keuangan daerah adalah Pengguna Anggaran selaku kepala SKPD (satuan kerja perangkat daerah).

Hal ini sesuai dengan ketentuan sebagaimana yang diatur di dalam pasal 6 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara:

“Kepala satuan kerja perangkat daerah adalah Pengguna Anggaran/Pengguna Barang bagi satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya”.

Kewenangan Direktur RSUD Sidikalang yang diterima dari Bupati Dairi merupakan bentuk dari kewenangan yang diperoleh berdasarkan delegasi123. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Stroink bahwa sumber kewenangan dapat diperoleh bagi pejabat atau organ (institusi)

122 Pelimpahan ini tentunya didasarkan pada prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan, menguji, dan yang menerima atau mengeluarkan uang. Hal ini sesuai dengan ketentuan sebagaimana yang diatur di dalam pasal 5 ayat (5) PP Nomor 58 Tahun 2005 jo pasal 5 ayat (4) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana diubah terakhir dengan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011.

123 Bagir Manan menyatakan bahwa dalam hukum tata Negara, kekuasaan menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Wewenang mengandung arti hak dan kewajiban. Hak berisi kebebasan untuk melakukan tindakan tertentu. Dalam hukum administrasi Negara, wewenang pemerintahan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan diperoleh melalui cara-cara, yaitu atribusi, delegasi, dan mandat. Bagir Manan, Wewenang Provinsi, Kabupaten dan Kota Dalam Rangka Otonomi Daerah, (Bandung: FH Unpad, 2000) h.1-2

pemerintahan dengan cara atribusi, delegasi dan mandat.124 Suatu atribusi menunjuk kepada kewenangan untuk membuat keputusan (besluit) yang langsung bersumber kepada undang-undang dalam arti materiil. Rumusan lain mengatakan bahwa atribusi merupakan pembentukan wewenang tertentu dan pemberiannya kepada organ.125

Pada konsep delegasi menegaskan suatu pelimpahan wewenang kepada badan pemerintahan yang lain. Dalam delegasi, tidak ada penciptaan wewenang dari pejabat yang satu kepada yang lainnya, atau dari badan administrasi yang satu kepada yang lainnya. Penyerahan wewenang harus dilakukan dalam bentuk peraturan hukum tertentu. Pihak yang menyerahkan wewenang disebut delegans sedangkan pihak yang menerima wewenang disebut delegataris. Setelah delegans menyerahkan wewenang kepada delegataris, maka tanggung jawab intern dan tanggung jawab ekstern pelaksanaan wewenang sepenuhnya berada pada delegataris tersebut.126 Sedangkan konsep kewenangan mandat adalah pemindahan suatu kewenangan kepada organ lain (mandataris) untuk membuat keputusan atau mengambil tindakan atas nama pemberi mandat (mandator).

Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Dairi Nomor:

903/1133/XII/2011 tertanggal 30 Desember 2011, Direktur RSUD Sidikalang dalam kedudukannya sebagai Pengguna Anggaran, diberikan

124 F.A.M. Stroink dalam Abdul Rasyid Thalib, Wewenang Mahkamah Konstitusi dan Aplikasinya dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006) h.

219 125

Nur Basuki Minarno, Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi dalam Pengelolaan Keuangan Daerah, (Yogyakarta: Laksbang Mediatama, 2010) h. 70

126 Ibid., h. 71

tugas dengan mempedomani Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 sebagai berikut:127

1) Menyusun rencana kerja anggaran satuan kerja perangkat daerah;

2) Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat daerah;

3) Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja;

4) Melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

5) Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;

6) Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa;

7) Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batasan anggaran yang telah ditetapkan;

8) Menandatangani surat perintah membayar;

9) Mengelola utang piutang yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

10) Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggungjawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

11) Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;

12) Menandatangani dan mengesahkan surat pertanggungjawaban 13) Mengawasi pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat

daerah yang dipimpinnya, dan;

14) Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.

