• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4 Kendala-Kendala Dalam Menjalankan Standar Akuntansi Pemerintahan

4.4.2 Penggunaan Aplikasi SIMRAL

Akrual)

BPKAD Kabupaten Serang dalam membuat laporan keuangan dibantu dengan aplikasi yang dikembangkan konsultan yang ada di Indonesia. Awalnya BPKAD Kabupaten Serang pada tahun 2004/2005 menggunakan aplikasi yang dinamakan SIPKD yang dikembangkan oleh salah satu konsultan yang ada di Indonesia yaitu PT USADI SISTEMINDO INTERMATIKA yang bertempat di Bekasi. Namun, aplikasi SIPKD tidak berhasil dalam penggunaannya dikarenakan selama proses penggunaannya tidak cocok dengan daerah Kabupaten Serang dan BPKAD harus kembali menyusun laporan keuangan secara manual dengan menggunakan excel. Kemudian, BPKAD Kabupaten Serang berpindah aplikasi dengan menggunakan SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Daerah) yang dikembangkan oleh BPKP, aplikasi tersebut berhasil dalam penggunaannya hingga tahun 2017, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam penggunaan aplikasi SIMDA adalah sebagai berikut yang dikemukakan oleh partisipan K2:

“Yang pertama dikarenakan SIMDA dikembangkan oleh BPKP, karena dulu BPKP merupakan auditor internal pemerintah ... tapi sekarang juga sebenernya masih tapi seperti mati suri. Nah karna BPKP merupakan auditor internal pemerintah, maka BKPK sangat memahami proses pengelolaan keuangan daerah, yang kedua BPKP itu disetiap provinsi itu ada perwakilannya, berbeda dengan USADI tadi, dia hanya ada di Jakarta, kalau BPKP karena disetiap provinsi ada perwakilannya maka konsultasi dan lain sebagainya lebih mudah dan lebih dekat.”

Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa SIMDA sangat berhasil diterapkan pada BPKAD Kabupaten Serang karena adanya kemudahan dalam berkonsultasi ketika terjadi troube dan juga pengembang dari aplikasi SIMDA lebih memahami kondisi yang ada di Kabupaten Serang. Namun pada tahun 2018 BPKAD Kabupaten Serang mendapat instruksi bahwa harus berpindah aplikasi lagi menggunakan aplikasi yang dinamakan SIMRAL (Sistem Informasi Manajemen Akrual) yang dikembangkan oleh BPPT. Aplikasi SIMRAL muncul karena adanya instruksi dari pimpinan KPK, informasi ini didapatkan dari partisipan K2 yang mengatakan bahwa:

”Alasan yang paling utama yang menjadi alasan paling kuat itu adalah adanya saran atau semacam obrolan walaupun hal itu tidak menjadi keharusan, jadi unsur pimpinan KPK menginginkan proses pengelolaan keuangan itu terintegrasi, nah judulnya seperti itu, pengelolaan keuangan itu kan sebenernya ada tiga poin besar yaitu mulai dari perencanaan, penatausahaan, dan pelaporan/pertanggungjawaban, waktu penggunaan SIMDA dibagian perencanaan itu tidak terintegrasi karena dikelola oleh BAPPEDA yang membuat APBD, jadi perencanaan itu ada dua tahap, satu di BAPPEDA, kedua di BPKAD. Setelah BAPPEDA jadi APBD nya lalu menjadi RAPBD di BPKAD, dari situ baru ke penatausahaan baru ke pelaporan, pada waktu itu di Banten yang menggunakan aplikasi SIMRAL dan dinyatakan bahwa SIMRAL itu sudah terintegrasi tahapannya itu di Tangerang Selatan, sehingga pada waktu itu KPK menyarankan di Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten mencoba untuk menggunakan SIMRAL karena SIMRAL laporannya sudah terintegrasi, itu alasan terpentingnya, adanya saran dari unsur pimpinan KPK bahwa kita harus menggunakan SIMRAL akhirnya dari tahun 2018 kita coba beralih ke SIMRAL”

Penggunaan aplikasi SIMRAL tidak berjalan mulus karena masih banyak trouble yang terjadi hal ini banyak dikeluhkan oleh para fungsi akuntansi yang ada pada dinas-dinas dan kecamatan-kecamatan. Salah

satunya dikemukakan oleh fungsi akuntansi yang ada pada dinas ketenagakerjaan yag mengatakan:

“Realiasasi dengan laporan realisasinya itu tidak sinkron mas antara yang laporan akuntansi sama laporan belanja bendahara. Dan kita itu harus cek satu-satu dengan teliti, kira-kira mana yang nggak masuk, dan juga kan coring-nya juga harus ada yang di maping dulu mas ya yang dari basis kas ke basis akrual, kadang-kadang ada maping gak masuk ke coring-nya itu. Misalnya, seharusnya gaji kita masuknya sekian tapi mapingnya gak masuk yang diakrual, jadinya gak balance, itu yang paling penting saya kira untuk di laporan.”

Keluhan terhadap penggunaan aplikasi SIMRAL juga dikemukakan oleh partisipan dari fungsi akuntansi pada DKBP3A yang mengatakan:

“Iya mas banyak masalah, karena SIMRAL sendiri kan baru diterapkan di tahun 2018 kalau gak salah, jadi di SIMRAL itu contohnya gini mas ada akun beban yang tidak muncul nah ketika kita klik beban itu tidak mencover belakangnya, beda kalau di SIMDA itu ketika kita klik dia mencover semuanya, terus step-stepnya itu kalau yang satu belum bener kesananya juga kita gabisa apa-apa. Contoh kecilnya lagi itu di LRA nya antara transaksi dengan anggaran itu tidak klop (tidak balance mas).”

Selain itu fungsi akuntansi yang ada di kecamatan juga mengeluhkan banyak trouble dalam penggunaan aplikasi SIMRAL.

Trouble yang terjadi dalam penggunaan SIMRAL tidak didukung dengan

pemecahan masalah yang efektif dan efisien, hal ini dikarenakan masih kurangnya akses ketika berkonsultasi dengan pengembang aplikasi SIMRAL seperti yang diungkapkan oleh partisipan K3 sebagai berikut:

“Mereka sulit ditemui, karena mereka itu timnya hanya 3 orang sedangkan harus menaungi beberapa pemda se Indonesia, itulah kesulitan kita sampai sekarang, karena waktu juga mereka yang menentukan, bahkan ketika waktunya sudah ditetapkan juga

kadang-kadang kalau mereka mendadak ada tamu yang lebih penting kitanya mundur. Jadi sekarang ini juga jadinya masih manual mas...”

Dari pertanyaan diatas bahwa BPPT sebagai pengembang SIMRAL belum maksimal dalam memberikan solusi dan masih belum memberikan kemudahan dalam memberikan akses kepada para admin SIMRAL ketika terjadi masalah.

Selain terintegrasi antara perencanaan, penatausahaan, dan pertanggungjawaban yang ditawarkan oleh aplikasi SIMRAL ada juga kelebihan yang diberikan aplikasi tersebut, salah satunya adalah bahwa SIMRAL menggunakan basis web, sehingga bisa diakses dimana saja dan kapan saja. Penjelasan selebihnya dikemukakan oleh partisipan K2 sebagai berikut:

“Aplikasinya harus berbasis web, agar bisa diakses dimana saja dan kapan saja, sementara SIMDA itu hanya berbasis desktop, misalnya dinas A ya SIMDA nya bisa di akses untuk dinas A saja, tidak bisa diakses oleh dinas-dinas lain, sedangkan SIMRAL berbasis web dengan satu database, sedangkan SIMDA itu databasenya bermacam-macam, database SKPD A, SKPD B, itu kalau mau digabungkan dengan punya kita harus di ekspor impor namanya kan, ke database server kita.Jadi memudahkan karena menggunakan satu database. Bisa diakses dimana saja dan oleh siapa saja asalkan memiliki akses, itu salah satunya.”

Dokumen terkait