Selain itu tugas dan kewenang Pengguna Anggaran juga diatur dalam Pasal 8 Perpres 54/2010, yaitu sebagai berikut:

a. menetapkan Rencana Umum Pengadaan;

b. mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di website K/L/D/I;

c. menetapkan PPK;

d. menetapkan Pejabat Pengadaan;

127 Pasal 10 huruf (n) Permendagri Nomor 13 Tahun 2006

e. menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;

f. menetapkan:

1) pemenang pada Pelelangan atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau

2) pemenang pada Seleksi atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);

g. mengawasi pelaksanaan anggaran;

h. menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

i. menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/ Pejabat Pengadaan, dalam hal terjadi perbedaan pendapat; dan

j. mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen Pengadaan Barang/Jasa.

b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Bagian Penjelasan Perpres 54/2010 menyebutkan bahwa untuk peningkatan kualitas pelayanan publik melalui penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih, perlu didukung dengan pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan keuangan negara yang dibelanjakan melalui proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, diperlukan upaya untuk menciptakan keterbukaan, transparansi, akuntabilitas serta prinsip persaingan/kompetisi yang sehat dalam proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang dibiayai APBN/APBD, sehingga diperoleh barang/jasa yang terjangkau dan berkualitas serta dapat dipertanggung-jawabkan baik dari segi fisik, keuangan, maupun

manfaatnya bagi kelancaran tugas Pemerintah dan pelayanan masyarakat.128

Seiring dengan keluarnya regulasi pengadaan barang dan jasa di lingkungan birokrasi maka akan sangat akrab dengan istilah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Istilah lamanya pimpinan proyek atau pimpinan bagian proyek. PPK merupakan tokoh penting dalam pengadaan barang dan jasa, karena PPK merupakan orang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa.129 Sehingga PPK bertanggung jawab secara administrasi, teknis dan finansial terhadap pengadaan barang dan jasa.130

Pejabat Pembuat Komitmen merupakan salah satu pejabat pengelola keuangan di satuan kerja yang peranannya sangat krusial. Dalam siklus anggaran (budget cycle) akan selalu dijumpai peran serta dari PPK ini di setiap tahapannya, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun pertanggungjawaban anggaran.

128 Bagian Umum Penjelasan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

129 Pasal 1 ayat 7 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010

130 Di era lama, orang menganggap jabatan PPK merupakan jabatan basah, karena

‘memakmurkan’ orang yang menjabatnya. Sehingga banyak pejabat struktural kadang berlomba-lomba untuk menjadi PPK. Tetapi di era reformasi ini, jabatan PPK menjadi momok bagi birokrat.

Alasannya tidak lain karena PPK sangat rentan dengan masalah hukum, terkait dengan pelaksanaan kontrak. Akan sangat lazim kita jumpai kasus tindak pidana korupsi terkait Pengadaan Barang/Jasa, pastilah menyeret PPK dan penyedia barang/jasa. Hal ini merupakan konsekuensi yuridis dari dokumen kontrak yang dibuat oleh PPK dan Penyedia. Lihat Yeri Adriyanto, Pejabat Pembuat

Komitmen Dalam Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah,

https://bdksemarang.kemenag.go.id/pejabat-pembuat-komitmen-dalam-pengadaan-barang-dan-jasa-pemerintah/ diakses pada tanggal 1 Mei 2019, pukul 08.18 WIB

Menurut Pasal 1 angka (7) Perpres 54/2010 memberikan pengertian PPK sebagai pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa. Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara. Berdasarkan pengertian tersebut, maka PPK adalah pejabat yang berwenang untuk mengambil keputusan dan tindakan yang berakibat pada pengeluaran anggaran dan bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang /jasa.

Dalam hal pengadaan alkes di RSUD Sidikalang, jabatan PPK dipegang oleh N.M. berdasarkan penunjukkan oleh Pengguna Anggaran melalui Surat Keputusan Nomor: 445.01/482/SK/III/2012 tentang Penghunjukan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang Tahun Anggaran 2012.

N.M. dalam kedudukannya sebagai PPK memiliki tugas pokok dan kewenangan sebagai berikut:131

1. Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa, meliputi:

a. Spesifikasi teknis barang/jasa b. Harga perkiraan sendiri c. Rancangan kontrak

2. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa

131 Pasal 11 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

3. Menandatangani Kontrak

4. Melaksanakan kontrak dengan Penyedia Barang/Jasa 5. Mengendalikan pelaksanaan kontrak

6. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Pengadaan barang/Jasa kepada PA/KPA

7. Menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA dengan berita Acara Penyerahan

8. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan, dan

9. Menyimpan dan menjaga keutuhan dokumen pelaksanaan Pengadaan barang/ Jasa

Selain tugas pokok dan kewenangan tersebut diatas, dalam hal diperlukan, PPK juga dapat mengusulkan kepada PA/KPA perubahan paket pekerjaan dan perubahan jadwal kegiatan pengadaan, menetapkan tim pendukung dan tenaga ahli dalam rangka memberikan penjelasan teknis (aanwijzer) untuk membantu pelaksanaan tugas panitia pengadaan, serta dapat pula menetapkan besaran uang muka yang akan dibayarkan kepada Penyedia Barang/Jasa yang terpilih.

Lebih lanjut dalam Pasal 13 Peraturan Menteri Keuangan 190/PMK.05/2012 tentang Tatacara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara, PPK mempunyai tugas pokok sebagai berikut :

1. Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan dan rencana penarikan dana berdasarkan DIPA

2. Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang dan Jasa 3. Membuat, menandatangani dan melaksanakan perjanjian/

kontrak dengan penyedia barang/jasa.

4. Melaksanakan kegiatan swakelola.

5. Memberitahukan kepada kuasa BUN atas perjanjian/kontrak yang dilakukannya

6. Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak

7. Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada Negara

8. Membuat dan menandatangani SPP

9. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian kegiatan kepada KPA.132

Pada tahap awal sebelum pelaksanaan pengadaan barang/jasa dilakukan, sebagai seorang yang ditunjuk sebagai komandan pengadaan barang/jasa, PPK dapat mengundang ULP/pejabat pengadaan dan tim teknis untuk mengkaji ulang tentang Rencana Umum Pengadaan yang telah ditetapkan oleh PA/KPA dalam rapat koordinasi awal. Dalam rangka mengkaji ulang kebijakan umum tersebut PPK bersama tim teknis maupun Unit Layanan Pengadaan /Pejabat Pengadaan dapat me-review hal-hal :133

1. Mengkaji ulang pemaketan pekerjaan apakah telah mengakomodir unsur-unsur prinsip pengadaan seperti dalam pasal 5 Perpres 54 tahun 2010 antara lain unsur effisiensi, effektifitas, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel serta mendorong persaingan sehat, meningkatkan peran usaha kecil dan penggunaan produksi dalam negeri.

132 Pasal 13 Peraturan Menteri Keuangan 190/PMK.05/2012 tentang Tatacara Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara

133 Yeri Adrianto, Op.Cit

2. Mengkaji ulang biaya yang tercantum didalam rencana umum pengadaan masih layak untuk dilaksanakan pada saat pekerjaan fisik dilaksanakan. Hal ini dipertimbangkan karena proses pengajuan anggaran (pagu) biasanya memerlukan waktu yang cukup lama hingga persetujuan anggaran. Pengkajian ulang pemaketan pekerjaan dapat dilakukan berdasarkan survei pasar.

3. Mengkaji ulang paket-paket sebagaimana rencana umum pengadaan masih dapat digabungkan dan/atau dipecah demi efektifitas dan efisiensi sejauh tidak untuk menghindari pelelangan dan tidak menghalangi pengusaha kecil untuk ikut serta.

4. Mengkaji Kerangka Acuan Kerja, Spesifikasi teknis dan Gambar, waktu pelaksanaan dan hal-hal lain yang dapat merubah lingkup dan output pekerjaan.

5. Berdasarkan hasil rapat koordinasi yang dituangkan dalam Berita Acara :

a. Apabila PPK dan Unit Layanan Pengadaan /Pejabat Pengadaan sepakat untuk merubah Rencana Umum Pengadaan maka perubahan tersebut diusulkan oleh PPK kepada PA/KPA untuk ditetapkan kembali;

b. Apabila ada perbedaan pendapat antara PPK dengan Unit Layanan Pengadaan /Pejabat Pengadaan terkait Rencana Umum Pengadaan maka PPK mengajukan permasalahan ini kepada PA/KPA untuk diputuskan; dan putusan PA/KPA bersifat final.

Bagan 8.

Untuk dapat diangkat menjadi PPK, seseorang harus memiliki integritas, disiplin tinggi, memiliki tanggungjawab dan kualifikasi teknis serta manajerial, diantaranya berpendidikan paling kurang Sarjana Strata Satu (S1) dengan bidang keahlian yang sedapat mungkin sesuai dengan tuntutan pekerjaan, memiliki pengalaman paling kurang 2 (dua) tahun terlibat secara aktif dalam kegiatan yang berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa, dan memiliki kemampuan kerja secara berkelompok dalam melaksanakan setiap tugas/pekerjaannya. Selanjutnya seseorang yang dapat diangkat menjadi PPK harus mampu mengambil keputusan, bertindak tegas dan memiliki keteladanan dalam sikap perilaku serta tidak pernah terlibat KKN, menandatangani Pakta Integritas, tidak sedang menjabat sebagai pengelola keuangan, dan memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa.134

Terkait Sertifikat Keahlian, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat ditetapkan seseorang menjadi PPK adalah suatu tanda bukti pengakuan dari pemerintah atas kompetensi dan kemampuan profesi dibidang Pengadaan Barang/Jasa. Menurut Perpres 54/2010, setiap PPK pada Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota wajib memiliki sertifikat keahlian Pengadaan Barang/Jasa paling lambat 1 Januari 2012. Bilamana ternyata masih ditemukan adanya personil yang ditunjuk dan ditetapkan sebagai PPK, tidak memiliki Sertifikat Keahlian, maka menurut hukum yang harus mempertanggungjawabkannya adalah yang menetapkan, yaitu

134 Pasal 12 Perpres 54/2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Pengguna Anggaran. Apalagi jika ternyata dalam proses penunjukkan didapati personil yang ditunjuk telah menyampaikan telaahan bahwa dirinya tidak memenuhi persyaratan, namun tetap ditetapkan juga, maka tentu tanggungjawab sepenuhnya ada pada yang menetapkan.135

Batas kewenangan yang diberikan kepada PPK adalah sebatas kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundangan-undangan, yaitu berdasarkan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Wewenang yang diberikan negara melalui perundangan-undangan mempunyai konsekuensi tanggung jawab baik secara formal maupun material. Tanggung jawab berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan, dan sebagainya). Tanggung jawab secara formal dan material adalah (1) memastikan kesesuaian antara kontrak dengan target kinerja, (2) memastikan keseuaian antara fisik barang/jasa dengan yang tercantum dalam kontrak, dan didukung oleh dokumen serah terima barang/pekerjaan, (3) memastikan tersusunnya rencana kegiatan yang

135 Personil yang ditunjuk sebagai PPK tidak bisa divonis sebagai pelaku pelanggar peraturan.

Apalagi jika yang besangkutan telah memberikan telaahan, informasi atau pertimbangan kepada PA tentang tidak terpenuhinya syarat menjadi PPK pada dirinya. Dalam kondisi ini justru tunduknya seseorang PPK terhadap putusan administrasi dari PA adalah upaya menjalankan sumpah jabatan sebagai Aparatur Sipil Negara. Lihat Samsul Rami, Dampak Hukum PPK Tidak Bersertifikat.

http://samsulrami.net/2017/01/30/dampak0hukum-ppk-tidak-bersertifikat diakses pada tanggal 01 Mei 2019 pukul 12.40

baik dan pelaksanaan kegiatan sesuai rencana, dan memastikan bahwa pembayaran tagihan negara didukung oleh bukti-bukti yang sah.

Wewenang yang diberikan oleh perundang-undangan mempunyai batas tertentu, sehingga apabila melampuai batas kewenangan/kekuasaan maka telah terjadi penyalahgunaan wewenang, konsekuensinya adalah apabila terjadi kerugian negara akibat dari penyalahgunaan wewenang maka wajib mengganti kerugian tersebut. Hal ini dikuatkan dua undang-undang yang dapat menjerat pejabat yang menyalahgunakan kewenangan dan /atau tanggung jawab, yaitu

1. Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang diatur dalam Pasal 3 UU No. 31/1999 yang diubah dengan UU No. 20/2001”Setiap orang yang bertujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi apabila ia menyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana yang melekat padanya karena jabatan atau kedudukannya dan perbuatannya itu dapat merugikan negara atau perekonomian negara dijatuhi pidana”.

2. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 59 disebutkan bahwa “Setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku”.

3. Perpres No. 54 tahun 2010 Pasal 122 disebutkan bahwa “PPK yang melakukan cedera janji terhadap ketentuan yang termuat dalam Kontrak, dapat dimintakan ganti rugi dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh PPK atas keterlambatan pembayaran adalah sebesar bunga terhadap nilai tagihan yang terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu menurut ketetapan Bank Indonesia, atau

b) Dapat diberikan kompensasi sesuai ketentuan dalam kontrak.

c. Pejabat Pengadaan Barang/Jasa

Dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah (K/L/D) membutuhkan sarana dan prasarana pendukung. Sarana dan prasarana tersebut antara lain gedung, kursi, meja, komputer dan sebagainya. Untuk mendapatkan sarana dan prasarana tersebut diperlukan suatu kegiatan yaitu melalui Pengadaan Barang/Jasa.

Hal yang perlu diperhatikan adalah Pelaku pengadaan barang/jasa pemerintah. Kegiatan pengadaan barang/pekerjaan kontruksi/jasa lainnya/jasa konsultansi dalam hal ini disebut barang/jasa dilaksanakan oleh K/L/D. Untuk melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa tersebut dibentuklah organisasi pengadaan barang/jasa. Pelaku Pengadaan

Barang/Jasa adalah 1) Pengguna Anggaran (PA), 2) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), 3) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), 4) Pejabat Pengadaan, 5) (Kelompok Kerja Pemilihan (Pokja Pemilihan), 6) Agen Pengadaan, 7) P/PPHP (Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan), 8) Penyelenggara Swakelola, dan 9) Penyedia.

Direktur RSUD Sidikalang selaku Pengguna Anggaran mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 663/SK/IV/2012 tentang Pembentukan Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Ponek RSU Tahun Anggaran 2012. Hal ini sesuai dengan amanat Pasal 8 angka (1) huruf d Perpres 54/2010. Berdasarkan Surat Keputusan tersebut ditetapkan M.L.M sebagai Pejabat Pengadaan Barang/Jasa.

Menurut Pasal 1 angka (9) Perpres 54/2010, Pejabat Pengadaan diartikan sebagai personil yang memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa yang melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa. Pejabat Pengadaan Barang/Jasa ditetapkan harus berasal dari pegawai negeri baik, dari instansi sendiri maupun diluar instansi yang sedang melaksanakan kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah.

Berdasarkan aturan tersebut jelas bahwa Pejabat Pengadaan bukanlah jabatan karir (struktural maupun fungsional), keduanya merupakan jabatan khusus yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk kepentingan khusus, dalam hal ini untuk kepentingan pengadaan barang/jasa di Pemerintahan. Tidak ada persyaratan lain yang

diatur ataupun ruang yang diberikan untuk persyaratan tambahan bagi Pejabat pengadaan karena tujuan adanya persyaratan tersebut bukan mencari aparatur daerah yang sudah senior atau mencari aparat daerah yang pangkatnya tinggi atau golongannya yang tinggi serta bukan pula bertujuan jabatan tersebut disesuaikan dengan jenjang kepangkatan yang ada.

Sebagaimana tersirat dalam Penjelasan Perpres No. 54 Tahun 2010, aparatur yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa dituntut merupakan seorang yang profesional dan tidak berpihak (independen) agar dapat menjamin terjadinya interaksi ekonomi dan sosial antara para pihak

Sebagaimana tersirat dalam Penjelasan Perpres No. 54 Tahun 2010, aparatur yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa dituntut merupakan seorang yang profesional dan tidak berpihak (independen) agar dapat menjamin terjadinya interaksi ekonomi dan sosial antara para pihak